Naruto ©masashi kishimoto
Married without love? ©khoi emiko
Pairing : Gaara dan Ino
Genre : Romance, hurt/comfort,family
Warning : typo, gaje, abal, OOC
Happy reading !
Pengenalan tokoh:
-Sabaku Gaara: pameran utama, anak bungsu dari keluarga Sabaku berumur 26 tahun, pemilik perusahan Sabaku corp yang terkenal dan kekasih dari Fujimura Shion.
-Yamanaka Ino: pameran utama, berumur 21 tahun, seorang mahasisiwi semester akhir jurusan psikolog di Konoha university, kekasih dari Hasegawa Sai.
-Hasegawa Sai: pria berumur 21 tahun, seorang mahasiswa satu kampus dan jurusan dengan Ino di Konoha university dan juga kekasih dari Yamanaka Ino.
-Fujimura Shion: wanita berumur 25 tahun, seorang dokter kandungan di Konoha Hospital dan kekasih dari Sabaku Gaara.
-Yamanaka Inoichi: mantan penasehat keluarga Sabaku berumur 65 tahun. ayah kandung Yamanaka Ino. Memiliki keterkaitan dengan masa lalu kankuro.
-Toujou Yuka: isteri Yamanaka Inoichi berumur sekitar 62 tahun. Pemilik toko bunga 'Yamanaka Florist', teman baik Karura dan ibu kandung Yamanaka Ino.
-Sabaku Hiko: ayah kandung dari Gaara, Temari dan Kankuro. Wafat di usia 45 tahun. Sebelum meninggal, Hiko adalah pemegang perusahaan terbesar di jepang dan berteman baik dengan keluarga Yamanaka.
-Sabaku Karura: wanita paruh baya berumur 62 tahun, ibu kandung dari Gaara, Temari dan Kankuro, isteri dari Sabaku Hiko, pemegang perusahaan terbesar kedua setelah suaminya. Berteman baik dengan keluarga Yamananaka
-Sabaku Kankuro: anak sulung dari keluarga Sabaku, berusia 33 tahun. Dulunya adalah pemegang saham Sabaku corp. Memiliki sebuah misteri dan rahasia yang terjadi di masa lalunya.
-Sabaku Temari: anak kedua dari keluarga Sabaku, berusia 30 tahun. suaminya bernama Shikamaru Nara. Memiliki 2 orang anak laki-laki yang bernama Natsume dan Kazune.
-Haruno Sakura: sahabat Yamanaka Ino. Satu kampus dan jurusan di Konoha university bersama Sai dan Ino.
-Tsuiciro Baki: seorang pria paruh baya berusia 50 tahun, asisten dari Gaara dan sudah bekerja di Sabaku corp selama 30 tahun.
-Dan masih banyak tokoh pendukung lainnya di dalam cerita ini.
Married without love?
Chapter 1
Angin berhembus cukup kencang menghempaskan setiap kelopak bunga dari pohonnya. Hari ini adalah hari terakhir dimana musim semi akan digantikan dengan musim gugur. Jadi wajar saja jika bunga sakura mulai jatuh berguguran sedikit demi sedikit dari rantingnya. Hal ini dimanfaatkan oleh warga konoha untuk menikmati acara berhanami terakhir mereka bersama kerabat terdekat. Ino dan Sai adalah sepasang kekasih yang tak mau ketinggalan untuk ikut merayakan hanami terakhir mereka sebelum musim gugur tiba. Ino dan Sai memilih duduk dibawah pohon sakura yang masih cukup rindang. Ino mulai merebahkan tubuhnya di pangkuan Sai sambil memejamkan kedua matanya merasakan sensasi angin musim semi yang akan mulai berakhir itu.
"Ino-chan, apakah kau mencintaiku?" tiba-tiba Sai melontarkan sebuah pertanyaan kepada Ino yang sedang berbaring di pangkuannya. Ino langsung membuka matanya dan bangkit untuk duduk memandang Sai.
"Pertanyaanmu sungguh aneh Sai-kun, tentu saja aku akan mencintaimu hari ini, esok dan seterusnya." Jawab Ino.
"Apakah aku bisa memegang kata-katamu itu?" kali ini Sai memandang Ino dengan wajah yang serius.
"Kau ini aneh sekali, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah kamu tidak yakin kalau aku mencintaimu? Kita ini kan sudah menjalin hubungan selama 4 tahun, apa kamu masih tidak percaya dengan kesungguhan cintaku Sai-kun?" Ino menajamkan pandangannya untuk meyakinkan Sai.
"Bukan maksudku untuk tidak mempercayaimu, hanya saja aku.." kata-kata Sai menggantung membuat Ino bingung dibuatnya.
"Hanya saja apa Sai-kun?"
"Hanya saja aku tidak ingin kehilangan kamu Ino-chan, kamu adalah satu-satunya wanita yang bisa menghiasi hidupku menjadi lebih indah jadi kumohon tetaplah disisiku"
"Hahaha jadi karena itu, tenang saja Sai-kun aku tidak akan meninggalkan mu, maka dari itu cepatlah lamar aku agar kita bisa bersama selamanya" Ino tersenyum menggoda Sai yang mulai terkejut dengan pernyataannya.
"Kamu tahu sendiri kan, kalau aku masih dalam proses untuk melamarmu."
"Tapi kamu harus berjanji kalau proses itu sudah selesai kamu harus cepat-cepat lamar aku" Ino mengurucutkan bibirnya pura-pura memasang wajah cemberut dihadapan Sai. Sai yang melihat tingkah lucu kekasihnya itu mulai mengusap rambut pirang kekasihnya dengan sayang.
"Aku berjanji." Jawab Sai sambil tersenyum memandang Ino.
Married without love?
Hiruk pikuk kota tokyo diakhir musim semi tak membuat pria bersurai merah berhenti melakukan aktifitas rutinnya yang selalu disibuk kan dengan tumpukan-tumpukan dokumen yang menjulang tinggi diruangan yang cukup besar itu. Kalau diibaratkan tumpukan-tumpukan dokumen itu seperti gunung fuji, gunung tertinggi di negara jepang. Lingkaran hitam disekitar mata pria itu menandakan bahwa betapa kerasnya dia bekerja. Pria itu juga memiliki tatto kanji yang bertuliskan kata 'ai' yang terletak di dahi sebelah kirinya. Semua itu tak mengurangi garis ketampanan yang dimiliki pria itu. Ya pria itu bernama Sabaku Gaara, seorang direktur yang paling disegani dan juga paling ditakuti oleh seluruh investor di negara jepang. Gaara di segani oleh seluruh karyawannya karena dia adalah pemimpin yang baik walaupun sikapnya dingin. Gaara ditakuti oleh para investor karena Gaara adalah orang jenius dan dia tak tanggung-tanggung membatalkan ataupun menolak jika investor itu bertindak sedikit melenceng dihadapnnya. Bagaimana tidak, Gaara adalah pemegang investor terbanyak dan proyeknya yang dipegangnya selalu berhasil. Karena selalu sibuk dengan pekerjaannya, Gaara kadang melupakan keluarganya dan kekasihnya dan dia menjadi manusia asosial yang senang menyendiri.
TOK..TOK..TOK... "Gaara-sama apa anda didalam?"
"Ya masukklah" jawab Gaara walaupun matanya masih sibuk dengan dokumen-dokumen yang berada di tangannya. Terdengar suara pintu terbuka dan menampilkan sosok pria berkisar 50 tahunan dan ditangannya menggenggam secarik kertas. Pria itu bernama Baki, seorang asisten Gaara yang sudah mengabdi di perusahaan Sabaku corp selama 30 tahun.
"Gaara-sama, saya ingin mengantarkan daftar list penjual produk yang ingin berinvestasi dengan anda."
"taruh saja disitu" Gaara menunjuk tempat yang dituju dan matanya langsung disibukkan kembali dengan dokumen-dokumen penting miliknya. Dengan cepat Baki menaruk kertas itu di tempat yang dimaksud.
"Err Gaara-sama ada hal penting yang ingin saya sampaikan juga kepada anda."
"Cepatlah beritahu hal apa itu jangan membuang-buang waktu." Jawab Gaara dingin.
"Karura-sama meminta anda untuk menjenguknya dirumah sakit."
"Aku sedang sibuk, suruh Temari atau kau saja yang menjeguknya."
"Saya dan Temari-sama sudah terlalu sering untuk menjengukknya, dan sekarang nyonya Karura ingin meminta anda untuk menjenguknya."
"aku kan sudah bilang, aku tidak bisa" Gaara masih berkutat dengan dokumen-dokumennya.
"Karura-sama adalah ibu kandung anda tapi anda begitu tega tak pernah menjungknya ketika beliau sakit" Baki mulai terlihat kesal dengan pria yang ada dihadapannya itu.
"Apa kau tidak dengar! Aku sedang sibuk jika aku pergi siapa yang mengerjakan ini semua hah?! Kau kan bisa suruh orang lain untuk menjenguknya, bilang saja mereka mewakili aku!" Gaara tak tahan untuk membendung kesabarannya lagi.
"Baik jika itu mau anda, tapi jangan pernah menyesal jika ibu anda meninggalkan anda untuk selama-lamanya dan meninggalkan rasa bersalah yang begitu mendalam bagi anda karena tak bisa melihat ibu anda untuk terakhir kalinya, asal anda tahu saja, beliau selalu mengharapkan anda untuk menjenguknya dan di dalam tidurnya, beliau selalu menginggau menyembut nama anda. Dan juga ketika rasa sakit menyerang, beliau selalu menangis memohon kepada tuhan agar tidak dicabut nyawanya sebelum melihat anda dihadapannya, huh sepertinya saya berbicara terlalu banyak dan percuma saja saya berbicara toh anda tak mendengarnya, saya permisi undur diri Gaara-sama." Baki memandang Gaara dengan penuh kekecewaan yang teramat dalam tak menyangka pria seperti Gaara masih bisa menghiraukan ibu kandungnya sendiri yang saat ini sedang mencoba melawan maut.
Gaara tertegun mendengar penuturan Baki yang berbicara tentang ibunya. Hatinya berdesir mengingat ibunya yang selalu menunggu dirinya untuk datang. "Baki-san tunggu." Tiba-tiba suara Gaara mengehentikan langkah Baki yang hampir mencapai daun pintu ruangannya. Baki menoleh untuk memandang Gaara yang tiba-tiba saja memanggilnya.
"Ada apa lagi Gaara-sama memanggil saya?" "Tolong siapkan mobil untuk pergi ke Ame Hospital dan siapkan buah-buahan juga, pilihlah buah-buahan yang masih segar" Gaara bangkit dari duduknya dan menghampiri Baki. Baki tersenyum melihat perubahan perilaku Gaara dan dengan cepat Baki menelpon seorang karyawannya dan pergi menuju Ame Hospital bersama Gaara.
Married without love?
Kediaman Yamanaka terlihat cukup ribut dengan percakap suami isteri yang kelihatannya seperti membicarakan sesuatu yang sangat penting.
"Bagaimana ini, aku tidak yakin kalau Ino bisa menerimanya." Wajah Yuka istri dari Inoichi itu terlihat sangat pucat.
"Tenang saja, pasti anak itu bisa menerimanya." Jawab Inoichi menenangkan isterinya.
"Kau selalu menjawab tenang saja, apa kau pikir kita bisa tenang setelah membaca surat dari Karura."
"Ya mau bagaimana lagi, sejujurnya aku juga terkejut kalau Karura ternyata masih mengingat janji yang ku buat dulu bersama mendiang suaminya."
"Dan terlebih lagi kau mengalami kenangan buruk terhadap anak tertua dari Hiko dan Karura yang bernama Kankuro, apa karena ini kau mau melakukan perjanjian ini untuk menukar anak kita dengan masa lalu mu?"
"Huh bukan karena itu, Hiko dan Karura memang tertarik dengan anak kita karena mereka pikir Ino adalah wanita yang paling cocok untuk bersanding dengan anak bungsu mereka, mereka tidak tahu apa-apa tentang masa lalu ku dengan anak tertua mereka yang bernama Kankuro dan kau pun juga tahu kan kalau aku ini adalah sahabatnya Hiko dan sempat menjadi penasehat ketika Hiko masih berjaya di posisi nya." Jelas Inoichi panjang lebar.
"Tapi ini juga menyangkut dengan masa lalu mu kan?"
"Yuka dengar aku, mengapa kau menjadi cemas seperti ini? aku sangat menyayangi keluarga Sabaku, memang benar kecelakaan itu akibat kelalaian ku dulu, aku begitu dekat dengan anak-anak mereka tapi itu hanyalah sebuah kecelakaan yang tidak aku inginkan, sampai saat ini aku masih bersalah dengan apa yang menimpa Kankuro, dan sekarang Karura sedang sakit, hanya dengan ini kita bisa membalas kebaikannya, aku harap kau mengerti Yuka."
"Ya aku hanya bisa berharap Ino mau menerima perjodohan ini tapi aku sungguh merasa kasihan terhadap anak kita, selama ini dia selalu menuruti apa yang kita mau" Jawab Yuka. Kini Inoichi dan Yuka sama-sama terdiam mengingat kembali isi surat yang dikirim oleh asisten Karura 1 jam lalu ke tempat kediaman Yamanaka.
Dear Inoichi dan Yuka
Hai sudah lama ya kita tak berjumpa. Bagaimana kabar kalian? Aku harap kalian baik-baik saja. Dan kabarku sendiri, ya kalian tahu sendiri kan kalau aku sudah sakit-sakitan dan terlalu payah untuk melakukan aktifitas,hehehe. Maaf aku berbicara melalui surat ini karena surat adalah hal yang paling bagus saat ini untuk berinteraksi dengan kalian. Aku dengar dari Baki kalau kalian sempat berkunjung untuk menjengukku tapi sayang sekali posisi ku saat itu sedang tertidur padahal aku sudah sangat merindukan kalian. Oh ya bagaimana dengan Ino? Pasti dia sudah tumbuh besar menjadi wanita yang cantik seperti ibunya. Dan aku langsung saja ke inti dari surat yang aku buat. Apa kalian masih mengingat janji yang dibuat Hiko bersama Inoichi? Ya suamiku melakukan perjanjian dengan Inoichi tentang perjodohan antara Ino dengan Gaara. Saat ini Gaara butuh pendamping yang bisa membuatnya bangkit dari sikap keras yang ditorehkan oleh suamiku. Dan Ino adalah wanita yang paling cocok menurut kami. Mungkin bagi anak kita terlalu berat melakukan perjodohan ini tapi mengingat umurku yang tak mungkin bisa bertahan lama aku hanya ingin melihat keduanya bisa bersama. Aku akan menghubungi kalian kembali. Dan maafkan aku jika aku terlalu egois menginginkan perjodohan ini karena janji tetaplah janji. Aku tak ingin Hiko mendiang suamiku tak tenang di alam sana. Semoga hari kalian menyenangkan.
Love Karura,
Married without love?
Gaara dan Baki akhirnya tiba di Ame Hospital setelah menempuh 15 menit perjalanan. Gaara dituntun oleh Baki menuju ruangan dimana tempat Karura di rawat. Tiba-tiba saja tubuh Gaara bergetar ketika mereka telah berada di depan pintu ruangan vip bernomor 01. Langsung saja Baki menarik lengan Gaara untuk masuk kedalamnya. Alangkah terkejutnya Gaara ketika melihat kondisi ibunya yang begitu sangat-sangat memperhatinkan. Tubuhnya kurus sehingga tampak tulang yang hanya dibungkus kulit saja, mata nya sayu hampir tak bisa melihat sepenuhnya, dan kepalanya hampir botak karena hanya sedikit rambut yang tumbuh disana. Kalau digambarkan Karura seperti zombie yang bangkit dari alam kubur. Gaara masih diam terpaku di tempat hingga suara Karura membuyarkan lamunannya.
"anakku, kemarilah apa kau takut melihat ibu mu sudah terlihat seperti zombie? hehe" Karura masih saja bisa bercanda di tengah-tengah kondisinya yang dibilang cukup memperhatinkan. Gaara langsung saja mengambil kursi dan duduk disamping ranjang ibunya sedangkan Baki berdiri tak jauh dimana mereka berdua berada.
"Ibu tahu kalau kau pasti akan datang." Karura menggenggam tangan Gaara erat.
"Ibu, bagaimana kondisi mu saat ini, mana yang sakit?" Tanya Gaara dengan wajah yang begitu khwatir bagaimana tidak khawatir, dulu ibunya adalah wanita yang sangat cantik dan ceria dan sekarang ini ibunya terlihat begitu menderita.
"Ibu baik-baik saja, jangan terlalu mencemaskan ibu."
"Ibu maafkan aku, aku tidak pernah memperdulikan ibu, aku pantas dihukum." Kedua mata Gaara mulai terlihat berlinang dengan air mata.
"Justru ibu yang mau minta maaf sama kamu karena ibu, kamu jadi seperti ini menanggung beban ayah dan ibu sendirian dan ibu membuat anak-anak ibu menderita terutama kamu dan Kankuro." Suara Karura terdengar begitu lirih.
"Berhentilah menyalahkan diri ibu, aku berjanji akan membawa Kankuro seperti dulu lagi dan aku ingin membuat ibu bahagia."
"Anakku, sebenarnya ibu mempunyai permintaan untukmu, mungkin ini permintaan terakhir untuk ibu kepada mu dan ibu berharap kau bisa menerimanya kerena mengingat ibu tak bisa hidup lebih lama lagi."
"Ibu jangan berkata seperti itu! Pasti ibu bisa sembuh."
"Tidak mungkin, ibu sudah terserang leukimia akut oleh karena itu ibu membuat suatu permintaan."
"Katakan ibu permintaan apa itu, aku berjanji akan memenuhinya."
"Ibu ingin kau menikah dengan wanita pilihan ibu, dia adalah anak dari keluarga Yamanaka sahabat ayah dan ibu, ibu sangat yakin hanya wanita itu yang bisa mendampingi hidupmu." Gaara terkejut mendengar permintaan ibunya yang menurutnya sangat sulit untuk Gaara penuhi. Karura sempat melihat wajah kesedihan di raut anaknya itu.
"Gaara, apa kau keberatan?"
"Ibu, aku sudah memiliki seorang kekasih dan dia juga wanita yang sangat baik jadi kenapa aku harus bersama wanita pilihan ibu?"
"Gaara tadi kau sudah berjanji untuk memenuhi permintaan ibu, ibu mempunyai firasat wanita pilihan ibu yang sangat cocok untukmu bahkan mendiang ayahmu sangat menyukai wanita itu. Kata-kata seorang ibu tak pernah meleset." Jawab Karura dengan yakin. Sesaata Gaara begitu tak tega melihat raut wajah berharap dari ibunya.
"Jika hal itubisa membuat ibu bahagia, aku akan menerimanya dan rela melepaskan wanita yang aku cintai" Jawab Gaara namun hatinya dipenuhi dengan keraguan. Karura mengetahui kalau Gaara sedang membohongi perasaannya terlihat jelas dari sorot matanya yang memancarkan kehampaan. Karura hanya bisa berharap suatu saat nanti Gaara bisa merasakan kebahagiaan dari wanita pilihannya.
"Terimakasih nak maaf kan ibu yang selalu menyusahkanmu." Karura kini menangis pilu dihadapan Gaara. Gaara langsung memeluk ibunya dengan erat.
"Ibu jangan menangis lagi, kebahagiaan ibu adalah kebahagiaan aku juga, hanya dengan cara ini aku bisa membalas jasa-jasa mu dan membuat hati ibu merasa lebih baik". Baki ikut merasa kesedihan melihat anak dan ibu yang saling berpelukan erat. Baki tak menyangka dari sikap tak peduli dan dingin dari seorang Gaara ternyata dia sangat menyayangi keluarganya.
"Baki tolong hubungi keluarga Yamanaka secepatnya dan bilang kalau anakku telah menyetujuinya" ucap Karura yang kini sudah terlepas dari pelukan anaknya.
"baik Karura-sama." Baki langsung menuruti perintah dari Karura.
"biarlah perasaanku ini terbawa alur kehidupan seperti bunga sakura yang hilang terbawa angin musim gugur, asalkan ibu bahagia aku akan mengorbankan semuanya." Gaara membatin didalam hatinya.
Married without love?
"Tadaima!" seru Ino ketika membuka pintu geser yang terletak didalam rumahnya. Setelah meletakkan sepatu di rak, Ino langsung menuju ke ruang keluarga untuk menemui ayah dan ibunya. Tanpa di duga ayah dan ibunya sedang duduk dan memandang dirinya dalam diam.
"Darimana saja kau nak, sore hari baru pulang?" tanya Yuka ketika melihat anaknya berdiri di ambang pintu ruang keluarga.
"Maaf membuat kalian khawatir tapi tadi aku habis merayakan hanami bersama Sai karena besok sudah memasuki musim gugur." Jelas Ino dengan wajah tersenyum.
"Ino kemarilah dan duduk bersama kami, ada hal penting yang ingin kami sampaikan kepadamu." Inoichi memandang Ino untuk menyuruhnya duduk. Dengan cepat, Ino mengambil tempat untuk bisa berhadapan dengan kedua orang tuanya.
"Ino dengarkan baik-baik yang ayah sampaikan kepadamu" Ino hanya mengangguk menanggapi perkataan ibunya.
"Ino kau adalah anak satu-satunya yang kami punya, selama ini kamu selalu menuruti perintah ayah dan ibu, ayah dan ibu sangat bersyukur telah memiliki anak baik dan penurut seperti dirimu." Jelas Inoichi.
"Sebenarnya ada apa sehingga membuat ayah berkata seperti itu?" Ino memandang heran ke arah ayah dan ibunya.
"Jadi begini." sejenak Inoichi mengehentikan ucapannya sebentar lalu mulai berkata kembalai "Bisakah kamu memenuhi perintah ayah dan ibu yang satu ini?" Tanya Inoichi.
"Permintaan? cepat jelaskan apa permintaan itu?" raut wajah Ino berubah menjadi tegang dan hatinya merasa was-was.
"Ayah dan ibu ingin kau menikah dengan anak bungsu keluarga Sabaku karena ayah sudah berjanji ingin menjodohkan kau dengan anaknya." Ino seperti tersambar petir di akhir musim semi ketika mendengar permintaan ayahnya.
"Maaf ayah aku tidak bisa, aku sudah memiliki pria yang sudah sangat aku cintai, dia adalah Sai."
"Ayah tidak setuju dengan pria yang bernama Sai itu! Bahkan dia belum memiliki pekerjaan tetap, kau mau makan apa jika hidup bersamnya! Dan dia sepertinya hanya main-main saja terhadapmu!" Inoichi terlihat sangat marah saat ini. Yuka hanya bisa menenangkan suaminya agar bisa meredamkan emosinya.
"Aku tahu Sai tidak memiliki pekerjaan tetap tapi aku yakin suatu saat dia pasti akan menjadi orang yang sangat sukses dan aku juga sangat yakin Sai tidak main-main denganku." Ino tak mau kalah dengan ucapan ayahnya.
"Ino ayah kecewa kepadamu, karena lelaki itu kau jadi berani seperti ini, ayah hanya ingin kau bisa hidup bahagia dengan pria pilihan ayah, ayah yakin pria yang ayah pilihkan ini sangat cocok denganmu."
"Ayah maafkan aku lagi, kita hidup dizaman modern, aku tidak ingin dijodoh-jodohkan, apalagi dijodohkan dengan keluarga Sabaku dan lagi aku belum ada niatan untuk menikah di usia muda, aku ingin mencapai cita-citaku menjadi seorang psikolog ahli yang selama ini ayah dan ibu harapkan."
"Ayah mohon Ino, tolong buat beban ayah berkurang, ayah memang egois meminta kau melakukan hal ini tapi ayah mohon tolong kali ini saja bantu ayah mengurangi beban ini." Inoichi mulai menangis. Ino terkejut karena baru pertama kalinya melihat ayahnya menangis. Ino juga tidak tahu apa yang dimaksud dengan 'beban' yang dibicarakan ayahnya tadi. Apakah karena hutang? Selama ini Ino tahu kalau keluarganya hidup tanpa hutang dan ayahnya memang sangat dekat dengan keluarga Sabaku tapi mereka tak pernah terlihat seperti bertengkar. Kalau memang ayahnya memiliki masalah dengan keluarga Sabaku, pasti keluarga Sabaku tak segan-segan mengirim orang untuk menghabisi keluarganya.
"Ino tolong bantu ayahmu nak, ibu mohon kau mau menerima nya." Yuka juga ikut menangis dihadapan Ino. Ino tak tega melihat kedua orang tuanya menangis dihadapannya seperti seorang pengemis. Selama ini Ino sangat menyayangi kedua orang tuanya. Bahkan dia rela masuk jurusan psikolog demi keinginan ayah dan ibunya. Ino bukanlah tipe pembangkang dan kali ini tiba-tiba saja hati Ino tergerak kembali untuk menuruti permintaan orang tuanya yang menurutnya sulit karena menyangkut sebuah perasaan.
"Ibu Ayah tak perlu menangis, aku akan menuruti permintaan kalian, dan jangan menangis dihadapan ku lagi, aku tidak ingin melihat kalian bersedih." Ucapan Ino terdengar lirih.
"Apa ayah tak salah dengar?"
"Tidak, aku bilang aku mau terima permintaan ayah."
"Lalu bagaimana dengan Sai? Apa kau mau melepaskannya demi ayah?" Ino tampak menimang-nimang perkataan ayahnya. Sungguh sulit untuk melepaskan orang yang telah dia cintai.
"Jika aku dan Sai menjadi teman baik apakah boleh?"
"Tentu saja, justru ayah senang kau hanya berteman dengan pemuda itu, kali ini aku sangat berterima kasih kepadamu anakku, aku sangat bersyukur memiliki anak perempuan sebaik dirimu." Inoichi langsung memeluk tubuh Ino disusul dengan Yuka. Kini mereka bertiga berpelukan sambil menangis.
"Maafkan Ino, ibu ayah, aku masih mencintai Sai, aku telah berbohong kepada kalian karena perasaan tak mungkin bisa berbohong, aku hanya menginginkan kalian bahagia, aku akan mengatakan hal ini kepada Sai, aku harap dia bisa menerima kenyataan kalau saat ini aku telah dijodohkan oleh anak dari keluarga Sabaku, oh apakah cinta ku saat ini seperti musim semi yang akan mulai berguguran." Ino membatin didalam hatinya. Hatinya begitu sakit harus menerima kenyataan kalau dia harus melepaskan orang yang dia cintai demi kebahagiaan orang tuanya.
To be continued
A/N: Author kembalikan fict ini setelah eror type 2 udah ga melanda akun author lagi. Author mohon maaf yang sebesar-besarnya
