~DISCLAIMER~
Naruto by Masashi Kishimoto
Story by Arleinz Kyousuke
Romance, Friendship, AU, OOC
Rated T
Happy Reading...
.
.
.
.
.
"Janji ya, kita akan bertemu lagi disini suatu hari nanti.
"Ya, tenang saja, hahaha."
"Baaka..Jangan tertawa disaat seperti ini, tahu!"
"Hahaha, gomen... Tenang saja aku tidak akan lupa"
"Janji?"
"Janji!".
.
.
.
.
Kriiingggg... Suara alarm membangunkan Naruto. Rambut kuning warisan ayahnya nampak acak-acakan dan tempat tidurnya jauh dari kesan rapi. Dari matanya yang masih setengah terpejam, mengisyaratkan bahwa pemuda ini masih sangat mengantuk. Namun tampaknya alarm tidak berhasil membuat mata Sapphirenya terbuka sepenuhnya, alhasil ia mematikan alarmnya dan kembali berbaring di ranjangnya yang empuk. Namun, tiba-tiba suara menggelegar terdengar dari luar kamarnya...
"NAA...RUU...TOOOOO!"
Pemuda itu terhenyak mendengar suara yang sangat dikenalnya itu. Mendadak, ia merasakan aura negatif muncul dari luar kamarnya. Benar saja, tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dengan paksa dari luar, dan muncullah sesosok makhluk, tepatnya wanita yang sangat dikenalnya dengan rambut merah panjangnya yang sudah berdiri...
"NA..RUU..TOO! Lihat sudah jam berapa ini? Cepat banguunnn!, teriak wanita itu sambil menjewer telinga Naruto.
"Aahh..Ittai-ttebayo! Kaa-chan, sudah cukup. Iya-iya aku bangun."
"Lihat, sudah jam berapa ini!"
"Apa sih, Kaa-chan. Kaa-chan kan bisa melihat jam dinding dikamarku ini. Jelas-jelas terlihat kalau sekarang jam tu- APAAAA! Sudah jam 7 pagi! 15 menit lagi sekolah akan dimulaai. Kenapa Kaa-chan tidak membangunkanku?"
"Dasar! Kan kau sendiri yang bersikeras kalau ingin dibelikan jam alarm agar kau tidak terlambat. Alarmmu bahkan sudah berdering berkali-kali, tapi kau masih belum bangun juga. Kaa-chan bahkan sudah beberapa kali mengetuk pintumu, tapi kau masih saja tidur."
"Hehe..gomen, gomen. Kalau begitu aku mandi dulu..."
"Haah, dasar anak itu..."
Dan begitulah, pagi yang indah di tahun ajaran baru, terusik oleh pertikaian dua orang itu. Sementara itu, Naruto segera bergegas menuju kamar mandi. Tak berapa lama, ia pun sudah siap dengan setelan kemeja putih dengan celana panjang hitam, lengkap dengan Jas yang juga berwarna hitam dan dasi orange. Ia pun segera menuju meja makan dan segera mengambil sepotong sandwich daging buatan ibunya.
"Kaa-chan, Tou-chan! Aku pergi dulu...", teriak Naruto
"Naruto, makanlah makananmu di meja makan!", sahut wanita berambut merah yang tidak lain dan tidak bukan adalah ibunya, Kushina.
"Tidak usah, aku sudah hampir terlambat. Untung saja Kaa-chan membuat sandwich, jadi aku bisa memakannya di jalan. Kalau begitu, Kaa-chan, Tou-chan, aku pergi dulu-ttebayo!", jawab Naruto tergesa-gesa.
"Yaa. Hati-hati di jalan ya...", teriak seorang pria dengan rambut yang sama seperti Naruto yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayahnya, Minato.
"Hahh..anak itu. Tidak pernah berubah..."
"Hahaha. Dia sangat mirip denganmu, kan Kushina?"
"Justru karena ia mirip denganku aku tidak ingin dia mewarisi sifatku..."
.
.
.
.
Sementara itu, Naruto segera melesat dengan kecepatan penuh menuju sekolahnya. Ia tidak mau dicap sebagai anak yang tidak disiplin di hari pertamanya ia menginjak bangku SMA. Sekolahnya memang hanya berjarak beberapa blok dari rumahnya, sehingga ia hanya perlu berjalan kaki atau dalam kondisinya sekarang, berlari untuk mencapai sekolahnya.
"Fiuhh...untung masih sempat-ttebayo..."
Naruto segera bergegas menuju lapangan utama SMA Konoha untuk mengikuti upacara penerimaan siswa baru yang nampaknya akan dimulai. Naruto yang hampir terlambat pun masuk ke barisan yang paling belakang.
Tidak beberapa lama, muncullah seorang wanita berambut Blonde di atas podium. Nampaknya wanita itu adalah Kepala SMA Konoha. SMA Konoha adalah sekolah terbaik di Kota Konoha. Dengan reputasinya yang bagus, tidak heran banyak orang yang berharap masuk ke sana. Beruntunglah seorang naruto yang tidak terlalu pintar ini bisa masuk ke sana.
Wanita berambut Blonde tersebut memberikan pidato atau kata sambutan pembukaan tahun ajaran baru dan tak lupa salam hangat pada murid-murid baru. Tapi karena cuaca yang mulai agak panas dan pidato yang tidak bisa dibilang singkat itu, Naruto mulai gelisah.
"Aahh...Wanita itu lama sekali pidatonya, kakiku sampai mati rasa gara-gara terlalu lama berdiri. Kalau begini aku bisa menuntutnya gara-gara menyusahkan orang lain", kata Naruto gusar.
"Sstt! Jaga bicaramu. Kau tidak tau siapa wanita itu?"
Naruto menoleh ke arah sumber suara yang tepatnya berada di sampingnya. Seorang laki-laki berambut coklat dan memiliki tato taring merah di kedua pipinya, nampak memandangnya.
"Tahu, Kepala Sekolah kan?, jawab Naruto sekenanya.
"Ya, tapi dia bukan Kepala Sekolah biasa..."
"Apa maksudmu?"
"Aku dengar rumor kalau dia itu sangat menakutkan..."
"Menakutkan bagaimana maksudmu?", tanya Naruto heran.
"Katanya dia pernah mengalahkan 7 orang pria dewasa sekaligus dalam suatu pertarungan!"
"Apa? Kau serius?!", tanya Naruto tak percaya.
"Tentu saja. Katanya ia memiliki kekuatan superhuman dan kekuatan mistik. Itu sebabnya ia bisa mengalahkan pria-pria itu dengan mudah."
"Wow sungguh tidak bisa dipercaya", jawab Naruto polos.
"Hn, hal yang kalian berdua bicarakan itu cuma omong kosong"
Kedua pemuda yang sedang berbicara itu menoleh ke belakang ke arah sumber suara yang tiba-tiba menyela pembicaraan mereka. Nampak sesosok pemuda berambut Raven agak panjang dan bermata Onyx menatap mereka tajam.
"Apa maksudmu omong kosong?", tanya pemuda berambut coklat yang tadi berbicara dengan Naruto.
"Ya jelas omong kosong. Tidak mungkin ada kekuatan seperti itu di dunia ini", jawab pemuda berambut Raven itu.
"Jadi maksudmu rumor itu tidak benar?", tanya Naruto yang mulai penasaran.
"Ya, itu memang tidak sepenuhnya salah. Tsunade-sama memang pernah mengalahkan 7 orang pria sekaligus, karena mereka berniat merampoknya."
"Nah, benarkan apa yang kukatakan tadi..Mereka sepertinya memilih mangsa yang salah, haha...", sahut pemuda berambut coklat itu.
"Ya itu benar. Tetapi itu karena dia adalah seorang Master Karate."
"Maksudmu?", tanya Naruto lagi.
"Maksudku, dia adalah seorang Karateka bersabuk hitam."
"Darimana kau tahu kalau dia seorang Karateka?", sahut Naruto yang belum terpuaskan rasa penasarannya.
"Kakakku adalah salah satu murid di dojonya, dan ibuku sendiri adalah teman baiknya. Aku pernah melihat sendiri bagaimana dia mempraktekkan keahliannya saat aku berkunjung ke dojonya"
"Woah...Sugoi. Jadi dia benar-benar kuat?", sahut pemuda berambut coklat tadi.
"Tidak cuma itu. Dia juga menguasai beberapa bela diri lain seperti Judo, Aikido dan Taekwondo."
"Wow dia benar-benar hebat-ttebayo!
"Karena itu, kalian jangan ribut! Dari tadi kalian sangat mengganggu! Jika dia sampai mendengar obrolan kalian, aku bisa jamin kalian tidak akan selamat. Setidaknya sebelum salah satu tulang kalian patah", kata pemuda berambut Raven itu yang sukses membuat kedua orang dihadapannya menelan ludah.
"Baiklah, gomen. Ngomong-ngomong aku belum tahu nama kalian. Namaku Namikaze Naruto, yoroshiku", kata Naruto sembari tersenyum lebar.
"Yo! Namaku Kiba, salam kenal!"
"Namaku, Sasuke, salam kenal."
"Hmmm... Kiba dan Sasuke ya. Kalau begitu salam kenal. Aku harap kita bisa sekelas nanti-ttebayo! Tapi aku yakin kita pasti akan sekelas nanti"
"Hmm..Kenapa kau yakin sekali?, tanya Kiba.
"Ya, karena aku yakin kita ditakdirkan untuk bertemu, haha. Atau jangan-jangan kita itu jod-", Naruto tidak melanjutkan perkataannya karena kepalanya sudah dijitak oleh Sasuke.
"Grrrr..Apa-apaan kau Sasuke! Itu sakit-ttebayo!", seru Naruto sambil mengusap kepalanya.
"Haah...lebih baik omonganmu barusan jangan dilanjutkan. Aku agak jijik mendengarnya...", jawab Sasuke sambil menatap Naruto kesal, sementara itu, Kiba hanya bisa tertawa melihat tingkah kedua teman barunya itu. Nampaknya mereka telah menjadi teman di awal masa SMA mereka.
Setelah beberapa menit, akhirnya pidato dari Kepala Sekolah selesai dan dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan dari siswa baru. Yang kembali membuat Naruto gelisah.
"Haah lama sekali-ttebayo!", keluh Naruto yang keringatnya sudah sebesar biji jagung.
Hmm, kau benar juga, disini sudah mulai panas. Lagipula, kenapa mereka tidak menggelar kegiatan mereka di aula saja. Padahal kudengar, SMA Konoha punya aula yang besar untuk acara ini", sahut Kiba yang sudah melepas semua kancing jasnya.
"Itu tidak bisa dilakukan, karena kudengar aula mereka sedang direnovasi", sahut Sasuke.
"Hahh..benar-benar menyusahkan-ttebayo!", seru Naruto.
Sementara itu, seorang gadis bersurai Indigo nampak sedang naik ke atas podium. Nampaknya dia adalah perwakilan dari siswa baru yang akan menyampaikan pidato atau kata sambutan. Naruto menatap gadis itu sambil mendengarkan pidatonya.
"Wah, gadis itu benar-benar kawaii-ttebayo! Suaranya dan isi pidatonya juga sangat bagus, aku yakin dia pasti orang yang anggun dan lemah lembut-ttebayo!", seru Naruto kagum.
"Heh.., jangan terlalu cepat menilai, Naruto, sahut Kiba tiba-tiba."
"Apa maksudmu, Kiba? Kau mengenalnya?", tanya Naruto.
"Kau hanya melihatnya saat dia menyampaikan pidato sekarang ini. Kau pasti menyangka ia adalah gadis yang anggun dan lembut serta baik hati, kan? Kau belum tahu bagaimana dia sebenarnya. Aku yakin kalau kau tahu, kau pasti akan sangat terkejut...", seru Kiba sambil tersenyum penuh misteri yang membuat dahi Naruto mengkerut.
"Memangnya dia orang yang seperti apa?", tanya Naruto lagi.
"Lihat saja nanti kalau kau bertemu dengannya", jawab Kiba lagi. Naruto hanya bisa garuk-garuk kepala mendengar jawaban Kiba.
Setelah acara kata sambutan dari perwakilan siswa baru usai, tibalah acara perkenalan dari guru, dan tampaknya membuat mereka semakin lama berada di lapangan itu.
"Haha lihat, pria itu!", seru Kiba sambil menunjuk seorang guru pria yang sedang memperkenalkan diri di atas podium.
"Apa maksudmu pria dengan rambut nge-bob dan beralis tebal itu?", tanya Naruto.
"Haha, aku tidak tahan melihat gaya rambutnya dan alis tebalnya itu", seru Kiba sembari tertawa.
"Haha, benar juga kau Kiba. Tapi, nampaknya dia begitu bersemangat-ttebayo! Dari perawakannya, sepertinya dia adalah guru olahraga.
"Benar juga kau, Naruto. Aku juga berpikiran sama.
"Hei, lihat pria itu!, kali ini Naruto yang menunjuk seorang pria yang telah bergantian dengan guru tadi.
"Pria dengan masker itu?", jawab Kiba.
"Ya. Matanya begitu sayu. Aku yakin dia pasti juga sudah bosan dengan acara ini. Aku juga penasaran apa yang ada dibalik masker itu-ttebayo!", seru Naruto.
"Haha, jangan-jangan bibirnya begitu lebar sehingga dia harus menutupinya dengan maskernya itu", seru Kiba sambil tertawa.
'Hahaha, atau bisa saja ia memiliki gigi yang besar sampai-sampai keluar dari mulutnya-ttebayo!", seru Naruto sembari tertwa tertahan.
"Kalian ini apakah adalah tipe orang yang suka membicarakan penampilan orang lain?", sahut Sasuke yang nampaknya agak terganggu mendengar obrolan mereka berdua.
"Hahaha, habisnya mereka sangat lucu-ttebayo!", tawa Naruto, kali ini cukup keras.
"Hahahaha...Kau benar sekali, Naruto. Hahahaha...", tawa Kiba yang tak kalah kerasnya dengan Naruto.
Kedua anak manusia yang tak tahu malu itu masih tertawa cekikikan. Beberapa pasang mata menatap mereka tajam. Nampaknya mereka sangat terganggu dengan tingkah mereka berdua. Tiba-tiba sepasang tangan menepuk bahu mereka berdua. Seketika mereka menoleh dan mendapati sesosok pria bermata besar dan berambut coklat sedang memasang wajah seram seraya menatap mereka.
"Grrr... Kalian berdua ini. Apa yang kalian lakukan? Kalian telah membuat keributan di sini."
"Su-sumimasen Sensei! Sebenarnya dia yang memancing tawaku, Sensei!", seru Kiba tegang.
"Apa maksudmu, Kiba! Bukannya kau yang membuat lelucon lebih dulu!", seru Naruto tak mau kalah.
"Tapi kau lah yang paling keras tertawa!", seru Kiba lagi.
"Kau juga kan. Buktinya ka-"
"Sudah-sudah! Sensei tak peduli siapa yang memulai ini duluan, tetapi yang pasti kalian sudah sangat berisik sejak dari tadi. Sebaiknya kalian ikut denganku. Kalian harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian!", seru pria itu dengan tegas.
"Maaf, sensei. Kami minta maaf. Jangan hukum kami..", mohon Kiba dengan muka memelas.
"Iya, sensei kami minta maaf-ttebayo!", seru Naruto, juga dengan wajah memelasnya.
"Tidak! Inuzuka Kiba, Namikaze Naruto, kalian harus dihukum! Ayo..", serunya sambil menyeret kedua orang tersebut dari barisan.
"Tidak-ttebayo! Aku tidak mau dihukum. Sasuke tolong kami!", seru Naruto sambil menyebut nama Sasuke.
"Ya, Sasuke! Tolong kau jelaskan padanya!", seru Kiba.
"Ehh...Maaf, kalian siapa ya?", jawab Sasuke dengan muka tak berdosa. Nampaknya ia tidak ingin terlibat masalah dengan membela mereka berdua.
"Dasar, Sasuke sialan. Teganya kau-ttebayo!, seru Naruto kesal.
Dengan keadaan Naruto dan Kiba yang masih kesal dengan jawaban Sasuke tadi, mereka diseret keluar dari lapangan. Banyak siswa yang menatap peristiwa menyedihkan itu dengan rasa kasihan, walaupun ada juga yang cekikan melihat penderitaan mereka. Sementara itu, di barisan tak jauh dari situ, ada seorang gadis yang sudah memperhatikan kelakuan mereka berdua dari tadi...
"Pemuda itu...Na...mikaze Naruto?"
.
.
.
.
Upacara pembukaan tahun ajaran baru telah selesai dilaksanakan. Para murid pun terlihat bubar meninggalkan lapangan, tak terkecuali Naruto dan Kiba yang sudah selesai mengerjakan hukuman mereka membersihkan koridor bawah dekat gudang.
"Hahh...Yamato-sensei benar-benar menakutkan-ttebayo!", seru Naruto
"Benar, matanya itu sangat menakutkan dan mengintimidasi. Aku tak menyangka ia bisa tahu nama kita, bahkan dia berkata kalau dia telah menghapalkan nama seluruh siswa baru. Sungguh guru yang sangat berdedikasi", kata kiba, membenarkan perkataan Naruto. Nampaknya mereka berdua sudah mendapatkan ceramah dan pelajaran singkat dari Yamato-sensei. Sementara itu seorang pemuda terlihat menuju ke arah mereka.
"Yo! Kalian sudah selesai?"
Naruto dan Kiba seketika berhenti dan menatap pemuda itu dengan kesal.
"Siapa ya?", tanya Kiba dengan muka kesal.
"Benar, siapa kau? Kami tak mengenalmu...", sahut Naruto juga.
"Ayolah...hanya begitu saja kalian sudah marah...", kata pemuda itu lagi yang tidak lain dan tidak bukan adalah Sasuke.
"Begitu katamu? Kami berdua sengsara sedangkan kau hanya berkata hanya begitu?!", seru Kiba jengkel.
"Hahh..lagipula itu kan kesalahan kalian berdua...", jawab Sasuke dengan tingkahnya yang sok cool.
"Memang benar sih, tetapi sebagai teman, setidaknya kau bisa membantu kami-ttebayo. Bukan berlagak tidak kenal!", seru Naruto tak mau kalah.
"Hahh...baiklah, baiklah. Aku minta maaf, aku minta maaf. Ngomong-ngomong kalian mau kemana?", tanya Sasuke.
"Sebenarnya kami ingin menuju papan pengumuman untuk melihat kelas mana yang kami dapat...", jawab Kiba.
"Hn, itu tidak perlu. Karena kita bertiga masuk kelas 1-A. Kita satu kelas", kata Sasuke.
"Woaah! Benarkah? Benarkan, yang kukatakan tadi, kita akan sekelas. Hahaha...", sahut Naruto sambil tertawa.
"Yeah, aku senang bisa sekelas dengan kalian!", sahut Kiba juga.
"Yosh, mulai sekarang, kita bertiga akan menaklukkan sekolah ini-ttebayo!", seru Naruto sambil merangkul kedua temannya itu.
"Hn, dasar...", sahut Sasuke sambil tersenyum.
"Baiklah kalau begitu. Ayo kita ke kelas!", seru Kiba tak kalah semangat.
"Ayo!", seru Naruto sambil berjalan duluan.
"Oy, Naruto. Memangnya kau tahu letak kelas 1-A dimana?", tanya Sasuke. Pertanyaan Sasuke barusan, sukses membuat Naruto berhenti dan berbalik ke arahnya.
"Hehe. Aku tidak tahu-ttebayo...", kata naruto sambil tertawa.
"Hahh... Kalau begitu, kenapa kau jalan duluan? Ya sudah, ikut aku", ajak Sasuke.
Dan begitulah, ketiga orang yang nampaknya sudah menjadi sahabat itu langsung pergi menuju ruang kelas mereka.
.
.
.
.
Setelah melepas sepatu luar mereka dan menggantinya dengan sepatu untuk di dalam sekolah, mereka langsung menuju gedung sebelah dan menaiki tangga menuju ruang kelas mereka.
"Oy, Sasuke! Kau benar-benar tahu kan jalan menuju ke kelas kita? Kenapa dari tadi kita belum sampai juga?", tanya Kiba.
"Hn, kau tidak mempercayaiku? Jelas saja kita belum sampai karena kalian lama sekali berganti sepatu tadi. Lagipula, ruang kelas kita berada di ujung koridor. Nah, itu dia!", kata Sasuke sambil menunjuk papan bertuliskan 1-A.
"Yosh! Ayo kita masuk!", seru Naruto sambil agak berlari ke ruang kelas yang masih agak jauh. Karena terlalu bersemangat, Naruto tidak menyadari kalau ada seorang gadis yang juga berjalan ke arah pintu kelas, dan akhirnya...
BRAAKK... Naruto pun bertabrakan dengan gadis itu hingga keduanya terjatuh.
"Ahh...ittai...", gumam Naruto sembari memegang kepalanya.
"Ahh, gomen, aku tidak senga-", kalimat Naruto terhenti karena melihat gadis di hadapannya.
"Kau..."
.
.
.
.
.
~To Be Continued~
