Otaku-chan to Yandere-kun

Disclaimer: Naruto punya Masashi Kishimoto

Warning: Bahasa kasar, typo, OOC, Absurd

Pairing: Sakura dan Sai


.

.

.

.

.

Sudah lima belas menit tujuh belas detik Sakura berdiri di depan patung Hachiko. Menunggu seseorang sambil membaca majalah Shounen Jump edisi terbaru dengan khusyuk. Suasana jalanan Shibuya yang ramai dengan pejalan kaki tidak membuatnya terganggu sama sekali. Walaupun berjam-jam menunggu di sini tidak akan menjadi masalah bagi Sakura, asalkan ada manga yang menemaninya menghabiskan waktu.

Tapi, gangguan yang tidak dia duga muncul tiba-tiba. Sekelompok preman yang asyik bercanda sambil minum kopi menabrak Sakura dari samping. Alhasil Sakura pun terjatuh bersama salah satu preman yang menabraknya secara tidak sengaja. Sialnya lagi, kopi yang di bawa pemuda itu tumpah sebagian di sweater yang ia kenakan.

"Heh culun! Kau menumpahkan kopiku! Kau harus menggantinya!" preman itu tiba-tiba mengomel tidak jelas.

Sakura menatapnya datar. Siapa yang nabrak, siapa yang marah. Kenapa jadi dia yang salah? Padahal kan mereka duluan yang menabrak dirinya.

"Makanya pasang baik-baik matamu, jangan di taruh di pantat." Ujar Sakura, tanpa ada rasa takut sekali pun.

"Apa kau bilang?" preman itu terlihat melotot marah.

"Selain mata, ternyata telingamu juga hilang rupanya. Aku bilang, pasang baik-baik matamu, otak udang. Jangan jalan pakai pantat." Seperti biasa mulut tajam Sakura tidak bisa direm.

Wajar kalau preman itu menggertakan giginya, menahan amarah. Apalagi beberapa orang yang lewat jadi memperhatikan mereka. Teman-temannya pun tertawa saat mendengar umpatan Sakura barusan. Merasa harga dirinya di rendahkan di hadapan banyak orang, dia pun menarik kerah sweater Sakura dengan kesal.

"Beraninya kau berkata begitu padaku, jalang!" tangan preman itu sudah melayang bebas, bersiap untuk menampar pipi Sakura.

Plak!

Suara tamparan yang keras terdengar.

Namun alangkah kagetnya pemuda itu saat melihat wajah yang dia tampar bukan gadis berambut pink culun. Melainkan wajah seorang pemuda berambut eboni yang sedang tersenyum.

"Si-siapa kau!" teriak preman itu, kaget.

"Aku? Aku adalah pacar dari malaikat yang berdiri di belakangku saat ini." ucap pemuda eboni itu, masih tetap tersenyum hangat.

"Sai-kun! Akhirnya kau datang juga! Ayo cepat kita pergi sebelum ketinggalan kereta!" Sakura langsung bersemangat saat melihat Shimura Sai sudah tiba di tempat perjanjian mereka.

"Baiklah, manis. Maaf ya aku terlambat lima belas menit. Tadi ada sedikit urusan di rumah." Ujar Sai, sambil mengusap rambut Sakura dengan lembut.

"Tidak apa-apa kok. Apa pipimu sakit?" tanya Sakura, melihat pipi putih sai yang berubah warna menjadi merah muda seperti rambutnya.

"Kalau dicium mungkin bisa lebih baik lagi." Sai malah menggombal.

Orang-orang yang dari tadi melihat pasangan kekasih itu jadi geli sendiri. Terutama si pemuda preman yang merasa terabaikan karena dirinya masih jomblo. Brengsek sekali malah mesra-mesraan di hadapannya seolah tidak terjadi apa-apa.

"Woi! Jangan lupa kalau kau masih ada hutang padaku jal—Umph!" bibir preman itu langsung dijepit dengan penjepit jemuran oleh Sai. Entah darimana Sai mendapatkan penjepit jemuran itu. Semua orang kecuali Sakura langsung terkejut melihat Sai yang kini tersenyum sadis.

"Kalau mulut busukmu itu berani mengumpat pacarku lagi, aku tidak segan-segan untuk memotong lidahmu dan memberikannya ke ikan hiu untuk dimakan." Aura gelap menguar dari balik punggung Sai. Walaupun dia tersenyum, tapi senyumannya terlihat mengerikan seperti iblis.

Preman itu berusaha memukul Sai, namun dengan mudah Sai menangkap tinju preman tersebut hanya dengan satu tangan.

"Kau bahkan berani menyentuh kerah sweaternya, selain aku tidak boleh ada yang menyentuhnya…" Sai menggumam tidak jelas. Dia menggenggam keras tangan preman itu sampai terdengar bunyi tulang yang patah.

Kreek!

"Waaaaggh!" penjepit jemuran di bibir si preman terlepas saat dia berteriak kesakitan.

Preman itu jatuh terduduk sambil memegang tangan kanannya yang remuk. Dia bisa merasakan kalau tulang jarinya benar-benar patah! Pemuda eboni ini bukan pemuda biasa. Bahkan teman-temannya tidak ada yang berani mendekat atau membantunya untuk menghajar pemuda sialan itu.

"Kalau kau tidak minta maaf pada malaikatku, aku aku tidak segan-segan untuk membunuhmu sekarang juga…"

Tubuh preman itu bergetar ketakutan. Baru kali ini dia melihat pemuda yang memiliki aura yang mengerikan begini. Dia bahkan sampai menundukan badan, ber-ojigi, untuk meminta maaf di hadapan Sakura.

"Ma-maafkan aku! Aku benar-benar minta maaf dari lubuk hatiku yang paling dalam!" teriak preman itu sambil mengeluarkan air mata.

"Sudahlah, ini hanya kesalah pahaman saja kok. Tapi lain kali jangan diulangi lagi ya?" ujar Sakura, seraya memasang senyum tulus.

Preman tersebut langsung terkesima saat melihat senyum Sakura. Walaupun dia culun dan bermulut tajam, ternyata senyumannya manis juga. Benar-benar seperti malaikat.

"Hei, bajingan. Kenapa kau malah terpesona pada malaikatku?" Sai kini menjambak rambut si preman tanpa senyuman.

Si preman spontan ketakutan dan hampir pipis di celana, sampai sebuah jitakan keras sampai di kepala Sai.

"Sai-kun! Tidak boleh begitu! Kau sudah janji hari ini akan menahan sifat cemburumu! Kalau berhasil nanti akan kuberi 'hadiah'!" nasehat Sakura.

Mata Sai langsung berbinar terang seperti anak kucing yang diberi makana oleh tuannya. Dia langsung menendang jauh si preman dan mendekati Sakura.

"Benarkah? Apa saja?" tanya Sai.

"Iya, apa saja. Asal jangan suruh aku untuk tidak membaca manga saja." Kata Sakura, tidak begitu peduli.

"Yaaay! Aku cinta Sakura-chan!" Sai memeluk Sakura dengan erat sampai Sakura sulit bernapas.

"Hei, lepaskan! Kita harus cepat-cepat pergi sebelum pameran manga-nya dimulai!"

"Ha'i, ha'i tuan putri!" Sai menggandeng tangan Sakura dengan senyuman polos seperti anak kecil.

Mereka lalu pergi meninggalkan si preman bersama teman-temannya yang kini bengong seperti badut. Pasangan aneh itu seperti badai yang datang dan pergi tiba-tiba. Yang jelas, dia tidak mau lagi berurusan dengan mereka untuk yang kedua kalinya.

.

.

.

.

.

.

Omake~

"Sakura-chan! Aku ingin menagih janjimu tadi!" Sai memasang senyum sumringah setelah seharian penuh mereka berkutat di pameran manga. Sakura juga sudah banyak beli manga dan action figure yang diincarnya.

"Janji yang mana?"

"Yang akan menuruti segala keinginanku kalau aku tidak cemburu hari ini?"

Ah, benar juga. Sakura baru ingat. Dia lupa karena keasyikan sendiri di pameran. Kasihan juga Sai sampai rela ikut berdesak-desakan dengan dirinya saat di dalam gedung tadi.

"Oh…baiklah, apa keinginanmu?" tanya Sakura, sambil tersenyum manis sampai membuat jantung Sai berdebar kencang sekencang angin taifun.

"Aku ingin kau piiiiiiiiip-ku kemudian piiiiiiiiip dan piiiiiiiiiiip, lalu piiiiiiiiiip ke piiiiiiiiiiiip ku." ujar Sai dengan polosnya mengatakan hal tidak senonoh itu di tempat umum.

Buak! Sakura langsung meninju perut Sai dengan keras.

"Mati saja kau, mesum bodoh!"

"Aahh~ terima kasih Sakura…"

Di sisi lain, Sai malah terlihat kesenangan setelah dipukul Sakura. Rupanya selain yandere, pemuda itu juga seorang masokis kalau di hadapan Sakura.

.

.

.