"Maaf, aku tak menyukaimu. Apalagi aku belum kenal dekat denganmu."

Dengungan suara memecah keheningan setelah pernyataan cinta terlontarkan. Kepulan uap akibat musim dingin yang terlalu dingin terbentuk dari balik mulut keduanya. Pemuda itu menggigit bibir bawahnya, menahan kekecewaan yang terbentuk akibat jawaban orang di depannya.

"Kalau begitu permisi, maaf mengganggu harimu-" Nafasnya tiba-tiba tercekat di tenggorokan. "-Akashi-kun."

Pemuda bertubuh kecil itu melenggang pergi setelah membungkukkan badannya kepada orang di depannya- yang diketahui bernama Akashi Seijuurou.


Endless ChocoWhiteMuffin

Rated T

AkaKuro

Warn! AU, Ore!Akashi, OOC, alur gak jelas, Typo's, etc.

Chapter 1


Halaman demi halaman dibalik oleh seorang pemuda. Duduk diam dekat kaca etalase sebuah café. Ia sudah nyaman dengan posisi itu. Enggan mendengar maupun melihat keramaian yang tak henti-henti meraung di setiap ujung kota. Di atas meja terdapat sebuah cangkir berisikan Espresso dengan kepulan uap, didiamkan tanpa dicicipi. Ia masih terlalu fokus dengan buku bersampul biru muda digenggamannya.

Tak sadar bahwa seseorang datang dengan nampan berisi setumpuk burger dan kopi susu, untuk ukuran orang normal itu terlihat sebagai porsi yang mengerikan. Kursi ditarik dengan ujung kaki berbungkus sepatu Air Jordan berwarna merah-hitam.

"Oi Kuroko, kau itu diam sekali hari ini ?" laki-laki bertubuh kekar itu menghempaskan tubuhnya secara kasar setelah meletakkan nampannya di meja.

Pandangan dialihkan sejenak, antensinya kembali kepada buku bacaannya. Wajahnya masih menyiratkan tampang datar. Enggan menjawab, ia mengacuhkan lelaki didepannya.

"Oi Kuroko!"

"Kagami-kun berisik sekali. Aku jadi kehilangan mood untuk membaca"

Buku diatupkan, pandangannya kini lurus kearah lelaki itu. Nada ketus dilontarkan pemuda bernama Kuroko Tetsuya itu. Kuroko mengambil cangkir putih berisi espresso, di teguknya dengan hati-hati-karena panas masih terasa di mulutnya- setelah itu cangkir kembali diletakkan. Ia menatap Kagami yang sedang mengunyah burgernya dengan beringas. Kagami menelan dengan cepat kunyahan burger dimulutnya.

"Kau menjijikkan Kagami-kun. Setidaknya makanlah dengan perlahan."

"Hah, kau ini sedang PMS ya? Biasanya kau tidak peduli dengan cara makanku. Benar deh, ada apa sebenarnya?"

Kuroko menopang kepalanya dengan tangan sebelah kanannya. Pandangannya berubah ke luar etalase café. Menghela napas, berpikir sejenak antara memberi tahu atau diam saja? Lama berkelut dalam pikirannya akhirnya ia memutuskan juga.

"Kemarin aku ditolak oleh Akashi-kun."

Brushh

Cairan coklat lengket berbau kopi tersembur dari mulut Kagami. Wajah Kuroko mengkerut kala cairan itu mengenai wajahnya. Hampir ia meninju laki-laki di depannya ini, jika bukan tenaganya yang tidak sebanding dengan pemuda di depannya.

"Ini menjijikkan Kagami-kun. Aku bersumpah suatu hari akan meninjumu." Ujar Kuroko datar walau kelihatannya ia kesal sekali.

Kuroko mengambil 2 helai tisu basah dari balik tas punggungnya. Ia membersihkan wajahnya, kala Kagami masih syok dengan perkataannya. Setelah lama berselang akhirnya Kagami kembali tersadar dari loading yang lama.

"Kuro-Kuroko… Akashi…Tolak a-apa?" Rupanya ia masih mencernanya.

Kuroko kembali menghela nafas. Perlahan ia mengambil buku bacaannya kembali-dengan sampul yang berbeda- untuk dibacanya. Susah juga kalau punya teman lemot seperti ini.

"Ehmm, Kuroko apa aku tidak salah dengar kau baru saja ditolak Akashi?"

"Tidak, tidak sama sekali. Itu kenyataan."

Atensinya tetap pada bukunya. Sambil menyeruput espresso yang sudah agak mendingin. Kagami menggaruk belakang lehernya, canggung dengan suasana seperti ini. Apalagi yang romansa romansa, dirinya saja masih belum menyukai seseorang. Orientasinya memang patut dipertanyakan.

"Jadi.. bagaimana bisa kau menyukainya-Maksudku kapan kau mulai menyukainya?" Kagami bertanya dengan hati-hati.

"Aku bertemu dengannya ketika pertama masuk kuliah, lalu aku jatuh cinta dengannya"

"HAAH! Kau gila baru bertemu dengannya langsung jatuh cinta padanya!" ucap Kagami sewot.

"Entahlah. Yang pasti aku mencintainya." Kuroko membereskan barangnya.

"Mau kemana ?"

"Pulang. Aku bosan dengan orang tolol sepertimu"

Kuroko melenggang pergi meninggalkan Kagami yang melongo. Espressonya dibiarkan hanya tercicipi sedikit.

.

.

.

Akashi Seijuurou membanting dirinya dalam sofa yang empuk. Merasa lelah akan segala yang telah dialaminya. Lelah fisik dan lelah mental. Sampai lupa melepas syal serta jaketnya. Hampir saja mata dikatupkan jika ia tidak mendengar bising dari balik ruang keluarga.

Dirinya melangkah dengan anggun ke ruangan sebelah. Masih lupa mencopot syal dan jaketnya. Iris deep crimson miliknya menatap datar pemuda di depannya yang sedang menyibukkan diri dengan skripsinya.

"Sedang apa kau disini Mayuzumi-senpai, kukira rumahmu bukan disini."

Mayuzumi Chihiro, 20 tahun semester 4 jurusan Sastra Inggris. Senior Akashi yang lebih tua 1 tahun. Tengah duduk anteng di karpet ruang keluarga apartemen Akashi sambil mengerjakan skirpsi. Atensinya fokus kepada notebook berwarna abu-abu didepannya, dengan beberapa paragraph di sebuah program untuk menulis.

"Memangnya kenapa? Kau kouhaiku. Lagipula pemilik apartemen ini dengan baik hati memberikanku kunci cadangan." Ucapnya datar tanpa intonasi khusus.

"Oh ya, kudengar kau ditembak oleh seseorang ya?"

"Darimana senpai tahu?"

Akashi menaikkan sebelah alisnya, penasaran darimana sang senior tahu berita tersebut. Mengambil posisi duduk di dekat Mayuzumi. Khusyuk mendengarkan.

"Aku melihatnya- Kuroko Tetsuya umur 19 tahun semester 1 jurusan Sastra Jepang sedang menembakmu. Aku melihatmu ditaman ketika sedang mencari ide untuk novelku berikutnya."

Jarinya masih menari di keyboard dengan lincah. Lensa abu-abunya bergerak lincah menyusuri kalimat-kalimat yang telah di ketiknya. Akashi berusaha mengintipnya. Notebook dipindahkan ke lahan kosong.

"Kenapa tidak menerimanya? Dia cukup manis menurutku."

Akashi menopang kepalanya di meja dekatnya. Pandangan mengabur ke arah lain. Menerawang setiap sudut rumahnya.

"Entah. Tiba-tiba saja dia menembakku, aku kan bingung? Lagipula dia kan laki-laki."

"Oi, kalau kau menerimanya. Itu artinya kau menjadi bagian keluargaku."

"Hah!?"

Akashi terperangah. Tiba-tiba dirinya menjauh dari Mayuzumi. Menatap jijik pemuda didepannya, sangka-sangka dia memiliki anak haram.

"Kau punya anak, sudah kuduga kau itu hentai. Dasar lolicon gila. Pedofilia."

Perempatan menghampiri dahi Mayuzumi. Dirinya berdiri mencekik Akashi yang jungkirbalik akibat dorongan dari Mayuzumi.

"Ampu-Akhh Mayuzumi. GIVE UP. GIVE UPPP!"

"Cih. Dia itu sepupuku tahu"

Mayuzumi kembali duduk ganteng di depan notebooknya. Menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan. Disampingnya Akashi mendengus kesal. Lehernya masih sakit akibat cekikkan Mayuzumi. Ia melepas jaket dan syalnya dan melemparnya ke sembarang arah.

"Terserah. Yang pasti aku tidak akan menyukai Kuroko Tetsuya."

Akashi melangkah pergi menuju kamarnya. Mayuzumi kembali sendirian bersama dengan notebook kesayangannya. Kursor diarah kan ke tanda silang berwarna merah paling ujung. Meng-close skripsinya, lalu menggantinya dengan program game yang lagi marak.

"Ah waifu kesayanganku. Kemarilah menuju pelukan pangeran Mayuzumi Chihiro."

Dan berkhayal dengan gamenya.

"Akashi, kusumpahi kau bakalan kena karma." Dengus Mayuzumi sebelum menekan tombol play.

.

.

.


A/N

Hai ada yang kenal saya? Ga ada? Ayo kenalan, nama saya Choco. Pertama kali saya membuat fic dengan word 1k+

Doain saya cepet update. Yang mau bertanya, kritik, maupun saran silahkan letakkan di kolom review. Tenang saya gak gigit kok.

Maaf kalo tulisan saya ancur. Saya masih pemula, jadi mohon bimbingannya.

Sign,

ChocoWhiteMuffin