FT Island Fan Fiction
Mr. Cassanova "After Story"
©MikiHyo
.
Cast : FT Island, Kira Akegawa, Kazu Uzumi, Miki Amakura, & Other Cast
Genre : Family, little bit of Romance
Rating : PG-15
Lenght : Part (A-B)
A/N : Halo~ setelah beromance ria, sekarang aku bawain Mr. Cassa dengan genre family, genre favoritku. Mungkin bertolak belakang sama Mr. Cassa sebelumnya, tapi mudah-mudahan cerita ini lebih baik dari yang sebelumnya.
.
WARNING! Alur berantakan, tokoh-tokoh baru atau yang lain hanya aku jelasin lewat ps dan pasti bakal ngebuat readers bingung, tapi aku tetep fokuskan dengan cerita Hongki-Kira, Jonghun-Kazu dan Minhwan-Miki aja. Enjoy the story!
.
.
After Story
.
.
Seorang wanita dengan sirat matanya yang tajam dan cantik tengah asyik bersama peralatan masaknya di dapur. Terdengar bunyi gemericik minyak goreng maupun luapan air mendidih yang sudah menjadi ciri khas sebuah dapur yang sedang aktif.
"Ng... apa lagi yang belum?" gumam wanita itu seraya menopang dagu lentiknya dengan tangan kanannya.
"Oh iya, aku juga harus menyiapkan susu—"
GREP
"Ah—!" wanita itu langsung melonjak kaget saat pinggangnya tiba-tiba dirangkul oleh seseorang.
"LEE HONGKI, apa yang kau lakukan, eoh?!" wanita itu pun langsung membalikkan badan dengan raut wajah kesal saat tahu ulah jahil laki-laki yang tak lain adalah pendamping hidupnya sendiri, yakni Lee Hongki.
"Aku kan hanya memelukmu. Kau belum memberiku morning kiss pagi ini~" laki-laki dengan wajah cantik itu pun memainkan mata. Namun wanita yang tak lain adalah Kira itu justru semakin mendengus kesal seraya menoyor jidat Hongki yang lebar.
"Pergi atau kau tidak akan dapat sarapan" ancam wanita cantik itu yang langsung membuat Hongki membeku ditempat.
"Kau tega sekali yeobo~ hari ini adalah hari yang penting, kita akan melakukan banyak hal bersama dengan yang lain, masa kau tega tidak memberiku sarapan? Kau mau Lee Hongkimu yang tampan ini pingsan ditengah-tengah acara?~" alis Hongki merengut lucu. Membuat mimik wajahnya seolah menjadi raut wajah termelas sedunia.
"Orang sepertimu tidak akan pingsan walau tak dapat sarapan selama seminggu" ucap Kira dengan cueknya.
"YA!" Hongki pun hendak memprotes lagi, namun Kira terlihat tak perduli sama sekali. Kini ia kembali sibuk dengan acara memasaknya.
Hongki pun mengerucutkan bibirnya sebal. Ia mendesis layaknya bocah kecil, padahal umurnya sekarang bahkan sudah mencapai 28 tahun.
"Ck," decakan Hongki terdengar sampai ditelinga Kira. Wanita itu pun menoleh sejenak dan dilihatnya sang pendamping hidup sudah membalikkan badan bersiap-siap untuk pergi.
SAT
Dengan cepat Kira pun menarik ujung baju Hongki. Sontak langkah Hongki langsung tertahan dan saat ia berbalik, tiba-tiba saja...
CUP
Kira mengecup cepat bibir tipis cantik itu. Membuat semburat merah mewarnai wajah keduanya secara kilat.
"Bersikaplah seperti anak baik sampai aku selesai membuat sarapan, Arasso?" ucap Kira dengan logat Koreanya yang sudah fasih karena terus dilatih beberapa tahun ini.
Hongki pun tersenyum lebar dengan aura Cassanovanya yang selalu menebarkan pesona "Tentu saja Istri cantikku!" sahutnya penuh semangat.
Kira pun membalas senyumnya.
"Ginnie, eodi?" tanya Hongki.
"Berhenti memanggilnya Ginnie, Hongki. Dia itu laki-laki!" protes Kira.
"Haha, biarkan saja. Jadi dimana dia?"
Kira hanya tersenyum seraya menyiratkan Hongki untuk melihat ke beranda rumahnya. Hongki pun segera melesat menuju beranda rumah yang teduh itu untuk menghampiri seseorang.
.
.
"Chagiya, apa ada lagi yang mau kau masukkan kedalam mobil?" seorang pria tampan berhidung indah terlihat sibuk memeriksa beberapa tas yang ada didalam mobilnya.
"Chagiya?" lelaki Choi itu pun menengok kearah pintu rumah saat merasa panggilannya tak mendapat respon. Laki-laki yang telah dewasa itu tak lain adalah Choi Jonghun.
"N-Ne? Maafkan aku Funi, aku sedang mencoba menghubungi Miki" ucap seorang wanita yang keluar dari rumah itu. Rambut hitam legam panjangnya yang indah terurai bebas menerpa angin yang berpapasan dengannya diambang pintu. Dia adalah Kazu.
"Dia masih belum menjawab panggilanmu?" tanya Jonghun sambil bersandar dipintu mobilnya. Kazu pun mendekati pria tampan pencuri hatinya itu.
"Aish, dasar anak ini. Apa dia sengaja menon-aktifkan ponselnya?! Kenapa dia susah sekali dihubungi" Kazu terlihat agak kesal dengan nada putus yang selalu terdengar di telepon saat ia mencoba untuk menghubungi sahabatnya, Miki.
"Iya sudahlah, kita akan coba menghubunginya sambil jalan. Sekarang kau periksa dulu apa tidak ada bawaan yang tertinggal?" ujar Jonghun seraya menyiratkan kepada Kazu untuk memeriksa tas-tas kecil dibangku belakang Mobilnya.
Kazu pun menurut dan memulai mengabsen, "Kurasa tidak" jawab wanita Jepang itu.
Jonghun dan Kazu pun masuk kedalam mobil, namun pintu mobilnya tak langsung mereka tutup, pertanda mereka sedang menunggu seseorang.
"Sayu?" pandangan Jonghun mengedar kearah kursi belakang.
"Sedang mengambil tasnya sebentar dikamar" jawab Kazu.
Tak lama kemudian pintu rumah mereka kembali terbuka, dibarengi dengan kemunculan seseorang yang membuat Jonghun maupun Kazu langsung tersenyum lebar dari dalam mobil.
.
.
"Hyung, kenapa Eybin tidak kau ajak juga? Padahal jarang-jarang kita bisa berkumpul lagi seperti ini" gerutu seorang laki-laki manis yang tak lain adalah Jaejin saat Wonbin baru saja tiba dan menghampirinya. (ps. Eybin nama pacar Wonbin, pertama kali muncul di Mr. Cassanova part 16. Dulu suka sama Wonbin dan sekarang udah jadian)
"Dia sedang sibuk dengan tugas kuliahnya karena itu tidak bisa meninggalkan Singapore. Dia benar-benar minta maaf" jelas Wonbin dengan senyum khasnya.
"Oppa..." tiba-tiba lengan baju Jaejin pun ditarik oleh seseorang yang sejak tadi berada dibelakangnya. Wonbin yang merasa asing pun memiringkan kepalanya.
"Oh, aku lupa. Kenalkan Hyung, ini Michi" ucap Jaejin seraya memperkenalkan Michi kepada Wonbin. Ini memang pertemuan pertama mereka setelah Wonbin bisa meluangkan waktu untuk berkumpul kembali dengan teman-teman lamanya.
"Jadi kau adik Miki? Padahal kalian bukan saudara kandung, tapi kau terlihat seperti Miki. Aku jadi merasa melihat Miki saat SMA dulu" Wonbin tersenyum ramah. Ia memang sudah pernah diceritakan mengenai Michi oleh Jaejin. (ps. Jaejin ketemu Michi di MyeoungDam saat Michi jadi murid pertukaran setahun setelah angkatannya Miki. Mereka saling menyukai sampai akhirnya jadian sekarang)
Michi pun mengangguk, "Perkenalkan namaku Michi Hoshine, senang berkenalan denganmu Wonbin Oppa"
Tak lama kemudian datang lagi sepasang manusia yang sudah tak terlihat asing oleh Jaejin dan Michi.
"Seunghyun-ah! Disini!" seru Jaejin saat melihat sosok adik kelasnya itu tengah sibuk mencari keberadaan mereka.
"Oh, Hyung!" dengan senyum mengembang, Seunghyun pun langsung menghampiri Hyungnya itu seraya menggandeng erat tangan seorang gadis yang tak lain adalah Hyunjung. (ps. Hyunjung itu gadis yang selalu jadi tempat curhat Seunghyun waktu dia patah hati sama Kazu dulu. Mereka pun sekarang akhirnya jadian)
"Wonbin Hyung?! Wah, sudah lama sekali aku tidak melihatmu!" Seunghyun dengan sikapnya yang selalu santai pun langsung menyambar memeluk Wonbin.
"Kau semakin tinggi saja ya, bagaimana kabarmu?" senyum Wonbin.
Seunghyun pun mengangguk, "Aku baik-baik saja Hyung, dan tentu saja kau pun harus baik!"
Wonbin hanya tertawa mendengar ucapan Seunghyun yang selalu spontan. Wonbin pun melirik kearah gadis yang sejak tadi hanya terdiam dibelakang Seunghyun.
"Oh iya, kenalkan, dia Jung Hyunjung!" ucap Seunghyun seraya memperkenalkan Hyunjung.
Hyunjung pun menunduk dan berjabat tengan dengan Wonbin yang selalu tersenyum ramah.
"Kekasihmu, eoh?" senyum Wonbin dengan mata yang melirik tajam kearah Seunghyun.
"Aniyo, dia tunanganku Hyung!" jawaban Seunghyun yang lagi-lagi spontan seketika membuat rona merah di pipi Hyunjung.
"Ya, Pabo! Untuk apa bersuara keras begitu, eoh?!" Hyunjung yang merasa malu pun langsung memukul pundak Seunghyun. Orang-orang yang ada disekeliling mereka pun hanya tertawa melihat pasangan lucu itu.
Hyunjung pun langsung membaur dengan Michi yang memang sudah menjadi temannya. Sejak kepergian Hongki dan Jonghun ke Jepang untuk melanjutkan kuliah, hanya Jaejin dan Seunghyun yang berada di Seoul. Karena itu hubungan mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya jadi wajar saja kalau Kekasih mereka masing-masing yakni Michi dan Hyunjung sudah menjadi teman baik karena sering pergi bersama walau mereka berbeda usia, Hyunjung satu tingkat lebih tua dari Michi.
"Kalau begitu... kita tinggal menunggu para tokoh utama disini" ucap Jaejin dengan senyum mengembang.
"Haha, ucapanmu berlebihan Hyung. Memangnya mereka itu tokoh utama dalam cerita?" Seunghyun terkekeh mendengar ucapan Jaejin.
"Ya, kurasa mereka memang sudah seperti tokoh utama dalam cerita, mengingat bagaimana kehidupan SMA kita dulu" Wonbin pun tersenyum teduh menimpali ucapan kedua dongsaengnya.
Dan benar, tak lama kemudian terlihat seorang pria tampan berhidung indah dengan aura Cassanovanya yang memikat tengah berjalan menuju tempat mereka berdiri. Disampingnya, seorang wanita Jepang dengan rambut hitam panjangnya yang terurai halus terlihat setia mengikuti langkah sang Cassanova.
"Apa kabar semuanya?" senyum Jonghun begitu ia tiba ditempat para dongsaengnya berkumpul.
Seketika Seunghyun pun langsung menyambar memeluk Jonghun. Memang dasar orang yang spontan.
"Kau sendiri, bagaimana kabarnya Hyung? Aku benar-benar merindukanmu!" seru Seunghyun yang langsung melepas rindunya dengan Jonghun. Orang-orang disekeliling mereka pun hanya tersenyum, mengingat bagaimana hubungan kedua orang itu dimasa lalu yang kaku hanya karena menyukai gadis yang sama. Namun kini semuanya telah berubah menjadi lebih baik.
"Aish, sikapmu ini tak berubah ya. Hanya dengan melihat sikapmu saja, aku sudah tahu kau baik-baik saja" balas Jonghun. Seunghyun pun hanya tertawa, kini ia beralih kearah Kazu, sahabat lama sekaligus cinta pertamanya.
"Kazuuuu~" Seunghyun pun bersiap menyambar Kazu yang sangat ia rindukan, namun dengan cepat tubuhnya ditarik kembali oleh Jonghun.
"Kau mau mencuri kesempatan, eoh? Tidak akan kubiarkan! Aish, bisa-bisanya kau bersikap seperti ini padahal sudah ada gadis secantik Hyunjung yang mau padamu!" kata-kata tajam Jonghun benar-benar menusuk. Namun inilah yang paling membuat Seunghyun merindukan Hyungnya yang satu itu.
Hyunjung yang merasa namanya disebut pun langsung menunduk malu dan meminta maaf.
"Aku tidak apa-apa Jonghun-ssi. Aku yang minta maaf karena sikap Seunghyun yang spontan, Kazu-ssi aku juga minta maaf" ucap Hyunjung dengan sopan.
Jonghun dan Kazu pun hanya tertawa.
"Ya, Song Seunghyun, kau benar-benar tega sampai membiarkan Hyunjung meminta maaf. Aih... aku kecewa padamu" gerutu Kazu yang langsung membuat mata Seunghyun membelalak horror.
Ia pun langsung menghampiri Hyunjung dan mulai merayunya kembali. Namun tetap saja pada akhirnya hanya ada pertengkaran kecil. Lagi-lagi semua yang ada disitu hanya bisa tertawa.
Jonghun pun melepas rindu kepada Jaejin dan Wonbin, begitu juga Kazu kepada Michi yang sudah meninggalkan Jepang semenjak ia pindah untuk bekerja di Seoul bersama Jaejin.
"Kenapa Kakakmu susah sekali kuhubungi? Dimana dia?" gerutu Kazu kepada Michi.
"Miki Nee-chan? Tidak biasanya dia sulit dihubungi, tapi dia akan datang kan, Kazu Nee-chan?" Michi pun balik bertanya.
"Aku juga tidak tahu. Bahkan Kira juga tidak bisa menghubunginya. Kemana anak itu? Padahal ini kesempatan kita untuk bisa berkumpul kembali setelah beberapa tahun terakhir. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya" Kazu mendengus lagi.
"Ya ampun, aku sampai lupa dengan keponakan cantikku! Sayumi-chan!" perhatian semua orang langsung teralih saat mendengar suara Jaejin. Kini Jaejin sudah terlihat akrab dengan gadis blasteran Korea-Jepang kecil berusia 6 tahun yang sejak tadi bersembunyi dibalik kaki Jonghun.
"Annyeong jucchi..." sapa gadis kecil bernama Sayumi itu.
Ya, kini lingkaran kehidupan para remaja yang sudah beranjak dewasa itu pun menjadi lebih ramai dengan manusia-manusia kecil yang baru. Choi Sayumi, itulah nama yang diberikan Jonghun dan Kazu kepada buah hati mereka yang kini berusia 6 tahun.
Karena permintaan orang tua Jonghun, ia dan Kazu melangsungkan pernikahan saat usia Jonghun 23 tahun dan Kazu 21 tahun. Padahal mereka masih sama-sama kuliah saat itu, namun orang tua Jonghun terus mendesak karena sudah menyukai Kazu semenjak Jonghun memperkenalkan gadis Jepang itu pada Keluarganya.
"Sayu Noonaaaaa!~" tiba-tiba saja seorang bocah laki-laki datang dan langsung memeluk Sayumi. Sementara para orang dewasa yang sedikit terkejut langsung tertawa saat menyadari siapa bocah kecil itu.
"Gin-ah, seharusnya kau menyapa kami yang lebih tua dulu" ucap Jonghun seraya mengusap-usap rambut bocah kecil yang dipanggil Gin itu.
"Oh, mianhae, Gin lupa. Annyeong, Jonghun jucchi, Kazu jumma, Jaejin jucchi, Michi jumma, Seung jucchi, Hyun jumma, dan... oh! Wonbin jucchi?! Jucchiiii!~" tiba-tiba saja Gin langsung mengalihkan perhatiannya dari Sayumi dan langsung menyambar memeluk Wonbin.
"Annyeong Gin-ah. Apa kabarmu?" Wonbin hanya tertawa dan langsung menggendong bocah 5 tahun tersebut.
"Ckckck, rasanya seperti melihat Hongki Hyung kecil" desis Seunghyun. "Padahal aku ingat sekali bagaimana hubungan Hongki Hyung dan Wonbin Hyung dulu, tapi kini anaknya justru akrab sekali dengan Wonbin Hyung"
PLETAK
Jitakan maut pun mendarat dikepala Seunghyun, yang membuat semua orang langsung mendelik kearah sang penjitak.
"Ya! Jangan membahas masa lalu yang tidak enak!" gerutu Hongki yang baru saja datang dan langsung memulai rutinitasnya "Membully" Seunghyun seperti biasanya. Sama sekali tidak berubah dari dulu.
"Sakit Hyung! Kau ini, tidak bisakah berhenti untuk membullyku?!" pertengkaran kecil Hongki dan Seunghyun pun dimulai. Sementara semua orang yang melihat hanya bisa mendesah pelan.
PLETAK
PLETAK
Adu mulut Hongki dan Seunghyun pun langsung berhenti saat masing-masing dari mereka mendapat jitakan maut dari seorang wanita Jepang cantik bermata tajam yang juga sudah datang.
"Kalian ini, baru bertemu sudah ribut. Tidak ada dewasanya sama sekali" desis Kira. Hongki dan Seunghyun pun langsung berhenti namun masih menunjukkan muka merengut masing-masing.
"Apa kabar semuanya?" sapa Kira kepada semua yang ada disitu. Lagi-lagi mereka pun saling melepas rindu.
"Jucchi, lihat! Nail art baruku, keren kan!" seru Gin sambil memperlihatkan jari telunjuk mungilnya yang dihiasi nail art seperti milik Hongki kepada Wonbin.
"Aigoo... Kira, anakmu benar-benar menjadi seperti Hongki ya" Wonbin terkekeh kearah Kira. "Ne, Gin-ah. Itu cocok sekali denganmu" kini ia pun tersenyum kepada Gin. Sekarang justru Wonbin dan Gin yang terlihat seperti Ayah dan Anak karena keakrabannya, apalagi sejak tadi Gin masih terlihat nyaman berada dalam gendongan Wonbin.
"Ya! Tentu saja dia harus jadi sepertiku, dia kan anakku! Ginnie, kenapa kau malah minta digendong oleh Wonbin, eoh? Kenapa tidak dengan Appa?" gerutu Hongki kepada Wonbin dan juga Gin.
"Shireo! Appa selalu memanggilku Ginnie, aku jadi seperti perempuan! Appa menyebalkan!" sekarang Gin malah menjulurkan lidahnya kepada Hongki.
"Aish, kemari Gin. Biarkan saja Appa mu yang pabo itu, jangan buat ribut disini" Gin pun berpindah ke gendongan Kira.
Semuanya hanya bisa tertawa melihat hal itu. Kazu pun langsung menghampiri Kira.
"Bagaimana dengan Miki? Sudah berhasil kau hubungi?" tanya Kazu.
"Aku sudah meneleponnya dari semalam, tapi tidak bisa. Sebenarnya kemana anak itu? Dia sudah kembali dari Eropa sejak kemarin kan?" Kira dan Kazu pun berkutat soal Miki.
"Minhwan bilang dia akan datang. Nanti kita tanyakan pada Minhwan saja" ucap Jonghun menimpali pembicaraan kedua gadis Jepang itu. Semua yang ada disitu pun hanya mengangguk.
Ditengah-tengah pembicaraan, seorang laki-laki datang menghampiri mereka dan langsung melepas kaca mata hitamnya.
"Yo, apa kabar Hyung semua?" sapa Minhwan dengan senyum yang mengembang.
"Ya, Magnae! Kami sangat merindukanmu tahu!" Hongki, Jonghun, Wonbin dan juga Jaejin pun langsung memeluk magnae mereka itu, begitu juga Seunghyun yang langsung menempel pada sahabat lamanya itu. Melepas rindu satu sama lain setelah beberapa tahun ini tak bertemu.
Sementara para wanita hanya bisa memandang haru kearah enam pria tampan yang pernah menjadi Idola dan membuat banyak kenangan dimasa SMA mereka itu.
"Minhwan-ah, dimana Mi—"
"Oh, Kazu-ah?! Kira-ah?! Ya, bagaimana kabar kalian?!" ucapan Kazu pun terputus saat Minhwan mengalihkan pandang kearahnya dan juga Kira.
"Halo Sayumi~ Gin-ah~ Apa kalian tidak merindukan Jucchi?" kali ini Minhwan beralih kearah putra-putri mereka masing-masing. Melihat hal yang agak 'dipaksakan' itu pun, Hongki mendekati Kira.
"Sepertinya ada sesuatu.." ucap kedua pasangan fenomenal itu sambil berbisik satu sama lain.
Kazu dan Jonghun pun mengikuti langkah yang sama, "Apa mereka bertengkar lagi?" bisik Jonghun kepada Kazu.
Sementara Jaejin, Wonbin, Seunghyun beserta pasangannya masing-masing juga ikut menatap bingung kearah Minhwan. Sepertinya pria bermata sipit itu memang sedang menghindari pembicaraan mengenai Miki.
"Ng... hari sudah semakin siang. Bisa-bisa kita terjebak macet karena banyak juga orang yang ingin pergi berlibur, apa kita harus berangkat sekarang?" suara Jaejin pun memecah suasana, namun pertanyaannya itu justru membuat jawaban yang ambigu dari semuanya. Mereka bingung harus pergi atau tidak, sementara kurang satu orang lagi yang belum diketahui kabarnya.
"Kita berangkat saja. Kasihan anak-anak juga kalau harus terjebak macet dijalan" ucapan Minhwan yang santai sontak membuat semua orang disitu menatap heran kearahnya.
Masalahnya orang yang sedang mereka tunggu-tunggu itupun bukan orang lain yang tidak punya hubungan apapun dengan mereka. Terlebih lagi dengan laki-laki bermata sipit itu, bagaimana bisa Minhwan mau meninggalkannya?
"Ya, Minhwan-ah.. apa kau benar-benar tidak tahu dimana Miki—?" Jonghun pun memaksa untuk bertanya, dan...
"Semuanyaaa! Maaf aku terlambat!" tiba-tiba saja seorang wanita berlari menghampiri mereka sambil menarik sebuah koper minimalis. Wanita itu pun semakin mempercepat langkahnya seraya fokus menatap sekumpulan orang-orang yang ia kenal itu.
"Itu... Miki?!" Kira dan Kazu sontak membelalakkan matanya saat melihat kedatangan sahabatnya itu.
"Haaaah, ma.. af.. aku terlam.. bat, ah—!" karena langkah yang buru-buru serta nafas terengah, kaki tubuh Miki pun sedikit oleng saat ia mencoba berhenti berlari, dan...
HUP
Beruntung pria disampingnya yang tak lain adalah Minhwan dengan sigap menahan tubuh mungil itu dengan tubuhnya. Mereka pun mengalami tabrakan kecil.
"Eumm..." Miki tak mengucapkan sepatah kata terima kasih pun pada pria yang tak lain adalah pendamping hidupnya sendiri itu. Raut wajahnya yang terlihat kaku benar-benar menandakan ada sesuatu yang terjadi diantara mereka, Miki hanya mengangguk pelan kearah pria itu.
"Ya! Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau tidak bisa dihubungi?" sergah Kira dan Kazu.
Miki pun langsung menjauh dari Minhwan dan menghampiri kedua sahabatnya.
"Gomenasai (maaf)~ Handphoneku tertinggal di Hotel saat aku berada di Eropa. Aku pun belum sempat membeli yang baru sampai sekarang karena kudengar kalian semua akan pergi, maaf kalian jadi tidak bisa menghubungiku" jelas Miki kepada kedua sahabatnya itu dengan nafas yang masih masih terengah.
Kira dan Kazu pun hanya bisa mendesah pelan, memaklumi keadaan sahabatnya itu. Kini perhatian Miki beralih kepada yang lain.
"Uwaa.. aku benar-benar merindukan kalian..." Miki menghambar Jonghun, Hongki, Jaejin, Wonbin, Seunghyun, adiknya -Michi, juga Hyunjung. Termasuk pula kedua keponakannya Sayu dan Gin. Mereka pun berbincang sebentar.
"Anak itu tidak ada berubahnya sama sekali. Serampangan dan ceroboh..." Kira menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sementara Minhwan yang sejak tadi hanya berdiri diam, kini mulai mengerutkan keningnya. "Ya, kenapa lama sekali? Bukankah kita harus berangkat sekarang? Kita sudah benar-benar terlambat!" ucap Minhwan dengan nada penuh penekanan pada kata terlambat seolah menyindir seseorang.
Jaejin pun menyadarinya, "Oh, benar juga. Kita harus berangkat sekarang" ucapnya seraya bersiap-siap. Yang lain pun mengikuti.
Miki pun menyadari sepertinya ia adalah orang terakhir yang datang, itu berarti sejak tadi mereka hanya menunggunya kan. Dan Miki pun akhirnya paham, kepada siapa sindiran Minhwan itu tertuju. Wanita Jepang itu pun mengerucutkan bibirnya.
Semuanya pun sudah berdampingan dengan pasangan masing-masing, sementara Wonbin tetap bercengkrama bersama Jaejin dan Michi. Minhwan dan Miki pun berjalan berdampingan dengan jarak yang sedikit jauh dan tidak menempel sama sekali layaknya pasangan lain.
Keheningan mewarnai derap langkah mereka sampai saat Miki memberanikan diri untuk menyapa laki-laki yang hampir setahun ini tidak bisa ia jumpai.
"Minan..." panggil Miki pelan. Namun yang dipanggil tak menyahut sedikitpun, tetap dengan raut wajah datarnya.
"Aish, apa kau benar-benar marah?!" Miki pun menaikkan nada bicaranya yang spontan saat ia merasa didiamkan oleh suaminya sendiri.
Hal itu membuat orang-orang yang berjalan didepan mereka pun menoleh bingung. Namun setengah hati mereka pun sudah merasa biasa dengan hubungan yang layaknya selalu 'putus-sambung' itu. Bukankah sejak dulu mereka memang begitu? Pertengkaran aneh seperti ini hanya bisa menyisakan pernyataan 'Kali ini masalah apa lagi?' di hati mereka.
Minhwan yang merasa hubungan rumah tangganya diperhatikan pun menoleh risih kearah wanita Jepang yang tak ayal sudah menguasai hatinya itu.
"Jangan membahas masalah itu disini" ucap Minhwan dingin.
"Tapi—!"
"Apa ini sikapmu terhadap suamimu sendiri, eoh?! Bahkan hampir setahun kita tidak bertemu tapi sikapmu justru seperti ini"
Miki pun langsung diam mendengar kata-kata Minhwan. Kini ia menahan emosinya setengah mati, namun semarah apapun dia dengan Minhwan, dia tetap tidak mau dicap sebagai Istri yang kurang ajar terhadap suaminya sendiri, karena itu ia memilih untuk mengalah dan menggerutu sendiri.
"Aish, apa-apaan kedua orang ini? Baru bertemu malah sudah ribut"
Semua mata pun tertuju kepada seorang pria payuh baya yang sangat mereka kenal saat suara pria itu tiba-tiba ikut mendominasi. Begitu juga dengan Minhwan dan Miki yang terlihat paling terkejut.
"C-Choi Ajjushi?!" ucap Jonghun dan Hongki yang langsung memberi hormat pada Ayah Minhwan itu. Tn. Choi pun membalas dengan senyum kecuali saat matanya kembali beralih pada anak dan menantunya, Minhwan-Miki.
"Ckckck, aku jadi ragu. Haruskah aku memberikan cucu kesayanganku ini kepada orang tua seperti kalian?" terlihat seorang gadis kecil berumur 3 tahun yang sejak tadi berada dalam dekapan Tn. Choi mengerjap-erjapkan mata besarnya menatap sekumpulan orang-orang yang terasa familiar.
"Minhae?!" seru Minhwan dan Miki berbarengan. Mereka pun langsung menghampiri Tn. Choi dan putri mereka itu. Tn. Choi pun memberikan Minhae kepada Miki, karena gadis kecil itu mulai meronta meminta digendong oleh Ibunya.
"Umma..." panggil Minhae dengan suara lucunya. Miki pun langsung mendekap rindu putri semata wayangnya yang hampir setahun ini tidak bisa ia temui karena pekerjaan.
"Jonghun-ah, apa kalian akan segera berangkat?" tanya Tn. Choi kepada Jonghun.
"Iya, sebentar lagi Ajjushi. Kami akan berangkat bersama dengan menaiki bus yang sudah kami sewa" jelas Jonghun.
"Baiklah. Kalian duluan saja, aku harus bicara dengan kedua orang ini sebentar" ucap Tn. Choi.
Jonghun pun mengangguk. Kini hanya tinggal Tn. Choi, Minhwan, Miki dan Minhae yang berada di tempat itu.
"Ya, Choi Minhwan, bagaimana bisa kau meninggalkan putrimu disini? Semalaman kau tidak pulang dan langsung meninggalkan Minhae, kenapa kau tidak mengajaknya, eoh?" gertak Tn. Choi.
Kini arah pandang Tn. Choi beralih pada Miki, "Dan kau Miki, kenapa Appa tidak bisa menghubungimu? Semalaman Minhae kesepian karena tidak ada Minhwan, seharusnya kau memberi kabar dan memberikan perhatian lebih terhadap putrimu"
Kedua pasangan itu pun hendak menjawab, namun Tn. Choi nampak tidak memperdulikannya.
"Sudahlah, Appa hanya ingin melampiaskan kekesalan Appa ini kepada kalian. Sudah seharusnya kalian bisa menjaga Minhae dengan baik, beruntung Appa belum kembali ke Amerika, karena itu Appa bisa menjaganya"
Minhwan dan Miki pun terlihat menyesal dan tertunduk lesu.
"Kalau begitu kalian pergilah. Jaga Cucu kesayangan Appa ini dengan baik, dan kali ini tidak boleh ada pertengkaran lagi!" deklar Tn. Choi.
JLEB
Ucapan Tn. Choi itu seperti sebilah pisau yang langsung menusuk hati Minhwan dan Miki. Seakan mengerti dengan apa yang terjadi antara anak dan menantunya itu, Tn. Choi pun menatap tajam kearah keduanya.
Minhwan dan Miki pun saling melirik dan kini arah mata mereka beralih kepada gadis kecil dalam gendongan Miki yang sejak tadi menatap kearah mereka. Keduanya pun menghela nafas panjang, mungkin setelah ini keadaan akan bertambah rumit.
.
.
Bus itu sudah dipenuhi oleh canda tawa. Atmosfir santai sangat terasa memenuhi sepanjang perjalanan mereka menuju Seoraksan National Park.
"Wah, saljunya indah sekali. Aku tidak sabar untuk bisa sampai kesana" gumam Kazu dengan senyum lebarnya seraya melihat-lihat pamflet yang berisi foto-foto dari tempat yang akan mereka kunjungi.
Jonghun pun tersenyum memandang wajah pemikat hatinya itu, namun ia teringat akan sesuatu yang sebenarnya sudah dipikirkannya sebelum wisata bersama ini.
"Tapi disana dingin, apa kau tidak apa-apa?" tanya Jonghun.
"Eh? Tentu saja yang namanya salju itu dingin, Funi~" Kazu pun tertawa. "Kenapa kau menanyakan hal itu?"
"Kau kan punya alergi dingin. Apa kau tidak ingat waktu study tour Kyoto saat SMA, kau tumbang karena alergimu kambuh, bahkan itu bukan saat musim dingin. Terkena dingin sedikit saja, kau akan sakit" gerutu Jonghun.
Kazu pun tersenyum lembut, "Itu karena aku sedang sensitif Funi-ah, lagipula kenapa kau ingat sekali saat-saat itu?"
Jonghun tak menjawab. Ia hanya menunjukkan wajah cemberutnya, membuat Kazu sedikit terkekeh melihat pujaan hatinya itu.
"Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku" wanita Jepang itu menggenggam erat tangan Jonghun, membuat pria tampan itu pun menoleh kembali kearahnya.
"Ne... jika kau merasa tidak enak badan, bilang saja padaku" ucap Jonghun. Kazu pun mengangguk. Kepalanya ia sandarkan dipundak Jonghun sambil melihat kembali pamflet yang ia pegang.
"Ini pertama kalinya aku ke Seoraksan... heum, menyenangkan sekali bisa pergi kesana bersama orang-orang yang kusayangi~" ucap Kazu yang hanya dibalas kekehan oleh Jonghun.
"Umma~ Umma~ dimana kue Sayu?" tiba-tiba saja Sayumi menghampiri mereka setelah ia asyik bermain bersama Gin dan Minhae dibangku belakang.
Kazu pun langsung mengeluarkan bungkusan kue dari dalam tas dan memberikannya kepada Sayumi. "Kau mau memakannya sekarang Chagiya?" tanya Kazu.
Sayumi pun mengangguk, "Sayu juga mau memberikannya kepada Minhae-chan~ Dia lucu sekali Umma~ sudah lama Sayu tidak melihat Minhae-chan" jelas Sayumi.
Kazu pun tersenyum mendengar ucapan putrinya, "Baiklah, kka~"
Sayumi pun kembali kebangku belakang dengan membawa bungkusan kuenya. Kazu ikut menoleh kearah putrinya pergi, terlihat pasangan Seunghyun-Hyunjung serta Jaejin dan Michi tengah asyik bercanda dengan para keponakan mereka itu.
Kazu pun menoleh kearah orang tua Minhae yang tak lain adalah Minhwan dan Miki yang sejak tadi hanya duduk diam dibangkunya. Sesekali mereka terlihat membicarakan sesuatu, namun sepertinya tidak berakhir dengan begitu baik. Kazu pun menghela nafas.
"Sebenarnya ada apa lagi dengan mereka?" gerutu Kazu. "Apa Minhwan tidak menceritakan apapun padamu?" tanyanya pada Jonghun.
Jonghun pun menggelengkan kepala, "Aku juga tidak mengerti.."
"Heumm... aku hanya kasihan dengan Minhae. Semoga saja mereka cepat berbaikan dan akur seperti biasanya" ujar Kazu yang langsung dibalas senyuman lembut oleh Jonghun.
.
.
"Akhirnya kita sampai juga. Beruntung sekali perjalanan kita lancar" ucap Hongki seraya melemaskan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku karena terus duduk di Bis sepanjang perjalanan.
Mereka semua pun memandang takjub pemandangan putih disekeliling mereka. Udara memang terasa dingin, namun pemandangan indah serta sinar matahari yang masih memancar membuat suasana disana terasa hangat.
"Kalau begitu kita tinggal menuju Hotel Sorak Park" ucap Wonbin seraya melihat denah tempat wisata itu.
"Jucchi~ ayo kita jalan!" seru Gin dengan penuh semangat sambil menarik-narik tangan Wonbin. Hongki pun langsung merengut melihat tingkah Gin yang lebih manja kepada Wonbin dibanding dirinya.
"Kenapa raut wajahmu begitu? Kau jadi terlihat jelek tahu" ucapan Kira membuyarkan lamunan Hongki. Ia pun langsung menatap tajam Istrinya itu.
"Kenapa kau membiarkan Gin bermanja dengan Wonbin? Kau kan tahu sendiri bagaimana dia kalau sudah bertemu Wonbin" gerutu Hongki.
"Dia hanya merindukan Wonbin, Hongki~ kenapa kau jadi merajuk seperti ini? Aish, aku seperti punya dua anak saja" ucap Kira.
"Ck, bahkan kau tidak membelaku. Sepertinya kau juga senang karena ada Wonbin disini, hmph... menyebalkan" Hongki semakin merutuk kesal. Membuat Kira semakin mempercepat langkahnya untuk menyusul Hongki.
"Apa kau marah? Kenapa bicara begitu, eoh?" tanya Kira. Namun Hongki tetap tidak mau menjawab.
"Jangan bertingkah seperti anak kecil Hongki" Kira pun mulai lelah. Mendengar hal itu Hongki berbalik dan menghampiri Kira.
"Aku hanya cemburu, wajar kan?!" telak Hongki. Sontak Kira pun membelalakan matanya dan tersenyum melihat raut wajah Hongki yang terlihat manis disaat ia cemburu bercampur malu dan kesal seperti ini.
"Aku mengerti... bagaimana kalau nanti malam kita pergi kesuatu tempat bersama Gin. Sebagai Appanya kau pun harus bisa menarik perhatiannya" senyum Kira seraya menepuk-nepuk pipi Hongki yang memerah.
"Hufht... aku tidak mau"
"Kenapa?" Kira pun mengerutkan alisnya.
"Karena malam hari itu adalah waktuku bersamamu"
Kira kembali dibuat kaget oleh ucapan Hongki, namun ia pun sudah merasa biasa dengan sifat Hongki yang seperti ini.
"Bagaimanapun juga aku sedang kesal dan cemburu, jadi kau harus menemaniku. Aku tidak mau kau ikut-ikutan melupakanku, Kira" Hongki pun semakin mengurangi jaraknya dengan Kira. Bahkan kini wajah mereka saling berhadapan tanpa ada jarak yang berarti, Kira pun memejamkan mata saat merasakan sentuhan lembut dibibirnya.
Ia membiarkan suaminya itu menjamah tiap sudut bibirnya. Toh, ia juga menyukai tiap kali Hongki melakukannya.
"Arasso? Aku membutuhkanmu..."
Kira pun tersenyum dan mengangguk. Membuat Hongki sedikit bisa melupakan kekesalannya hari ini. Ia pun merangkul pundak Kira dengan erat dan melanjutkan langkah mereka bersama.
.
.
"Syalju~ (Salju)" bibir ranum Minhae bergumam saat melihat pemandangan putih dari balkon kamar hotelnya.
"Appa... itu..." ia pun menunjukkan tumpukan salju dibawahnya kepada Minhwan yang sedang menggendongnya. Pria bermata sipit itu pun tersenyum lembut.
"Nanti kita bermain disana ya, jja~" Ayah dan anak itu pun terlihat sangat menikmati waktunya. Kecuali seorang wanita Jepang yang sejak tadi merengut dari atas tempat tidur melihat keakraban mereka.
"Apa itu? Dia benar-benar memonopoli Minhae sejak tiba disini, padahal aku juga merindukannya" gerutu Miki. Namun ia berusaha melupakan kekesalannya dengan memberesekan baju-baju miliknya serta Minhae yang masih berada didalam tas.
"Ng..." Miki menatap tas Minhwan yang masih tergeletak rapi dilantai. "Minan-ah... baju-bajumu aku bereskan ya" ucap Miki seraya meminta izin untuk membuka tas milik suaminya.
"Bereskan saja" sahut Minhwan singkat. Membuat wajah Miki kembali merengut, tapi ia tetap membereskan baju-baju milik suaminya itu, memang sudah kewajibannya kan. Kini ia pun beralih ke tas Minhae yang tadi diberikan oleh mertuanya, Tn. Choi.
"Wah... perlengkapan Minhae lengkap. Appa yang menyiapkan ini semua? Hebat sekali" gumam Miki saat melihat isi tas Minhae yang sudah disiapkan mertuanya.
Yah, walaupun dia adalah direktur perusahaan besar yang sangat sibuk, namun Tn. Choi adalah sosok Kakek yang sangat menyayangi cucunya. Dan wajar saja kalau ia sudah sangat mengerti tentang mengurus anak, jangan lupakan dia adalah single parent yang sudah merawat Minhwan seorang diri sejak Istrinyaa meninggal.
"Aku dan Minhae akan turun duluan. Jaejin Hyung bilang kita berkumpul direstoran bawah" ucap Minhwan seraya berjalan melewati Miki tanpa sedikitpun menatap wanita Jepang itu.
"Eh? Aku ditinggal?! Kenapa tidak turun bersama?" kaget Miki.
"Kalau kau tidak mau membereskan baju-baju itu, biar aku yang bereskan" kali ini Minhwan mau menatap Miki, namun bukan dengan tatapan yang mengenakan tentunya.
Hal itu pun membuat Miki kembali harus menghela nafas panjang dan mengalah lagi. Membiarkan Minhwan dan Minhae turun meninggalkannya. Setelah terdengar pintu tertutup, Miki pun langsung menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur dan merajuk.
Teringat dengan pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu ditelepon dengan Minhwan yang membuat hubungan mereka menjadi seperti ini. Karena itu juga Miki melupakan Handphonenya sampai-sampai benda elektrik itu tertinggal.
"Aish... lagi-lagi begini..."
.
.
"Dimana Miki?" tanya Jonghun pada Minhwan saat ia menyadari Miki belum ikut dalam makan siang bersama di restoran ini.
"Sedang membereskan baju-baju kami dikamar" jawab Minhwan singkat. Ia tampak lebih asyik membantu Minhae memakan makan siangnya ditemani oleh Sayu yang sejak tadi selalu menemani Minhae.
"Minhae-chan, sosisnya jangan ditaruh disana, nanti kotor~" sergah Sayu saat melihat adik sepupunya itu memindahkan sosis dari piring dan menaruhnya diatas meja. Sementara Minhae hanya mengerjap-erjapkan matanya dengan lucu kepada Sayumi.
"Haha, dengarkan kata Sayu Onnie, Minhae" Minhwan hanya tertawa melihat keakraban dua gadis kecil itu. "Hyung, anakmu pintar sekali. Sangat cocok jadi Kakak Minhae" senyum Minhwan pada Jonghun.
Namun Jonghun sepertinya tidak terlalu menanggapi ucapan Minhwan, "Ya, sebenarnya ada apa lagi dengan kalian? Bagaimana bisa kau meninggalkan Miki untuk makan siang" gerutu Jonghun.
Senyum diwajah Minhwan pun langsung memudar, "Tidak ada apa-apa"
"Apanya yang tidak apa-apa? Apa kalian tidak kasihan dengan Minhae kalau kalian berpisah seperti ini?" Jonghun pun mulai bicara serius pada dongsaeng terdekatnya itu.
Tampak yang lainnya tengah menikmati makan siang mereka, tanpa menyadari pembicaraan Jonghun dan Minhwan. Kecuali Kazu yang duduk disebelah Jonghun dan tak sengaja mendengar pembicaraan suami dan temannya itu.
"Hufht... arasso, aku memang tidak bisa berbohong darimu Hyung. Aku akan menceritakannya nanti, tidak saat makan siang ini" ucap Minhwan.
"Ne Funi-ah, sekarang lebih baik kita menyelesaikan makan siang ini dulu. Aku juga akan bicara pada Miki nanti" bisik Kazu kepada Jonghun. Pria berhidung indah itu pun menghela nafas dan akhirnya mengangguk.
"Oh, maaf. Lagi-lagi aku terlambat, aku harus membereskan barang-barang dulu diatas" Miki pun datang dengan senyum seperti biasanya, seolah tidak ada apapun yang terjadi. Yang lain pun langsung mempersilahkan Miki untuk ikut makan siang.
"Sayu, kemari. Biarkan Miki Jumma duduk disana" ujar Jonghun seraya menyuruh Sayumi untuk kembali kekursinya, karena tempat yang diduduki Sayumi seharusnya ditempati oleh Miki.
"Baik Appa" Sayumi pun langsung menurut dan kembali ke kedua orang tuanya.
"Tidak apa Oppa, kalau Sayu masih mau bermain dengan Minhae. Aku bisa ambil kursi lagi" ucap Miki yang tangannya langsung ditarik oleh Minhae untuk duduk disampingnya.
"Aniyo, sudah seharusnya kau mengurus Minhae kan. Sayu bisa bermain nanti lagi dengannya. Santai saja" ujar Jonghun.
Mendengar hal itu Minhwan pun langsung menatap intens Jonghun seolah bertanya 'Apa Maksudnya ini Hyung?'
"Aku tidak memikirkanmu, aku memikirkan Minhae" ucap Jonghun santai pada Minhwan. Minhwan pun tahu kalau Jonghun memang sengaja mendekatkannya dengan Miki, kini ia hanya bisa menghela nafas panjang seraya sesekali melihat kearah Istri dan Anaknya yang asyik bercengkrama.
.
.
PUK
"Yeaaay, Jucchi kena! Sekarang Jucchi yang jaga!" seru Gin saat lemparan bola saljunya berhasil mengenai Wonbin. Yah, sejak tadi mereka memang asyik berdua bermain perang bola salju.
"Ok, bersiap-siaplah Gin!" Wonbin pun melanjutkan permainannya bersama Hongki Junior itu. Mereka semakin terlihat seperti Ayah dan Anak sungguhan sekarang.
PUK
"Mwo? Siapa yang melemparku? Appa?!" kaget Gin saat seseorang melemparinya dengan bola salju dari arah belakang, dan ternyata orang itu adalah Hongki.
"Ya, Lee Gin, apa kau benar-benar melupakan Appa, Eoh? Kenapa Appa tidak diajak?" gerutu Hongki pada anaknya sendiri, Gin.
Gin pun mengerucutkan bibir saat dirasanya permainan bola salju itu terganggu oleh kehadiran sang Appa, "Habis Appa tadi kan menghilang bersama Umma, jadi Gin main sama Wonbin Jucchi!"
"Mwo? Yang menghilang duluan itu kau, tahu. Appa mencarimu sejak tadi!" Hongki pun tak mau kalah dari anaknya sendiri.
"Aish, iya sudah Appa ikut main saja sekarang. Tapi Appa yang jaga!"
"Appa tidak mau. Ya, Oh Wonbin, ayo kita bertanding satu lawan satu!"
"He? Apa yang kau katakan Hongki?" Wonbin pun terlihat kaget mendengar ucapan Hongki.
"Dasar Silly, seenaknya saja kau merebut Gin dariku. Dulu kau juga pernah merebut Kira, dan sekarang kau mau merebut Gin? Tidak akan kubiarkan!" Hongki pun mulai menyiapkan bola saljunya.
"Lagi-lagi kau begini— Upfht—! Ya!" Wonbin pun terkena lemparan bola salju Hongki dengan tiba-tiba.
"Rasakan ini Oh Wonbin! Kemari kau! Tidak akan kubiarkan kau lolos!" Hongki terus-terusan melempari Wonbin dengan bola saljunya.
"Aish! Baiklah, kalau begini aku akan meladenimu! Lee Hongki, jangan kabur kau!" dan Wonbin pun mulai membalas perang saljunya bersama Hongki. Kini malah dua orang pria 28 tahun itu yang saling sibuk melempari bola salju satu sama lain tanpa melihat bahwa ada seorang bocah kecil yang memandang kesal kearah mereka.
"Kenapa Gin dicuekkin?!" Gin pun berusaha mengejar Ayah dan Pamannya itu.
Sementara Kira yang melihat pemandangan itu dari jauh hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, "Sebenarnya yang mana Suamiku dan yang mana Anakku? Hongki dan Gin... benar-benar tidak ada bedanya, Ckck"
.
.
"Fuah... Appa lihat, mulut Sayu keluar asap!" seru gadis kecil itu saat menyadari ada kepulan udara yang keluar dari mulutnya tiap kali ia bicara.
"Ne, tapi kau tidak kedinginan kan?" tanya Jonghun seraya membenarkan Syal bermotif Hello Kitty di leher Sayumi.
Gadis blasteran Korea-Jepang itu pun mengangguk lucu, "Hu'um, Sayu hangat kok Appa. Appa ayo kesana~ Sayu mau lihat boneka salju~" seru Sayu yang sudah berlari menuju kumpulan orang-orang yang tengah membuat boneka salju bersama keluarganya.
"Chagiya?" Jonghun menoleh kearah belakang, terlihat Kazu yang melangkah perlahan mendekatinya.
"N-Ne? Kau memanggilku?" kaget Kazu dengan wajah yang terlihat sedikit pucat. Jonghun pun langsung menghampiri Istrinya itu.
"Gwenchana?" cemas Jonghun.
"Eh? Kenapa bertanya seperti itu? Aku baik-baik saja" terlihat senyum Kazu yang dirasanya agak dipaksakan.
"Apa kau kedinginan?" Jonghun pun memeriksa suhu tubuh Kazu, namun sejauh ini suhunya masih normal-normal saja.
"Lihat kan? Aku tidak apa-apa, ayo kita kesana. Sayu sudah memanggil, aku tidak mau anak itu hilang ditengah padang salju seperti ini, dia kan suka berlari kesana kemari" ucap Kazu seraya melangkahkan kakinya mengejar Sayumi.
Jonghun pun tersenyum lembut dan langsung merangkul pundak Istrinya itu, "Iya, hiperaktifnya itu menurun darimu" ledek Jonghun sambil mencubit-cubit pipi Kazu.
"Apa? Kenapa yang seperti itu selalu kau bilang menurun dariku dan yang bagus-bagus selalu menurun darimu!" gerutu Kazu kesal.
Jonghun hanya tertawa menanggapi ucapan Istrinya itu. Mereka pun sampai ditempat orang-orang yang berkumpul untuk membuat boneka salju. Terlihat Sayu sudah berlari mengelilingi tiap-tiap boneka salju yang dibuat orang lain.
"Umma! Appa! Sayu juga mau buat yang seperti itu!" ujar gadis kecil itu dengan penuh semangat, ia pun menarik-narik tangan Jonghun untuk membantunya membuat boneka salju.
"Chagiya, kenapa diam disana? Ayo bantu kami juga" ucap Jonghun seraya menyuruh Kazu untuk membantu mereka membuat boneka salju.
Kazu pun hanya tersenyum tipis dan mengambil sedikit salju diatas tangannya. Namun entah kenapa kumpulan salju itu serasa membuat tangannya mati rasa karena dingin, padahal ia sudah memakai sarung tangan yang tebal. Kakinya pun mendadak lemas dan membuat tubuhnya oleng.
"U-Umma!" kaget Sayumi saat Ibunya itu jatuh disampingnya.
"Chagiya!" Jonghun yang panik pun langsung merangkul tubuh Kazu yang terlihat lemas itu. Ia segera mengecek kembali suhu tubuh Kazu, dan benar dugaannya, Kazu mengalami demam, sepertinya alergi dinginnya kambuh. Cepat sekali suhu tubuhnya naik.
"Umma kenapa?" Sayumi terlihat ingin menangis saat melihat Ibunya yang mendadak sakit.
"Sayu, sekarang kita kembali ke Hotel dulu ya. Umma harus istirahat" ujar Jonghun dengan senyum teduhnya. Sayumi pun hanya bisa mengangguk dan mereka memutuskan untuk kembali ke Hotel.
.
.
"Umma sakit?" tanya Sayumi dengan raut wajah sedih. Kini ia tengah duduk disamping Kazu yang bersandar diatas tempat tidur. Sementara Jonghun tengah membuatkan minuman hangat dan juga menyiapkan obat.
"Daijobu (tak apa), Sayu-chan. Gomen ne (maaf), alergi Umma kambuh lagi, Umma jadi tidak bisa menemanimu bermain. Ternyata Umma memang tidak tahan dingin, padahal sejak tadi Umma merasa baik-baik saja" senyum Kazu seraya mengusap kepala putrinya itu dengan sayang.
"Honto ni daijobu?~ (benar tak apa?)" tanya Sayu lagi yang membalas menggunakan bahasa Jepang. Kazu pun mengangguk pasti.
"Ini obatmu, setelah ini kau harus istirahat" ucap Jonghun seraya memberikan obat kepada Kazu. Wanita Jepang itu pun mengangguk dan meminum obatnya.
"Maaf, aku jadi merusak acara ini" ucap Kazu.
"Kau ini bicara apa? Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak, istirahat saja. Mungkin Kira dan Miki akan segera datang karena tadi aku memberitahu mereka" jelas Jonghun.
"Arasso, tapi jangan beritahukan Seunghyun dan Jaejin Oppa. Mereka sedang menikmati waktu mereka bersama Michi dan Hyunjung" sahut Kazu. Jonghun pun mengangguk.
"Kalau begitu kalian lanjutkan saja bermain diluar. Aku sudah tidak apa-apa" ujar Kazu seraya menyuruh Suami dan Anaknya itu untuk melanjutkan kegiatan mereka bermain diluar.
"Diluar? Ani, kami akan menemanimu disini" tegas Jonghun.
"Tapi Sayu ingin bermain diluar Funi. Benarkan Sayu-chan?" kini dua orang dewasa itu pun menatap Sayumi. Sementara gadis kecil itu tak menjawab apapun, hanya ada raut gundah tersirat di wajahnya.
Sesungguhnya Sayumi adalah gadis yang pintar dan penurut. Ia pun tahu kalau saat ini Ibunya sedang sakit dan ia tidak seharusnya meninggalkan Ibunya bermain diluar, tapi bagaimanapun juga ia masih gadis kecil berusia 6 tahun yang masih sulit mengontrol keinginannya untuk bermain.
"Kau ingin main kan? Kau tidak bisa berbohong pada Umma, Sayu-chan. Bukankah kau mau membuat boneka salju?" tanya Kazu lagi pada Sayumi. Namun gadis itu masih enggan memberikan jawabannya.
"Kalian bermain saja Funi. Sayu sudah menanti-nanti wisata ini sejak lama, kasihan kalau dia hanya menghabiskan waktu di Hotel menemaniku. Aku sudah jauh lebih baik sekarang, aku hanya butuh tempat hangat. Aku janji tidak akan keluar dari Hotel" bujuk Kazu.
Jonghun pun menghela nafas panjang, "Jeongmal?"
"Ne, Jeongmal" jawab Kazu yakin. Jonghun pun menuruti permintaan Istrinya itu, sebenarnya ia juga tahu bahwa Sayumi ingin sekali bermain diluar. Dengan segera ia membawa gadis kecil itu kedalam gendongannya.
"Ayo kita main diluar Sayu, Umma mau istirahat sekarang"
"Sayu pergi dulu ya~ Umma istirahat, ne" ucap gadis kecil dalam gendongan Jonghun itu. Kazu hanya membalas dengan senyuman, Jonghun dan Sayumi pun keluar dari kamar.
.
.
"Y-Ya! Lee Gin, kenapa kau malah bergabung dengan Wonbin, eoh?!" kesal Hongki saat melihat putranya justru membantu Wonbin menyerangnya dengan bola salju.
"Habis Appa menggangguku dan Wonbin jucchi!" Gin pun tak kalah kesal dengan sikap Hongki yang tidak mau mengalah.
"Aish!" perhatian Hongki pun teralih saat handphonenya berdering tanda ada pesan masuk. Hongki pun membacanya.
From : Kira-boo
Aku kembali ke hotel, alergi Kazu kambuh, jadi aku dan Miki akan menemaninya. Jangan berbuat yang aneh-aneh dan Jaga Gin baik-baik. Kalau kau membutuhkanku, telepon saja.
"Ck," Hongki berdecak melihat isi pesannya. Sebenarnya ia tidak keberatan kalau Kira menemani Kazu, toh dia memang sahabatnya. Hanya saja moodnya yang sedang jelek karena keakraban Gin dan Wonbin, membuat pria berwajah cantik itu merutuk kesal.
"Aku berhenti! Kalian lanjutkan saja permainan kalian" ucap Hongki dengan nada kesal.
"Appa mau kemana?!" kaget Gin saat melihat Ayahnya berjalan meninggalkan mereka.
"Jalan-jalan!" jawab Hongki singkat. Ia pun meninggalkan Anak dan Sahabat lamanya itu.
Entah kenapa melihat Hongki yang kesal, membuat sesuatu bergejolak di hati Gin. Sebenarnya ia juga ingin bermain dengan Hongki, tapi ia sudah terlalu asyik bermain dengan Wonbin sejak tadi sampai-sampai ia melupakan Ayahnya sendiri.
"Anak itu... mulai lagi..." gumam Wonbin yang sudah mengerti betul bagaimana watak Hongki. Ia pun ikut merasa bersalah karena seperti sudah mengambil Gin dari Hongki, namun ia pun tidak bisa berbuat apa-apa karena sejak awal Gin terus menempel padanya. Tidak mungkin kan ia mengusir bocah kecil itu.
Gin pun berusaha tidak ambil pusing dengan masalah Ayahnya, dan kini ia mengajak Wonbin lagi untuk bermain dengannya.
.
.
"Ummmaaaa, Gin lapaaar~" seru Gin yang langsung berlari menghampiri Kira di Hall utama Hotel Sorak Park. Bocah kecil itu pun langsung memeluk kaki Kira dengan erat dan mulai merengek-rengek.
"Bukankah tadi kau sudah makan siang? Sekarang lapar lagi?" tanya Kira seraya membersihkan sisa-sisa salju yang menempel di jacket Gin.
"Padahal baru saja kami makan di restoran kecil yang ada diluar, aku pikir dia sudah kenyang" ujar Wonbin yang sejak tadi berjalan dibelakang Gin.
"Sekarang Gin lapar lagi Jucchi, Gin mau makan sama Umma~" ucap Gin polos.
"Maafkan aku Wonbin-ah, kau jadi harus repot dengan Gin sampai-sampai membelikannya makan siang lagi. Memangnya dimana Hongki? Bukankah tadi kalian bersama?" tanya Kira.
"Appa pergi sendiri~ Gin ditinggal, katanya mau jalan-jalan" ucap Gin dengan bibir yang mengerucut persis seperti Hongki.
"Apa? Dia meninggalkan kalian?!" Kira pun bersiap-siap untuk marah, namun Wonbin langsung menjelaskan semuanya kepada Kira karena ia merasa ini pun separuh kesalahannya. Mendengar hal itu Kira pun menghela nafas panjang. Sementara Gin yang tidak mengerti isi pembicaraan itu hanya bisa memandang Ibu dan Pamannya itu dengan tatapan bingung.
"Iya, aku tahu. Biar aku saja yang bicara padanya, kau tidak usah memikirkan hal itu Wonbin-ah, terima kasih karena sudah menjaga Gin"
"Ne, tidak masalah, aku juga senang bisa bermain dengan Gin. Aku pun akan bicara padanya nanti" senyum Wonbin.
"Umma~ Gin mau makan Samgyetang~" rengek Gin lagi.
"Kalau begitu kalian pergilah, sepertinya Gin sudah lapar. Aku akan kembali kekamarku dan beristirahat" ujar Wonbin. Kira pun mengangguk dan membawa putranya itu pergi.
.
.
"Makannya pelan-pelan Gin. Apa kau benar-benar lapar? Ingat, kau sudah makan siang dan ditraktir oleh Wonbin Ajusshi tadi, Umma tidak mau tahu kalau sampai perutmu sakit" ucap Kira diiringi kekehan kecil melihat anaknya makan dengan lahap.
"Eumm... Samgyetang buatan Umma lebih enak. Nanti kalau sudah pulang kerumah, buatkan Gin Samgyetang lagi ya~" senyum lebar Gin dengan kuah yang belepotan disekitar mulutnya.
Kira pun mengelap mulut Gin dengan tissue, "Nanti akan Umma buatkan yang banyak supaya kau dan Appamu puas menghabiskannya"
"Kenapa Appa juga? Buat Gin saja!" protes Gin.
"Tapi kan Appamu juga sangat menyukai Samgyetang, Gin-ah. Appa juga yang mengenalkanmu pada masakan ini" ucap Kira.
Gin pun mengerucutkan bibirnya, sepertinya bocah kecil itu tengah kesal kalau membahas soal Appanya. "Biarkan saja. Gin benci Appa"
"Mwo?! Kenapa kau bicara seperti itu Gin?!" kaget Kira.
Wajah Gin pun semakin merengut. "Habis... Appa selalu memanggil Gin dengan panggilan Ginnie, tadi juga Appa mengganggu Gin dan Wonbin Jucchi, terus Appa juga ninggalin Gin jalan-jalan sendirian! Hufth!" adu Gin pada Kira.
Kira pun berusaha mengerti dengan keluhan anaknya itu. Bagaimanapun juga, Anak dan Suaminya itu benar-benar punya kepribadian yang sama, yaitu keras kepala. Ia pun tersenyum dan mengusap-usap kepala Gin dengan lembut.
"Ginnie itu kan panggilan sayang dari Appa. Coba kau pikir, bukankah hanya Appa yang memanggilmu seperti itu" jelas Kira.
Namun Gin masih mengerucutkan bibirnya.
"Sebenarnya Appa hanya ingin ikut bermain bersamamu dan Wonbin Ajjushi, tapi kau meninggalkan Appa duluan setelah makan siang. Karena itu Appa mencarimu, dan ternyata kau sudah asyik bermain dengan Wonbin Ajjushi" ucap Kira yang berusaha menjelaskan semuanya kepada Gin.
Hati Gin pun mulai luluh saat ia mengerti apa yang dibicarakan Ibunya, "Appa mau main sama Gin?" tanya bocah itu.
Kira mengangguk dengan senyumnya, "Mungkin Appa hanya kesal karena kau meninggalkan Appa. Karena itu Appa pergi sendirian"
Gin pun menundukkan kepalanya, merasa bersalah dengan sikapnya yang menterlantarkan sang Ayah. Ia pun menatap Samgyetangnya yang masih tersisa setengah mangkuk.
"Gin mau bertemu Appa... Gin mau makan Samgyetang sama Appa..." gumam bibir kecil itu. Mengingat kenangannya yang selalu menghabiskan Samgyetang bersama sang Ayah.
"Jadi kau tidak benci Appa kan? Kau tidak boleh bicara seperti itu lagi, Aracchi?" Kira pun menyodorkan jari kelingkingnya dan langsung disambut oleh jari kelingking mungil Gin yang mengikrarkan janjinya untuk tidak berkata benci lagi.
"Gin mau ketemu Appa, Umma~" rengek Gin.
Kira pun tersenyum, "Arasso, kita cari Appa sekarang ya"
Kedua Ibu dan Anak itu pun menyelesaikan kegiatan mereka di restoran dan segera beranjak pergi untuk mencari salah satu orang terpenting di keluarga mereka.
.
.
Continue in Part B
.
.
Gantung kah? Hehe, karena bakal berlanjut di part B. Just wait for part B, guys! Thank you~
