Osomatsu Matsuno, anak pertama yang kelihatannya menjalani hidup dengan santai. Orangnya sederhana, berbicara apa adanya, dan malasnya minta ampun.
Todomatsu Matuno, anak bungsu yang tingkahnya licik. Bermuka dua, melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya, dan (sok) imut.
Kalau keduanya digabungkan, bisa menjadi perpaduan yang mengerikan—ini pengakuan dari Choromatsu. Mereka sering sekali bersekongkol untuk melakukan sesuatu, mengumpulkan informasi rahasia tentang saudara-saudara lainnya, dan melaksanakan 'aksi' mereka bersama.
Namun kalau keduanya justru berkelahi, jadinya—
.
.
.
.
Aib
Osomatsu-san © Akatsuka Fujio
Dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada keuntungan lainnya yang didapatkan.
Boys-Love. Incest. Bahasa vulgar.
[01/06 - OsoTodo Day]
.
.
.
.
Pertengkaran merupakan hal yang biasa terjadi di kediaman keluarga Matsuno—malah kalau tidak ada yang bertengkar di satu hari pasti terasa jangga. Ada yang adu tinju, ada yang adu tindih, ada juga yang adu mulut. Seperti sekarang ini, pertengkaran si sulung dan si bungsu dengan menggunakan adu mulut. Yang lainnya duduk diam di sudut ruangan, menonton keduanya membuka rahasia satu sama lain.
Oh, ya. Dari semua pertengkaran adu mulut yang ada, mungkin hanya pertengkaran adu mulut Osomatsu dan Todomatsu yang paling seru. Keduanya sama-sama keras kepala dan hapal aib masing-masing. Tidak ada yang mau mengalah, dan yang lainnya kedapatan mengetahui rahasia si sulung dan si bungsu.
"Osomatsu-niisan pernah membawa kondom ke sekolah, kan? Untuk apa? Melakukan itu di ruang kesehatan seperti mimpimu dulu?" Todomatsu memiringkan kepalanya ke satu sisi, terlihat inosen jika saja tidak mengucap salah satu aib kakaknya.
"Lebih baik daripada menemui om-om dan dipegang sana-sini hanya untuk dibayar beberapa yen."
Osomatsu melipat kedua tangannya di dada, sebuah seringai tertempel di wajah, matanya menatap ekspresi si adik dengan lekat. Si adik membalas tatapannya, dengan bulir-bulir keringat bermunculan di dahi setelah mendengar perkataan kakaknya, ponsel di tangan sudah dimasukkan ke dalam saku celana."Setidaknya aku tidak menulis tentang 'rasa cintaku pada salah satu adikku' di sebuah buku!" elak Todomatsu, sepintas melirik kakak hijaunya di sudut ruangan. "'Aku suka Choromatsu, tapi mana mungkin dia membalas perasaanku.' Dasar kakak homo inses!"
Choromatsu memekik, terkejut akan perkataan Todomatsu. Kedua matanya langsung beralih pada si kakak merah yang kini menatap tajam si bungsu. Ja-jadi selama ini? Osomatsu—
"Kau bilang aku ini homo inses, tapi kamu juga tidak ada bedanya. Selama ini kau diam-diam suka dengan Karamatsu, kan?!"
Tak hanya Choromatsu, kini si anak kedua juga ikut terkejut. Mulutnya terbuka untuk memberikan protes, tapi yang keluar hanya suara kecil. Pikirannya berkecamuk; percaya dengan perkataan kakaknya atau tidak, sikap Todomatsu padanya selama ini, dan hal-hal lain yang membuatnya larut dalam diam.
Osomatsu mendengus melihat reaksi Karamatsu, melirik Todomatsu dengan tatapan 'kita impas'.
Ichimatsu dan Jyushimatsu, yang untungnya tidak terlibat apapun, menatap keempat saudara mereka. Menunggu salah satu dari mereka berbicara; mungkin Karamatsu atau Choromatsu yang meminta penjelasan, bisa juga Osomatsu atau Todomatsu yang melanjutkan adu mulut mereka. Yang mana saja boleh, toh baru jam sembilan dan pertengkaran ini biasanya tidak akan berakhir sebelum salah satu dari mereka meleraikan.
Jadi, aib apalagi yang akan terungkap?
.
.
.
Tamat.
a/n: tau ini telat but heii happy (belated) osotodo day! pair langka ini asupannya susah banget yha wwww
