Aloha~ Fei akhirnya bisa bikin Fred x OC! Udah lama banget Fei pingin bikin pairing ini, tapi bingung merangkai kata-katanya…
Oh, ya, Fei bikin ini dalam rangka Valentine's Day, jadi semoga berkesan yaaa :D

Disclaimer: andai Harry Potter punya Fei…cerita ini akan benar-benar terjadi, pada Fei dan Freddie!

.

.

.

-Wina's POV-

Di aula yang ramai ini, lagi-lagi aku hanya sendirian. Meski di tempat ini ada banyak orang, aku tetap merasa kesepian. Banyak murid yang mengucapkan salam dan sapa seperti, 'Hai!', atau 'Halo!', tapi tidak ada satu pun salam dan sapa yang ditujukan padaku.

Kadang aku berpikir, sebenarnya aku ada disini, tidak, sih? Aku ada di antara mereka, tetapi semua orang seperti tidak menganggap aku ada. Orang-orang tidak ada yang menyadari bahwa seorang aku ada di antara mereka. Aku merasa tidak hidup, tidak nyata, karena semua orang menganggap aku tidak ada.

Meski begitu, aku cukup senang. Sekali pun ada ratusan anak di Hogwarts yang tidak menyadari aku, ada tiga orang yang mengenal aku dengan cukup baik. Aku senang berteman dengan mereka meskipun kami berbeda rumah. Karena beda rumah, aku tidak bisa makan di meja yang sama dengan mereka.

Oh, maaf, aku belum memperkenalkan diri ya? Namaku Wina Misaki, aku kelas lima Slytherin. Kalau kalian memperhatikan namaku, kalian pasti bisa langsung menebak kalau aku orang Jepang. Ayahku orang Jepang dan ibuku orang Korea, makanya wajahku sangat oriental. Tiga orang temanku yang tadi kubicarakan adalah murid Gryffindor, umur mereka sama denganku. Mereka adalah Hermione Granger, Ron Weasley, dan Harry Potter. Yang paling dekat denganku adalah Hermione, karena setiap hari kami pergi ke perpustakaan bersama-sama.

Aku masih merenungkan sesuatu, yaitu kenapa aku masuk ke Slytherin? Ibuku muggle biasa dan ayahku berdarah murni, dengan kata lain aku berdarah campuran, tidak seperti anak-anak Slytherin lainnya. Aku juga tidak licik dan juga menjahati anak-anak dari rumah yang bukan Slytherin. Satu-satunya karakteristik Slytherin yang kupunya mungkin hanya ambisius.

Karena aku sangat jarang bicara (kecuali terhadap trio itu), wajahku sering terlihat jutek dan cuek dihadapan orang-orang, karena aku tidak tersenyum. Bukan mauku juga untuk menjadi perempuan yang jutek dan cuek. Sebenarnya mungkin karena apa yang ingin kubicarakan tidak pernah nyambung dengan yang orang lain bicarakan, jadinya aku diam saja.

Karena aku jarang berbicara dan menampakkan diri di depan umum, otomatis semua orang (kecuali mereka bertiga) tidak tahu kalau aku 'ada'. Bayangkan saja, lima tahun di Hogwarts dan aku masih dianggap tidak ada, bahkan oleh yang serumah denganku sekalipun.

"Ah, Misaki-chan!" panggil seseorang.

Aku menahan napasku, berusaha untuk tidak kabur lagi. mencoba untuk menghadapi orang yang menyebalkan ini dengan benar. Aku melirik ke asal suara yang memanggilku itu. Laki-laki berambut putih yang bukan uban itu mengambil tempat duduk disampingku.

"M-Malfoy…" balasku dengan suara yang sangat kecil, entah Malfoy bisa mendengarnya atau tidak.

Oke, Draco Malfoy sebenarnya juga menyadariku dan sedang, uh, apa namanya? Pendekatan? Cari perhatian, atau apa pun itu terhadapku sejak tahun lalu, sejak pesta natal. Dia jadi lebih sering menyapaku dan tersenyum padaku. Lalu, kenapa aku bilang dia menyebalkan? Dia sering 'menjahati' teman-temanku, meledek Hermione, Ron, dan Harry. Dan ketika ia sudah 'menyadari' keberadaanku, dia menyuruhku memutuskan pertemanku dengan ketiga orang itu.

"Liburanmu menyenangkan?" tanya Malfoy.

"Ya…" jawabku.

"Drakey! –Ups, sorry, aku tidak melihatmu disitu. Siapa namamu? Misawi? Mikasi? Oh, sudahlah. Drakey, aku jadi prefek, sama denganmu!" kata si Parkinson itu, yang tadi sempat tidak sengaja hampir menduduki aku.

Aku yang tidak tahan akan suara menyebalkan milik Parkinson langsung berjalan meninggalkan meja Slytherin dan keluar dari aula. Untung saja aku memang sudah selesai menghabiskan makananku sebelum Malfoy datang.

Keesokkan harinya dan hari-hari berikutnya berjalan seperti biasanya. Ikut pelajaran di kelas, pergi ke perpustakaan dengan Hermione, ikut melihat Harry dan Ron berlatih Quidditch dengan anggota tim Quidditch Gryffindor lainnya, digoda oleh Malfoy, dan di-bully oleh genk Parkinson (bukan bully secara fisik, tapi mentalku ditekan).

Dan seperti yang biasa kulakukan…menghindari orang itu. Aku harus menghindari dia dan saudara kembarnya. Kalau tidak, wajahku akan bersemu merah, semerah warna rambutnya. Selama ini, kalau aku bertemu dengannya, yang kulakukan hanyalah menundukkan kepalaku (seperti yang biasa kulakukan meski tidak bertemu dengannya) dan berjalan cepat menjauh darinya. Intinya aku harus menghindarinya. Dia dan saudara kembarnya sangat suka mengerjai orang-orang, terutama anak-anak Slytherin yang mereka anggap menyebalkan.

Hanya Hermione yang tahu tentang perasaanku terhadap orang itu. Awalnya, saat pertama kali aku melihatnya di tahun pertamaku, aku hanya berpikir, "Oh, dia di Gryffindor". Tahun berikutnya aku mulai berpikir kalau dia cukup menarik. Di tahun ketigaku aku mulai menyukainya, terus sampai tahun lalu. Dan kini…apakah ini yang disebut dengan cinta..?

Ron dan Harry tidak tahu masalah ini, meski Ron adalah adik orang itu. Aku hanya berpikir, karena Ron cukup dekat dengannya mungkin suatu saat dia akan keceplosan dan itu sangat berbahaya. Ya, orang itu adalah Fred Weasley, saudara kembar George.

.

-Fred's POV-

Aku sedang berjalan menuju ruangan McGonagall untuk menjalani hukumanku. Entah kenapa, waktu di tempat kejadian, dia tahu kalau aku adalah Fred! Makanya aku datang sendiri (dan tidak menyuruh George), karena takutnya nanti dia bisa menyadari kalau yang datang itu bukan aku.

Aku tidak habis pikir juga, padahal tadi aku cuma membuat seorang anak kelas satu Slytherin mendapat bisul-bisul di wajahnya. Itu kan lucu, tapi mungkin orang tua tidak memahaminya. Ya, sudahlah.

BRAKKK!

Ya, ampun, aku menabrak seseorang di koridor yang sepi itu! Kami berdua sama-sama terjatuh, dan buku-buku orang yang terjatuh di hadapanku jatuh berserakkan semuanya.

Oh, kacau deh, dia Slytherin! Kok, aku tahu? Ya, iyalah, aku melihat jelas-jelas warna hijau di pinggir-pinggir jubahnya. Dan…dia perempuan…jangan bilang kalau dia…

BINGO! Dia Wina Misaki! Gadis manis dari Slytherin itu jatuh di hadapanku. Jangan tertawa, ya? Aku sepertinya jatuh cinta pada perempuan berambut hitam pekat ini. George tertawa terbahak-bahak semalaman ketika aku bilang padanya aku suka pada Misaki.

Sebenarnya tidak ada yang salah tentang dia kok. Dia manis, cantik, dan pintar. Aku yakin dia bisa jadi model kalau dia mau. Kelemahannya hanyalah, dia pendiam, sangat pendiam. Yang mengagetkanku adalah, dia Slytherin. Padahal dia tidak seperti Malfoy.

Aku menyukainya dari pertama kali aku melihatnya (mungkin ini yang disebut cinta pada pandangan pertama). Dan aku sangat, sangat, sangat kecewa dia masuk ke Slytherin. Tapi Ron dan genk-nya bisa berteman baik dengan perempuan itu!

Tersadar dari lamunanku, aku segera berdiri dan membantunya berdiri juga. Aku mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri, tapi ia tidak menyambut tanganku. Ia buru-buru merapikan bukunya dan pergi begitu saja. Tunggu dulu, ia menjatuhkan sesuatu.

Kuambil buku kecil bersampul biru itu dari lantai. Dari covernya sudah dituliskan namanya. Bagaimana aku mengembalikan buku ini? Ya sudahlah, aku akan minta tolong Ron atau Hermione untuk mengembalikannya. Sekarang aku harus bergegas ke kantor McGonagall.

.

.

.

Taraaaa~
Baguskah? Tidakkah?
Baru chapter satu ini…doakan Fei bisa bikin romance yang greget, ya! (inget, Fei ga pinter nulis romance)

REVIEW!