Konbanwa minnaaaaaa \\ (^o^)/
Omaygat kapan terakhir kita bertemu ya T^T
Dan lagi Shera janji mw nerbitin Fict baru cuman baru skrg sempetnya.
Shera kangen kalian guyss~ Dx
Well well, sebelumnya Shera mau ngucapin selamat menunaikan ibadah puasa~
Untuk menyemangati kalian berpuasa, Shera hadir dengan LEMON segarnya nih xD *plak
Ha ha Kali ini Shera ambil tema dewasa dengan umur mereka yang udh ga high school lagi.
Dan sebenarnya ada beberapa point yang Shera ambil dari adegan Master Cheff *ups sebut merk*
Berhubung Shera kini sekolah di jurusan kepariwisataan di Bandung, jadi Shera tau lah dikit" tentang wisata kuliner. he he
Ok ga usah banyak basa-basi deh ya,
Langsung aja cekidot ceritanya~
~Enjoy Reading~
Disclaimer Characters © Masashi Kishimoto
Disclaimer Story © Shera Liuzaki
.
.
A story with a girl being loved by lot of guys (May be)
.
Warning!
Cerita ini diadaptasi dari serial drama korea (title-nya dirahasiakan) , hanya plotnya yang sama,
selebihnya salahkan imajinasi Shera...
Lemon? Jangan berharap banyak, karena mungkin hanya Shera munculkan untuk membatalkan puasa kalian *PLAK.
.
Cerita gaje, ngabur, OOC, hurt ga ngena, dan sekawanannya
Kitik dan Saran? OK
Flame? Please Dont Hurt Me (Anymore) T^T
.
.
Shera Liuzaki, present :
.
.
"LOVE RECIPE"
.
.
19 April 2014
.
.
Recipe 1
.
.
Enjoy Reading
.
.
Cinta itu, tumbuh melalui sebuah perkenalan. Bagaimana bisa kau mengatakan "aku mencintaimu" kalau pada akhirnya kau mengatakan "kau tak seperti yang kupikirkan". Itu artinya kau hanya termakan perasaan sesaat. Karnanya, sebelum kau menyatakan perasaanmu pada orang lain, ada baiknya kau kenali orang itu. Baik dari sisi buruk maupun baiknya, sebelum kau mengatakan bahwa ia sudah berubah, atau tak seperti yang dulu lagi.
Yah, itu hanyalah deskripsi singkat tentang cinta, arti sebenarnya dari perasaan itu, tak ada seorangpun yang bisa mengerti. Terkadang, apa yang ditulis dalam buku tak selalu terjadi di kenyataan.
-ooOoo-
"Enghh~"
Lenguhan panjang gadis itu mendominasi di sebuah ruangan yang gelap. Tapi setidaknya tak cukup gelap untuk bisa menyembunyikan sepasang pemuda dan gadis yang sedang memadu kasih.
Sepasang lengan kekar melingkar di pinggangnya, menahan sang gadis agar tak jauh darinya. Gadis dengan sorai merah muda itu bangkit dan duduk di pangkuan kekasihnya. Nafasnya yang terengah membuat mulutnya terbuka, memasok oksigen sebanyak mungkin.
"Sasu…eng..hah hah hah hah…haaahh… engh~"
"Sakura~"
Biji kemerahan itu terpampang di depannya, tentu saja Sasuke tak ingin melewatkan fenomena itu. Ia menggunakan mulutnya untuk memuaskan titik sensitive Sakura di sana. Gadis itu tersentak, ia memang selalu menyukai permainan Sasuke pada putingnya saat mereka sedang melakukan hubungan intim seperti ini.
"Aaahh~ haaaa~"
Wajah Sakura sudah menunjukkan kelelahannya. Peluh yang menyelimuti seluruh tubuhnya, membuat pegangan Sasuke pada pinggang Sakura terasa sedikit licin. Sebelah tangannya kini meraih salah satu gundukan daging kenyal di depan wajahnya itu. Memijatnya dengan lembut, keras, dan kemudian lembut lagi.
Merasa kewanitaan Sakura semakin menjepitnya, Sasuke tak bisa lagi menahan nafsunya. Sakura juga bisa merasakan bahwa milik Sasuke semakin membesar di bawah sana, membuat tusukannya terasa semakin dalam dan nikmat. Ah, pemikiran yang kotor sekali. Tapi mereka memang memikirkan hal seperti itu.
"Aaaaakh~"
-ooOoo-
Pemuda keturunan Uchiha, siapa yang tak mengenalinya. Oh, mungkin saja ada. Tapi setidaknya untuk orang yang memiliki pergaulan luas, tentu mengenal namanya. Uchiha Sasuke, seorang mahasiswa jurusan kuliner di Tokyo University. Kesempurnaannya ini membuat wanita klepek-klepek dihadapannya. Tapi hanya satu orang yang bisa membuat pangeran es ini bertekuk lutut, siapa lagi kalau bukan kekasih yang saat ini berada dalam pelukannya.
"Emm…" gadis itu melenguh sambil mengerjapkan matanya.
"Ohayou, Sakura." sapa Sasuke sambil tersenyum. dibelainya lembut rambut merah muda Sakura.
"Ah, jam berapa ini?!" tiba-tiba saja Sakura bangkit dari tempat tidurnya dan melirik jam dinding. Betapa terkejutnya ia mendapati sekarang sudah pukul 8 pagi. "Oh tidak! Aku akan terlambat ke sekolah!"
Sementara Sakura sedang panik dan berusaha bangkit dari tempat tidur, Sasuke melingkarkan tangannya ke pinggang dan memeluknya dari belakang.
"Sudahlah, Sakura. Kau bisa bolos sekolah kan hari ini?"
"Tapi Sasuke-kun, aku berbeda dengan mahasiswa sepertimu. Anak SMA itu jadwalnya saaaaaaaangat padat." keluh Sakura. "Apalagi aku sudah kelas XI di sana, dan banyak hal yang belum kupelajari."
"Hm… iya iya. Aku tahu."
Sakura menoleh, sepertinya ia mendengar kekasihnya merajuk. "Kau tak kuliah hari ini, Sasuke-kun?"
"Aku kuliah sore hari ini." perlahan pemuda itu melepaskan pelukannya pada pinggang Sakura dan bersandar di ranjang. "Aaahh~ kurasa aku akan membunuh waktu dengan tidur."
Melihat sikap Sasuke, Sakura hanya bisa menghela nafas.
"Baiklah, baiklah~ memangnya kau masih belum puas setelah memelukku semalaman?"
"Hm… menurutmu?"
Sakura tersenyum, merasakan sentuhan lembut Sasuke pada rambutnya. Pemuda yang berumur 3 tahun lebih tua darinya itu terlihat sangat menyayanginya. Sakura kembali pada selimutnya, dan memeluk Sasuke.
"Hey Sakura." gadis itu melirik. "Kau tau…kita…sudah 8 bulan menjalin hubungan. Dan kurasa…eng…"
Sasuke sengaja menggantung kalimatnya, Sakura bisa melihat garis-garis kemerahan yang terukir di pipi sang pemuda. Jantung Sasuke juga berdetak cepat seakan-akan ingin keluar dari tempatnya.
"Eum…bagaimana kalau kita tinggal bersama?"
Dheg
Kaget, tentu saja kaget. Sakura tak pernah membayangkan bahwa Sasuke akan mengatakan hal seperti itu. Dalam keterkejutan itu, air mata Sakura terbendung, gadis itu sungguh bahagia. Meskipun teman-temanya mengatakan untuk tak mempercayai cowok mahasiswa, tapi Sakura mempercayai Sasuke.
Dengan anggukan ringan, Sakura menjawab ajakan Sasuke. Mereka akan mulai selangkah lebih maju. Cinta memang sesuatu yang indah bukan? Ada rasa manis, pahit, asam, pedas, tapi semua itulah bahan-bahan cinta.
Ah… tapi kalau bahan-bahan itu tak ditakar sesuai komposisinya…
PRANG!
Mendengar suara gaduh dari arah dapur, Sasuke segera berlari. Padahal ia sedang asyik membaca buku di kamarnya, dan Sakura juga sedang membuat makanan di dapur. Ia segera mengecek keadaan, betapa terkejutnya saat ia mendapati dapur yang sudah sangat tak karuan.
"Sakura? Apa yang terjadi?"
Ia melihat sosok hitam yang berdiri di seberang sana, sosok itu tertutupi kabut asap yang tebal. Sasuke sampai kesulitan melihatnya. Kembali ia dikejutkan oleh sebuah sosok yang dibaluti noda darah kental serta tangan yang memegang pisau dapur.
Glek
"Sakura?"
"Hik~" sosok itu mulai menunjukkan wujudnya, dan rambut merah mudanya pun kini sudah berubah warna seperti tepung.
Sasuke hanya bisa menepuk dahinya, kepalanya terasa pening. Ini sudah kesekian kalinya terjadi sejak mereka tinggal bersama. Setiap kali Sakura masuk ke dapur, pasti kejadian seperi ini terulang lagi. Seperti de javu saja. Akhirnya mau tak mau Sasuke kini mengambil alih dapur dan memasakkan sesuatu. Sementara itu Sakura membersihkan dapur.
Tak butuh waktu lama untuk Sasuke—yang notabe seorang mahasiswa jurusan kuliner—menyulap bahan makanan yang dibuat Sakura menjadi sesuatu yang layak untuk dimakan. Pemuda itu dengan cekatan memenuhi meja makan dengan hasil buatannya. Sakura berdecak kagum melihatnya.
"Wuaaah~ hebat~"
"Hm, ini makanan mudah. Seharusnya paling tidak kau bisa membuat ini." ketus Sasuke sambil menempatkan dirinya duduk di kursi. "Setiap kali kau memasuki dapur, pasti saja kejadian ini terjadi."
"Itadakimaaaasu~" tanpa pikir panjang, Sakura langsung menyerbu makanan yang ada di hadapannya itu.
"Hey Sakura! Dengarkan saat aku sedang bicara!"
"Sudahlah, Sasuke-kun~ Aku akan berusaha lebih baik lagi lain kali." masih sambil menyomoti daging di hadapannya, mendadak Sakura menyadari sesuatu. "Hm? Kenapa semuanya terbuat dari tomat? Mana cherry-ku?"
"Kau pikir berapa banyak bahan yang sudah kau habiskan? Hanya ini yang tersisa, dan karna kau tak membantu apapun, jangan banyak komentar. Makan saja yang benar." nada Sasuke masih terdengar kesal.
"Apa kau bilang?!" kini Sakura sepertinya ikut naik pitam. "Kau pikir siapa yang merapikan meja belajarmu, siapa yang mencuci pakaianmu, siapa yang membersihkan kamarmu?!"
"Heh! Itu kan memang tugasmu! Kau pikir aku mengajakmu tinggal bersama di sini agar kau bisa bermalas-malasan?!"
Sakura membuka mulutnya, ia tak percaya Sasuke mengatakan hal seperti itu kepadanya. "A—apa?! Oooh, jadi sekarang aku mengerti. Kau mengajakku tinggal bersama agar kau bisa menyuruh-nyuruhku bekerja heh?!"
"Cih, memang apa yang bisa kau kerjakan? Memasak saja tak bisa. Aku paling benci wanita yang tak bisa memasak."
"Grrrr~"
Sepertinya pertengkaran mereka kali ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah. Nyatanya saja, dahi lebar Sakura sudah cukup dipenuhi dengan perempatan urat yang menegang. Selama ini, memang Sakura masih belajar memasak dan belum semahir Sasuke. Tapi Sasuke pernah mengatakan kalau itu tak masalah asalkan mereka masih saling mencintai.
Ternyata cinta sedangkal itu, rasa manis yang dikecap secara konstan akan membuat kenikmatannya menghilang. Menyisakan hambar dan pahit di lidah. Mungkin sudah saatnya mereka melepaskan rasa itu dan mengecap rasa yang baru.
"Baiklah." Sakura bangkit dari duduknya, Sasuke hanya bisa melihatnya dengan tatapan kau-mau-apa-lagi. "Kalau itu memang yang kau inginkan… maka aku akan keluar dari sini!"
"Baik! Keluar saja! Lakukan sesukamu!"
"A—apa?! Ukh! Kalau begitu hubungan kita juga berakhir!"
"Terserah!"
"Aku benci padamu!"
"Aku juga!"
-ooOoo-
DHEG!
Mata Sakura terbuka tiba-tiba. Keringat dingin dan nafasnya memburu. Ia bangkit dari ranjangnya. Tangannya diarahkan untuk memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Ia melirik jam dinding, di sana menunjukkan pukul 6 sore. Ia kembali menghela nafas sebelum memutuskan untuk bangkit menuju kamar mandi.
"Mimpi?" ia bergumam sambil menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin. "Bagaimana bisa aku memimpikan kejadian 8 tahun yang lalu?"
Ia membasuh mukanya, kini ia menuju dapur. Sekilas ia melirik foto kedua orang tuanya, ia tersenyum lalu melanjutkan langkahnya. 4 tahun berlalu sejak ia menjadi anak yatim-piatu. Tuhan lebih menyayangi kedua orang tuanya, dan membiarkan mereka tinggal di sisinya di surga sana.
Sakura sempat kehilangan arah, tapi saat ini ia sudah bukan lagi anak kecil, ia bisa bekerja dan membiayai hidupnya sendiri. Ia sudah tak ingin lagi bergantung pada orang lain, sudah cukup ia merasa dikhianati 8 tahun yang lalu. Ah, karna mimpi itu, kini Sakura jadi memikirkannya.
Tuk tuk tuk
Suara ketukan antara pisau, wortel dan papan irisan mendominasi di sana. Setelah hidup sendiri, tentu saja mau tak mau kini ia harus belajar memasak. Karna trauma di masa lalunya, ia jadi berjuang lebih keras untuk masa depannya. Kepulan asap dari panci memberikannya tanda bahwa sudah saatnya menambahkan bahan lain ke dalamnya.
"Hm…"
Sakura memasukkan potongan sayur dan jamur, ia memberikan tambahan penyedap rasa. Meskipun bukan makanan yang mewah dan hebat, namun sepertinya ia cukup terbiasa memasaknya.
"Baiklah, sudah siap."
Cklek
Terdengar suara pintu yang terbuka, tanpa mengeceknya pun Sakura tahu siapa yang datang.
"Tadaima."
Seorang wanita berambut merah darah terlihat melepaskan sepatunya dan berjalan masuk. Saat mencium aroma harum dari arah dapur, wanita itu mendekatinya. Bisa dilihatnya sang adik sepupu yang sedang bergulat di sana. Menyadari kehadirannya, Sakura menoleh.
"Okaerinasai, Karin-neechan."
"Hmm… Sakura, kau masak apa?" sambil duduk di kursi, wanita itu melepaskan jas putihnya.
"Sup jamur, kesukaan neechan." jawab Sakura. "Bagaimana pekerjaan di Rumah Sakit, neechan?"
"Sibuk sekali. Entah mengapa semakin hari, makin banyak saja orang yang datang ke Rumah Sakit. Aku tak habis pikir, ada apa dengan perkembangan kesehatan zaman sekarang?"
"Ha ha, kau benar-benar seorang dokter rupanya." kini Sakura mulai menghidangkan sup itu di atas meja makan. "Nah silahkan dicicipi, ibu dokter?"
"Itadakimasu~" Karin menyendok sup itu dan memasukkannya ke dalam mulut. "Hmmm… kau semakin mahir saja."
"Arigatou." Sakura ikut menempatkan dirinya duduk di sana.
"Nee, Sakura. Besok kau akan mulai magang di Konoha Grand Restaurant?"
Sakura menganggukkan kepalanya, "Akhirnya aku bisa lulus test masuk, aku akan berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan sertifikat kelulusan dari sana."
"Hmm… tak kusangka kau bisa tumbuh menjadi wanita yang hebat." Karin tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya menatap Sakura. "Kau yang sekarang pasti sangat populer di kalangan pria kan?"
"Apaan sih, neechan." wajah Sakura kini berubah merah. "Sudah cukup sekali saja aku gagal dalam berhubungan. Aku belum berniat untuk melakukannya lagi."
Melihat adanya perubahan ekspresi dan nada Sakura, Karin menghentikan makannya. Ia menyandarkan diri di kursi. "Kalau saja waktu itu kau tak berhubungan dengannya, aku yakin kau pasti sudah bahagia bersama pasanganmu sekarang."
"Sudahlah, neechan. Aku tak ingin membahasnya."
Karin menghela nafas, ia paham betul bagaimana perasaan adik sepupunya ini. Saat masih pacaran dengan Sasuke, gadis itu sering sekali curhat kepadanya. Sedikit banyak Karin cukup mengenal Sasuke, ia memang mendukung apapun keinginan Sakura asal ia bahagia. Tapi saat Sakura mengatakan akan tinggal bersama pemuda itu, tentu saja keluarganya—termasuk ia—menentang keras akan hal itu. Sayangnya Sakura terlalu dimabuk cinta.
Akhirnya, hanya 4 bulan mereka bertahan dalam satu atap yang sama. Sakura pulang dengan air mata membasahi kedua pipinya. Ia menangis semalaman, mengurung dirinya. Ia jatuh pada kedepresian yang dalam. Sulit untuk membujuknya kembali keluar dari cangkangnya, ditambah lagi saat kejadian kedua orang tuanya meninggal.
Karenanya Karin sungguh senang melihat sosok Sakura yang kini mulai semangat menjalani harinya lagi. Sebagai seorang kakak—sepupu—ia ingin menjaga Sakura.
"Sakura…" gadis itu menoleh menatap sang kakak. "Good luck untuk besok ya."
-ooOoo-
Kicauan burung menjadi awalan hari Sakura. Gadis itu terlihat membenarkan pakaiaannya, ia menyisiri rambutnya dan memastikan sudah tertata dengan rapi. Setelah merasa pas dengan tampilannya, kini ia menggendong tas dan berjalan keluar kamar. Sakura mengunci rumahnya, karna ia tahu Karin pasti sudah berangkat bekerja di Rumah Sakit.
Ia berjalan menuju terminal. Jam menunjukkan pukul 7, artinya ia masih memiliki cukup waktu. Sakura berjalan melewati beberapa toko, karna ia sering belanja di sana, banyak pemilik toko yang mengenalnya dan menyapanya sepanjang perjalanan. Tak jauh, Sakura sampai di terminal bus terdekat. Untuk menuju Kohona Grand Restaurant, dibutuhkan waktu 15-20 menit.
Waktu yang dijanjikan adalah pukul 8, melihat banyak penumpang di sana, nampaknya Sakura berniat untuk mengalah. 2 bus telah ia lewati, tapi tetap saja penumpang terlihat memenuhi terminal. Waktu pun semakin berjalan, 30 menit telah berlalu.
"Gawat, kalau begini terus aku bisa telat."
Saat satu bus kembali datang, Sakura memutuskan untuk naik. Dengan usaha keras—berebut tempat dengan para penumpang lain—akhirnya Sakura berhasil masuk. Sayangnya bus itu sangat penuh, sampai-sampai ia harus terhimpit dengan tiang pegangan di sana. Tau begini lebih baik ia ikut kakaknya saja berangkat pukul 6 pagi. Itu jauh lebih baik daripada terlambat datang.
"Aw aw~"
Kini Sakura harus menahan diri selama 15 menit untuk terhimpit seperti ini. Apa boleh buat.
"Ke Konoha Grand Restaurant!"
"Tolong ke Konoha Grand Restaurant!"
Sakura terkejut, mendengar seseorang menyebutkan arah tujuan yang sama dengannya. Orang itu tepat berada di depannya, ia menengok, mencari tahu siapa orang itu. Mata emeraldnya membulat ketika tatapan mereka bertemu. Baik Sakura maupun orang itu, sama-sama menunjukkan raut wajah yang tak suka.
Jari mereka sama-sama saling menunjuk ke wajah satu sama lain, mulut mereka menganga. Tak lama ekspresi keterkejutan itu berubah menjadi kekesalan.
"Kau?!"
"Kau?!"
Betapa terkejutnya Sakura melihat sosok pemuda berambut raven di sana. Ia tak mungkin salah lihat kan? Meski sudah 8 tahun lamanya mereka sama sekali tak saling bertemu, tapi setidaknya mereka 'pernah' menjalin hubungan yang lebih dekat dari ini. Lebih dekat dari himpitan di dalam bus karena penuh penumpang.
Menyadari hal itu, Sakura langsung mendorong tubuh pemuda itu menjauh. Ia langsung membersihkan tubuhnya seolah-olah ia baru saja ditempeli oleh debu. Pemuda yang melihatnya langsung mengerutkan dahi kesal. Ia kemudian berpaling dan sama-sama membuang muka ke arah berlawanan.
Siapa sangka, orang yang kau pikir telah pergi meninggalkanmu dan tak akan kembali lagi untuk waktu yang cukup lama, kini berdiri di depanmu. Ya, tepat di depanmu. Pasangan muda yang dulu dimabuk oleh cinta dan mesra, kini berubah menjadi pasangan "Tom and Jerry" yang saling beradu tak ingin kalah.
Sakura, yang kini mulai menata hidupnya kembali setelah badai memporak-porandakannya, kembali dipertemukan oleh orang yang meniupkan badai tersebut. Apa yang akan dilakukannya? Apa kali ini Sasuke kembali datang di kehidupannya untuk meniupkan badai yang sama?
-ooOoo-
Brak
"Cih~"
Sakura membuka lokernya dengan kasar, sepertinya ia masih kesal dengan kejadian pagi ini. Bayangkan saja, selama 15 menit kau harus berhimpitan dengan 'mantan'mu yang sudah sangat ingin kau lupakan. Ditambah lagi pemuda itu jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya pada kehadiran Sakura.
"Memangnya kau pikir aku menyukainya?!"
Gadis merah muda ini sepertinya terlalu menikmati waktu untuk mengerutu tak jelas. Ia berganti pakaian sambil merutuki pemuda itu.
"Kenapa dia ada di sini? Apa urusannya di sini?! Kupikir ia pergi belajar di Inggris 8 tahun yang lalu, kenapa sekarang ia kembali?!"
Masih membekas di ingatan Sakura, bahwa jelas-jelas 8 tahun yang lalu Sasuke pergi ke Inggris untuk belajar memasak. Itupun diketahuinya dari teman-teman seangkatan Sasuke di universitasnya. Tentu saja Sakura merasa dikecewakan, saat itu ia sempat berpikir untuk minta maaf, sayang sekali Sasuke malah menutup segala kemungkinannya.
"Akh~ moodku langsung hilang begitu melihatnya! Menyebalkan!"
Kembali Sakura menutup lokernya. Ia bisa melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin. Meski mengatakan bahwa moodnya sudah hilang, nyatanya kini ia terlihat berbinar-binar. Ia hampir tak mempercayai sosok di hadapannya yang dibalut oleh pakaian putih ala chef.
"Benar, aku sudah sampai sejauh ini. Aku tak boleh kalah darinya."
Dengan itupun Sakura beranjak keluar dari loker ganti wanita. Apa yang akan terjadi nanti, tak ada yang mengetahuinya. Semuanya masih berupa kejutan.
Sementara itu di sisi lain, nampak seorang pemuda sedang membenarkan pakaiannya. Rambut ravennya yang mencuat menjadi daya tarik sendiri, hingga banyak pasang mata yang tak bisa melepaskan diri dari pesonanya. Dari pakaiannya, sudah bisa ditebak kalau ia juga seorang chef. Ah, mungkin tepatnya, trainee chef.
Melihat seseorang dengan pakaian yang sama dengannya, ia mendekat. Seorang pemuda berambut merah bata nampak memberikan senyuman ke arahnya. Ia mendekati pemuda itu. Di samping mereka nampak sepasang kekasih yang sangat mesra. Melihatnya entah mengapa Sasuke jadi kesal, mungkinkah ini ada hubungannya dengan gadis yang ditemuinya di dalam bus tadi?
"Naruto-kun, geniiiit~" seorang gadis bermata lavender nampak malu-malu sambil memainkan jari-jarinya.
"He he he." di sebelahnya nampak seorang pemuda berkumis kucing mencolek-colek kekasihnya itu.
'Pasangan bodoh' batin Sasuke.
Memang seperti itulah sepasang insan yang sedang dimabuk cinta, Sasuke. Kau juga seperti itu 8 tahun yang lalu. Sepertinya pemuda itu sudah mulai melupakan masa-masa kejayaannya bersama Sakura. Sejak hari ia berpisah dengan gadis itu, Sasuke memutuskan untuk tak lagi berhubungan dengan wanita yang tak memiliki kemampuan memasak selevel dengannya.
Sementara itu, seorang gadis berambut pirang di sampingnya hanya tediam sambil memandangi mereka satu per satu.
Tak lama, seseorang nampak mendekati mereka. Dengan scarf merah melingkar di kerahnya, mereka bisa memastikan bahwa orang ini memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan mereka. Dengan segera kelima orang itu membenarkan posisinya dan berdiri dengan tegap.
Pemuda berambut merah dengan tattoo 'Ai' di dahinya itu memiliki aura yang kuat. Ekspresinya menunjukkan kekejaman yang tak mengenal ampun. Orang seperti itukah yang akan menguji mereka? Yang benar saja. Pemuda itu didampingi oleh seorang asisten wanita berkuncir 4.
"Mereka adalah trainee yang berhasil lulus test masuk." jelas sang asisten sambil memberikan data-data mereka kepada sang Chef.
"Baik, sebelumnya dengarkan ini!" nada sang Chef membuat kelimanya mengerjang kaget. "Aku tak akan mengulanginya jadi dengarkan baik-baik!"
"Baik, Chef."
"Lebih keras!"
"Baik, Chef!"
"Mulai hari ini kalian akan jadi trainee di bawah pimpinanku. Kata-kataku adalah mutlak, dan tak ada yang boleh melanggarnya! Sekali kalian melakukan sesuatu yang tak kusuka…" sang chef memberikan jeda pada kalimatnya. "Kalian akan tamat!"
"Baik, Chef!"
"Bagus, biar kuabsen." sang chef membuka lembaran data yang diberikan asistennya itu.
"Uzumaki Naruto."
"Sayaaa~" pemuda jabrik berkumis kucing itu mengangkat tangannya.
"Hyuuga Hinata."
"Ha—Hai'" seorang gadis indigo menundukkan kepalanya memberikan hormat.
"Akasuna Sasori."
"Hadir." pemuda berambut merah mengangkat tangannya, sekilas semua yang ada di sana menganggap kedua pemuda berambut merah ini sedikit mirip.
"Yamanaka Ino."
"Hai' hadir." kini seorang gadis pirang tersenyum sambil mengangkat tangannya.
"Uchiha Sasuke."
"Ya." giliran Sasuke yang kini mengangkat tangannya dan memberikan penghormatan.
Semua telah dipanggil, mereka pikir proses absensi telah selesai, tapi ternyata ada seorang lagi yang namanya masih tertinggal. Dan begitu nama itu disebut, Sasuke sampai tak ingin mempercayai indera pendengarannya.
"Haruno Sakura."
"…"
Siiiiingg
Tak ada yang menjawab panggilan itu, mereka berlima saling bertukar pandangan bingung, sementara Sasuke—yang jelas-jelas mengenali siapa pemilik nama itu—hanya bisa menundukkan kepalanya dan berharap ingatannya tentang siapa gadis itu menghilang tak berbekas.
Tap tap tap
Suara langkah kaki yang kian mendekat manandakan seseorang datang, mereka segera berpaling dan melihat siapa. Seorang gadis berambut merah muda terlihat berlari sambil mengatur nafasnya yang memburu. Sampai di depan Chef dan asistennya, ia masih mencoba mengatur nafas.
"Hah hah… Saya… Haruno Sakura."
"Haruno-san?" sang Chef memandangnya dengan tatapan dingin, sambil ia menyerahkan data yang dipegangnya kepada asisten di sebelahnya. "Kau terlambat di hari pertamamu!"
"Go—gomenasai, Chef~" Sakura membungkukkan tubuhnya di depan sang Chef yang kini melipat kedua tangannya di depan dada.
"Setelah ini, datang ke ruanganku!"
"Ba—baik, Chef."
Saat semua sedang berbisik-bisik tak jelas, Sakura memundurkan langkahnya dan berdiri di samping Sasuke. Menyadari bahwa itu Sasuke, Sakura kini tak kalah terkejutnya. Bahkan ia berusaha memalingkan muka, berharap matanya salah melihat. Namun saat menengok sekali lagi untuk memastikannya, Sasuke hanya menyunggingkan senyum 'terpaksa'nya.
"Dengar! Ini berlaku untuk semuanya! Aku paling tak suka dengan keterlambatan! Mulai hari ini kalian bekerja sebagai tim, kalau saja ada salah satu dari kalian yang berbuat kesalahan… maka itu akan mempengaruhi point yang lainnya."
Sekali lagi, mereka terlihat saling berbisik-bisik. Kecuali Sasuke dan Sakura. Mereka saling menjaga jarak dan berpura-pura tak saling mengenal.
"Apa jawaban kalian?!"
"Ba—baik, Chef!"
-ooOoo-
Sungguh, hari pertama yang menegangkan. Bagaimana tidak, mereka kini harus menghadapi Chef yang super galak untuk kedepannya. Aura kejam dari sang Chef benar-benar tak tertahankan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya seakan memiliki racun yang siap untuk membunuh mereka kapan saja.
"Gaara-Chef sungguh mengerikan~" keluh Hinata.
"Tatapan matanya penuh keyakinan dan tanpa goyah, ditambah lagi… 'kata-kataku adalah mutlak', apa-apaan itu?" seorang pemuda yang diketahui bernama Naruto ikut menimpali.
"Kalian akan tamat kalau dia mendengarnya." ucap Sasori sambil berlalu menuju meja kerjanya.
Ya, memang benar. Beruntung sekali kini mereka sedang beristirahat di ruang kerja mereka. Sepertinya mereka dibiarkan menimbun tenaga untuk pertarungan selanjutnya. Entah apa yang akan diberikan oleh sang Chef itu. Sasuke kini memasuki ruangan, ia mencari meja kerjanya dan duduk di sana.
Melihat itu, Sasori nampaknya tertarik. Ia mendekati Sasuke.
"Hey, kau Uchiha Sasuke?"
Sasuke meliriknya dan menaikkan sebelah alis. "Ya, dan kau… Akasuna-san?"
"Hm… jadi benar, Uchiha adalah Chef Family?"
"Seperti yang kau dengar."
"Tapi… bukankah itu aneh." Sasori melemparkan tatapan meruncingnya pada Sasuke, membuat pemuda itu membalas dengan tatapan tajam. "Kalau kau memang benar dari Chef Family, seharusnya kau sudah selevel dengan Gaara-chef 2 atau 3 tahun yang lalu."
Sasuke menyipitkan matanya, ia merasa tak perlu menjawab pertanyaan itu. Tentu saja ia bisa lulus sesuai batas normalnya, tapi 'kejadian 8 tahun yang lalu' membuatnya harus mengulangi kuliah dari awal di Inggris.
"Aku memiliki alasan pribadi."
Cklek
Saat itu seorang gadis pirang berjalan masuk, mereka sempat mengagumi kecantikannya—ah, atau mungkin tepatnya kecantikan rambut pirangnya. Seluruh mata menuju gadis itu, tak terkecuali Sasuke, namun itu hanya sekilas sebelum pemuda raven itu mengalihkan perhatiannya pada buku besar yang dibawanya.
Sasori kembali melirik Sasuke, sepertinya ia memikirkan suatu ide jahil.
"Hey, kudengar seorang Uchiha memiliki karisma yang tak bisa dilawan." Sasuke kembali menatap Sasori dengan tatapan malas. "Mari kita buktikan, bisakah Uchiha yang satu ini mendapatkan nomor ponsel wanita pirang itu?"
Sasuke hampir saja menolaknya, tapi penolakan itu diinterupsi oleh kehadiran seorang lagi anggota tim mereka. Siapa lagi kalau bukan Sakura. Sungguh berlawanan dengan wanita pirang yang baru saja masuk sebelumnya, Sakura terlihat lemas dengan wajahnya yang polosan tanpa make up.
Sakura melirik sosok Sasuke dan Sasori, beruntung kali ini meja kerja mereka tak bersebelahan. Sakura menghela nafasnya, ia menatap Sasuke seolah mengatakan 'mulai sekarang kau tak mengenaliku, oke?'. Sasuke mendecih menanggapinya.
"Bagaimana?" Sasori kembali menyadarkan Sasuke dari lamunannya.
"Baik."
Perlahan Sasuke bangkit dari kursinya, Sakura yang melihatnya hanya mengerutkan dahi menatap ekspresi mengejek dari sang mantan, sedangkan Sasori nampak senyum-senyum sambil bergumam tak jelas.
Dengan langkah pasti, Sasuke mendekati sosok Ino. Sang gadis pirang—yang semula sedang membenarkan rambutnya di depan cermin—kini menatap Sasuke. Pemuda itu masih memasang tampang datarnya, tentu saja ini bukan hal yang sulit untuk orang sepopuler Sasuke. Ditambah lagi ia melakukannya untuk membuat panas sosok sang mantan yang pandangannya kini terasa menusuk.
Setelah dekat dengan gadis itu, mendadak sang gadis bangkit dari duduknya, membuat Sasuke kini menabraknya dan menjatuhkan ponselnya dengan keras.
"Ah gomenasai~" Ino membantu Sasuke mengambil ponselnya. "Apa ponselmu baik-baik saja?"
"Hm… aku tak yakin." Sasuke me-restart kembali ponselnya. "Bisakah kau mencoba menelpon nomerku untuk mengecek apakah ini masih berfungsi?"
"Iya, baik."
Sakura mengerutkan dahi melihat kejadian itu, Sasori juga sepertinya penasaran dengan kelanjutannya. Sementara Ino menekan nomor ponsel Sasuke dan mencoba menghubungi ponsel itu. Tak lama, ponsel Sasuke berdering, menandakan bahwa itu masih berfungsi dengan baik.
Sasuke pun kembali ke meja kerjanya, Sasori mengangguk-angguk mengakui kehebatan pemuda itu. Sementara Sakura mendecih sambil membuang mukanya. Sasuke menyeringai penuh kemenangan.
Cklek
"Haruno-san?"
Asisten Chef Gaara nampak membuka pintu, mendengar namanya dipanggil, Sakura bangkit dari duduknya.
"Ah, iya?"
"Kau ditunggu Chef di ruangannya, segera."
"Ba—Baik."
Bagaimana Sakura bisa lupa, hari ini ia sudah membuat kesalahan besar dengan datang terlambat di hari pertamanya training. Sungguh, hatinya harus bersiap mendapatkan kecaman pedas dari lidah Chef Gaara. Dengan susah payah, Sakura meneguk ludahnya. Ia membereskan kembali meja kerjanya sebelum pergi menuju ruangan Gaara.
Tak lama setelah Sakura keluar dari ruangan itu, Sasuke memperhatikannya dalam diam. Entah apa yang dipikirkan pemuda itu, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Mungkinkah pertemuannya kembali dengan Sakura akan berefek pada masa depannya? Yang pasti ia tak ingin mengulangi kesalahan yang sama.
-ooOoo-
Tok tok tok
Sakura mengetuk pintu Chef Room dengan hati-hati.
"Permisi~"
"Masuk."
Perlahan Sakura masuk ke dalam, ia menutup kembali pintu sebelum menghadap sang Chef. Gaara nampak tak mengalihkan pandangan dari buku-buku di hadapannya, meskipun kini Sakura berdiri dengan canggung di sana. Nampaknya Gaara sama sekali tak memedulikan kehadiran Sakura, membuat Sakura semakin gugup saja.
"Anoo~ maaf atas keterlambatan saya hari ini, Chef."
Gaara masih tak menghentikan kegiatannya, namun setidaknya kali ini ia merespon Sakura. "Mulai besok, kau tak perlu datang lagi."
"Eh?"
Kini Gaara menatap Sakura, tatapan tajam dan mengintimidasi. "Kau tak perlu lagi datang ke sini." ulangnya.
"Tapi… bagaimana dengan sertifikat kelulusanku?"
"Sertifikat kelulusan? Tak perlu repot-repot karna kau sudah gagal. Sekarang kau boleh pergi."
"Apa? Tapi…"
"SUDAH KUKATAKAN KAU BOLEH PERGI!"
Mendengar Gaara membentaknya tentu saja Sakura kaget, ia menundukkan kepalanya. Tangannya gemetar, tapi ia berusaha menahannya. Ia gagal? Yang benar saja, bahkan ia belum memulai apapun, apa yang akan dikatakannya pada Karin saat pulang nanti. Kenapa Tuhan selalu memberikannya takdir yang kejam.
"Jangan datang lagi ke tempat ini, kau tak memiliki apa yang harusnya dimiliki oleh seorang Chef."
-To Be Countinued-
Ohoo... ye ye la la la la~ *PLAK
Nah gimana menurut kalian? apa intronya memuaskan?
Duh duh udh berapa dekade berlalu sejak terakhir Shera posting, apakah skrg skill Shera menurun? *PLAK* (lebay)
Oh ya karna balasan reviews Fict sebelumnya yg menggunakan char para pemain cukup diminati,
Di Fict kali ini Shera akan menggunakan metode itu lagi.
Untuk besok kira-kira siapa yang akan balas reviews kalian ya...?
BTW Shera takut deh kalo ga ada yg review~
Tapi lebih takut lagi kalau ga ada yg baca (T^T)
Okei, please leave a mark (review).
Oohh Iyaaa under some circumstances, bisa jadi next chap bukan besok tapi lusa.
Shera tetep usahain besok deh, kalau malam pukul 9an Shera belum update brarti Shera baru akan update besoknya lagi.
Inget-inget aja Shera pasti update sekitar jam 9an gitu. Okeeeeiii! ^o^
Keep Trying My Best!
Shera Liuzaki
