Disc. Tokoh beserta semua yang ada di dalam cerita ini adalah kepunyaan JK Rowling. Semua kecuali cerita ini, karena cerita ini murni kepunyaan saya. Sekian, terima cinta Cedric Diggory :)

.

.

Rewrite the Stars
KekepUC © present

.

.

Cast : all of main Harry Potter. If u guys found some characters that u don't know, it's out characters—singkatnya, buatan saya.

Genre : angst/drama/hurt-comfort

Warning (s) : typo(s), FemHarry! and Male!Ginny for the transgender, alur sesat, OOC, AU, drama-sinetron, humor-garing, , modified-canon (entahlah, aku asal modif aja hehe), and if u don't like, just click the exit buton and don't read anything—ofc, setelah kalian membaca peringatan ini, hwhw.

.

.

"Cerita ini terinspirasi dari beberapa fmv drarry di YouTube, lagu Rewrite the Stars-nya Zac Efron ft. Zendaya, dan beberapa fanfict drarry yang saya temukan di FFNseperti "Jelousy makes you perfect"karya Kak Miss Peanutbutters dan fanfict yang ngga bisa saya sebutin judulnya satu-satu,"

.

.

Enjoy!


London, Inggris Britani Raya
Penghujung Musim dingin, Februari 2002

Aku tahu seharusnya aku tidak memaksakan diriku untuk datang ke pernikahan itu.

Ronald dan Hermione sudah memperingatkanku untuk tinggal dan hanya menitipkan salam. Tapi mereka tahu, hal sepele seperti menitipkan salam tidak akan mempan. Mereka tahu keinginan terbesarku adalah melihatnya tersenyum untuk terakhir kali sebelum aku melupakannya.

Karena itulah, saat pagi dimana mereka mengunjungiku sebelum berangkat ke pesta resepsi, mereka sama sekali tidak protes saat melihatku sudah siap dengan gaun hijau botol kesayanganku dan meminta untuk menumpang di mobil mereka.

-;o0o;-

Emeraldnya terpaku menatap amplop hitam-putih elegan yang bertuliskan namanya di tengah. Gadis yang baru mencapai usia duapuluh satu itu menatap sendu amplop undangan yang ia genggam erat—dan jelas ia tahu apa isinya, sebelum mengalihkan pandangannya pada sahabat merahnya.

"Apa—harus secepat ini?" tanyanya dengan suara pelan—nyaris berbisik.

Gadis berambut cokelat lebat yang berdiri di samping pacarnya hanya memejamkan matanya sebelum menunduk, dan mengangguk pelan. Sang pacar yang berdiri di sebelahnya, pun ikut mengangguk kaku, "He gave it to me this morning with his mother," ujarnya takut-takut, Ronald Weasley.

Gadis yang memiliki manik emerald itu hanya tersenyum miris. Hermione Granger, sang gadis berambut cokelat lebat datang menghambur memeluk sang gadis bermanik hijau, "Oh Harry, aku tak tahu apa yang harus kulakukan untukmu!" gumamnya mulai terisak.

Gadis bermanik hijau, Harria Potter hanya membalas pelukan sahabatnya tak kalah erat, "Don't be sad for me Hermione, aku hanya terkejut melihat u-undangan ini ternyata datang cepat sekali, I'm okay, you know! I'm fine! Justdon't worry about me, okay?" jawabnya tanpa menyadari bahwa setetes air mata mulai membanjiri pelupuk matanya.

Ron yang berdiri tidak jauh dari mereka, berbalik dan memungut amplop undangannya yang sempat terjatuh. Ia membaca sekilas tulisan yang tertera disana, sebelum kembali menatap sahabat serta pacarnya saling berpelukan erat.

Ia memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya erat-erat.

"Together with their Family"

DRACO MALFOY

and

ASTORIA GREENGRASS

invite you to celebrate the joy of wedding day

Saturday, 9th of February
at 8.00 in the morning

Malfoy Manor's garden, Wiltshire, England

-;o0o;-

Aku tidak tahu apa yang kupikirkan saat aku terduduk diam di jok penumpang, melempar tatapan sendu ke arah orang-orang yang sedang tersenyum lebar masuk ke kawasan taman Malfoy Manor.

Aku tidak tahu kenapa aku masih bisa tersenyum lebar dengan mudah setelah menyambut pelukan selamat datang dari Bibi Narcissa dan Paman Lucius yang—jelas mengeluarkan aura bahagia.

Dan Aku pun juga tidak tahu bagaimana bisa aku tersenyum tulus dan memeluk singkat Astoria Greengrass—yang sudah berubah menjadi Malfoy—dan Draco, setelah melihat mereka berciuman singkat usai mengikat janji suci di altar.

Jangan tanya keadaanku saat menyaksikan hal itu. Hurt, pity, painful, was ridiculous. Can't revealed by words.

Bayangkan saja, bagaimana rasanya saat orang yang paling kau cintai harus bersanding dengan orang lain. Itu menyakitkan, trust me.

Tapi aku tahu, as long as I can seeing his bright smile for the last time—I'm really fine.

-;o0o;-

"Harry! Sweetheart, glad to see you here!" Narcissa Malfoy tersenyum lebar dan membawa gadis berambut hitam yang ditata dengan gaya braided bun itu ke dalam pelukannya.

Harry—yang memang sudah berbaikan dengan keluarga Malfoy usai bersanksi untuk Keluarga Malfoy di pengadilan tiga tahun yang lalu—ikut membalas pelukan Narcissa tanpa rasa canggung, "Ahahaha, tentu saja Bibi, kan kalian yang mengundangku," jawabnya jujur.

Harry beralih memeluk Lucius Malfoy dengan singkat, "Thank you for coming, Po—ehm! Harry. Aku harap acara Draco tidak menganggu waktu berhargamu," ujarnya kaku tapi disertai dengan senyuman tipis.

Yeah, Harry tahu batasannya. Walaupun sudah berbaikan tentu saja Paman Lucius tidak mudah diluluhkan seperti istrinya.

Harry mengangguk dan tersenyum sopan, "Tentu saja ini tidak mengangguku, Paman! Aku tidak bisa melewatkan hari dimana teman-temanku berbahagia," lagi-lagi Harry berusaha untuk menjawab jujur, "Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanku juga,"

yeah, setidaknya selama kau bahagia, aku pun juga ikut bahagia Drake.

"Oh yeah, si penyelamat berbicara tentang kebahagiaan teman-temannya , huh?" seru sebuah suara lambat-lambat menyabalkan yang menyebabkan ketiganya menoleh, "It's really an honor for us, Potter, thank you for coming today,"

Draco Malfoy—yang walaupun sudah berbaikan masih saja memasang wajah songong dan sarkasme tajamnya—mengulas senyum tipis di wajah arogannya yang terlihat bahagia.

Meski serasa hatinya dicubit, Harry tetap membalas senyumnya dengan ramah. Tentu saja tanpa dengusan untuk balasan atas sarkasmenya tadi, ia benar-benar berusaha untuk tidak menangis di depan orang yang ia cintai ini.

"Yeah, berterimakasihlah padaku Draco, setidaknya nanti kalian bisa menceritakan pada para Malfoy junior bagaimana tampilan seorang penyelamat dunia sihir yang datang ke pernikahan ayah dan ibunya," balas Harry dengan tenang. Para Malfoy hanya terkekeh kecil menanggapinya.

"Yeah, mungkin anakku akan sedikit terkesan," cibir Draco membalas Harry.

Harry hanya tegelak menanggapinya. Pandangannya beralih pada sosok gadis yang berdiri di sebelah Draco. Lagi-lagi ia merasa hatinya tercubit keras, "Heiii Astoria! Long time no see! You're looking gorgeous, you know?" pujinya seraya bercepika-cepiki dengan Astoria.

Astoria Malfoy nee Greengrass hanya tertawa pelan, "Thank you Harry, you also look very different today! Where's your glasses?" tanyanya sambil menunjuk mata Harry yang entah mengapa lebih tampak bening hari ini.

Harry hanya tertawa pelan, "I broke it this morning, jadi aku menggunakan lensa kontak ini," ucapnya seraya menunjuk matanya. Kedua pasangan yang baru menikah di depannya kini hanya ber-oh pendek,"Anyway, congratulations for your wedding, Astoriaaa, Dracoo," serunya seraya memeluk Astoria dan Draco bergantian.

"Thank youuu Harry! Kuharap kau dan Gin Weasley cepat menyusul yaa," ucap Astoria seraya melayangkan kedipan nakal pada Harry.

Lagi-lagi Harry hanya menanggapinya dengan kekehan kecil, "Astaga, apa beritaku dan Ginny benar-benar sudah tersebar seluas itu, hmm?" tanya Harry.

Astoria terbahak, "Well, tidak ada yang bisa menolak berita sekecil apapun tentang the girl who won bukan?" godanya lagi. Kali ini diiringi dengan gelak tawa Draco di sampingnya.

Harry hanya menanggapinya lagi dengan tawa kecil.

yeah tertawalah terus Drake, setidaknya gelak tawamu bisa menyembuhkan rasa sakit ini walaupun sedikit.

-;o0o;-

And then, aku benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa para Greengrass tahu akan hobi disaat senggangku. Menulis sajak dan bernyanyi.

Aku tahu itu sedikit memalukan—maksudku hey! Aku seorang pahlawan dunia sihir bisa bernyanyi? Bahkan Dean Thomas dan Lavender Brown pun menertawakanku saat Professor Flitwick menyuruhku untuk bernyanyi di kelas musiknya 8 tahun yang lalu.

Entahlah apa yang lucu, Professor saja mengatakan bahwa suaraku termasuk suara yang bagus :(

kembali lagi, pada ceritaku, ini benar-benar aneh. Aku sempat curiga apa Ron dan Hermione yang memberitahu mereka bahwa aku berhasil merilis satu masterpiece-ku ke salah satu perusahaan musik muggle di London?

Aku seharusnya tahu bahwa mereka itu benar-benar tidak bisa dipercaya dalam urusan-urusan yang seperti ini. Terkadang mulut mereka berdua itu benar-benar melebihi mulut besarnya Rita Skeeter.

dan anehnya lagi. Kenapa aku harus menjawab 'ya' saat Daphne dan Keluarga Malfoy menyuruhku bernyanyi? hANYA KARENA COKELAT! SEGILA ITUKAH DIRIKU TERHADAP COKELAT?!

Oh Potter, kau harus bisa menahan rasa gilamu terhadap cokelat seperti kau menahan rasa gilamu terhadap Draco Malfoy, tahu.

eh!

-;o0o;-

"Hey Potter! Aku dengar kau mengambil selingan profesi menjadi penyanyi di agensi muggle, ya? Salah satu temanku membicarakanmu kemarin, dia bilang dalam waktu dekat ini kau akan meriliskan lagumu, benar kan?"

Harry mengernyit bingung mendengar pertanyaan Daphne Greengrass yang tiba-tiba setelah berpelukan singkat dan mengucap selamat, "Pardon me, Greengrass?" gadis itu tersenyum tidak yakin.

Astoria yang masih berdiri disana ikut mengangguk-ngangguk bersama kakaknya, "Oh yeah, aku dengar berita itu juga! Kemarin sempat kulihat di salah satu majalah muggle!" sahutnya.

Narcissa yang masih stay sembari meminum anggurnya, menoleh penuh tanya pada Harry, "Aku tidak tahu kau bisa menyanyi, Harry," ucapnya takjub.

Harry menggaruk tengkuknya, tersipu malu, "Well, aku tidak terlalu percaya diri untuk menunjukkan suara emasku di depan kalian, para penyihir," ungkapnya jujur, "Dean bilang padaku, suaraku persis seperti seekor tikus yang terjepit di pintu. Bukankah akan terlihat sangat lucu kalau Harry Pottersang penyelamat dunia sihir, tersihir menjadi kodok karena menyanyi di depan penyihir dengan suara sumbangnya?"

Semuanya sontak tertawa kecil mendengar ungkapan jujur dari sang penyelamat dunia.

Daphne yang sedikit tertawa paling keras, "Oh come on Potter! Aku tahu kau sebenarnya memiliki suara yang sangat bagus!" ujarnya tersenyum lebar, "Bagaimana kalau kau buktikan dengan menyanyikan lagumu di atas panggung orchestra sana, hmm? Hmm?" tantang Daphne seraya menaik-naikkan alisnya penuh sugesti.

Harry menghela nafas jengah, "Dan mempermalukan nama baikku disana? No thanks, Daph, aku lebih menikmati permainan piano pria itu dari sini," tolaknya dengan halus.

"Hmph, bilang saja kau takut, Potter," cibir Draco yang baru saja kembali dengan segelas tequila di tangannya.

Harry melipat tangannya defensive, "Uh-huh, you wish Malfoy," balas Harry mencoba tidak peduli.

"Oh ayolah Harry! Kemana Harry Potter pemberani yang kukenal?" tanya Daphne nyaris memekik dengan nyaring, "Dengar, kalau kau takut, anggap saja kami semua adalah botol dan teruslah bernyanyi sampai selesai, setelah itu akan kuberikan beberapa kotak cokelat sebanyak yang kau inginkan!" tawar Daphne yang langsung membuat wajah jengah Harry menjadi sumringah lagi, "Bagaimana?"

Draco Malfoy mendengus keras, "Lihat, ditawari cokelat saja ia langsung tergiusr seperti anak anjing," cibir Draco berbisik keras pada Astoria—yang dengan spontan langsung menyikut rusuknya.

Harry yang mendengarnya dengan baik hanya mengabaikannya, "Are you seriously?!" pekiknya tanpa menghiraukan kekehan kedua senior Malfoy—yang entah mengapa gemas dengan tingkah laku pewaris tunggal Potter di depannya.

"Aku serius! Sebagai gantinya, kalau kau tidak bernyanyi sampai selesaiaku benar-benar bersumpah akan mengutukmu menjadi kodok, whatever happen. Deal?" tawar Daphne tersenyum kecil.

"Deal! —but wait, memangnya boleh?" ia menolehkan kepalanya pada kedua Malfoy senior yang tersenyum kecil padanya.

"Tentu, Harry, lakukanlah sesukamu," Narcissa berujar lembut. Lucius yang berada di sebelahnya ikut mengangguk setuju.

"Yeah, lakukan sesukamu dan pastikan jangan sampai panggung pernikahanku hancur, Scarhead! Atau aku akan benar-benar mengutukmu menjadi seekor musang!" ancam Draco mengulas seringai kejam.

Harry yang mendengar ancaman dari Draco hanya tersenyum tipis. Ah dia mengenang masa lalu rupanya.

"Harry?"

Tersadar, gadis muda itu langsung tersenyum lebar, "Oke! Demi cokelat!" ia meninju udara dengan semangat. Lagi-lagi, semua orang yang berada disana mau tidak mau langsung tertawa karena melihat tingkah kekanakannya Harry.

namun, saat itu, aku benar-benar bersyukur karena bisa melepas bayang-bayangmu sebentar saja dari dalam kepalaku, Draco.

-;o0o;-

Daphne dan Astoria mencoba meyakinkanku agar aku mau maju dan bernyanyi saat keraguan datang menghampiriku. Berbeda dengan Greenrgrass bersaudara, si ferret pirang itu malah terus meledekiku untuk menyerah.

Saat itu, mataku otomotis langsung terhipnotis olehnya dan entahlah. Aku tergerak.

Tentu saja, aku tahu hal ini sering terjadi sejak aku bertemu dengannya. Emosiku selalu gagal kukendalikan saat bersamanya. Hastratku benar-benar selalu menjadi liar saat melihatnya tersenyum atau tertawa.

Aku tidak tahu lagi apa yang kupikirkan saat itu. Melihatnya yang tersenyum mengejek seperti itu di hadapanku, membuatku mendadak lagi-lagi memutar bayangan akan masa lalu di dalam kepalaku.

Tentang aku. Tentang nya. Dan tentang kami.

-;o0o;-

"Umm Daph?"

"Hmm?"

"Apa kau tahu aku harus menyanyikan apa sesudah pria piano itu nanti?"

"Bukankah tadi sudah kubilang untuk menyanyikan lagumu saja?"

"Kau tahu, gini-gini laguku juga banyak tahu," gumam Harry menggaruk pipinya yang tidak gatal.

Astoria yang berdiri disebelah Daphne hanya menghela nafas, "Bagaimana kalau kau menyanyikan lagu yang akan segera kau rilis nanti? Kudengar, lagumu akan dirilis besok, benar, kan?" tanyanya dengan nada memastikan.

"Memang sih," Harry tersenyum canggung, "Masalahnya—

"—dia takut! Sudahlah, biarkan saja pria sewaan Ayah yang menghibur disana! Potter sudah tidak punya nyali lagi sejak menewaskan Pangeran Kegelapan kemarin tahu!" seru Draco seraya melebarkan seringaiannya.

Harry memutar matanya jengah, "Diamlah Ferret! Kicauanmu itu benar-benar mengangguku tahu!" sinis Harry. Gadis itu beruntung, kedua Malfoy senior yang tadi menemaninya sudah pergi menyambut para tamu yang lain. Kalau mereka masih berada disini—disamping Harry yang barusan mengejek anak semata wayangnya—entahlah apa yang akan diterimanya dari Paman Lucius.

Draco memeletkan lidahnya, "Memangnya aku peduli, hm? Potty?!" balasnya lagi.

Harry jelas sudah siap untuk mengutuk Draco—hal itu terlihat dari tangannya yang langsung mencabut tongkat holly-nya, "What?! YOU HOLLY DAMN LITTLE FER

"Sstttt!" Daphne berbisik keras, "Kau mau cokelat atau tidak?" tanyanya tajam. Spontan, Harry pun langsung memasukkan kembali tongkatnya dan mengangguk semangat. Daphne ikut mengangguk, "Good, now, pergilah ke sana, and rock it!"

Bagaikan tersihir oleh Imperius, Harry pun segera melangkah maju menuju panggung.

"So, Potter willsinging, huh?" sebuah suara mengagetkan Draco dari belakangnya.

Draco menoleh pada sahabat berkulit eksotisnya sekilas, sebelum kembali mengalihkan pandangnya pada gadis bergaun hijau botol yang tengah berbicara dengan salah seorang pria pemain piano di atas panggung sana, "Yeah, seperti yang bisa kau lihat. Daphne dan istriku yang menyuruhnya dengan iming-iming satu pak cokelat," dengusnya geli.

Sahabatnya, Blaise Zabini, terkekeh pelan, "Maniak cokelat seperti biasa, huh? Aku heran dengannya, setiap hari selalu banyak memakan cokelat, tapi body nya masih to kill seperti itu," kekehnya ikut memandang objek yang sedang ditatapi sahabatnya.

Alis Draco terangkat satu, "Seperti biasa? What do you mean, Zabini?" tanyanya penuh selidik. Draco menolehkan kepalanya dan melihat langsung melihat Blaise yang tergagap, "Blaise?"

"Y—yeah, Drake?"

"Kau tampak aneh hari ini, kau tahu?

Pemuda Italia itu berdehem pelan, "Yeah? Aku baik-baik saja Draco," jawabnya singkat.

Draco mengendikkan bahunya dan kembali memandang Harria Potter yang ternyata sudah siap di depan piano. Ia menghela nafas, "Aku merasa aneh Blaise. Mendengarmu yang seperti telah mengenal Potter dengan baik membuatku merasa heran dan kosong tahu!" ucapnya pelan.

Blaise melirik sahabatnya was was, "Kau tahu aku tidak sedekat itu dengan Potter, Draco," sahutnya.

Pemuda pirang itu mengangguk, "Exactly!" ia balas menyahut, "But I dunno, Blaise, entah mengapa, mendadak, melihat Astoria seperti membuatku—argh, what happen to me?!" erangnya nyaris berbisik.

Blaise memandang miris sahabatnya, —wajar kau merasa aneh dengan Astoria yang bagimu sebenarnya sudah kau anggap seperti adik, Drake. You loved her, not Astoria.

"Ekhem! Test, one, two three? Uumm—hello everyone?"

Sontak pandangan Draco dan Blaise—serta seluruh para undangan yang lain segera tertuju pada seorang gadis bermanik hijau yang tengah duduk sembari memegang mic, "I'm HarryHarria Potter, terdengar seperti laki-laki tapi yeah kenyataannya aku adalah perempuan so, yeah, nice to meet you all," ucapnya sembari tersenyum canggung.

Para hadirin yang mendengarnya sontak terkekeh pelan.

"Actually, guys," Gadis muda itu bangkit dari bangku pianonya, dan berjalan ke tengah panggung, "Aku berada disini bukan untuk menjadi selebritis dengan memamerkan senyum menawanku, tentu saja bukan," masih dapat kita dengar beberapa hadirin semakin mengeraskan tawa mereka.

Harry tersenyum, "Aku disini tentu saja untuk menjalankan tantangan dari temanku, Daphne Greengrass. Hey Daph, wussup yo!" sapanya pada Daphne.

Daphne yang berada tidak jauh dari panggung tengah mengobrol bersama adik dan temannya, mendadak merasa wajahnya terbakar malu. Astoria yang disebelahnya tertawa pelan.

Harry tersenyum nakal, "—dan yah tentunya untuk menyambut pasangan selebritis kita yang baru! Draco Malfoy dan Astoria Malfoy, kumohon, tolong berikan tepuk tangan yang meriah untuk kedua temanku ini," serunya sembari bertepuk tangan meriah dengan hadirin yang lain.

Draco menoleh pada Daphne yang berdiri tidak jauh darinya, "Apa kau juga memberitahunya untuk melakukan itu?" tanyanya. Daphne menggeleng pasrah. Draco dan Blaise terdiam sweatdrop.

"Oke kumohon hentikan kawan," ucapnya sembari tertawa kecil, "Sebenarnya jujur, aku tidak terlalu bisa menyanyi, jadi kalau kalian merasa suaraku tidak cukup untuk memenuhi ekspetasi kalian, tolong segera berteriak dan hentikan aku, kalian mengerti? Oke, kuharap kalian menikmati nyanyianku, sekian," suara tepuk tangan yang meriah kembali memenuhi seluruh penjuru taman Malfoy Manor.

-;o0o;-

Aku tahu, kami memang pernah bersama.

Melewati serangkaian cerita yang kami buat sendiri bersama-sama. Bermusuhan dan berujung saling mencintaiyang tentunya jelas bukan disengaja dan direncanakan.

Sungguh menakjubkan rasanya saat itu, hanya karena mendengar seuntai kalimat tentangnya saja, pikiranku langsung berkelana kesana-kemari.

Sungguh menyedihkan rasanya saat ini, hanya karena teman-temanku menyerukan namanya, hati serta pikiranku kembali mengenang kenangan kami yang indah dan tidak bisa dihitung jari.

Ternyata mereka benar, kita memang tidak akan bisa bersama. Dan tentu, tidak akan pernah bisa bersama.

Astoria yang sempurna dan diriku yang penuh dengan banyak kekurangan. Astoria adalah gadis berdarah murni yang manis, elegan, pintar, dan anggun. Sedangkan aku? Bahkan sedari awal pun diriku hanyalah seorang anak pembawa sial yang penuh dengan banyak kekurangan.

Wajar saja jika banyak orang yang lebih mengidolakanmu dengannya. Kalian sama. Sepantaran dan sederajat.

Aku tahu, jika dibandingan olehnya dan kau, aku sangat kecil dan jauh.
Perbandingan jauh antara derajat dan kecilnya kesempurnaan antara kalian dan aku.
Aku tahu, aku sangat bodoh, tidak tahu malu, ceroboh, dan terlalu mudah untuk jatuh.
Dan kini kusadari bahwa sebenarnya yang membuatku seperti itu adalah diriku sendiri.

Membuatku tampak bodoh seperti itu hanya karena berani melafalkan 'Aku mencintaimu' didepanmu, tanpa menyadari bahwa banyak konsekuensi yang harus kau tanggung akibat itu. Karena itulah kumohon

-;o0o;-

Dentingan piano terdengar lembut saat mulai mengalun di telinga. Mendadak, semua hadirin yang berada di kawasan taman Malfoy Manor itu jadi terhipnotis untuk memandang ke arah panggung—tempat dimana seorang gadis muda berambut hitam braided bun tengah memainkan piano.

"You know I want you
It's not a secret I try to hide
I know you want me
So don't keep saying our hands are tied,"

Harry memandang sekilas pancaran sepasang manik abu-abu yang masih terpaku menatapnya, ia tersenyum tipis melihatnya sebelum kembali melanjutkan lagunya—dengan kembali memutar beberapa kenangan yang tersisa di kepalanya.

"Aku menyukaimu, matamu hijau sekali, kau tahu?"

"I'm Malfoy, Draco Malfoy! Namamu siapa? Dilihat dari penampilanmu sepertinya kau bukan berasal dari sini, right?"

"Harry? Hahahaha! Kau lucu Harry! Your name sounds like boy's name, you know?"

"Well, nice to meet you, Harria,"

"You claim it's not in the cards
Fate is pulling you miles away
And out of reach from me,"

"Kau tidak bilang kalau kau Harry Potter!"

"Hey, dengarakubenar-benar minta maaf Potter, aku tidak tahu apa yang dilakukan McGonagal padamu tapi—what?!"

"hEI! Watch out Potter! Sapumu!"

"Hei, kau oke? Sapumu tidak terlihat stabil tadi,"

"Astaga, kau ini negative thinking sekali, aku kesini niatnya ingin menghiburmu kalau kau kalah tadi, nyatanya kau malah menang jadi aku ingin mengucapkan selamat tahu!"

"But you're here in my heart
So who can stop me if I decide
That you're my destiny?"

Draco terpaku menatap Harry yang tengah menghayati permainan piano dan lagunya. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan Draco saat ini—termasuk Draco sendiri. Perasaan kosong melanda dalam diri Draco.

Ia merasa ingin meninju Thomas—yang beruntung tidak diundang ke pesta Draco saat ini. Dean Thomas benar-benar salah besar mengatakan suara gadis itu mirip seperti tikus kejepit.

Iris kelabunya memancarkan pandangan sendunya saat Harry melantunkan lirik selanjutnya. Entah mengapa, ia merasa dapat mendengar nada sendu dalam lirik yang terdengar percaya diri itu. Kini ia merasa ingin berlari kea rah gadis itu, memeluknya, dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja, dan beberapa kalimat penenang lainnya.

"Tahan dirimu, ada istrimu di dekat panggung,"

Draco menolehkan kepalanya yang terasa pening pada sahabatnya, Blaise, yang barusan mencengkram bahunya tanpa menoleh padanya. Pemuda eksotis itu masih setia memandang penampilan Potter saat meneruskan kalimatnya.

"Aku tidak tahu apa yang tiba-tiba merasukimu, Draco, tapi saat ini kau sedang menitikkan air mata asal kau tahu," ucapnya nyaris berbisik, "Cepatlah hapus air itu sebelum orang-orang mengalihkan pandangannya padamu," titahnya lagi.

Draco dengan tanpa sadar segera melakukan apa yang disuruh oleh sahabatnya, dan kembali berfokus pada Harry Potter yang bermain piano dengan lincahnyayang entah mengapa membuatnya menjadi sangat mempesona.

"What if we…
rewrite the stars?
Say you were made to be mine,
"

"Sepertinya menaiki Hogwart Express memang sudah tidak menjadi tren untuk selebritis sepertimu, ya, Potter?"

"Scared, Potter?"

"Listen, jelas bukan salahku dong. Si mudblood itu yang menghinaku dan timku. Bukan salahku kan kalau aku membela diriku. Lagipula dia itu kan, memang seorang mudblood, apa yang salah dari itu?"

"Tunggu sebentar! siapa yang melakukannya padamu? Dobby?"

"Uh-huh, Santo Potter yang merasa benar. Dengar, hei! Aku berteman denganmu itu murni karena aku menyukaimu! Bukan karena ayahmu memang darah murni!"

"yA AKU MENYUKAIMU! APA MENURUTMU ITU JUGA SALAH, HAH?!"

"Nothing could keep us apart
You'd be the one I was meant to find,"

"Syukurlah! Kupikir kau kenapa-napa! Kau yakin benar-benar tidak apa-apa? Apa yang dementor itu lakukan selain membuatmu pingsan?"

"Uh-huh, selalu sok suci seperti biasanya, hm Potter? Sadar diri dong, kau saja juga merayu Diggory!"

"GODDAMIT POTTER! ARE YOU OKAY?"

"Yeah seperti yang kau lihat, I'm fine okay, pergilah kau urus Buckydamnbeack itu dan tinggalkan aku sendiri,"

"Well ummkenapa tidak? Aku benci mendengar para lelaki brengsek lainnya terus-terusan mengomentari body-mu. Jadi, sebaiknya carilah hobi yang lain selain, Quddicth, yah? Yah?"

"It's up to you
And it's up to me,
No one can say what we… get to be,
"

"Aku tidak mengerti, bagaimana bisa namamu ada disana, Potty?"

"Don't worry okay? Aku percaya padamu, dan lagiapa yang kau bicarakan dengan Lovely Hufflepuff itu, huh? Kenapa dia terus-terusan menatapku marah seperti itu?"

"tENANG KATAMU? TENANG TENANG YOUR ASS AKU BISA TENANG! KAU AKAN MELAWAN NAGA, POTTER! NAGA!"

"Aku tidak mengerti apa bagusnya pesta dansa, merepotkan sekali, tapi apa kau ingin jadi pasangan dansaku?"

"Uh-huh, Scarhead dan Little Ferret, Draco Malfoy dan Harry Potter, kupikir kalau ada hard-shipper kita, mereka tentu akan menamai diri mereka DRARRY, bukan begitu?"

"Errrbukankah kita memang pacaran? Apa jangan-jangan kau sudah menganggapku suamimu?"

"hEI! DISINI AKU YANG MENCOBA MENYELAMATKANMU BODOH! AYAHKU SEORANG BUDAK PANGERAN KEGELAPAN DAN SEKARANG MEREKA TENGAH MERENCANAKAN HAL BURUK PADAMU! BAGAIMANA BISA AKU MEMBIARKAN PACARKU KENAPA-NAPA HANYA KARENA PESTA DANSA BODOH ITU!"

"So why don't we rewrite the stars?
Maybe the world could be ours…
Tonight,
"

"Bagaimana kabar Sirius? Kudengar kemarin dari ayah dan ibuku, namanya sudah mulai dibersihkan,"

"Tingkah lakumu jadi aneh Potter, kau yakin aku tidak apa-apa, hah?"

"Aku benar-benar tidak mengerti darimana pikiranmu itu terbuat Potter, tapi really? Have a date? Merlin! Beberapa bulan lagi kita akan menghadapi OWL dan apa isi pikiranmu sekarang sudah teracuni oleh Pangeran Kegelapan?"

"Listen to me, Potter, Aku tidak akan meminta maaf karena sudah memarahimu untuk belajar, tapi mungkin aku akan meminta maaf karena sudahumm, mengabaikanmu?"

"Ayah dan Ibuku tahu kita pacaran. Mereka mengajariku Occlumency, dan mencoba untuk mengelabuiyah, You-know-Who,jadi, kusarankan padamu untuk tidak bertingkah gegabah, apa kau mengerti?"

"wHAT THE HELL POTTER?! AYAHKU MENCOBA SEBISA MUNGKIN UNTUK TIDAK MENYAKITIMU DAN INIKAH BALASANMU? MENJERUMUSKANNYA KE DALAM MASALAH?!"

"Jadi, seperti yang Snape katakan, apa hanya aku yang ada di pikiranmu, Potter?"

Harry mengangkat pandangannya menuju orang-orang yang masih mengamatinya dengan takjub, sementara tangannya sibuk menekan-nekan tuts yang sudah ia hafal di luar kepala, netra hijaunya pun berhenti pada sepasang amethyst yang sedari tadi masih memandangnya dengan tatapan yang sulit ia artikan.

saat itu, tubuhku kembali bergetar. Dada serta aliran darahku berdesir. Kepalaku kembali terasa berputar, dan kantung mataku merasa ingin segera mengeluarkan air mata yang mendesak ingin mengalir deras.

"All I want is to fly with you
All I want is to fall with you
So just give me all of you!"

"—just, don't talk to me, until I can talk to you, okay?"

"Dia yang memberikan tugas ini padaku, Severus, pergilah dan urus urusanmu sendiri,"

"Kalau maksudmu ingin bicara adalah diam selama 15 menit kupikir urusan kita sudah selesai Potter. Aku Head-Boy dan tugasku banyak, tidak sepertimu yang hanya bisa menganggur seperti ini,"

"yEAH!? JUST STAY AWAY FROM ME!"

"—It feels impossible
Is it impossible?
"

"Really Potter? Kutukan penyayat untuk membunuhku? Seharusnya kau biarkan saja aku terbunuh, tak usah repot-repot untuk menjengukku seperti ini,"

"tIDAKKAH KAU MENGERTI KATA PERGI, POTTER?! APA AKU HARUS BENAR-BENAR MENGUSIRMU DENGAN CARA KASAR?!"

"You don't understand! I have to do this! I have to protect my parents from him! I don't wanna lose you, tapi aku lebih tidak mau kehilangan orangtuaku,"

"—You're right, Harry. I love you and my parents, and from now on, aku akan benar-benar berjuang untuk mereka dan dirimu,"

"—Say that it's possible!"

Dentingan pianonya berhenti sejenak.

Harry menarik dalam nafasnya dan mulai kembali menekan tuts dengan tempo yang lebih lembut. Kepalanya tak ia tundukkan seperti sebelumnya, melainkan ia tegakkan untuk memandang sosok pemuda platina yang ia cintai.

Ia tersenyum tipis.

"You did it! Harry! yOU DID IT! YOU KILLED VOLDEMORT!"

"I can't believe it, Drake! I killed him! yEAY!"

"Ahahaha! wAW I CAN'T BELIEVE IT! DID I JUST KISSING YOU IN FRONT OF MY PARENTS AND ALL?!"

"hMPH!"

"So, Harry, apakah kita benar-benar bisa

"Yeah, Drake, mungkin kita benar-benar bisa,"

"I love you, Harry!"

"I love you too, Draco! More than anything,"

"You know I want you…"

.

"Thank you, karena sudah membebaskan kami dari jerat hukum, Potter,"

Aku tersenyum saat melihat Narcissa Malfoy berbicara padaku dan tersenyum lembut padaku setelah ia memelukku dengan erat. Aku tahu ini perasaan yang sudah lama kurindukan, usai Ibuku pergi ke surge bersama Ayahku belasan tahun yang lalu.

"You're welcome, Mrs. Malfoy," jawabku setelahnya.

"Please, just Bibi Cissy, its too formal for someone who just save my family,"

Aku melirik Draco yang tengah bicara pada Ayahnya, dan tersenyum lebar,"Baiklah, Bibi Cissy, kupikir anda juga bisa memanggil saya dengan Harry tanpa embel-embel Potter?"

Bibi Narcissa tertawa pelan mendengar tawaranku, "Tentu, Harryeung, Harry?"

"Ya Bibi?"

"Kau dan Draco benar-benar berpacaran? Kan?"Aku memandang Bibi Narcissa yang tengah memandangku dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia terkekeh pelan seraya meengelus pelan rambutku, "It's okay, sweetie, I'm just asking, lagipula kauini sudah kuanggap sebagai anakku sendiri lho,"

Melihatnya tertawa pelan, secara tidak langsung membuat bibirku tertarik mengulas senyum dan mengangguk perlahan. Dapat kudengar suara nafas yang sedikit tercekat, walaupun aku juga tidak tahu darimana itu berasal. Namun entah mengapa, aku merasa perasaanku tidak enak.

"Harry? Bisakah aku meminta satu hal padamu?" tanya Bibi Narcissa lagi.

Aku dengan spontan langsung mengangguk. Dan setelahnya, entah mengapa rasanya aku menyesal mengiyakan permintaan dari seseorang yang baru kuanggap sebagai figure ibuku itu.

.

"—It's not a secret I try to hide…"

Harry tersenyum lebar ke arah tepukan orang-orang yang mengapresiasi lagunya. Ia melebarkan senyumnya seraya bergumam terimakasih selagi netra hijaunya melirik ke arah Daphne dan Astoria, serta teman-temannya yang lain yang juga tengah bertepuk tangan ke arahnya.

"Yeah! Aku ini temannya lho! Temannya! Aku sahabatnya! Yeah! Ahahaha!" seru Ron Weasley seraya menunjuk-nunjuk Harry dengan bangga. Hermione Granger yang semula tengah tersenyum menyemangati Harry di sebelahnya, hanya bisa berjalan menjauh dengan menutup wajahnya yang memerah malu.

Harry masih berada diatas panggung dan baru saja hendak menuruni tangga, saat ia menujukan emerald-nya pada pemuda yang kini juga tengah bertepuk tangan padanya. Draco menatapnya dalam selagi ia menggumamkan lirik selanjutnya—yang sengaja ia potong tadi.

"But i can't have you..." Ia tersenyum lebar saat melihat Blaise Zabini mengancungkan jempol ke arahnya saat sekali lagi ia memeluk Astoria dan mulai beralih pada Draco, "—We're bound to break and my hands, are tied..."

lupakan tentangku, tentang kita, dan berbahagialah, Draco.

.

"Harry?"

"I love you Draco, but I'm really-really sorry"

"Hey, what do you mean, love?"

"—Obliviate!"

.

.

fin


eyoyoyo khe-team! how are you guys? long time no see, huh? =D

hope you like my 4000+ words' one shoot.

so, mind to RnR? ^_^