Warning: Ooc!Naruto, Smart!Naruto, Uchiha!Naruto, Juubi Jinchuriki!Naruto, Rinnegan!Naruto, Villainous-protagonist!Naruto, AU, Ooc!Ophis, Smart!Ophis, Psikopat!Ophis, Villainous!Ophis, Manipulative!Naruto, Manipulative!Ophis.

Apa yang akan terlihat ketika kita memejamkan mata?

Mungkin jawaban yang normal kita berikan adalah kegelapan. Namun, jika kita benar-benar memperhatikan kegelapan tersebut, maka kita akan menemukan kebenaran yang menakjubkan: kegelapan itu dibentuk oleh titik-titik cahaya yang jumlahnya tak terhingga, titil-titik cahaya itu sangat redup, namun mereka benar-benar ada. Pejamkan matamu lalu perhatikanlah kegelapan itu dengan seksama, kau pasti akan menyadari kebenaran akan hal itu.

Naruto berani mengatakan itu semua karena ia sudah memperhatikan kegelapan itu berjam-jam lamanya sejak ia meledakkan dirinya setelah menyerap semua chakra yang Kaguya punya. Naruto tidak melakukan itu semua dengan niat menyelamatkan dunia shinobi, bukan sama sekali! Naruto melakukan itu semua karena ia penasaran dengan apa yang akan terjadi padanya setelah mati nanti; Hagoromo Ootsutsuki bisa melompat antara dunia para mortal dengan dunia afterlife, dan jiwa Rikudou Sennin senantiasa menetap di dunia limbo—sebuah dunia yang menjadi pembatas antara dunia para mortal dengan afterlife. Mempertimbangkan itu semua, Naruto menjadi penasaran, apa yang akan terjadi pada dirinya? Karena itu, tanpa ragu, Naruto menggunakan segel self-destructionyang dikembangkan Danzo bersama root-nya pada dirinya sendiri, bahkan ia membuat hampir lima ratus segel tersebut di sekujur tubuhnya, saking penasarannya dia!

Akan tetapi, karena rasa penasaran yang menggebu-gebu itu, Naruto jadi melupakan satu fakta: yang ia serap ke dalam tubuhnya bukan saja Juubi, melainkan Kaguya yang di dalam tubuhnya terdapat Juubi. Karena Kaguya itu immortal, hal itu membuat dirinya juga menjadi immortal! Tidak peduli jika tubuhnya jadi debu sekalipun lalu debu itu beterbangan hingga tak bersisa, Naruto tetap tak akan bisa mati, jiwanya yang sudah menjadi primordial akan selalu berusaha kembali untuk membentuk tubuh baru untuk dirasukinya. Saat ini pun, Naruto bisa merasakan kalau secara perlahan-lahan tubuhnya sudah sempurna kembali, satu-satunya yang membuatnya terjebak dalam kegelapan ini adalah karena jiwanya membutuhkan waktu yang lumayan banyak untuk menyesuaikan diri dengan tubuh barunya.

Membosankan sekali melihat kegelapan seperti ini berjam-jam lamanya, tidak adakah sesuatu yang menarik untuk menghibur dirinya?

Seolah mendengar keluhan Naruto, titik-titik cahaya yang sangat redup yang membentuk kegelapan itu perlahan-lahan mulai menerang. Dan sejalan dengan itu, Naruto bisa merasakan kalau kini ia sudah punya kontrol atas tubuhnya. Untuk membuktikan dugaannya, Naruto mencoba untuk menggerakkan jemarinya. Naruto tersenyum puas ketika merasakan kekuatan yang mengalir dari gerakan-gerakan jarinya, kemudian secara perlahan Naruto mencoba untuk membuka kedua kelopak matanya. Secara perlahan cahaya mulai memasuki indera penglihatan Naruto, memberikan warna pada dunia fana ini.

Pepohonan adalah apa yang pertama kali Naruto lihat, pepohonan yang sangat amat banyak, artinya saat ini ia sedang berada di hutan. Ini sangat berkontradiksi dengan tempatnya meledakkan diri di tengah lautan tadi. Apa jiwanya secara paksa memulai konstruksi tubuh barunya di tempat yang dirasa jiwanya aman? Lantas, di mana saat ini ia berada?

Naruto mengepalkan kedua tangannya merasakan kekuatan tubuh barunya, kemudian secara perlahan ia bangkit dan berdiri memandang sekeliling. Benar-benar sebuah hutan yang sangat luas, rembulan yang tengah purnama bahkan tak mampu untuk menerangi area hutan besar ini. Apa ia berada di suatu tempat di Fire Nation?

Naruto memejamkan kedua matanya mencoba merasakan dunia sekelilingnya mencari tahu lokasinya saat ini. Selang beberapa detik Naruto langsung membuka kedua mata dan mengernyitkan keningnya; sama sekali tidak ada chakra di selurup permukaan dunia ini, namun sangat banyak energi-energi yang tak familiar baginya berlalu lalang di dunia, bahkan ada di antara energi-energi yang mirip dengan chakra namun pada saat bersamaan itu bukanlah chakra. Di mana ia berada? Apa ia, entah bagaimana, terteleportasi ke dimensi atau bahkan dunia lain?

Ini jelas sekali bukan limbo apalagi afterlife, dan ini sudah pasti bukan elemental nations mau pun dimensi-dimensi kaguya. Satu-satunya penjelasan yang masuk akan adalah ia berada di dunia lain, bagaimana bisa? Ntahlah, itu tak terlalu penting, yang lebih penting sekarang adalah Naruto sudah puas dengan eksperimennya. Dan sekarang, ia jadi tertarik untuk mempelajari lebih jauh tentang dunia.. terlebih lagi pemilik energi-energi itu yang hanya beberapa saja beraura manusia.

Iris hitam Naruto langsung berubah menjadi sharingan, kemudian ketiga tomoe itu berputar membentuk eternal mangekyou sharingan dengan pola shuriken berkaki enam. Naruto menengadahkan kepalanya mencari sumber keberadaan yang sangat tipis, namun energi yang Naruto rasakan bahkan jauh melampaui kyuubi dalam kekuatan penuhnya. Keberadaan itu langsung menghilang dari udara, Naruto mengernyitkan keningnya merasakan hal itu.

Keberadaan itu tiba-tiba muncul di belakangnya, Naruto langsung berteleportasi dan melayang di udara beberapa meter di atas keberadaan yang dirasakannya itu. Naruto menurunkan pandagannya pada sosok yang ternyata adalah anak kecil berusia dua belas tahunan berambut hitam sepinggang dengan baju gothic Lolita lengan panjang berenda yang membaluti seluruh tubuhnya dari leher hingga beberapa centi di bawah lutut, kemudian bagian bawahnya ditutupi oleg legging putih dan sepatu wanita hitam beralas datar, sedangkan di atas rambut halusnya terdapat sebuah bendo putih yang terdapat sebuah bunga buatan berwarna biru di atasnya. Dan yang lebih penting, dia sama sekali tidak memiliki aura manusia; iris kuning dengan pupil emas vertikalnya menunjukkan kalau dia sama sekali bukan manusia.

Ekspresi gadis kecil itu datar, tanpa emosi; irisnya hanya memandang diri Naruto seolah-olah ia adalah puzzle yang harus diselesaikannnya.

"Ophis, dewa naga tanpa batas, Ophis Ouroboros," ucap gadis itu dengan nada datar. "Apa dan siapa kau?" tanyanya.

Naruto menurunkan tubuhnya dengan perlahan, ia mendaratkan kakinya dengan mulus tepat satu meter di depan gadis yang mengaku sebagai dewa naga tanpa batas bernama Ophis itu. Naruto memandang gadis itu dengan sama datarnya, iris merah darah bertemu iris kuning, tatapan keduanya saling beradu supremasi.

"Tsukuyomi."

xxXxx

Dragon God of Infinity, Ophis Ouroboros. Banyak yang mengatakan kalau dia adalah perwujudan dari kehampaan, karenanya, Ophis tidak memiliki banyak emosi. Banyak juga yang bilang kalau Ophis tidak tertarik pada apa pun selain keheningan Celah Dimensi. Ada yang mengatakan kalau wujud Ophis itu tidak memiliki gender, namun dia sering memakai wujud kakek-kakek tua. Banyak lagi desas-desus tentangnya yang beredar dikalangan dunia supernatural, akan tetapi, hanya sedikit dari desas-desus itu yang benar adanya.

Memang benar Ophis lahir dari ketiadaan, kekosongan, juga kehampaan; namun Ophis memiliki emosi, ia bisa senang, marah, kesal, sedih, dan sebagainya. Benar pula kalau Ophis sangat berhasrat untuk merebut kembali Celah Dimensi miliknya dari kuasa naga merah menjijikkan itu, akan tetapi Ophis juga memiliki ketertarikan terhadap hal-hal lainnya. Berita tentang dirinya yang tak bergender itu sepenuhnya salah; Ophis adalah naga betina, dan wujud manusianya mirip dengan gadis muda berusia dua belas tahunan, ia sama sekali bukan tak bergender seperti yang dirumorkan oleh makhluk supernatural lainnya.

Ophis adalah makhluk terkuat ke dua di dunia ini, nomor satu ditempati oleh Trihexa dan Great Red. Kendati ia menempati peringkat ke dua, namun kekuatannya sama sekali tak mampu untuk menyakiti kedua makhluk itu; Great Red dan Trihexa adalah dua entitas yang diluar batas imajinasi. Peringkat ke tiga ditempati dewa penghancur dari Hindu Pantheon, Shiva. Kendati Shiva menempati peringkat tiga, dewa kehancuran itu sama sekali bukan apa-apa jika dihadapkan pada dirinya. Karenanya, Ophis sangat terkejut ketika ia merasakan kehadiran seorang yang kemampuannya tak bisa Ophis ukur, artinya bisa jadi dia memiliki kekuatan yang jauh melampaui dirinya dan bisa jadi pula kalau dia bisa menekan kekuatannya itu dengan sangat amat baik. Melihat auranya yang sama seperti manusia lainnya, maka Ophis berasumsi kalau itu adalah kemungkinan yang kedua.

"Ophis, dewa naga tanpa batas, Ophis Ouroboros," ucap Ophis dengan nada datar. "Apa dan siapa kau?" tanyannya penasaran.

Lelaki berbalutkan celana hitam panjang dengan yukata biru gelap polos berambut pirang panjang sepunggung itu tak lekas menjawab, dia menurunkan tubuhnya dengan perlahan, lelaki bermata unik itu mendaratkan kakinya dengan mulus tepat satu meter di depan Ophis. Pria berkulit putih itu memandang dirinya dengan sama datarnya, iris merah darah bertemu iris kuning, tatapan keduanya saling beradu supremasi.

"Tsukuyomi," ucap lelaki itu.

Seketika Ophis menjumpai dirinya berada di dunia dengan warna langit kelabu dan awan merah gelap dengan sebuah bulan merah darah yang tiga kali lebih besar dari bulan normal. Tak hanya itu, Ophis mendapati dirinya terikat dengan kedua tangan terlentang di sebuah tiang salib. Ketika ia mengedarkan pandangannya, ia melihat hal yang begitu mengejutkan: Ophis melihat dirinya yang terikat di tiang salib sejauh mata memandang. Sulit untuk ia percayai, tapi begitulah adanya, mereka semua adalah Ophis sama seperti dirinya.

"Naruto, Uchiha Naruto."

Ophis menurunkan pandangannya ke bawah, lelaki yang bernama Uchiha Naruto itu berdiri tepat beberapa langkah dari tiang salib tempanya ditahan.

"Apa ini dimensi buatanmu?" tanya Ophis penasaran. "Kau mengatakan Tsukuyomi tadi, apa kau berhubungan dengan Shinto Pantheon?"

Naruto menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak; kita sedang tidak berada di dimensi lain dan aku sama sekali tak ada hubungannya dengan siapa pun. Saat ini kita berada di alam pikiranmu, kendati demikian, penguasa di sini adalah aku. Tak ada yang tak bisa kulakukan di sini," jelas Naruto sambil mengangkat tangan kanannya dan kemudian tangan itu diselimuti oleh percikan petir yang langsung menghujam menembus perut Ophis.

Ophis mengernyitkan keningnya begitu rasa sakit yang disebabkan percikan petir itu menembus perutnya; ini pertama kalinya ia menerima rasa sakit dari selain Great Red. Tapi Naruto mengatakan kalau ia ada di alam pikirannya, kalau memang seperti itu mengapa ia bisa merasakan sakit dan mengapa darah keluar dari perutnya?

"Setiap luka yang kau terima di sini, rasa sakitnya akan dibebankan ke pikiranmu; semakin banyak kau mererima luka, semakin berat rasa sakit yang mentalmu terima. Tidak ada jalan keluar dari sini, namun jika kau memiliki mental yang kuat maka kau akan bisa keluar dari ilusi ini dengan cukup berusaha."

Ilusi? Jadi ilusi ini memberikan mentalnya rasa sakit, huh? Kalau begitu ini masuk akal mengapa aku sampai terluka hanya karena percikan petir itu. Uchiha Naruto.. dia adalah lelaki yang menarik dengan kemampuan yang menarik pula. Tapi, jika ini memang berhubungan dengan mental maka ilusi ini tidak akan pernah bisa mengalahkannya, apalagi Great Red. Namun, jika Naruto bisa memasukkanku ke dunia ilusi ini dengan mudah maka itu artinya dia jauh lebih kuat dari yang kupikirkan. Mungkin alasan kenapa aku tidak bisa mengukur kekuatannya adalah karena kekuatannya tidak terbatas..? Bisa jadi.

Ophis mengepalkan kedua tangannya dan memfokuskan pikirannya untuk meniadakan ilusi ini, sedetik kemudian ia kembali berada di tempatnya berdiri semula. Secara refleks Ophis melihat ke arah perutnya, namun seperti yang telah ia perkirakan, sama sekali tak ada luka di sana. Itu benar-benar kemampuan yang menarik.

"Seperti yang kuduga.. kau sangat berbeda, Ophis.."

Ophis kembali mengarahkan pandangannya pada Naruto. "Menarik," ucapnya sambil tersenyum simpul. "Aku suka dengan kemampuanmu itu, tapi, apakah kau bisa melakukan lebih?" Ophis tak menunggu respon Naruto, ia langsung menghilang dari tempatnya berpijak dan dalam sekejap muncul tepat di depan Naruto dengan tangan kanan yang terkepal siap menghantam perut sang pemuda berambut pirang tersebut. Namun sebelum tangan mungil Ophis mengenai Naruto, sosok Naruto sudah terlebih dahulu menghilang sehingga membuat Ophis hanya memukul udara. Namun karena kekuatan dibalik pukulan itu sangatlah besar, akibatnya terciptalah kejutan udara yang menghancurkan pepohonan searah tinju Ophis sejauh mata memandang.

Ophis memiringkan kepalanya ke kiri begitu ia merasa sebuah tinju hendak mengincar belakang kepalanya, membuat tinju itu melesat lurus ke depan memukul udara kosong. Sama seperti pukulan Ophis tadi, semua yang ada di depan arah tinju Naruto itu langsung hancur sejauh mata memandang. Ophis tak bisa menahan dirinya untuk tidak senang, seringai yang sudah ia tahan sedari tadi langsung terbentuk begitu saja di bibir tipis mungilnya. Menarik, sangat menarik, batin Ophis sambil mengeluarkan sepasang sayap naganya, membuat pemuda di belakangnya terlempar beberapa meter ke belakang akibat kuatnya kepakan sayap Ophis.

Ophis berbalik arah dan memandang senang kepada lelaki yang memandangnya dengan pandangan tertarik.

"Kukira kau bergurau tentang dewa naga tanpa batas tadi, harus kuakui kalau tadi aku sempat meragukanmu, untuk itu maafkan aku, Ophis."

"Ee, aku juga sempat meremehkanmu, Naruto."

"Begitu? Hm.. kau gadis yang menarik." Naruto langsung menghilang dari tempatnya berada dan dalam sekejap Ophis mendapati dirinya terlempar jauh ribuan meter ke belakang menghantam pepohonan hingga hancur berkeping-keping. Merasakan kekuatan yang menghantamnya masih akan terus mendorong dirinya kalau tak dihentikan, Ophis langsung mengepakkan sayapnya lalu bermanuver di udara meniadakan efek serangan barusan. Kemudian Ophis mengangkat tangan kirinya melindungi pipi kirinya dari tinju Naruto yang sudah berada tepat di kirinya, tenaga yang diakibatkan tinju itu menciptakan kejutan udara, namun Ophis sama sekali tak beranjak dari tempatnya melayang.

"Aku sempat lengah tadi," ucap Ophis sambil menyeringai, "namun kau tidak akan bisa membuatku terkejut lagi," lanjutnya sambil mendaratkan kepalan tangan kanannya ke perut Naruto. Naruto yang sedikit terkejut tak sempat menghindar, ia terlempar kuat ribuan meter ke angkasa menembus jauh ke atas kumpulan awan. Naruto merentangkan kedua tangannya berusaha menghentikan laju tubuhnya, kemudian ia bermanuver lalu melesat turun ke bawah menuju Ophis yang sedang melesat maju menyusulnya.

Ophis mengeluarkan sepasang ular keemasan besar dari masing-masing lengan bajunya, kemudian kedua ular itu saling mendekat lalu ia mengarahkan mulut mereka ke arah Naruto, dan sedetik kemudian dua laser berwarna emas kehitamn keluar dari mulut kedua ulat itu dan melesat tajam ke arah Naruto.

Naruto tidak gentar. Ia menghentikan laju turunnya lalu menyatukan kedua pangkal tangannya dan mengarahkannya ke depan. Lalu di antara kedua tangannya itu terbentuklah bola-bola merah dan biru lalu sedetik kemudian keduanya menyatu hingga membentuk bola hitam padat seukuran bola kasti. Dan tepat ketika kedua leser yang dilesatkan Ophis hendak mengenainya, bola hitam itu mengerucut lalu sejuru kemudian laser hitam kemerahan langsung melesat menghantam kedua leser milik Ophis. Dan bagaikan pisau yang membelah mentega, laser Naruto mengalahkan leser Ophis lalu menghantam sang dewa naga tanpa batas tersebut, menimbulkan asap tebal dan suara ledakan yang menggelegar memecah udara.

Naruto melayang dengan mata memandang datar pada kepulan asap tersebut. Dan ketika asap itu menghilang, Ophis melayang dengan tenang dengan kedua sayap naga keemasannya terbentang lebar, sama sekali tak terlihat kalau dia habis terkena serangan, seolah serangannya barusan tak lebih dari sekedar kembang api. Menarik, tanpa sadar bibir Naruto melengkung membentuk seringaian jahat.

"Katakan, Ophis, apa kau adalah makhluk yang terkuat di dunia ini?"

Ophis mengernyitkan keningnya. "Meskipun aku ingin mengatakan ya, namun kenyataannya ada dua makhluk lagi yang jauh lebih kuat dariku."

Seringaian Naruto langsung menghilang digantikan ekspresi kecewa, Ophis yang melihat itu menautkan kedua alisnya, ia merasa sedikit kesal. "Mengapa kau terlihat kecewa seperti itu?"

"Ha.." hela napas Naruto. "Jika kau adalah yang terkuat, maka aku ingin melihat seperti apa ekspresimu nanti begitu kau sadar kalau kau sama sekali tak berdaya di hadapan kekuatanku. Namun melihat kelinci yang ketakutan di hadapan singa akan sangat membosankan, itu tak akan membuatku terhibur."

"Hahaha.. haha. Hahahahahaha.." Ophis tertawa terbahak-bahak. "Kau pikir kau lebih kuat dariku, hah? Akan kutunjukkan padamu apa itu ketakutan," jeda Ophis sambil perlahan-lahan meningkatkan kekuatannya. "Ketika kau nanti tergeletak bersimbahkan darah, aku akan mencungkil kedua bola matamu lalu memasukkannya ke dalam mulutmu, kemudian kau akan kusiksa hingga aku puas!" seru Ophis, ia kini dikelilingi oleh energi emas kehitaman berbentuk antara naga dan ular.

"Hahaha.. kau yakin bisa melakukannya?" tanya Naruto sambil mengeluarkan complete susano'o-nya. "Kalau begitu ayo kita lihat, sekuat apa dirimu, Ophis Ouroboros!"

-1-