Disclaimer:
Naruto : Masashi Kishimoto
Date A Live : Koshi Tachibana
.
.
.
Pairing: Naruto x Origami
Genre: romance/humor/parody
Rating: T
.
.
.
Hey, Monster
By Hikasya
.
.
.
Chapter 1. Monster kantin
.
.
.
Derap-derap langkah kaki, terayun tegap-tegap bagaikan pasukan Tentara.
Riuh rendah sorak nyanyi, mengiringi perjalanan tiga serangkai menuju ke tujuan utama yaitu kantin sekolah.
Siapa yang tidak kenal dengan tiga serangkai itu? Mereka merupakan makhluk terlangka dan terkenal dengan kasus pelanggaran tata tertib Konoha High School. Mereka juga termasuk penghuni kelas XII IPA 2, yang diisi oleh sebagian besar perempuan karena hanya mereka saja yang bergender laki-laki. Sehingga mereka menjadi sahabat suka maupun duka di tengah kaum hawa saat menuntut ilmu di sana.
Selain itu, mereka juga dikenal sebagai mafia kantin oleh para penghuni kantin. Bukan berarti mafia yang terlibat dalam kriminal, tapi mafia yang suka berhutang pada Konan, si pemilik lapak yang menyediakan jajanan anak-anak dan makanan ala timur tengah serta barat.
Oleh sebab itu, para penghuni kantin itu yang sudah bersahabat sejak zaman batu - awal sekolah ini berdiri - membentuk kelompok memberantas para murid yang suka berhutang. Kelompok ini dinamai Akatsuki.
Anggota-anggota yang termasuk Akatsuki adalah Deidara si pemilik lapak 1 yang menyediakan nasi ampera, Kakuzu si pemilik lapak 2 yang menyediakan berbagai jenis minuman yang menyegarkan dan juga mematikan, Pain si pemilik lapak 3 yang menyediakan jajanan yang meniru Konan, Sasori si pemilik lapak 4 yang menyediakan berbagai jenis mie, dan terakhir si pemilik lapak 5 adalah Konan sendiri.
Ketua Akatsuki adalah Pain yang juga merangkap sebagai Penjaga Sekolah. Ia sering ribut dengan Konan karena mempermasalahkan tentang para pembeli yang suka singgah ke lapak Konan, sementara lapaknya sunyi senyap tanpa ada pembeli yang mau mampir ke sana.
Di hari panas bak air mendidih itu, Konan harus menghadapi tiga serangkai yang kini sudah nongkrong di lapaknya. Pada saat jam pelajaran berlangsung, tiga serangkai itu duduk di dekat meja di mana Konan duduk.
"Konan-san. Aku mau teh kotak," ucap Takamiya Shidou yang langsung mengambil teh kotak dari showcase.
"Tidak ada hutang lagi, Shidou!" hardik Konan sambil menyabet senjata andalannya dari lemari dan melemparkannya ke atas meja. "Menurut buku saktiku, hutangmu sudah mencapai 500.000 lebih."
Buku sakti yang dimaksud adalah buku daftar hutang yang memuat nama-nama black list yang berhutang pada Konan. Dengan garang, Konan menunjuk angka nominal hutang yang tertulis di halaman buku sakti pada Shidou.
Shidou hanya tersenyum tipis. "Itu tidak masalah. Aku pasti akan membayarnya. Tapi, bulan ini, aku sedang krisis uang."
"Iya, maklum, anak kost, Konan-san," timpal Uzumaki Naruto yang melahap habis sandwich buatan Konan.
"Ya. Aku juga tidak punya uang sekarang, Konan-san. Untuk makan saja, aku terpaksa hutang juga di warung Hidan-san. Orang tuaku belum mengirimiku uang di bulan ini," ungkap Uchiha Sasuke yang mencomot tahu isi dari jendela kayu yang berfungsi sebagai meja.
Konan terdiam. Ia memandang setiap wajah memelas seperti tidak makan selama berabad-abad, secara bergantian. Hatinya terketuk dengan cerita sedih yang dibeberkan tiga serangkai itu. Mengingatkannya dengan perjuangannya di masa lampau, yang juga merupakan anak kost.
Berpisah dengan keluarga untuk merantau ke kota hanya demi bekerja atau melanjutkan pendidikan, adalah keputusan yang sangat berat. Apa lagi kamu masih berusia remaja, labil, dan tidak mau berjauhan dari orang tuamu, tiba-tiba memutuskan sekolah di tempat yang jauh seperti yang dialami oleh Tiga Serangkai itu.
"Hiks," Konan menangis pilu. Ia mengelap ingusnya yang belepotan dengan baju seragam Naruto. "Cerita yang sangat menyedihkan."
"Memang menyedihkan, tapi kenapa Oba-san menarik baju seragamku seperti ini?" Naruto secara refleks menjauh dari Konan karena ia duduk di samping Konan.
"Oba-san, katamu?"
KIIITS!
Mata Konan berkilat tajam laksana bintang. Gunung berapi yang sudah lama hiatus selama sebulan ini, pada akhirnya memuntahkan laharnya.
"AKU MASIH MUDA, TAHU!"
BETS!
Konan berteriak keras seraya mengangkat pemanggang besi itu dengan kemarahan ganas yang meluap. Dengan cepat, ia melempar pemanggang besi itu ke arah Naruto.
Naruto berteriak panik. "Wuaaah! Ampun, Konan-san!"
SYUUT!
Saat bersamaan, muncul seseorang yang masuk ke dalam lapak Konan.
JDUAAAK!
Pemanggang besi itu sukses mengenai kepala Uchiha Itachi, si petugas kebersihan sekolah, kakak kandung Sasuke.
BRUUUK!
Akibatnya, Itachi jatuh pingsan dalam keadaan mengenaskan. Benjolan bertingkat lima menghiasi kepalanya.
Sunyi.
Semua penghuni kantin, sweatdrop saat menyaksikan kejadian yang mengerikan itu. Konan berubah total menjadi monster.
Tiga serangkai menjadi panik dan ketakutan kecuali Sasuke. Mereka pun berlari pontang-panting dari amukan Konan.
"Cepat pergi! Monster kantin mengamuk lagi!" Naruto sempat mengambil beberapa makanan yang terletak di meja luar lapak Konan lalu dimasukkannya ke kantong kresek hitam.
"Konan-san, kami hutang 30.000 ya?" Shidou langsung melesat pergi seperti ninja.
"Kami akan membayar hutang kami saat perpisahan sekolah nanti," Sasuke dengan tenang mengikuti Naruto dan Shidou dari belakang.
"Grrr! Kalian bertiga! Dasar, mafia kantin! Groaaar!"
BRAK! BRUK! DUAK! BUAK! PRAAANG!
Konan mengamuk sejadi-jadinya. Lapaknya porak-porakda karena dihancurkan olehnya. Pain dan anggota Akatsuki lainnya, menonton aksi monster kantin sembari makan popcorn yang ditemani secangkir teh dan secangkir kopi.
"Tiga serangkai itu, semakin menjadi saja," kata Pain yang menyilangkan kakinya seraya menikmati secangkir teh.
"Ya. Mereka harus diberi pelajaran, un," ujar Deidara yang sibuk dandan.
"Uhm, menurut catatan hutangku, mereka juga sudah berhutang banyak padaku," tukas Kakuzu.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Sasori.
"Kita harus berperang melawan mereka."
"Perang? Pakai kekerasan begitu?"
"Bukan dengan kekerasan, Pain, un. Tapi, dengan cinta, un."
"Cinta? Maksudmu membuat mereka bertiga jatuh cinta supaya bisa membayar hutang?"
"Ya, itu salah satunya, Sasori, un."
"Hm. Aku tahu siapa orang yang bisa menolong kita."
Pain tersenyum penuh wibawa. Ia mengangkat cangkir tehnya tinggi-tinggi sembari berseru, "Bersulang demi memberantas orang-orang yang suka berhutang!"
"Bersulang!"
TRANG!
Keempat cangkir saling beradu. Mereka tertawa terkikik. Sementara Konan sedang terengah-engah karena sehabis menghancurkan seisi lapaknya.
.
.
.
Nun jauh di sana, di perpustakaan yang sepi, ada tiga gadis yang sedang duduk saling berhadapan. Meja yang berada di tengah, menjadi pemisah di antara mereka.
"Aaah, mereka merusuh lagi ya di kantin?" Yatogami Tohka mendesah kecewa.
"Ya. Tiga serangkai itu berhutang lagi di lapak Konan-san," Itsuka Kotori bersidekap dada sembari menyilangkan kakinya. "Aku mendengar perkataan mereka tadi di kelas."
"Hm. Kita harus membuat mereka insyaf. Kasihan Konan-san, karena banyak yang berhutang, dia tidak bisa memutar modal dagangannya selama beberapa hari ini. Padahal Konan-san sudah beberapa kali menagih mereka, tapi sebaliknya mereka membuat Konan-san selalu naik darah dan pada akhirnya Konan-san menghancurkan lapaknya sendiri," Tobiichi Origami melipat tangan di atas meja, bertindak sebagai ketua kelas XII IPA 2.
"Sangat menyedihkan. Bagaimana caranya agar kita bisa menghentikan hutang massal ini? Jangan sampai tahun ajaran baru, terjadi kasus seperti ini."
"Aku pikir dulu, Tohka."
Origami memegang dagunya dengan tangannya. Berpikir keras.
TRURURU!
Ponsel Origami bergetar. Ia tersentak dan buru-buru mengambil ponselnya dari saku roknya. Sebuah sms tertampil di layar ponselnya.
"Dari siapa, Origami?" tanya Tohka yang penasaran.
"Dari orang tidak waras," jawab Origami cepat seraya membalas sms tersebut.
Tohka dan Kotori saling pandang. Origami langsung menatap mereka usai mengirim sms pada orang itu.
"Tohka, Kotori. Kita punya tugas baru sekarang," kata Origami dengan nada yang datar.
"Tugas apa itu?" tanya Tohka lagi.
"Iya," balas Kotori yang mengangguk.
"Kita harus-"
Jeda sesaat, Origami memotong perkataannya yang membuat kedua gadis itu semakin penasaran.
Origami menyambung perkataannya. "Kita harus membuat tiga serangkai itu jatuh cinta."
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
A/N:
Kisah yang diangkat dari kisah nyata, dengan perubahan besar-besaran yang benar-benar tidak terjadi di dunia nyata.
Oke, gimana pendapatmu tentang kisah ini?
Beri jawabannya di review ya.
Rabu, 20 Maret 2019
