Why me?

Cast: Park Chanyeol, Byun Baekhyun

Warning: Mature content, male pregnant, rape, violence, boyxboy

Note: Salah satu adegan di cerita yang pernah aku baca (sayangnya aku lupa nama judul dan pemiliknya), menginspirasi aku untuk menulis cerita ini. Jalan ceritanya jelas berbeda dengan cerita yang aku baca itu, Karna ini murni dari hasil imajinasi aku. Jika kalian menemukan cerita yang serupa, mohon kiranya untuk memberitahuku. Terimakasih.

Tulisan bercetak miring merupakan flashback cerita.

~

Selamat membaca!

~

"Baekhyun," Suara wanita paruh baya menghampiri pendengarannya, disusul dengan suara pintu yang terbuka.

"ya, bu?" lelaki mungil itu menjawab panggilan ibunya.

Kepalanya ia palingkan ke asal suara terdengar. Derap langkah kaki yang mendekat membuatnya menyunggingkan senyum tipis.

Wanita paruh baya itu mendudukan dirinya di tepi ranjang menatap luka pada sang putra. Di pandanginya wajah manis putranya dengan binar kesedihan. Air matanya menetes begitu bayangan masa lalu memenuhi kepalanya. Wajah manis yang dulu sangat berseri, kini berganti dengan binar kehampaan. Bibir tipis yang dulu senantiasa berceloteh, kini hanya berucap lirih bersama kesedihan. Iris sipit beningnya yang dulu memancarkan keceriaan, kini hanya menyimpan kekosongan di dalamnya. Begitupun dengan tubuh mungilnya yang dulu bergerak aktif, kini hanya terdiam tanpa bisa di gerakan.

"Bu?" Panggilan lirih putranya menyadarkan kembali atensi Nyonya Byun. Di hapusnya air mata, sebelum tersenyum dan menyentuh lembut pipi tirusnya.

"Apa ibu meninggalkanmu terlalu lama? Maafkan ibu, sayang. Ibu lupa jika persediaan buburmu habis. Itu mengharuskan ibu untuk membelinya terlebih dahulu ke minimarket." Nyonya Byun berujar menyesal.

"Tidak, ibu. Aku baik-baik saja. Yang terpenting sekarang ibu sudah kembali." Ujar Baekhyun tersenyum.

Nyonya Byun kembali menggenang ketika melihat upaya putranya untuk terlihat tegar di hadapannya. Di usapnya lembut kepala putranya sembari menatap perih pada iris kosongnya itu.

"Sekarang biar ibu suapi, hum. Waktunya makan siang." Ujarnya kemudian.

Baekhyun hanya mengangguk menatap datar wajah ibunya.

~

Kejadian Satu tahun silam yang menimpa Baekhyun, Membuatnya kehilangan penglihatan dan mengalami kelumpuhan.

Baekhyun tengah menunggu sebuah bus di halte dekat sekolahnya. Jam pelajaran tambahan yang di dapatinya membuat Baekhyun pulang sedikit terlambat dari biasanya.

Namun, siapa sangka kejadian buruk harus menimpanya, ketika sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya. Baekhyun hanya diam menatap tidak mengerti sebelum dua orang dengan tubuh kekar keluar dari dalam mobil dan langsung menyeretnya memasuki mobil tanpa sempat dirinya menyadarkan diri.

Baekhyun terkejut bukan main. Rasa takut langsung memenuhi dirinya. Baekhyun pun memeberontak dengan kalap. Dia berteriak nyaring, memukul, menendang orang-orang yang mencekal dirinya.

Hingga Baekhyun jatuh tidak sadarkan diri saat salah satu dari mereka memukul dengan keras tengkuknya.

"Baekhyun," Suara sang ibu menyadarkan lamunannya.

"Ke-kenapa bu? Kenapa harus aku?" Baekhyun mulai menangis meratapi nasibnya.

"Sudah sayang, tak apa. Ibu bersamamu, nak. Ibu tidak akan meninggalkanmu." Ujar Nyonya Byun sembari membawa tubuh ringkih putranya pada pelukannya.

Di usapnya lembut kepala putranya dengan kecupan penuh kasih sayang di pucuk kepalanya.

Hati Ibu mana yang tidak teriris melihat anaknya mengalami hal tragis seperti ini. Di culik, di siksa, di perkosa, hingga mengalami kebutaan dan kelumpuhan.

Nyonya Byun yang dibantu polisi sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencari pelakunya. Namun tidak ada petunjuk sama sekali yang berhasil di temukan.

Harapan terakhir adalah Baekhyun. Namun, sudah beberapa kali mereka meminta keterangan pada Baekhyun, tapi tidak ada satupun kata yang terucap darinya.

Baekhyun selalu berteriak histeris saat dimintai keterangan. Rasa trauma yang begitu mendalam jelas terlihat darinya. Merekapun berhenti karna takut memperburuk kesehatan Baekhyun.

Terlebih, satu bulan semenjak kejadian naas itu, Baekhyun dinyatakan tengah mengandung.

Baekhyun yang mendengarnya kembali histeris. Melakukan segala macam cara untuk menggugurkan kandungannya. Namun tak pernah berhasil.

Terakhir, Baekhyun menusukkan pisau buah yang didapatinya di meja samping ranjang ke arah perutnya. Tidak hanya satu tusukan, namun beberapa tusukan sebelum ibunya melihat dan menghentikan aksinya. Baekhyun sekarat dengan darah mengucur banyak dari perutnya memenuhi kasur di bawahnya.

Baekhyun dinyatakan koma setelah mendapatkan perawatan. Namun, janin di dalam perutnya masih bertahan.

Dua bulan setelahnya, Baekhyun tersadar dari komanya. Terhitung tiga bulan sudah usia kehamilannya. Perutnya masih rata. Kurangnya nutrisi yang memasuki tubuhnya membuat janin di perutnya tumbuh dengan terlambat.

Baekhyun yang mengetahui dirinya masih memiliki janin itu, kembali berusaha menggugurkannya. Beruntung saat itu sang ibu ada di sampingnya.

"IBU LEBIH BAIK MATI JIKA KAU MELAKUKANNYA LAGI DAN MEMBAHAYAKAN NYAWAMU SENDIRI, BAEKHYUN!" Teriak Nyonya Byun saat itu.

Baekhyun pun tak pernah lagi melakukan hal yang membahayakan kesehatannya. Dia sangat menyayangi ibunya. Karna hanya ibunya yang dia miliki. Ayahnya yang meninggalkan mereka karna wanita lain, tidak pernah ia anggap ada. Karna itu Baekhyun mematuhi segala ucapan ibunya, dan membiarkan janin itu tumbuh di rahimnya.

Hingga kini usia kandungan Baekhyun memasuki usia delapan bulan.

~

Nyonya Byun membenarkan letak selimut di tubuh putranya. Air matanya kembali menganak sungai melihat keadaan putra semata wayangnya.

Sudah sekitar lima bulan setelah Baekhyun keluar dari rumah sakit. Cidera pada saraf tulang belakangnya, membuat putranya hanya dapat terbaring di atas tempat tidur.

Nyonya Byun sangat menyesal karna tidak bisa menjaga putra yang sangat di sayanginya itu. Hingga kejadian naas itu terjadi pada putranya.

Jam menunjukan pukul sembilan malam. Nyonya Byun yang baru sampai di rumahnya setelah seharian bekerja, segera melangkahkan kakinya cepat ke dalam rumah.

Keadaan rumah yang gelap tanpa adanya lampu yang menyala lah yang membuat Nyonya Byun diliputi rasa gelisah. Terlebih pintu rumah yang masih terkunci.

Dan kekhawatirannya tak berujung saat putra semata wayangnya tidak ada di rumahnya.

Nyonya Byun segera menghubungi beberapa teman sekolah Baekhyun untuk menanyai putranya. Barangkali Baekhyun sedang mengerjakan tugas sekolah bersama atau menginap dan lupa memberitahunya.

Namun nihil. Beberapa temannya tidak tahu keberadaan Baekhyun dan beberapa lagi mengatakan terakhir kali melihat Baekhyun menunggu bus di halte biasa sepulang sekolah tadi.

Nyonya Byun mencoba menghubungi ponsel Baekhyun. Panggilannya terhubung namun tak mendapat jawaban.

Dia mencoba menghubunginya lagi, namun kali ini ponselnya tidak aktif. Kekhawatirannya semakin menjadi. Tanpa pikir panjang, Nyonya Byun segera melapor kepada polisi perihal putranya yang menghilang. Namun pihak polisi mengatakan mereka belum bisa mengambil tindakan sebelum 24 jam. Nyonya Byun kembali ke rumah dengan perasaan kalut. Menangis sepanjang malam dan memanggil nama putranya tiada henti.

~

Esoknya, Nyonya Byun kembali ke kantor polisi. Dan polisi bersedia membantu Nyonya Byun untuk memulai pencarian pada putranya.

Dua hari pencarian mereka tidak membuahkan hasil. Tidak ada petunjuk yang di temukan sama sekali. Hingga di hari ketiga Nyonya Byun kembali mengingat di hari hilangnya Baekhyun, Ponselnya sempat terhubung. Polisi segera melacak keberadaan ponsel Baekhyun melalui Navigasi.

Mereka pun menemukannya dan langsung menuju lokasi di ikuti Nyonya Byun. Titik navigasi itu berhenti di sebuah bangunan tua di tengah hutan di daerah Seongnam. Daerah yang sangat jauh dari Seoul.

Mereka pun mulai memasuki bangunan itu dengan siaga. Walaupun terlihat tidak adanya penghuni di dalam bangunan itu, mereka tetap harus berhati-hati. Mengantisipasi adanya jebakan disana.

Mereka berpencar dan memeriksa setiap ruang di dalam bangunan yang sangat besar itu. Namun Baekhyun tidak berada disana. Dan memang gedung itu kosong tak berpenghuni.

Nyonya Byun kembali menangis. Baekhyunnya. Harus kemana lagi dia mencari Baekhyunnya.

"Nyonya, Kita akan mencari putra anda di tempat lain di dekat sini. Kemungkinan putra anda saat itu memang berada disini dan sekarang sudah berada di tempat lain."

Mereka hendak meninggalkan tempat itu sebelum salah satu tim berteriak jika mereka menemukan ruang bawah tanah tepat di belakang bangunan tua itu.

Mereka pun segera menuju kesana dan memeriksa ruang bawah tanah itu.

Setelah pintu terbuka, Nyonya Byun langsung jatuh terduduk. Kakinya tidak sanggup lagi menopang tubuhnya. Hatinya mencelos.

Di sana. Putranya berada di depan sana. Terbaring tanpa Busana, sedang darah dan cairan sperma memenuhi tubuhnya. Seragam sekolahnya koyak tak beraturan dan menyebar di penjuru ruangan. Pun poselnya yang berada di pojok ruangan beserta ranselnya.

Nyonya Byun bangkit dan langsung menghampiri tubuh dingin putranya. Membawa kepala putranya ke pangkuannya.

"Nak, Baekhyun. Buka matamu sayang. Ini ibu." Nyonya Byun menepuk nepuk pipi Baekhyun. Sedang salah satu polisi menutup tubuh telanjang Baekhyun dengan mantelnya.

Polisi itu memeriksa pergelangan tangan Baekhyun. Namun denyut nadi itu tidak di temukannya.

Dia beralih memeriksa dada Baekhyun. Dan jantung itu juga tidak berdegup.

"Nyonya" polisi itu menggeleng menatap mata Nyonya Byun. ..

"Ti-tidak mungkin pak. Hiks. Putraku tidak mungkin meninggalkanku". Nyonya Byun menggeleng keras dan mendekap kepala Baekhyun yang bersimbah darah.

"Nyonya lebih baik kita bawa putra anda kerumah sakit sekarang." Polisi di belakang sana berujar.

Mereka pun langsung membawa Baekhyun ke rumah sakit.

~

Sesampainya di rumah sakit, Dokter langsung nenangani Baekhyun. Nyonya Byun bersama dua orang polisi menunggu di luar.

Nyonya Byun tak kunjung menghentikan tangisannya. Ribuan doa dia panjatkan untuk keselamatan putranya. Dua orang polisi di sampingnya hanya memandang prihatin padanya.

"Tenangkan diri anda Nyonya. Kami akan segera menemukan pelakunya. Kami akan selalu memberi kabar untuk anda." Nyonya Byun hanya memberi anggukan sebagai jawaban.

"Kalau begitu, kami permisi." dua polisi itu meninggalkan Nyonya Byun.

Lima jam kemudian Dokter keluar dari ruangan Baekhyun berada. Nyonya Byun segera menghampiri dokter tersebut.

"Dokter, ba-bagaimana keadaan putra saya, di-dia baik-baik saja bukan?" Nyonya Byun bertanya di sela isak tangisnya.

"Pasien sempat berhenti bernafas sebelumnya. Jantungnya pun tak memiliki detak kehidupan. Namun setelah kami melakukan beberapa pertolongan pertama, Detak jantungnya kembali." Penjelasan dokter membuat Nyonya Byun dapat sedikit menghela nafas lega. Baekhyunnya masih disini.

"Pasien kehilangan banyak darah. Dilihat dari luka di kepalanya sepertinya pasien mengalami benturan beberapa kali yang disengaja. Pendarahan di lubang anusnya juga tidak membantu. Lubang anusnya sobek, kami sudah menjahitnya." Nyonya Byun menutup mulutnya mendengar penjelasan dokter. Air matanya semakin deras mengalir.

"Putra anda mengalami cidera yang mengenai saraf tulang belakangnya. Kemungkinan terjadi karena kekerasan yang terus menerus. Begitu juga dengan tulang keringnya yang retak. Pasien mengalami kelumpuhan. Nutrisi yang tidak masuk ke dalam tubuhnya selama berhari-hari, membuat Pasien saat ini dalam keadaan koma." Nyonya Byun menggeleng tak percaya mendengarnya.

"Untuk saat ini, hanya ini yang dapat kami sampaikan dari pemeriksaan kami. Tolong tabahkan hati anda Nyonya. Putra anda mengalami tekanan yang begitu berat saat ini. Kekerasan fisik dan seksual yang di terimanya pasti membuat putra anda mengalami trauma. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut saat putra anda sadar nanti. Silahkan temui putra anda setelah di pindahkan ke kamar rawat. Saya permisi."

Dokter itu pergi meninggalkan Nyonya Byun yang langsung jatuh terduduk dengan raung memilukan. Putranya adalah anak yang baik. Tapi kenapa hal keji seperti ini harus menimpa putranya?

~

Nyonya Byun memasuki kamar rawat Baekhyun. Disana putranya terbaring dengan Perban meliliti kepalanya, alat bantu pernafasan menutupi hidung dan mulutnya, jarum Infus di tangan kanannya dan alat pacu jantung yang tertempel di dadanya.

Nyonya Byun menghampiri putranya. Menggenggam dengan lembut tangan kiri Baekhyun, sebelum encium punggung tangan itu dengan penuh kasih sayang.

Dia masih tidak percaya dengan apa yang di alami putranya. Tapi melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana keadaan putranya, membuat hatinya begitu teriris.

Putranya yang selalu tersenyum riang dengan wajah merona, kini terpejam dengan luka memar menghiasi wajah pucatnya.

Nyonya Byun tidak bisa untuk tidak menyalahkan takdir yang menimpa putranya. Takdir yang begitu kejam mempermainkan putranya dengan begitu keji.

~

Dua minggu kemudian Baekhyun tersadar dari komanya. Nyonya Byun yang terus berada di sisinya berdebar bahagia sekaligus khawatir menunggu Baekhyun yang membuka perlahan kedua matanya.

Dan iris bening itu terbuka, mengerjap beberapa kali sebelum terpaku dan bergerak tak menentu setelahnya.

"Baekhyun," Panggil Nyonya Byun mencoba mengambil atensi Baekhyun. Disentuhnya lembut bahu baekhyun membuat Baekhyun sedikit tersentak.

"I-ibuu," Lirih Baekhyun dengan suara serak nyaris hilangnya

"Iya nak, ini ibu, sayang." Nyonya Byun menatap khawatir putranya yang terus menggerakan bening matanya tak menentu.

"Ibuu...gelap. Hiks, nyalakan lampunya. Gelaaap." Mendengarnya, Nyonya Byun langsung menekan tombol di samping tempat tidur untuk memanggil dokter.

~

"Benturan di kepalanya mengenai saraf matanya. Pasien mengalami kebutaan. Tolong kuatkan putra anda Nyonya, jangan biarkan dia banyak bergerak. Luka di beberapa bagian tubuhnya belum benar mengering." penjelasan dokter usai memeriksa keadaan Baekhyun.

Baekhyun yang mendengarnya bagai terhantam batu. Di gelapnya mata memandang, penggalan-penggalan kejadian yang menimpanya hadir.

Baekhyun berteriak nyaring. Wajahnya di banjiri air mata. Tubuhnya bergetar bukan main. Baekhyun ingin berlari pergi. Tapi tubuhnya sakit luar biasa saat ia coba gerakan. Baekhyun jatuh tidak sadarkan diri setelah dokter memberinya obat penenang.

~

"Baekhyun," Nyonya Byun menghapus kasar air matanya. Ingatan hari itu benar melukai hatinya.

Nyonya Byun merundukan tubuhnya untuk mengecup dahi putranya. Lalu mengelus perut besar Baekhyun kemudian.

"Jaga ibumu baik-baik, sayang. Nenek bersama kalian. Mungkin ibumu belum bisa menerima kehadiranmu. Tapi kau tetap anugrah untuk kami. Jaga dirimu baik-baik di dalam sana, sayang. Nenek mencintaimu." Nyonya Byun berbicara dengan bayi di dalam perut Baekhyun.

Mengusap lembut perut Baekhyun, kemudian Mengecupnya sebelum melangkahkan kakinya keluar dari kamar Baekhyun. Meninggalkan Baekhyun yang membuka matanya dengan susulan air mata yang mengalir membasahi pipinya.

Baekhyun mendengarnya. Semua ucapan ibunya pada bayi di perutnya. Baekhyun tersengal menahan isak tangisnya dan mencengkram kuat selimut yang menutupi bagian perutnya.

bersambung...

~

Ini cerita tadinya bakal aku upload seselesainya chasing you, tapi aku udah gatel pengen liat tanggepan kalian.. huhuhu

daeribeeyeol, ini sudah aku edit ulang.. terimakasih masukannya.

Mohon kritik dan sarannya teman-teman :3