Gadis itu tersenyum kecil, air mata membasahi –bukan, ini bukan air matanya, tapi ini hanyalah air hujan.
Akame ga Kill © Takahiro/Tetsuya Tashiro
Arigatou and sayonara © ScorpioNoKuga
Rating : T –because Chelsea's death, lol.
Genre : Friendship and Tragedy –yes, yes, I know, this is because Chelsea death.
Warning :
Out of Character –shut up, 'kay?
Based on episode 17 –oh, yes, when Chelsea death
Typo(s)
Gaje
Etc.
Chelsea menghela nafasnya, hembusan yang keluar dari mulutnya menguap menjadi partikel-partikel kecil yang terbang bersamaan dengan turunya salju. Gadis berambut orange dengan bandana yang menyerupai headphone itu merapatkan jaket, merasa bahwa udara kian dingin, kian mencapai titik beku.
He- hei! Dia beneran tidak mau mati kediginan di tengah-tengah kehancuran kerajaan. Dia ingin mengubah dunia –kerajaan –yang telah membusuk kembali menjadi tempat yang adil. Dia hanya berharap itu.
XxxxX
Gadis itu memperkenalkan dirinya di hadapan para anggota Night Raid. Tapi yang bener itu adalah… mengelus rambut gadis berambut hitam, Akame.
"Kalau dilihat dari depan, Akame-chan ternyata sangat manis…" ujarnya, yang menuai protes dari sang pemilik rambut panjang hitam itu. "aku Chelsea, sebagai sesame pembunuh, semoga kita bisa akrab. Ini ambillah." Gadis berambut orange itu memberikan sebungkus permen lollipop.
Chelsea tersenyum manis pada gadis di hadapannya, senang jika gadis tersebut menerima permen miliknya.
Sang gadis bersurai orange itu memakan permennya, mendengarkan –mantan Jenderal Ibukota – memperkenalkan dirinya.
Chelsea, sekarang, dengan resmi menjadi angggota Night Raid.
XxxxX
Gadis bersurai orange menatap langit berbintang, dia berharap, hari ini bukanlah hari terakhirnya dengan anggota Night Raid. Jujur saja, dia sangat senang dengan semua hal yang ada di sana –seperti saat dia membuat Mine marah atau yang lainnya.
Sang gadis –Chelsea – tahu bahwa sesungguhnya dia tidak boleh melontarkan kata-kata yang kasar ataupun yang pedas tentang Sheele dan Bulat.
Seharusnya.
Tapi, ayolah, dia tidak ingin ada lagi yang mati dari kelompoknya seperti dulu. Well, Chelsea sangat nyaman di antara para pembunuh ini –Night Raid.
Chelsea tersenyum menatap teigu kesayangannya. Sudah berapa lama ia menjalani hari-hari yang menyenangkan dengan teigu-nya? Jujur saja, teigu ini tidak banyak membantu dalam perang.
XxxxX
Najenda mengumumkan bahwa mereka akan menyerang anggota Jeagers secepat mungkin. Sang gadis berambut orange yang sedang 'bermain' dengan gadis bersurai pink terdiam –memperhatikan.
Gadis itu menatap sang mantan jenderal, sebuah kekhawatiran terasa di dadanya –khawatir? Tidak, itu bukan Chelsea namanya kalau tidak dapat mengendalikan emosinya.
Dengan sebuah senyuman lebar di wajahnya serta permen yang di kunyahnya, dia berkata dengan suara yang sangat pelan hingga tidak dapat didengar olehnya sendiri, "Tetap hidup, ya?"
Omong kosong. Chelsea tahu itu hanyalah sebuah omong kosong belaka. Pastinya mereka akan mati saat pertarungan dengan Jeagers ataupun… ya, Chelsea tidak ingin mengingat hal itu.
XxxxX
Kata orang, kita bakal melihat kilas balik kehidupannya. Katanya. Tapi, bagi Chelsea itu memang benar. Gadis itu melihat kilas balik kehidupannya saat menjadi pelayan.
Licik? Sangat. Gadis itu sangat licik di bandingkan anggota Night Raid lain.
Gadis itu merubah dirinya seperti Bols –anggota Jeagers yang tidak selamat alias mati, dan mendekati Kurome. Dia tahu ini nekat, tapi, ini demi kepentingan bersama –kepentingan hasil dari para anggota Night Raid.
Saat-saat menunggu Kurome yang nyaris tumbang, sang gadis memainkan perannya sebagai Bols dengan sangat baik.
Chelsea menatap Kurome, adik Akame itu terlihat linglung, Chelsea memperhatikan –well, mungkin dia sedikit merasa prihatin dengan keadaan adik Akame.
"sebentar lagi mungkin kapten akan kembali," ujar gadis disampingnya, gadis berambut hitam itu terlihat sangat pucat. "kita harus waspada sampai dia–"
Kurome terjatuh, terduduk di tanah yang kotor, memengangi kepalanya. Dengan gaya Bols, Chelsea berakting panic, "a-apa kau tidak apa-apa, Kurome-chan?"
Tidak ada jawaban dari Kurome, sang adik Akame itu terlihat lebih pucat.
"A-apa kau terluka?" Tanya Chelsea –oh, ya, dia memakai wujud Bols dan tekankan lagi, dia itu licik.
"Aku baik-baik saja…"
Di balik kata baik-baik saja dari Kurome pasti ada sesuatu yang janggal, terlihat dari wajah sang adik Akame.
Bols terus mengelus punggung Kurome, membuatnya merasa nyaman –oh, maaf, mungkin Chelsea benar-benar prihatin, eh?
Sang gadis bersurai orange yang mengubah dirinya seperti Bols –dia actor yang hebat, 'kan? – berkata akan memberi Kurome sebuah jimat –ya, jimat darinya.
Sebuah jarum –amsusikan begitu – menebas leher Kurome, memperlihatkan sosok seorang gadis bersurai orange.
"Ini," suara Chelsea terdengan dingin namun lembut, "sekarang kau tidak akan merasakan sakit lagi. Selamat tinggal."
Chelsea menatap Kurome yang pingsan karna tusukan dari Chelsea. Gadis bersurai orange itu sempat mendengar kalimat terakhir Kurome.
"Kedua target sudah dilenyapkan. Misi selesai." Ujarnya.
Chelsea menatap tubuh Kurome, matanya menerawang ke gadis yang tertidur lemah di tanah yang kotor. Tapi, itulah takdir para pembunuh, 'kan? Saling membunuh.
Chelsea menatap teigu-nya, Gaia Foundation, dan sekelebat ingatan muncul.
Huh, salah kah jika dia sedikit bernostalgia? Ah, dia harus mengambil teiguKurome.
Diambilnya teigu tersebut, lalu dia segera berbalik untuk kembali. Ya, kem –tunggu, sejak kapan Kurome ada dibelakangnya?! Gadis itu tidak menyadarinya, wajahnya terlihat sangat kaget.
Bagus, sekarang dia bingung. Dia nyaris putus asa. Di leparnya bom asap dan segera berlari meninggalkan Kurome yang sudah mencabut pedangnya. Semakin lama, dia berusaha berlari dengan kecepatan yang bertambah.
Gadis itu mengambil Gaia Foundati –SLAASSH!
Jari-jari tangan kiri gadis itu tepotong, bahkan, teigu-nya rusak parah.
"Si… al…" umpatnya dengan wajah kesal. Yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah berlari sejauh mungkin dari boneka Kurome –Doya dan Natala.
Chelsea dapat mendengar Kurome yang memberi perintah untuk membunuh dirinya. Geh, tampaknya dia harus menambah kecepatan la –Natala berdiri di hadapannya. Dengan sebuah lembing –atau tombak?
Tangan kanan Chelsea ditebas, darah mengucur kemana-mana. Wajahnya jelas terlihat sangat kaget bahkan syok.
Bukan hanya tangannya. Chelsea mendapati suara peluru yang mendesis di udara dan menembus jantungnya. Darah meluar dari lengan, mulut, dan dadanya. Gadis tersebut terjatuh di antara bunga-bunga berwarna-warni. Darah memercik di tanaman itu.
Natala mencekik leher Chelsea –yang Chelsea rasa dia tidak perlu merasa sakit lagi.
'Souka…' dalam hati, gadis itu bergumam, 'mungkin akulah yang sebenarnya sedang menerima hukuman yang setimpal.'
Gadis itu mengeluarkan air mata, dadanya terasa sesak.' Aku ingin dipuji saat pulang nanti…'
Dengan angan-angan besar jika ia pulang nanti Tatsumi dan yang lain akan memujinya.
Sudah berakhir, kepalanya akan di potong dari tubuhnya. 'dan…' gadis itu menangis, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang ketakutan, namun berubah menjadi damai, sedikit menyipitkan matanya, berharap, semua usahanya tidak sia-sia.
XxxxX
Hujan turun di kota, Tatsumi dan Akame mencari seorang gadis bersurai orange. Mereka memutuskan untuk berpisah agar lebih cepat.
Tatsumi mengikuti darah yang menuju pusat kota. Dia berlari dan bersembunyi hingga dapat melihat yang para penduduk lihat.
Kepala berambut orange tampak menghiasi tempat itu. Dia dapat melihatnya dengan jelas. Matanya terbelak kaget, seakan tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
Gadis itu…gadis itu…dia… dia…. CHELSEA!
Mungkin memang tidak terdengar raungan dari dalam hatinya itu. Di temani dengan hujan yang turun cukup deras, Tatsumi ingin berteriak, berharap semua ini bohong. Berharap apa yang terjadi hanya ilusi.
Wajah Chelsea yang terlihat sedikit damai adalah hal yang tidak ingin dilihatnya. Dia ingin anggota Night Raid dapat merasakan atas kemerdekaan, bukan mati di tengah jalan seperti ini!
Oh –SERIUS INI LEBIH PANJANG DARI YANG LUBBA DAN KESANNYA MAKSA. Eh, maksa, 'kan? Soalnya gua bikinnya pas lagi writer block, uas, classmeeting, les, beuh, nggak ada waktu damai dah. Munpung gua lagi insomnia dan akhirnya kagak tidur sampe jam… err, setengah dua belas?! Hahaa, telat dah sekolah.
Oh ya, demi apapun, ini kesannya maksa, loh. Nangis yuk, nangis? Kita mengenang selesainya Akame ga Kill dan atas kematian para tokoh tersayang kita, hingga anggota Night Raid yang tersisa hanya Najenda dan Akame. Leone mati-nya, yaampun, sambil senyum begitu – /nangis/
Sumpah, gau nangis liat Leone, bahkan dia sendiri aja sampai mengucapkan 'sayonara', 'kan? Nyesek. Itu anggota Jeagers juga tinggal 2 orang ya ampun… Sampai-sampai Kurome aja mati di tangan Akame –
Yak, gua curhat mulu, nih. Udah, ya, mau nangis dulu, jaa!
[2014/12/17, 23:15]
