Come, try to remember,
The sin you caused years ago, all by yourself.
Come, try to remember,
The sin you burdened to me, the sin that caused me to born.
Can you remember,
the truth of yourself, and the truth of my existence?
Bagi Void Princess Aisha, kehidupannya selama 18 tahun tidak dapat dibilang menyenangkan. Justru sebaliknya, begitu membosankan hingga dia berpikir dia telah hidup hingga ribuan tahun lamanya.
Gadis berambut amethyst itu mendesah pelan, matanya menatap kosong kota Velder dari atas Angkor-demon berwujud kelelawar-dengan tatapan bosan. Seperti biasa, yang dia lakukan hanya berkeliling di langit malam ibukota Elrios, mengumpulkan energi negatif manusia untuk kekuatannya sendiri.
Aisha memutuskan untuk berhenti memandangi kota yang bising, menandakan tanda-tanda kehidupan walaupun malam telah mencapai puncaknya, dan menatap ke langit, memperhatikan bintang-bintang yang bersinar cemerlang-
Merasakan sesuatu, Aisha memerintahkan Angkor untuk teleport ke sebelah kiri. Tepat saat Aisha berpindah, sebuah bola api meluncur ke arah tempatnya sebelumnya.
Gadis itu menatap bosan ke arah orang yang melemparkan bola api itu; seorang laki-laki muda dengan rambut hitam pendek di darat memandanginya dengan takut, namun telapak tangannya tetap terarah padanya, berusaha untuk memunculkan bola api lain.
Namun dalam sekejap mata, Aisha menghilang dari pandangan laki-laki itu dan muncul tepat di belakangnya, dan sebelum laki-laki itu dapat menyuarakan kekagetannya, sebuah bola hitam mengenai punggung laki-laki itu, membuatnya terpental jauh hinggal membentur dinding beberapa meter dari Aisha.
Aisha mendesah pelan tanpa memandangi pembunuh bayaran yang tidak sadarkan diri. Dia berjalan ke arah Angkor yang tengah memandanginya dari jauh, hingga dia mendengar suara tepuk tangan di belakangnya.
"Ini kah kekuatan Void Princess itu? Mengerikan sekali."
Aisha menoleh ke belakang. Dia melihat laki-laki lain; rambutnya berwarna merah, menajam ke belakang. Mata kanannya ditutupi oleh poni, sedangkan mata kiri merahnya yang tajam-yang kini tengah memandanginya-terlihat karena tidak ada poni. Di bagian kiri rambutnya, terlihat bercak hitam yang terasa begitu janggal bagi Aisha. Laki-laki itu mengenakan baju hitam ketat tidak berlengan dan banyak ornamen aneh di pinggangnya. Dia memikul sebuah pedang hitam besar, dan kelihatannya tidak terlalu kesulitan membawanya.
"...Apa kau ingin membunuhku juga?"
Laki-laki itu tertawa, kemudian dengan santai menjawab, "Aku hanya disuruh bersih-bersih." Dia menunjuk orang yang tengah pingsan dengan tangannya yang kosong. "Namun aku tidak keberatan membunuhmu sekarang juga."
Kata-kata itu di ucapkan dengan begitu santai, membuat Aisha agak merinding.
Melihat ekspresi ketakutan Aisha, orang itu melanjutkan dengan seringai, "Sayang sekali, aku sedang sibuk. Mungkin lain kali saja."
"Kau yang memulai!" Dengan kesal, Aisha memunculkan tongkatnya; tongkat hitam panjang dengan hiasan berbentuk seperti kelelawar di ujungnya, salah satu sayapnya lebih besar dari yang satunya, membuatnya terlihat seperti sebuah kapak. Dia mengayunkan tongkatnya dengan lihai, memunculkan bola api dan meluncurkannya ke arah laki-laki itu. Namun laki-laki itu tidak terlihat ketakutan, dengan tenang, dia menghindari bola api dari Aisha dan melesat ke arahnya. Pedang yang sejak tadi ia pikul kini dia bawa dengan satu tangan.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan kesal. Dia menunjuk jarinya ke arah laki-laki yang tengah berlari ke arahnya dengan satu jari, kemudian berteriak, "Plasma Cutter!"
Sebuah laser merah muncul dari ujung jari Aisha, yang kini menutup matanya dan memfokuskan seluruh kekuatan sihirnya ke laser itu. Setelah beberapa saat, sang Void Princess menghentikan lasernya dan membuka matanya perlahan...
"...Menghilang?!" Dia buru-buru menggerakkan tubuhnya untuk lari dari tempat itu, namun tenaganya habis karena sihir Plasma Cutter-
"Sihir yang menarik," tubuh Aisha meregang saat dia merasakan keberadaan seseorang di belakangnya. Begitu dekat, bahkan dia bisa merasakan nafas laki-laki itu di lehernya. "...Namun kau yang sekarang tidak akan bisa mengalahkanku."
Aisha menengok ke belakang, namun laki-laki itu telah menghilang, bersamaan dengan munculnya sayatan pedang di bagian lengannya.
Kemudian, yang dia lihat adalah, ratusan pedang putih yang menghantam seluruh tubuhnya, sebelum dunia nya berubah menjadi gelap.
A/N: Prolog selesai!
Ohayou/Konnichiwa/Konbanwa, reader-sama! Nanashimai desu~ ini ff pertama saya di fandom ini, mohon bantuannya! ff ini sekaligus ff pertama saya yang ada bagian bertarung, jadi masih butuh banyak saran!
ini baru prolog, karakter utama gak mati kok. ceritanya masih panjang (mungkin) :v
bagian awalnya rada terinspirasi dari umineko no naku koro ni, tapi cerita ini gak ada hubungan sama sekali dengan umineko!
Sama seperti ff saya yang lain, saya suka bikin karakter utama menderita, jadi jangan terlalu berharap sama cerita yang bahagia uwub
I don't own Elsword nor the characters! They belongs to their respected owner! o7o
