No Excuse
Author : zyjizhang
Cast : Kim Jongin, Oh Sehun, Byun Baekhyun, all member EXO
Rate : T
Genre : Entahlah
Desclaimer : Semua cast bukan milik saya. Tapi cerita ini asli punya saya, dari pikiran saya juga.
Author Note :
Hai… saya muncul lagi. *Jangan bosen ngeliat saya muncul terus ya :D*
Fanfiction kali ini saya mengambil cerita HunKai tetap dalam nama EXO, jadi agak gimana gitu ceritanya. Ini ngebosenin, jadi kalo nggak suka baca cerita yang banyak penjelasannya, jangan di baca ya…dari pada kalian muntah.
Untuk First Time, Mianhae…saya belum bisa lanjut, karena kemaren udah di ketik tapi ternyata ngilang dari folder. Entah kabur kemana itu dokumen. Jadi ditunggu aja ya… *kalo ada yang mau nunggu*
Oke sekian. Untuk yang review semua ff saya, terima kasih. Saya nggak bisa bales, suer. Tapi mungkin suatu hari nanti pasti saya balas. Oke, udahan bacotnya.
Happy reading…
.
Don't be a plagiator
.
.
Story begin…
.
Ruangan yang tak terlalu luas itu bercahaya remang-remang. Ini suasana yang tampak selalu membuat nyaman siapapun yang memutuskan untuk menyendiri. Karena cahaya terang selalu akan membuatmu merasa menciut. Namun pengecualin untukku, aku sebenarnya tak terlalu menyukai ruangan yang kekurangan cahaya. Bagiku ruangan terbaik adalah ruangan yang memiliki banyak cahaya.
Tapi seberapapun tak sukanya aku, tetap saja setiap saat aku harus berada disini. Di ruang istirahat. Setiap kali kami—EXO—harus perform, pasti selalu akan ada satu ruangan yang seperti ini. Remang-remang tapi dengan pendingin ruangan yang cukup, menetralisir rasa panas yang kami bawa dari atas panggung akibat sorotan berwatt-watt lampu panggung.
"Penampilan kita tadi merupakan salah satu yang terbaik," Jongdae hyung yang duduk di sebelah kiriku, berujar puas. Senyuman dari bibir uniknya itu mengembang. Dia memang gampang sekali tersenyum. Diantara semua member, dia merupakan salah satu yang memiliki senyum awet.
"Ya, harus kita akui itu. Walaupun aku tadi hampir membuat kesalahan, tapi terima kasih kepada Baekhyun yang mau menutupinya…" Suho hyung nimbrung saat dia baru saja keluar dari toilet yang terletak tak jauh dari pintu masuk. Baekhyun yang mendengar Suho mengucapkan itu hanya melempar senyuman terlebarnya. Baekhyun dan Suho memang seperti itu, mereka tak banyak bicara tapi bertindak lebih banyak. Talk less do more, eh?
"Dan Sehun, apa yang mengganggu pikiranmu hingga kau lupa bahwa kau seharusnya melakukan fan service bersamaku?" Chanyeol tiba-tiba saja datang dan mengambil tempat di sebelah kananku. Aku masih diam, tak mungkin rasanya aku memberi tahu alasan yang sebenarnya. Itu akan terdengar ganjil.
"Aku yah…hanya lupa." Dalihku sambil menatap Xiumin hyung dan Lay hyung tidur bergelung di dekat sofa. Mereka tampak damai sekali, seolah tak bermimpi apapun. Mungkin pengaruh capek juga.
Hening lama setelah aku memberikan jawabanku. Barangkali mereka semua sudah terlalu lelah hingga bahkan untuk menimpali jawabanku pun mereka tak sanggup. Saat itu Kyungsoo hyung masuk bersama Jongin. Kyungsoo tampak kelelahan, tapi tampaknya tak cukup capek karena dia masih bisa tersenyum dengan sangat cerah untuk menyapa kami.
"Manajer bilang kita bisa istirahat sebentar disini sebelum kembali ke hotel. Besok kita akan berjalan-jalan sebentar sebelum sorenya ke bandara dan kembali ke Seoul." Kyungsoo berujar bahkan sebelum dia duduk. Semua member yang masih cukup sadar—artinya mereka belum tertidur—bergumam senang. Bagus juga kami masih bisa berjalan-jalan sebelum kembali ke Seoul, karena biasanya tak pernah bisa. Mungkin juga karena setelah ini kami tak memiliki jadwal tampil dimanapun.
Mataku kini memandang Jongin yang duduk di sebelah Kyungsoo. Dari semua pair yang dibentuk, KaiSoo memang pair—yang aku harus akui—terbawa hingga ke kehidupan nyata kami. Ya, Jongin tampak benar-benar seperti pasangan Kyungsoo. Atau lebih tepatnya, Kyungsoo seperti mengasuh seorang Kim Jongin.
"Kau kenapa, Kai?" Baekhyun bertanya sementara tangannya menepuk-nepuk kepala machine dancing kami itu. Dia berdiri di belakang sofa tempat Jongin dan Kyungsoo duduk. Aku memperhatikannya dengan kening berkerut. Baekhyun hyung akan berperilaku beda saat dia bersama Kim Jongin. Dia akan terlihat benar-benar seperti laki-laki jantan, dan meninggalkan image laki-laki lucu yang selalu dia bawa di atas panggung.
"Dia tidak apa-apa. Tadi hanya mengeluh kakinya agak sakit sedikit." Kyungsoo yang menjawab, sementara Jongin hanya tersenyum sambil mendongak menatap Baekhyun dalam usahanya untuk menenangkan hyungnya itu. Seperti Kim Jongin, dan aku agak sedikit kesulitan untuk memahami Jongin.
"Istirahatlah Kai. Kau pasti tak ingin membuat kepala Kyungsoo dan Baekhyun panas mendadak kalau kau sakit." Chanyeol berujar dengan nada menggoda dalam suaranya. Aku membenarkan dalam hati. Walaupun yang maknae sebenarnya adalah aku, tapi sebenarnya yang mendapatkan perlakuan special itu adalah Jongin. Suho dan Chen terkekeh mendengar pernyataan Chanyeol, begitu juga aku. Sementara itu Kyungsoo tak memberi tanggapan apa-apa, malah sibuk memperhatikan Jongin yang saat ini kepalanya masih ditepuk-tepuk Baekhyun. Aku agak sedikit iri juga pada Baekhyun hyung.
"Ani hyung." Jongin hanya menanggapinya dengan kalimat singkat itu. Kai dan Kim Jongin memang berbeda. Seperti melihat dua orang yang berbeda dalam satu tubuh. Bahkan aku yang sudah mengenalnya sejak sma, masih kesulitan untuk menyesuaikan diri pada perbedaan itu.
Suho mendekati Jongin dengan membawa kotak obat yang selalu dia bawa kemana-mana. Dia seperti rumah sakit berjalan untuk kami. Kemudian dia duduk di bawah sofa tepat di depan Jongin. Membuat kami semua memandangnya heran.
"Aku membawa salep untuk kakimu, Kai. Aku sudah tahu akan begini jadinya." Suho hyung berujar dan mulai membuka kotak obatnya. Baekhyun menghentikan kegiatannya menepuk-nepuk kepala Jongin, berjalan mendekati Suho dan ikut-ikutan duduk di sebelah si leader. Kalau saja bisa, ingin rasanya aku ikut duduk disana. Tapi sudah terlalu banyak yang berjejer mengelilingi Jongin, akan terlihat sangat kurang kerjaan kalau aku ikut-ikutan.
"Biar aku sendiri, hyung." Jongin menolak saat Suho dan Baekhyun berusaha untuk mengoleskan salep itu ke pergelangan kaki Jongin. Yah, betul Kai. Jangan biarkan mereka menyentuh kakimu. aku hanya dapat berujar dalam hati. Suho hyung mendengar apa yang diminta Jongin, tapi tidak dengan Baekhyun. Dia bersikeras untuk mengoleskan salep itu, hingga Jongin bahkan tak tega menolaknya. Akhirnya dia membiarkan saja Baekhyun melumuri pergelangan kakinya dengan salep.
Chanyeol hyung dan Jongdae hyung yang sedari tadi diam di sisi kanan kiriku, menepuk-nepuk masing-masing bahu kanan kiriku. Seperti menenangkan. Dan aku tahu memang itulah tujuan mereka. Sesaat aku melempar pandangan bertanya pada Jongdae hyung, tapi dia hanya membalasku dengan senyumannya yang unik. Akhirnya aku memilih untuk menatap Chanyeol hyung saja, tapi dia juga sama. Sama-sama tersenyum lembut seakan mengasihaniku.
Kembali aku menjatuhkan pandanganku pada Jongin. Dan pandangan disana seolah berlilit-lilit tidak karuan. Karena saat ini Jongin sedang menatap Baekhyun hyung yang masih sibuk mengoleskan salep di kedua pergelangan kaki Jongin, sementara itu Suho hyung dan Kyungsoo hyung menatap Jongin dengan sesekali tersenyum. Mereka tampak seperti memiliki perasaan yang sinkron. Sementara aku disini menatap mereka berempat dengan perasaan hampa dengan Chanyeol dan Jongdae masih menenangkanku.
"Baekhyunnie, matamu akan copot jika kau mengoleskan salep di kaki Kai tanpa kedip." Chanyeol berkata, menginterupsi suasana tenang yang tadi sempat melingkupi kami. Jongin mendongak mendengar ucapan Chanyeol dan menghadiahi Chanyeol dengan senyumannya yang jarang terlihat di luar panggung. Itu adalah senyuman yang mahal. Kami di EXO bahkan menyebutnya Golden Smile saking jarangnya terlihat. Sekarang aku bahkan iri pada Chanyeol hyung.
"Chan hyung, kau jadi terlalu perhatian pada Baekhyun hyung belakangan ini." Komentar Jongin kalem. Chanyeol hyung—yang tampaknya masih berusaha mematri Golden Smile Jongin tadi—hanya menyeringai. Aku tahu apa maksudnya. Karena sebenarnya yang Chanyeol perhatikan bukan Baekhyun.
"Kai, jangan berbicara yang tidak-tidak." Kali ini Baekhyun yang berbicara. Suaranya selalu halus, jika yang dia ajak bicara adalah Kim Jongin.
"Kau terlalu naif Kai," Jongdae hyung akhirnya angkat bicara. Jongin hanya mengangkat bahunya. Dan aku tak habis pikir bagaimana mungkin Kyungsoo hyung dan Suho hyung masih belum mengalihkan pandangan mereka dari Jongin.
"Sehunna, jangan bengong begitu…" aku agak kaget saat Jongin tiba-tiba mengajakku berbicara. Memang rasanya kaku sekali berbicara dengan Jongin, tidak semudah berbicara dengan Kai. Dan ingat, Kai hanya bisa ditemukan di atas panggung dan di depan fans.
"Terlalu capek saja, hyung." Jawabku. Jongin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar jawabanku, menatap lagi Baekhyun yang tampaknya sudah selesai dan sedang menurunkan celana panjang Jongin lagi.
"Nah, sudah selesai." Ujar Baekhyun sambil tersenyum, memperlihatkan lengkungan mata indahnya. Aku menyayangkan Baekhyun melakukan itu, karena aku tahu Jongin sangat suka melihat eye smile Baekhyun.
"Gomawo, hyung." Kata Jongin, tepat pada saat itulah Lay dan Minseok terbangun. Lay masih sibuk mengucek-ucek matanya, sementara Minseok malah langsung mengedarkan matanya keseluruh ruangan, tiba-tiba saja tersenyum saat matanya berhenti pada sosok Jongin. Aku, bahkan tahu bahwa Minseok selalu akan mencari Jongin saat matanya baru saja terbuka.
Suho hyung mengecek handphone-nya dan segera berdiri.
"Manajer sudah menunggu di depan. Kita ke hotel sekarang." Ujarnya. Dia menutup lagi kotak obat yang di bawanya. Sementara itu Chanyeol dan Jongdae bangkit bersamaan denganku. Jongin berdiri dengan malas-malasan, aku tahu dia pasti sudah ingin sekali berbaring di tempat tidur sekarang. Sementara itu Baekhyun hyung tampak sibuk memasangkan mantel tebal pada Jongin. Kyungsoo, Lay dan Minseok mengambil apa saja yang dapat di ambil, termasuk itu barang-barang kami.
.
.
.
Aku segera saja memasuki kamar saat baru saja tiba di hotel. Mereka membagi kamar ini dengan tidak adil. Jongin, Baekhyun dan Kyungsoo berbagi kamar yang sama. Sementara itu aku bersama Jongdae dan Chanyeol menempati kamar di sebelah mereka. Di sebelah kami ada Suho, Lay dan Minseok.
Meletakkan begitu saja semua barang-barangku di pojok kamar, aku segera menjatuhkan tubuhku ke atas springbed lebar itu. Rasanya kakiku mau copot saja, sayang sekali aku tak memiliki seseorang yang akan mengoleskan salep ke kakiku—karena aku memang tidak mau. Chanyeol dan Jongdae duduk di sofa kamar, bermain game kalau melihat bagaimana mata mereka bahkan tak berkedip sesering biasanya.
"Kau tahu, terkadang aku bertanya-tanya kenapa Baekhyun sangat perhatian pada Kai," Kata Chanyeol walaupun matanya masih terpaku pada ponsel pintarnya. Jongdae hyung mengangkat wajahnya demi melihatku sekilas sebelum mengalihkan lagi pandangannya ke ponsel.
"Bukankah itu terlalu jelas? Tapi tidakkah kau perhatikan, bukan hanya Baekhyun, tapi Kyungsoo Suho Minseok bahkan terkadang Lay, memang tak dapat menahan naluri hyung mereka di depan si beruang itu." kata Jongdae dengan senyum di wajahnya. Senyuman itu terkesan lembut, dan aku sadar, bahwa itu berarti Jongdae hyung pun bukan merupakan pengecualian.
"Yah, siapa yang tahan?" gumam Chanyeol hyung. Aku mengalihkan pandanganku, menatapnya. Apa itu merupakan pengakuan bahwa Chanyeol pun merupakan salah satu hyung yang tak bisa menahan naluri hyung itu?
"Tapi…tidakkah perhatian Baekhyun hyung terlihat berbeda?" aku ikut nimbrung. Aku tak pernah tahan untuk menutup mulutku saat itu menyangkut Jongin. Jongdae dan Chanyeol serentak menaruh ponsel mereka dan menatapku dengan mata nyalang.
"Kau juga memperhatikannya? Iya kan? Itu terlihat ganjil…" Chanyeol hyung bertanya seperti dia menemukan sekutu. Aku mengangguk membenarkan ucapan Chanyeol. Sementara itu Jongdae hyung tampak berpikir.
"Baekhyunnie, dia memang pernah memberitahuku…" Jongdae hyung memulai, aku segera saja duduk di atas tempat tidur itu, dan Chan hyung menatap Jongdae penuh harap. Dia jadi terlihat seperti professor yang menemukan bukti bahwa penemuannya benar. "Dia mengatakan bahwa setiap kali bersama Kai, dia merasakan hal yang berbeda."
Hatiku mencelos mendengarnya. Jika memang benar apa yang Jongdae hyung ucapkan, bagaimana nasibku?
"Yah…kau tak seharusnya mengucapkan itu di depan Sehun." Chanyeol berujar sambil menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa. Mata mereka berdua menatapku. Campuran antara cemas dan kasihan. Dan itu membuat semuanya semakin tak tertahankan.
"Ah, aku melupakannya." Gerutu Jongdae, dia memandangku, merasa bersalah.
Aku ingin mengatakan bahwa aku tidak apa-apa, tapi tepat pada saat itu seseorang membunyikan bel intercom. Jongdae dan Chanyeol langsung mengambil ponsel mereka dan pura-pura serius menatap apapun itu yang ada di ponselnya. Aku menatap sebal mereka, lalu dengan agak sedikit terpaksa aku turun dari tempat tidur nyaman itu. Ini sudah jam dua belas malam, berarti siapapun yang berkunjung pastilah salah satu member atau manajer.
Sampai di depan pintu, aku mengecek siapa si pengunjung. Aku cepat-cepat membuka pintu setelah mengenali siapa itu. Pintu terbuka, memperlihatkan Jongin dengan sweater pink pucat panjang serta celana panjang putihnya. Satu lagi perbedaan Kai dan Jongin. Kai akan dengan senang hati memperlihatkan otot-ototnya dan membuat dirinya seksi. Tapi Kim Jongin bahkan akan merasa tidak nyaman saat paparan sinar lampu mengenai kulitnya.
"Sehun…aku mau disini dulu, boleh?" dia bertanya. Matanya sudah hampir menutup. Dia pasti sudah sangat mengantuk. Memandangku dengan tatapan sayu itu sungguh merupakan hal paling lancang yang di lakukannya, aku benar-benar tak tahan. Aku membenarkan letak rambut yang sebagian jatuh menutupi matanya, menyibakkannya ke belakang. Kemudian menarik lengannya, membawanya masuk. Dia masih menungguku menutup pintu itu.
"Kenapa kesini?" aku bertanya saat tanganku meraih daun pintu untuk menutupnya.
"Kyungsoo hyung dan Baek hyung keluar untuk membeli…entah apa itu. Aku…em, aku tidak suka sendirian di kamar." Dia menggigiti bibirnya saat mengucapkan itu. Dan aku langsung tahu bahwa dia berbohong. Dia bukannya tidak suka sendiri di kamar, tapi dia takut.
Menerima saja alasannya tersebut, aku segera membawanya masuk. Jongdae dan Chanyeol menyambut Jongin dengan senyum lebar mereka.
"Oh Kai? Kenapa kesini?" Jongdae bertanya. Chanyeol bahkan melupakan bahwa gamenya masih berjalan, matanya awas menatap Jongin yang tampak tak memiliki tenaga.
"Aku ngantuk, hyung" itu syarat mutlak bahwa dia tak ingin ditanya-tanya lagi.
"Ah, kalau begitu, tidur Kai." Jongdae berbicara lembut. Aish, para hyung yang tak bisa menahan naluri hyungnya. Itulah yang terjadi. Tanpa berkata apa-apa lagi, Jongin naik ke tempat tidur dan segera terlelap. Semua itu membuatku tersenyum, dia gampang sekali tertidur, dia bahkan lupa memakai selimut di malam yang dingin ini. Setelah memastikan dia benar-benar tidur, aku menyelimutinya. Membuatnya semakin dalam tenggelam dalam tidurnya. Apakah tidak mungkin bagiku melakukan semua ini setiap malam untuknya?
"Jangan menatapnya seolah dia kan pergi begitu saja, Sehun." Chanyeol hyung memang orang yang paling jago merusak suasana jenis apapun. Aku—yang saat ini duduk di pinggiran tempat tidur—menatap jengkel padanya, membuat Jongdae tertawa. Segera saja aku melayangkan tatapan memperingatkan pada Jongdae hyung, aku tak ingin Jongin terbangun dari tidurnya.
"Lihatkan? Bahkan maknae pun jadi memiliki naluri hyung saat beruang coklat ini beraksi." Kekeh Jongdae pelan. Dan tanpa sadar aku membenarkan kata-kata itu. Karena memang Jongin sanggup membuatku—yang jelas-jelas memiliki hati paling beku diantara semua member—bersikap lembut kepadanya. Dan bagaimanapun juga aku maknae, aku tak dapat merubah kenyataan itu apapun yang aku lakukan. Tapi Kim Jongin—sekali lagi—sanggup membuatku bersikap layaknya laki-laki dewasa. Aku tidak tahu itu merupakan hal bagus atau buruk.
"Entahlah hyung, dia terlalu…tak bisa di deskripsikan." Tanggapku. Chan hyung mengangguk-anggukkan kepalanya, seolah mengerti betul apa yang aku ucapkan. Jongdae hyung sementara itu malah melabuhkan matanya pada gundukan selimut tempat Jongin berbaring.
"Sulit bagiku untuk menerima bahwa Jongin itu Kai." gumam Jongdae. Matanya menyapu sekali lagi selimut putih tebal itu, alisnya sedikit berkerut, memberi kesan nyata bahwa dia memang agak kesulitan.
"Aku pribadi lebih menyukai Kai." Chan hyung berkata lancar. Terlihat seperti dia sudah memikirkan masalah ini dalam-dalam. Aku memperhatikan Jongdae hyung sedikit tidak setuju dengan apa yang di katakan Chan hyung.
"Di beberapa kesempatan Kai memang terlihat lebih menyenangkan daripada Jongin. Tapi aku merasa lebih baik menghabiskan berjam-jam waktuku bersama Jongin daripada Kai." Jongdae hyung menimpali. Aku menatap mereka bergantian, sementara sebelah tanganku menepuk-nepuk pergelangan kaki Jongin. Dulu dia pernah berkata padaku bahwa lullaby ternyaman yang pernah dia rasakan adalah tepukan di pergelangan kaki. "Bagaimana denganmu Sehun?" Jongdae hyung melemparkan pertanyaan itu padaku.
"Aku mengenalnya sejak aku sma," mataku menjelajah wajah Jongin yang masih tertidur lelap. "Tak asing bagiku menerima kelakuannya yang kaku dan juga pendiam. Tapi aku juga sudah berada di EXO selama tiga tahun bersama dengannya, aku juga sudah terbiasa dengan sikapnya yang periang serta mudah tersenyum saat di atas panggung." Aku menjelaskan. Bukannya bermaksud berbelit-belit, hanya saja aku memang belum dapat memutuskan mana yang lebih baik antara Kai dan Jongin. Dua kepribadian itu sama-sama menarik menurutku.
"Itukah sebabnya kau sampai lupa melakukan fan service bersamaku? Kau memperhatikan Jongin?" pertanyaan Chan hyung membuatku terdiam. Yah, sebenarnya itulah alasan kenapa aku sampai lupa melakukan tugasku di atas panggung.
Namun aku diselamatkan dari keharusan menjawab pertanyaan itu karena bel intercom sekali lagi berbunyi. Kali ini Jongdae hyung yang bangkit berdiri, membukakan pintu.
Terdengar kegaduhan diluar, dan detik berikutnya Baekhyun hyung sudah masuk ke kamar kami dengan raut wajah cemas. Rambutnya yang belakangan ini dia panjangkan, tampak awut-awutan akibat terlalu sering di sibak. Matanya langsung menubruk selimut putih tempat Jongin bergelung, dia bahkan tak menghiraukan kami yang ada di sana memandangnya bingung.
Setelah yakin bahwa yang berada di balik selimut itu memang Jongin, Baekhyun hyung menghembuskan nafas keras dengan lega. Kemudian dia tertawa bercampur merintih. Jadi terdengar seperti akan menangis. Baekhyun hyung berjalan mendekati tempat tidur, kemudian duduk tepat di hadapan Jongin.
"Oh ya Tuhan, aku kira kau kemana…" Baekhyun bergumam, tangannya mengusap-usap sebelah pipi Jongin dengan sedikit bergetar. Membenarkan letak rambut coklat madu Jongin. Kemudian saat dia sudah puas menyentuh wajah Jongin—tanpa menghiraukan aku yang ada di sebelahnya—dia menatap kami satu persatu. "Apakah dia kesini saat aku pergi bersama Kyungsoo tadi?" dia bertanya, sedikit menuntut. Chanyeol mengangguk, sementara Jongdae menatap Baekhyun dengan mulut menganga. Pasti dia kaget melihat betapa cemasnya Baekhyun hyung. Aku sendiri menatap tajam tangan Baekhyun yang masih setia mengusap-usap rambut Jongin yang tertidur.
"Harusnya aku tahu, dia pasti takut ditinggal sendirian di kamar." Baekhyun hyung berkata sambil lalu.
Tak ada yang berbicara setelahnya, karena kami sibuk memperhatikan satu sama lain. Chanyeol hyung jelas-jelas menatapku dengan kasihan dan cemas. Jongdae melempar pandangannya dariku, Jongin, dan Baekhyun. Aku sendiri berusaha keras untuk tak menghiraukan Baekhyun yang saat ini memakukan semua perhatiannya pada Jongin yang tidur dengan lelap.
Jadi semua itu memang benar? Bahwa sainganku adalah Baekhyun hyung? Salah satu beagle line? Salah satu hyung yang paling aku favoritkan? Aku tidak tahu, tapi sepertinya ini merupakan berita buruk.
.
.
.
*Masih Berlanjut*
