FF BAP OT6 / YAOI/ OASIS / Part 1

Title: Oasis

Author: Bang Young Ran

Rating: T *sementara*

Genre: Yaoi/Violence/Romance/Crime/AU

Length: Chaptered

Main Cast:

Kim Him Chan

Bang Yong Guk *blom nongol*

Support Cast:

DaeJae (Dae Hyun + Young Jae) *blom nongol*

JongLo (Jong Up + Zelo) *blom nongol*

Kim Da Hyun (TWICE) as Hime's Twin Sister

Kim Hee Chul (SuJu) as Hime's Mom

Kevin Lee/Kris Wu as The C.A.R.T Department's President

Nyusul...

Disclaimer: BAP is their parents, and it's Youngranie fic~ muaaaachh...*kechup basah*

Warning: TYPO! OOC! YAOI/BoysxBoys! VIOLENCE! NC! NO PLAGIARISM! NO BASHING!

Author's Note: Annyeong~^0^)/ Ni ff terinspirasi dr Divergent movie ama... Avatar mungkin ya?(R: Mana kite tau! Woi!) Ah, pokokx terserah Reader-nim aja lah mo ng-mirip2in ma film apa=3= #plak *lepas tanggung jawab*

Ni ff ga bakalan panjang kok. Suer^3^)v EH! Bohong, ding! Ni ff mungkin bakalan panjaaaaaaaang bgt:D *digebuk rame2* Akhir kata, selamat membaca, BABY~\(=^o^=)/ *kabur*

Summary: Umumnya rasa takut yang menyerang manusia akan menenggelamkan mereka. Tapi bagiku, ketakutan yang menyerang, membuatku tersadar. Aku berbeda. Aku Kim Him Chan. Oasis.

.

.

.

Oasis

1

Bumi berada di ambang kehancuran begitu Perang Dunia III pecah. Tidak ada yang menguntungkan dari berperang. Semua orang tahu itu. Sayang, beberapa manusia di dalamnya, Para Pemimpin Dunia, seolah menutup mata. Hingga setelah perang berakhir, yang tersisa hanyalah puing-puing, tanah yang gersang, dan, beberapa nyawa yang seolah tiada henti meraung, meratap dalam kehilangan.

Selalu ada semboyan, kehancuran adalah suatu awal mula dari kebangkitan.

Dan memang itulah yang terjadi. Umat manusia mulai mencoba bangkit dari keterpurukan. Namun sebelum itu, mereka mencari 'kambing hitam'; faktor yang akan menjadi pihak yang disalahkan atas semua kekacauan ini.

Mereka memang menemukannya.

Faktor itu berasal dari diri manusia sendiri. Faktor yang berperan sangat penting di kehidupan umat manusia; hasrat. Tentu saja, manusia tidak dapat memusnahkan sesuatu yang telah digariskan alam untuk mereka.

Oleh karenanya, alih-alih memusnahkan, mereka—umat manusia—memutuskan untuk... mengarahkannya.

~~~~~~~~\(=^0^)/\(0o0=)/~~~~~~~~

"Him Chan-ssi! Senang bertemu denganmu di sini!"

"Hi, Himchanie~"

"Omo, Kim Him Chan!"

Namja cantik berambut pirang yang disapa dengan begitu heboh hanya tersenyum kecil. Dia sudah terbiasa. Orang-orang selalu mencoba untuk akrab dengannya meski Him Chan, Si Namja Cantik, sendiri tidak pernah menunjukkan ketertarikan untuk menjalin pertemanan. Bukannya sombong, Him Chan hanya merasa jengah. Dan bosan.

/Perhatian bagi semua peserta C.A.R.T, diharapkan untuk mengantri di depan loket pendaftaran berdasarkan Faksi masing-masing./

Panggilan dari interkom menggema ke sepenjuru stasiun. Bagai sekumpulan kerbau yang dicocok hidungnya, semua orang mulai bergerak, mengikuti perintah tersebut dengan patuh. Berbeda dengan Him Chan yang malah berdecak, lalu melangkahkan kakinya berat menuju loket faksi tempat ia bernaung; Faksi Ozon.

Sejak perang dunia berakhir, demi menciptakan kedamaian di muka bumi, umat manusia dibagi kedalam empat golongan faksi. Setiap faksi melambangkan satu elemen. Faksi Ozon untuk udara, Aqua untuk air, Flames untuk api, dan Earth untuk tanah. Keempat Faksi tersebut menggambarkan sifat dan perilaku manusia yang bernaung di dalamnya.

Pertama, Faksi Ozon. Faksi Ozon terdiri dari orang-orang yang jenius dan cinta damai. Kaum bijaksana, orang menyebutnya. Mereka seperti udara karena dipenuhi oleh kelembutan dan cinta. Faksi Ozon sering berkecimpung dalam kegiatan sosial. Tak jarang manusia-manusia berwajah rupawan bernaung di bawah nama Faksi Ozon. Mereka ibarat langit yang begitu tinggi, dipenuhi oleh sekumpulan malaikat dan bidadari. Maka tidak aneh, Faksi Ozon disepakati sebagai pemimpin pemerintahan.

Faksi ke dua, Faksi Aqua. Seperti elemen yang dilambangkan, orang-orang yang bernaung di bawah Faksi Aqua adalah orang-orang tenang namun demokratis. Terkadang mereka mengalir, mengikuti arus. Dan terkadang, saat angin berusaha memecah, mereka akan berombak, berjuang bersama-sama untuk melawannya. Mereka adalah orang yang jujur dalam berpendapat. Dikarenakan sifat tersebut, orang-orang dari Faksi Aqua seringkali meniti karir di bidang hukum.

Ke tiga, Faksi Flames. Ibarat elemen yang dilambangkan, orang-orang dari Faksi Flames adalah orang-orang yang memiliki semangat tinggi. Mereka sangat memuja kebebasan dan hidup liar. Kaum pemberontak, orang-orang menyebutnya. Kaum orang gila, beberapa berpendapat. Namun semua itu hanyalah nama. Toh, pada kenyataannya, Faksi Flames adalah guardian; orang-orang yang bertugas sebagai polisi. Prajurit. Mereka begitu berkoordinasi dengan pemerintah dalam menegakkan peraturan.

Faksi terakhir, Faksi Earth. Faksi Earth menaungi para petani dan buruh. Tidak banyak yang bisa dijelaskan mengenai Faksi Earth selain mereka adalah orang-orang pekerja keras yang hidup dalam cinta dan damai. Hanya ada kebahagiaan di sana, seakan ambang kehancuran dunia tidak pernah menghampiri sebelumnya.

"... ext... NEXT!"

Him Chan tersentak saat microphone dari loket berseru keras. Entah sejak kapan antrian telah berjalan sejauh ini. Sekarang gilirannya, dan sepertinya dia sudah menghiraukan panggilan ke sejuta kalinya dari Si Penghuni loket. Terbukti, yeoja berkacamata dengan rambut pirang digelung tinggi itu menatapnya tajam sembari menyengseng tinggi frame kacamata, membuatnya terlihat seperti dosen killer. Urgh, what an amazing start.

Tanpa mempedulikan gestur mengintimidasi tersebut, Him Chan mendekati loket dan menyodorkan secarik kertas tebal di tangannya. Si yeoja tampak dengan enggan menerima kertas itu, namun, ini sudah tugasnya, 'kan? Dia tidak berhak menolak kertas formulir peserta C.A.R.T begitu saja kalau dia masih sayang dengan pekerjaannya.

"Kim Him Chan?" tanya Si Petugas Loket, sedikitpun tidak menyembunyikan nada remeh dalam suaranya. Sayang, sikap tersebut tidak bertahan lama saat otaknya memproses nama beserta keterangan yang tertera di dalam formulir Him Chan. "K-kau – ah, anda... putera sulung Senator Kim Hee Chul?"

Oh.

Him Chan sering lupa kalau Umma-Nya yang cantik itu, Kim Hee Chul, adalah satu dari segelintir anggota dewan yang sangat berpengaruh. "Ne, Senator Kim adalah ibuku," jawabnya tidak tertarik. Bagai alarm biologis, tubuhnya seolah tahu akan apa yang berikutnya akan terjadi.

"Omo, mianhe, Kim Him Chan-ssi. Maafkan atas kelancangan saya." Si yeoja berkata dengan suara bergetar. Dia bahkan berdiri dari duduknya di dalam ruang sempit loket dan memberikan bow sembilan-puluh-derajat. "Selamat datang di Pusat C.A.R.T, Kim Him Chan-ssi. Silahkan menuju ruangan anda. Kami harap anda puas dengan pelayanan yang kami berikan."

Ya, ya, ya. Him Chan hanya mengangguk, mengambil dua lembar kertas yang kembali disodorkan; formulirnya, dan nomor ruang konseling yang harus dikunjunginya. Ia memutuskan pergi setelah memberikan anggukan pelan sebagai gestur 'terima kasih' ke Si Petugas. Him Chan sangat menyayangi ibunya, namun tidak dengan pekerjaan yang digeluti oleh namja cantik berkepala empat itu. Him Chan benci hidupnya. Him Chan benci saat orang-orang menaruh hormat padanya, dikarenakan jabatan Sang Umma. Bukan sebagai Kim Him Chan.

Manusia memang munafik. Mungkin karena itulah Tuhan menghukum mereka. Mereka seharusnya benar-benar punah. Mereka pantas untuk dimusnahkan.

—Room 1004, Dr. Park—

Him Chan menghirup nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Di balik pintu ini, nasibnya akan ditentukan. Lebih tepatnya, faksinya.

Saat seseorang memasuki umur dua-puluh-tahun, mereka diwajibkan untuk mengikuti program C.A.R.T.

Apa itu C.A.R.T?

C.A.R.T merupakan kependekan dari Counselling Animated Rate Thinking. Sesuai namanya, C.A.R.T bertujuan sebagai tahap mediasi konseling yang akan menggambarkan pemikiran serta reflek seseorang saat menghadapi berbagai situasi tertentu. Melalui C.A.R.T seseorang akan mengetahui dimana, dan faksi apa seharusnya mereka bernaung. Namun program inilah hanyalah option. Setiap individu bebas memilih ke dalam faksi apa mereka ingin bernaung. Penentuan tersebut akan dilaksanakan setelah Program C.A.R.T dilakukan. Faksi ibarat takdir; hakekatnya mutlak, seumur hidup.

Dan Him Chan?

Faksi apa yang menjadi pilihannya?

"Kim Him Chan..." Dr. Park menggumamkan nama dari kertas formulir Him Chan. "... hmm, kau putera Senator Kim, ternyata. Hm, baiklah, ayo kita mulai analisismu."

Him Chan tercekat. Ini pertama kalinya ada orang yang tidak peduli akan jabatan Umma-nya. Dan tidak seperti dokter yang selalu dilihatnya selama ini, Dr. Park terkesan acuh dengan penampilannya. Dia hanya memakai kaus hitam polos berlengan panjang dan celana jens hitam. Rambutnya juga acak-acakan. Dia jelas bukan dari Faksi Ozon. Dr. Park berbeda. Hmm, menarik.

"Dokter, saya boleh bertanya?"

Dokter muda itu menatap Si Cantik penuh tanya, "ne? Apa yang ingin kau tanyakan padaku?"

"Anda bernaung di faksi apa?"

Dr. Park tanpa kentara berjengit, tidak terbiasa mendengar seseorang berbicara begitu baku dan formal padanya. "Aku dari Flames."

Oh. Him Chan sudah menduga.

"Wae? Kau tidak berencana untuk masuk Faksi Flames, 'kan?"

Cara serta nada Sang Dokter bertanya, seolah Him Chan akan mengumumkan sesuatu yang mustahil. Tsk! "Aku mempertimbangkannya."

"Kau. Pasti. Bercanda."

'Nope.' Batin Him Chan menyahut.

Jika sebelumnya Dr. Park hanya memasang wajah meremehkan, sekarang namja itu sepenuhnya menatap Him Chan horor. "Kusarankan padamu, jangan. Kau tidak akan bisa bertahan hidup bila bernaung di Flames! Percaya padaku, Kim Him Chan."

"Dokter, anda bahkan belum memulai analisisku. Bagaimana anda bisa seyakin itu?"

"Aku bisa melihatnya. Aku tidak perlu menganalisismu untuk mengetahuinya," kata Si Dokter datar, mengamati keseluruhan diri Him Chan dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Na-ah. Namja di depannya ini terlalu, amat-sangat cantik untuk bertahan hidup di Flames. Bahkan, Sang Dokter tidak pernah ingat kalau ada seseorang yang memiliki rambut strawberry blond alami seperti Him Chan di tempatnya. It's a mission impossible. "Flames adalah tempat berbahaya. Senator Kim tidak akan senang mendengarmu mempertimbangkan tempat itu. Kau sudah bernaung di tempat yang tepat, Kim Him Chan. Kau adalah milik Ozon."

Him Chan bungkam. Kalau boleh jujur, dia sebenarnya tidak tahu dimana dirinya harus bernaung. Dan yang pasti, tidak lagi tempat membosankan seperti Ozon.

"Pikirkan baik-baik. Seumur hidup bukanlah komitmen yang singkat, Him Chan-ssi."

#########\(^0^)/\(^3^)/#########

"Bagaimana hasil analisismu, Oppa?"

Him Chan menatap saudari kembarnya, Kim Da Hyun, lurus. Berbeda dengannya, Da Hyun sudah mengetahui Faksi apa yang akan menjadi pilihannya. Yeoja manis itu akan memilih faksi Aqua. Di balik penampilannya yang lemah lembut dan ceria, Da Hyun adalah seorang yang demokratis dan menjunjung tinggi kejujuran. Dia merupakan seseorang yang bersikap tegas. Sikap yang sangat dibutuhkan di dalam lingkup peradilan.

"Heumm... entahlah." Him Chan akhirnya menjawab sembari mengedikkan kedua bahu. Tentu saja, hal ini akan membuat saudarinya—dan kemungkinan semua orang yang mendengar—bingung.

Apa maksudnya dengan 'entahlah'? Bukankah untuk itu Program C.A.R.T dilaksanakan? Agar tidak ada lagi keraguan di hati peserta mengenai faksi apa yang seharusnya mereka pilih? Hasil analisis dari alam bawah sadar akan menunjukkan karakter asli seseorang. Bukankah hal itu yang sering sekolah mereka bahas mengenai C.A.R.T?

"Oppa, apa maksudmu? Aku... tidak mengerti." Kata-kata terakhir Da Hyun keluarkan dengan berbisik sangsi. Yeah, dia sama sekali tidak mengerti. Him Chan, kembarannya yang sangat cantik sekaligus tampan ini memang selalu sulit dipahami. Sedari dulu.

"Sudahlah. Bagaimana dengan hasil analisismu? Kau sebentar lagi akan menjadi jaksa yang sukses, eoh~?" tanya Him Chan dengan nada jahil. Satu tangannya melingkari bahu kecil Da Hyun dengan kokoh dan akrab. Membuat Sang Yeodongsaeng tersenyum. Ini adalah cara Him Chan untuk mengalihkan pembicaraan. Dia sangat tahu itu.

"Kkkk~ Analisisku adalah yang TERsempurna, Oppa. Hm, aku sudah menduganya dari jauh-jauh hari, kau tahu?!" Da Hyun berkata penuh percaya diri, dengan sengaja menyanjung dirinya sendiri. Dia puas, tentu saja.

Him Chan memutar bola mata, berlagak jengah akan kesombongan adik satu-satunya itu. "Ne, ne, you're the freakin' Einstein. I know. I always knew."

"Hahaha... Kalau begitu, ayo, kita ke aula! Kurasa Umma sudah di sana."

Err, itulah yang Him Chan takutkan. Apa yang akan dikatakannya pada Sang Umma nanti? Jawaban 'entahlah' tidak akan memuaskan ke-ingin-tahuan Hee Chul. Umma-nya bukan Da Hyun.

Jadi, apa yang akan dijawabnya jika... 'entahlah' merupakan satu-satunya jawaban yang Him Chan dapat dari Dr. Park?

Flashback»»»»

Him Chan masih jengkel akan ucapan Dr. Park yang terkesan meremehkannya. Well, dia memang tidak tahu banyak mengenai Faksi Flames selain desas-desus yang mengatakan bahwa tempat itu dipenuhi oleh orang-orang gila tapi, haruskah dokter muda ini mematahkan semangatnya seperti itu? Lagipula... Dr. Park tidak mengenalnya dengan baik. Dia memang terlihat lemah di luar, namun dia tidak serentan apa yang tampak di permukaan.

"Baiklah, kau bisa duduk di sofa ini." Si Dokter Muda memberi instruksi, melambaikan tangan ke arah sofa khusus pemeriksaan, sementara kedua mata tidak lepas mematuti layar tablet kecil di samping kepala senderan sofa. "Ah, sebelum itu, kau minum dulu air ini."

"Aku tidak haus."

"Ini bukan air biasa. Kau harus tidur untuk bisa memasuki simulasi alam bawah sadarmu. Kupikir hal ini sudah kalian pelajari saat di sekolah menengah?"

Ouch.

Setelah meremehkannya, sekarang Dr. Park secara tidak langsung bermaksud mengatainya bodoh, kah?

"Tentu saja kami sudah mempelajarinya, Dokter," jawab Him Chan tanpa sedikitpun mampu menyembunyikan nada jengkel. Yang lebih menyebalkannya, dokter muda yang menjadi sasaran malah terkekeh, bereaksi seakan Him Chan hanyalah bocah kecil yang tengah merajuk. Ish!

"Kkkk... bagus, kalau begitu. Sekarang minumlah. Kita harus secepatnya memulai analisismu."

Dengan tidak rela Him Chan menurut, meminum air dari gelas kecil tersebut, lalu duduk di atas sofa yang diinstruksikan. Perlahan tubuh Him Chan serasa ringan. Ia melayang. Wajah tampan Dr. Park mulai berbias kabur saat namja itu memasangkan beberapa peralatan medis yang tidak Him Chan kenal di kedua pelipisnya.

"Tutup matamu..."

"... Biarkan tubuhmu rileks..."

"... Semoga berhasil, Kim Him Chan~"

Hanya ada bisikan pelan... hingga telinganya tidak mendengar apa-apa lagi. Him Chan seratus persen yakin dunia di sekitarnya mendadak sunyi. Dan saat kedua matanya terbuka...

Siiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnng...

Nihil.

Tidak apa-apa di sana selain kelabu. Entah memang ruangan itu dicat menggunakan warna abu-abu, atau memang... Him Chan tidak berdiri di sebuah ruangan? Err, dia dimana? Kemana Dr. Park?

"Dokter?"

"..."

Hening.

Okay... apa-apaan ini? Kenapa suaranya hanya bergema di kesunyian? Dia dimana sebenarnya?!

"Himchanie Chagi?"

Deg.

Him Chan berbalik, kedua marbel terbelalak mendapati Sang Umma sudah berada di sana. "Umma? Ba-bagaimana..."

"Kenapa kau melakukan semua ini? Kau tidak menyayangiku, Himchanie?"

What?

Apa maksud Hee Chul tiba-tiba berkata seperti itu? Dia kecewa? Memangnya, apa yang telah Him Chan lakukan? Tidak. Dia tidak ingin membuat Hee Chul kecewa! Dia seharusnya membuat Hee Chul bangga! Umma-nya pantas bahagia!

"Kau membuatku kecewa, Himchanie."

DEG.

Tunggu,

Hee Chul tidak akan pernah, sekalipun, bekata seperti itu padanya.

Jika Hee Chul tidak akan pernah berbicara seperti itu...

Maka...

Itu berarti...

"Ini tidak nyata."

Ne, ini tidak nyata. Tidak ada yang nyata di tempat hampa ini. Begitupula dengan sosok namja cantik di depannya.

"Kau bukan Umma. Dan ini hanya mimpi."

Srasssh~

Bagai sapuan angin, segala yang berada di hadapan Him Chan lenyap tak berbekas, berganti dalam cahaya putih menyilaukan hingga ia memejamkan mata erat. Begitu membukanya, Him Chan harus dikejutkan akan ekspresi Dr. Park yang menatapnya horor.

"O. My. God."

Namja itu berbisik tidak percaya.

"Kim Him Chan, dengarkan aku. Apapun itu, anggap saja hasil analisismu adalah Ozon, oke?"

"M-mwo? Apa maksud anda dengan 'anggap saja', Dokter? Apa hasil analisisku sebenarnya?"

"Kau harus segera pergi dari pintu belakang. Lebih cepat lebih baik." Dr. Park berkata, dengan terburu melepaskan peralatan yang melekat di pelipis Him Chan dan membantu namja cantik itu turun dari sofa hingga berdiri sepenuhnya di lantai. "Ingat, saat seseorang bertanya, katakan hasil analisismu adalah Ozon. Kau akan berada dalam masalah besar jika ada orang lain yang tahu."

What?

Jadi dia harus berbohong mengenai hasil analisisnya sendiri? Wae? Kenapa dia harus berbohong?! Dan apa hasil analisisnya?! Kenapa Dr. Park tidak mengatakannya? Hei, apakah namja itu tidak mengerti seberapa inginnya Him Chan mengetahui hasil itu?! Dia butuh petunjuk! Bukannya teka-teki baru!

"APA HASILKU SEBENARNYA!?" teriak Him Chan geram, menyentak pergelangan tangannya dari cengkeraman Sang Dokter hingga terlepas. "Kau harus memberitahuku karena itulah tugasmu."

Dr. Park mengacak rambut ikalnya yang sudah acak-acakan itu frustasi. Seolah tuntutan Him Chan adalah hal tersulit yang akan ia jawab. Apa memang begitu?

"Kau seorang Oasis, Him Chan."

Tik, tik, tik, tik...

"Mwo?"

Apa itu Oasis?

Seakan membaca jelas pertanyaan di benak Si Cantik, Dr. Park menghembuskan nafas yang tanpa sadar ditahannya secara perlahan, "Oasis adalah julukan bagi seseorang yang tidak bisa ditempatkan di faksi manapun, Him Chan. Kau berbeda. Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa untuk orang-orang sepertimu. Segala test yang mereka lakukan tidak akan berguna dan berpengaruh terhadapmu. Bila mereka tahu ini, kau akan berada dalam masalah besar. Sekarang pergilah. Katakan hasil analisismu seperti yang kukatakan tadi kepada keluargamu. Kau adalah Ozon. Mulai dari sekarang, jangan pernah mempercayai siapapun. Lupakan mengenai Oasis."

««««Flashback End

Him Chan hanya bisa melongo di depan pintu belakang ruang analisis Dr. Park setelah diusir—didorong—keluar dengan paksa oleh namja itu. Dia tidak mengerti. Kenapa dia baru mendengar tentang 'Oasis' ini? Apa itu sebenarnya? Kenapa pemerintah terkesan... menutupi hal ini? Dan apa maksudnya dengan masalah besar?!

~~~~~~~~\(=^0^)/\(0o0=)/~~~~~~~~

"My Babies... akhirnya saat-saat seperti ini datang juga. I'm soooooo happy!" Hee Chul berseru bahagia, memeluk kedua putera-puteri kembarnya ke dalam dekapan erat sesaat sebelum melepasnya. "Umma sangat bangga pada kalian. Dahyunie, kau akan menjadi jaksa yang hebat! Dan kau, Himchanie, My Boy, kau akan menjad – tunggu, Himchanie, apa hasil analisismu?"

Bukan hal aneh jika Hee Chul pun tidak tahu pasti mengenai karakeristik Sang Aegya. Sedari dulu Him Chan memang sulit ditebak. Bak teka-teki rumit yang seolah tidak memiliki jawaban. Ia terlalu rumit untuk dipahami. Dari rupa dan kecerdasan, Hee Chul yakin puteranya adalah Ozon. Namun... dari sikapnya yang seringkali tidak stabil... dia... Flames. Oh, NO! Him Chan tidak boleh berada di Flames yang keras! Dia tidak akan membiarkan puteranya berada dalam naungan Faksi berbahaya itu!

"Err... aa-ku..." Tentu saja Him Chan tergagap. Dia tanpa sadar melirik Da Hyun yang ternyata juga tengah menatapnya penasaran. Ugh, dia tidak bisa terbebas dari topik ini, 'kan? "Hasil analisisku..." Him Chan kembali menatap Hee Chul, menemukan marbel hitam kelam yang serupa dengan dirinya menyelidiknya nanar. Ada harapan yang sangat besar di sana. Siapa Him Chan yang akan mengecewakan namja cantik, yang telah menjadi single parent, Umma Terbaik, baginya dan Da Hyun semenjak mereka terlahir ke dunia ini?! "... Aku Ozon, Umma."

Bohong.

"Benarkah?!"

Him Chan mengangguk, menghiraukan tatapan menusuk sangsi dari Da Hyun di sisi kepalanya. "Eum, that's what the doctor told me." Seperti halnya Da Hyun, Hee Chul pun sekarang memberi Him Chan tatapan sangsi. Err, apa jawaban serta ekspresi 'berusaha serius'nya terlihat sebegitu tidak meyakinkannya? "What?" tuntutnya setelah beberapa detik berlalu pandangan menyelidik tidak jua kunjung beralih.

"Kau berbohong. Itulah masalahnya."

Deg.

"Katakan yang sebenarnya padaku, Chagi, apa hasil analisismu?"

Siiiiiiiiiiiiiiiiinng...

Him Chan bungkam. Perkataan Dr. Park yang memberinya peringatan terngiang-ngiang.

'Jangan pernah mempercayai siapapun.'

Tapi, ini keluarganya! Haruskah dia tidak mempercayai keluarganya sendiri?

'Bila mereka tahu ini, kau akan berada dalam masalah besar.'

DEG.

Benar. Masalah besar berarti... bahaya. Bila dirinya akan berada dalam masalah besar, dia tidak boleh melibatkan keluarganya dalam bahaya!

"Aku tidak bisa mengatakannya, Umma. Kalian harus percaya padaku. Apapun yang kulakukan ini, adalah yang terbaik untuk kita semua."

Hee Chul dan Da Hyun saling berbagi pandang, tidak mengerti. Namun Him Chan memutuskan untuk tidak memberi penjelasan lebih jauh karena langsung berbalik, mengambil duduk pada salah satu kursi di podium aula C.A.R.T. Tidak lama lagi, nasibnya dan kesemua peserta C.A.R.T akan ditentukan di hadapan orang banyak. Him Chan begitu gugup. Dia tidak punya pilihan lain, selain mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.

"Umma," panggil Da Hyun tanpa menoleh, marbel hitamnya yang menakjubkan masih tertuju pada sosok Sang Oppa di barisan akhir kursi podium sana. "Apa Oppa akan baik-baik saja, Umma?"

Hee Chul juga ikut melakukan hal yang sama, menatap puteranya yang cantik di kejauhan. "Huft, entahlah, Chagi. Umma juga tidak tahu."

"Aku sangat mengkhawatirkan Oppa." Da Hyun bergumam, lebih kepada dirinya sendiri.

"Umma juga, Chagi." Namun Hee Chul juga menyahut, lebih kepada dirinya sendiri.

#########\(^0^)/\(^3^)/#########

"Selamat datang bagi kalian semua peserta C.A.R.T. Aku Kevin Lee, The President of the C.A.R.T Department. Seperti yang kalian semua ketahui, program ini selalu dilaksanakan setiap tahunnya dalam rangka dan tujuan untuk menciptakan perdamaian di muka bumi. Perang adalah hal terburuk yang umat ciptakan. Hasrat yang haus akan kekuasaan harus kita berantas saat anak-anak kita mulai beranjak dewasa. Adalah tugas kita sebagai orang tua untuk mengarahkannya.

"Maka dari itu, hari ini kami semua mengharapkan kalian semua, generasi penerus, agar menanamkan hal yang sama untuk keturunan kalian nanti. Kalian harus mengarahkan potensi mereka sebaik-baiknya. Ini bukanlah pemaksaan, tapi suatu bentuk dari koordinasi bagi keseimbangan kehidupan di muka bumi dan alam semesta."

Seperti yang lainnya, Him Chan menatap dengan khusyuk namja blasteran luar biasa tampan yang tengah berdiri di podium panggung. Dia masih muda, mungkin beberapa belasan tahun darinya. Tapi, dari cara namja itu berbicara serta perawakannya, seolah ia adalah seseorang yang mlewati paruh baya dan telah mengecap apa itu asam-garam kehidupan.

"Kim Da Hyun."

Him Chan terlonjak kaget mendengar nama saudari kembarnya dipanggil. Oh, ini sudah waktunya,'kah? Saat penentuan? Dan sejak kapan sosok tegap Kevin Lee tidak lagi berdiri di podium? Sekarang podium berganti sebuah meja pualam panjang yang di atasnya terdapat empat cawan yang juga terbuat dari batu pualam. Setiap cawan berisi elemen-elemen yang mewakili keempat faksi.

Da Hyun dengan anggun berjalan menaiki podium panggung. Senyuman lembut tertarik di bibir merahnya. Sikap yang akan semua orang duga dari anak-anak Senator Kim yang cantik dan ternama.

"Silahkan tentukan pilihanmu. Pilihlah dengan bijaksana, Kim Da Hyun." Namja dalam balutan setelan jas serta kacamata hitam di ujung meja berkata, menyerahkan sebilah pisau ke arah Da Hyun.

Tanpa ragu yeoja manis yang disodori pisau mengambil benda tajam tersebut. Kemudian dengan ayunan pelan ia menorehkan luka memanjang di telapak tangan kirinya. Da Hyun hanya meringis pelan saat tangannya yang terluka ia bawa ke dalam genggaman erat, membuat rembesan cairan amber kental menetes ke atas salah satu cawan berisi air jernih; Faksi Aqua.

"Darah melambangkan kehidupan. Penyatuan darah dan elemen ini menandakan bahwa kalian akan berbakti seumur hidup kepada faksi yang menjadi pilihan kalian. Selamat atas pilihanmu, Kim Da Hyun. Aqua."

Si Pria bersetelan hitam mengumumkan melalui pengeras suara, yang langsung disambut tepukan tangan oleh semua penghuni aula. Begitupula dengan Him Chan. Dia juga bertepuk tangan sembari melemparkan senyum riang ke arah podium, menatap lembut Sang Saudari Kembar yang juga balas menatapnya sama.

Ada perasaan sedih sekaligus asing menghinggapi Him Chan. Faksi di atas keluarga. Itulah semboyan yang selalu didengungkan oleh pemerintah. Mulai dari sekarang Da Hyun dan dirinya tidak akan mudah untuk bertemu. Padahal, mereka tidak pernah sekalipun terpisahkan sebelumnya.

"Kim Him Chan."

Glup~

Gilirannya.

Kenapa namanya harus dipanggil secepat itu, eoh?!

Menarik nafas panjang, Him Chan bangkit dari duduknya. Perlahan namun pasti kakinya yang jenjang menapaki anak tangga panggung. Dari luar namja cantik itu mungkin terlihat tenang, namun di dalam,

Deg, deg, deg, deg...

... jantungnya berdebar kacau tak menentu.

Apa yang akan terjadi setelah ini? Faksi apa yang harus dipilihnya? Haruskah dia memilih Ozon? Tapi... bagaimana kalau nanti sesuatu terjadi dan dia melibatkan Umma-nya dalam bahaya?

DEG.

Umma-nya!

Tidak. Him Chan tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada Hee Chul. Terlebih, Hee Chul adalah anggota dewan senat yang disegani. Jika nantinya hal buruk—entah apa itu sebenarnya—benar-benar terjadi, Him Chan akan memastikan kalau dia tidak berada di sekitar Umma-nya.

"Kim-ssi? Apa anda siap?"

Namja cantik yang ditegur menatap bimbang pisau yang dipersembahkan padanya, hanya untuk mengabaikan benda itu sejenak untuk menatap ke arah Hee Chul di kursi podium.

Umma-nya terlihat cemas. Wae? Apakah Hee Chul bisa menebak pikiran Him Chan saat ini? Apakah dia tahu kalau Him Chan akan... mengambil keputusan yang tidak diinginkannya?

"Ne, aku siap."

Apa boleh buat. Dirinya bukanlah pada posisi dimana ia bisa memilih.

"Tentukan pilihanmu, Kim Him Chan."

Menetapkan hati, Him Chan meraih pisau yang terulur padanya. Lalu tanpa ragu ia mengarahkan mata pisau ke telapak tangan, menorehkan luka horizontal memanjang di permukaan lembut tersebut. Namun alih-alih meneteskan darahnya begitu saja ke salah satu cawan, Si Cantik menangkup tangan tersebut menghadap ke atas, meremasnya kuat hingga ia sendiri dapat merasakan sengatan kukunya menekan keras bekas luka yang menganga di sana.

Ada tiga cawan; tiga Faksi.

Jika dirinya akan terlibat dalam masalah besar, maka... akan lebih bijaksana jika dia memiliki kesiapan untuk menghadapinya.

Cess~

Suara cairan terpanggang api seketika mendesis ke sepenjuru aula...

"Kim Him Chan. Flames!"

... disusul oleh pengumuman lantang dari Si Namja bersetelan hitam.

TBC

NB: Bagi BABYz yg berminat, ikuti project donasix Babyz wat BAP TOWN SCHOOL^^ Liat keterangan lengkapx d Twitter: BABYs_DAY_OUT / Line: BABY4BAP HIDUP BANGHIM! BANGHIM! BANGHIM! BANGHIIIIIIIIIIIIMMM!\(=^0)/\(0^=)/*tereak pke toa sekalian demo. Sial, harga pda naik!-3-*