[High School Love On]

Cast:

Kim Seok Jin (Design, kelas 3)

Min Yoongi (Musik, kelas 2)

Jung Hoseok (Dance, kelas 2)

Kim Namjoon (Musik, kelas 2)

Park Jimin (Dance, kelas 1)

Kim Taehyung (Design, kelas 1)

Jeon Jungkook (Drama, kelas 1)

Other cast. Got7

Genre: Romance, High School AU, Slice of Life.

Warning! Typo(s), OOC, BoysLove, DLDR

© Red Casper

.

.


Satu.

.

Pukul sepuluh pagi Hitman Bang for Art High School sudah ramai. Celotehan tentang berbagai hal menggema di udara, suara tawa dan berbagai cerita terdengar hingga ke sudut-sudut gedung sekolah yang besar. Wajar saja hari itu adalah hari acara penerimaan siswa baru dan hari pertama masuk sekolah bagi semua siswa sekolah seni itu. Keempat jurusannya masing-masing telah mempersembahkan satu pertunjukan terbaik untuk membuat para siswa baru mengenal jurusan mereka; Musik, Dance, Drama, dan Design.

Sebagian besar pembicaraan diantara para siswa baru sekarang ini adalah tentang pertunjukan mengagumkan itu. Mereka memuji bangga penampilan jurusan masing-masing juga mengomentari penampilan jurusan lain.

Sedangkan bagi para senior, pemilihan kelas dan mata pelajaran lebih penting dari pada pertunjukan –mereka sudah banyak melihat pertunjukkan. Semua sedang sibuk dan bingung memilih kelas, bahkan beberapa orang terdengar berdebat. Seperti yang terjadi di salah satu ruang kelas jurusan dance.

"Menurutmu aku harus ambil kelas vocal atau gak?"

Park Jimin yang tidak sengaja terlibat dalam perdebatan itu mengalihkan pandangannya ke kanan, pada senior jurusan musik yang kini sedang berunding dengan sahabatnya dari jurusan dance.

"Gak usah. Kau jadi composer saja, gak usah nyanyi."

Jimin menoleh ke kiri, pada senior kelas dance yang bersikeras bahwa sahabatnya memang tidak cocok jadi penyanyi.

"Tapi Jung Hoseok, aku mau mencoba jadi rapper, itu berarti aku harus ambil kelas vocal kan?"

Jimin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menatap ingin tahu kearah senior kelas dance tentang pendapatnya mengenai keinginan sang sahabat. Jung Hoseok hanya asik menyeruput jus peach tanpa mempedulikan sahabatnya yang sedang bingung.

"Kim Namjoon, kenapa harus bertanya padaku kalau memang ingin ambil kelas vocal? Kau enggak sedang bertanya pendapatku, kau sedang mencari dukungan."

Jimin melihat Namjoon menghela nafas berat lalu mengangkat tangannya ke atas dengan dramatis, "Aku memang meminta dukunganmu, tapi aku juga minta pendapatmu."

Sedangkan Hoseok mengangkat bahunya tak peduli, "Kalau kau minta dukunganku, aku akan mendukungmu. Tapi kalau kau minta pendapatku, kau gak cocok jadi penyanyi."

"Aku gak mau nyanyi, Jung Hoseok. Aku mau jadi rapper!"

Park Jimin akhirnya jengah dengan perdebatan tidak penting ini. Jadi dia menggeser laptop di depan Namjoon tanpa izin, membuka halaman daftar kelas milik siswa Kim Namjoon dan memilih kelas vocal sebagai salah satu kelas yang akan diambilnya di awal tahun kelas dua.

Setelah laptop itu mengeluarkan bunyi Ting yang di sertai pemberitahuan bahwa siswa Kim Namjoon telah menambahkan satu kelas lagi ke dalam daftar mata pelajarannya, mereka bertiga terdiam. Hoseok menatap laptop itu ingin tahu, Namjoon menatap Jimin bengong, sedangkan Jimin mengedipkan matanya satu kali pada Namjoon dan Hoseok dengan tatapan yang seakan berkata masalah selesai. Jadi diamlah kalian berdua.

Namjoon tak tahu apakah dia harus kesal atau malah berterima kasih pada Jimin. Siswa laki-laki kelas dua jurusan musik itu menjilat bibirnya cepat lalu bertanya dengan suara pelan, "Siapa kau?"

Tersadar, Jimin dan Hoseok sama-sama menggumamkan Ah lalu Jimin berdiri dan memberikan bow hormat satu kali.

"Halo Sunbaenim, namaku Park Jimin–"

" –Dia juniorku di jurusan dance, kelas satu." Hoseok menyambung, membuat Jimin tersenyum lebar membenarkan sebelum akhirnya duduk kembali, "Kami sedang bicara tentang kelas ballet, sebelum kau datang kesini dan menganggu dengan masalah kelas vocalmu itu."

Namjoon mengangguk mengerti, mengambil jus milik Hoseok lalu meminumnya sedikit, "Siswa baru ya?" Jimin mengangguk, "Bagaimana acara penerimaannya? Menyenangkan?"

Jimin menjawab, "Ne!" dengan keras membuat Namjoon bahkan Hoseok tertawa. Lucu sekali anak ini, begitu pikir mereka.

"Ada pertunjukan orchestra, break dance, drama dan fashion show. Keren sekali, aku jadi tidak sabar untuk mulai sekolah." Jimin memberi tahu, matanya berkilat antusias, "Orchestranya paling keren." Dia menambahkan.

Namjoon mengangguk bangga, begitu juga Hoseok.

"Yoongi yang jadi kondekturnya. Wajar saja sih." Kata Hoseok.

Namjoon menggeleng pada dirinya sendiri, "Aku menyesal gak ikut nonton." Dia kemudian menyadari sesuatu dan langsung menatap sahabatnya, "Kau gak ikut Mark dance crew? Kau kan sudah direkrut."

Jimin sepertinya penasaran dengan pertanyaan Namjoon jadi dia menatap Hoseok, menunggu jawaban. Dia memang sudah mendengar tentang Jung Hoseok yang menjadi salah satu siswa menonjol di jurusan dance karena bakatnya dalam menari. Dia heran karena tidak menemukan Jung Hoseok di antara anggota dance crew yang tampil saat acara penerimaan, padahal dance crew itu memperkenalkan diri sebagai dance crew paling terkenal di sekolah.

Hoseok tertawa pelan sebagai jawaban, "Aku dan Mark punya gaya yang berbeda. Aku gak ikut dance crew mereka. Aku mau buat dance crew sendiri, jadi aku mulai mencari anggota." Dia menyorongkan tangannya untuk menghadap Jimin dengan kening naik turun, "Kau mau ikut?"

Jimin menarik nafas dengan mulut terbuka, terkejut, "Sunbaenim merekrutku?"

"Yeah, begitulah." Hoseok menggosok pelipisnya sambil pura-pura berpikir, "Sebenarnya aku membantu Yunho saem memilih video untuk seleksi jurusan, jadi aku sudah melihat videomu. Walaupun ada beberapa gerakan yang gak sempurna, aku rasa kau akan jadi dancer hebat kalau sudah masuk sekolah. Mau jadi anggotaku?"

"MAU, SUNBAENIM!"

Tak usah ditanya dua kali, Jimin langsung meneriakkan jawabannya. Dan sekali lagi, Hoseok dan Namjoon hanya bisa menertawakan respon lucu junior mereka itu.

"Ah, ngomong-ngomong," Hoseok mengedipkan mata kanannya pada Jimin, "Nim ja ppae! Kau boleh memanggilku sunbae saja, atau hyung kalau kau gak canggung."

Jimin semakin sumringah seraya mengangguk bersemangat, "Baiklah, sunbae." Katanya membuat Hoseok mengangkat jempol.

Jimin tidak punya teman di jurusan dance, dan sama sekali tidak menyangka akan langsung dekat dengan salah satu senior terkenal di hari pertama masuk sekolah. Untung saja tadi dia memberanikan diri bertanya tentang kelas ballet pada seniornya ini.

.

Park Jimin berjalan dengan hati senang, dia benar-benar sudah tidak sabar untuk mulai sekolah lusa. Karena ini hari pertama, para siswa baru masih diberi hari bebas untuk memilih kelas dan mata pelajaran serta mengenal sekolah mereka selama dua hari. Jimin sudah selesai menandai kelas-kelas dan mata pelajaran yang akan diambilnya di awal tahun bersekolah di sekolah seni ini, terlalu bersemangat hingga ia lupa bahwa siswa kelas satu hanya boleh mengambil dua belas mata pelajaran termasuk mata pelajaran umum.

Dia terlalu senang karena menjadi anggota pertama dance crew yang akan dibentuk oleh seniornya, Jung Hoseok, bahkan sebelum sekolah dimulai. Jadi ia melantunkan beberapa nada yang berupa campuran dari beberapa lagu, melangkah riang kearah jurusan design.

"Yah, Kim Taehyung!" Jimin mengangkat tangan saat melihat sahabat sejak kecilnya berdiri di depan sebuah ruangan bersama beberapa siswa lain.

Taehyung melambaikan tangan, menyuruhnya mendekat sebelum akhirnya bicara lagi pada teman-temannya.

Jimin menyelip di antara orang-orang itu dengan hati-hati, mendekati sahabatnya. Mendengar ternyata mereka sedang membicarakan sesuatu tentang fashion show.

Kim Taehyung mengambil jurusan fashion design.

"Kenalkan, sahabatku Park Jimin." Kata Taehyung setelah pembicaraan mereka selesai. Jimin tersenyum pada mereka semua, "Jimin, ini teman-temanku dari jurusan design; Jinyoung, Jihoon, Khun." Ketiga orang yang namanya disebut tersenyum pada Jimin sambil mengangkat tangan untuk berkata halo, "Dan dari jurusan dance, Yugyeom."

"Oh! Aku dance juga." Kata Jimin pada siswa laki-laki tinggi yang bernama Yugyeom itu. Mereka berdua menggumam huwooo pada satu sama lain kemudian melakukan high five.

"Ah, ini dia datang," Taehyung menatap seseorang yang menghampiri mereka dengan wajah datar tanpa ekspresi. Dia seorang siswa laki-laki dengan rambut hitam kelam,

"Dari mana saja?" Taehyung langsung bertanya ketika laki-laki itu tiba di hadapannya. Teman-teman yang lain juga sepertinya punya pertanyaan yang sama.

"Aku menemui Yoongi hyung dulu. Maaf." Katanya dengan senyum tidak enak, "Kalian sudah selesai?"

"Ya. Kita akan berkumpul lagi setelah aku memastikan pada Jin hyung tentang ruangan yang bisa kita pakai." Taehyung bergerak mengambil ponselnya lalu memberikannya pada laki-laki itu, "Aku akan menghubungi kalian –aku sudah punya nomor teman-teman lain, kecuali milikmu."

Laki-laki itu mengangguk, dan ketika dia mengetikkan nomornya di ponsel, Taehyung menyadari Jimin terdiam di sampingnya.

"Ah, Jimin-ah. Yang ini dari jurusan drama, Jeon Jungkook."

Tidak seperti responnya pada teman-teman Taehyung yang lain, Jimin langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Jimin, Park Jimin." Katanya dengan cengiran lebar yang membuat matanya hampir tertutup sempurna.

Jungkook mematai tangan yang terulur itu. Dia mengembalikan ponsel Taehyung kemudian menjabat tangan Jimin dan melepasnya dengan cepat.

"Jeon Jungkook."

.

"Aku menyukaimu, Jeon Jungkook!"

.

.


"What the hell, Park Jimin. Kau memalukan!" Taehyung duduk di salah satu bangku besi kantin sambil meniup-niup kuah ramen yang panas sebelum memasukkannya ke dalam mulut.

Setelah kejadian di depan jurusan design dengan Jeon Jungkook, Taehyung langsung tertawa keras-keras, minta maaf pada Jungkook yang keningnya langsung mengerut tidak suka, kemudian membawa Jimin kabur ke kantin. Taehyung tahu, Jungkook itu punya pesona yang begitu menjerat; lihat saja rambut hitam kelamnya yang begitu indah, juga senyumnya yang manis, dan gigi kelinci yang membuatnya terlihat menggemaskan. Tapi hanya dengan sekali lihat, Taehyung juga langsung tahu bahwa Jungkook bukanlah seseorang yang bisa di dekati begitu saja. Dia dingin, tertutup, dan tidak menyukai orang dengan mudah. Jungkook punya dinding tak kasat mata yang membatasinya dengan orang-orang.

"Itu refleks." Sahut Jimin membela diri. Dia tersenyum membayangkan kerutan di kening Jungkook yang menurutnya manis sekali, "Senyumnya tadi membuatku mengatakan itu. Jeon Jungkook itu lebih indah dari lukisan milik Picasso, gerakan tangannya bahkan lebih mengagumkan dari koreografi Nearly Ninety milik Cunningham. Dan dia lebih cantik dari bunga manapun, dia seperti mawar hitam. Misterius dan –" Jimin mencari kata yang tepat untuk mendeskripsikan seorang Jeon jungkook, namun hanya menemukan satu kata saja, "–Indah."

Taehyung menggeleng kasihan pada sahabatnya, "Sudah gila." Makinya pelan sebelum akhirnya berkata dengan dramatis, "Dengarkan aku, sahabatku. Jeon Jungkook adalah tipe orang yang gak akan menyukaimu. Menyerah saja, untuk kebaikanmu."

Jimin mendecakkan lidah tersinggung, "Kau harusnya mendukung sahabatmu ini. Sepanjang hidupku, baru kali ini aku jatuh cinta pada pandangan pertama–"

"Halah…" Taehyung menyela, "Buka matamu dulu saat tertawa, baru jatuh cinta.!"

"Sialan kau Kim Taehyung," Jimin merampas mangkuk ramen milik Taehyung, lalu mulai menghabiskan makanan itu.

Taehyung mendengus sambil menegus air putihnya, "Aku serius, Park. Jungkook gak akan menyukaimu, baru pertama bertemu saja kau sudah membuatnya gak nyaman."

"Kalau begitu bantu aku supaya dia menyukaiku. Kalian kan akan ikut–," Jimin mendongak dari mangkuk ramen, "Omong-omong, kalian berkumpul untuk apa sih?"

"Ah…" Taehyung melipat tangannya di meja, "Jin sunbae menyuruh kami membuat kru fashion design untuk anak kelas satu, katanya itu kegiatan wajib untuk setiap angkatan–"

"Tapi ada siswa jurusan lain juga." Potong Jimin.

Taehyung memukuli kepala Jimin pelan, "Makanya dengarkan. Kami akan menyumbangkan satu baju untuk fashion show sekolah tahun depan sebagai ujian kenaikan kelas. Yugyeom dan Jungkook itu model kami."

"Kenapa kau gak menjadikanku modelmu?" Jimin mengerutkan hidungnya, merajuk, "Dengan begitu kan aku bisa dekat dengan Jungkook."

Taehyung menatap sahabatnya dengan kening terangkat, menghina. "Kau pendek." Ujarnya lugas.

Jimin mengeluarkan suara aneh dari tenggorokan, seperti tersedak dan menggeram di saat yang bersamaan. Dia ingin memaki Taehyung karena selalu saja mengatai tinggi badannya. Namun bertengkar dengan Taehyung soal tinggi badan adalah sia-sia, karena Jimin tidak bisa mengelak bahwa dirinya memang…. Huh… pendek.

Jimin akhirnya hanya bisa menghela napas panjang lalu bertanya,"Dan Jin sunbae itu siapa?"

"Senior kelas tiga. Dia yang paling terkenal di jurusan kami karena salah satu tas tangan rancangannya sudah dipakai beberapa artis kita. London collage of Fashion bahkan sudah mengiriminya undangan beasiswa." Jawab Taehyung menjelaskan, sepertinya tak memperhatikan bahwa Jimin sedang kesal karena dikatai pendek. Taehyung tak peduli, toh mereka sudah biasa saling mengejek sejak smp.

Jimin menjawab dengan gumaman, hmmm.

"Dan soal Jeon Jungkook," Taehyung menatap Jimin serius, "Aku gak bisa membantumu karena gak ada siapapun yang bisa dekat dengannya, kecuali satu orang; Min Yoongi. Jungkook mau jadi model kami karena Yoongi sunbaenim yang menyuruhnya. Kalau kau mau dekat dengan Jungkook, kau harus dekat dengan Yoongi sunbaenim dulu."

"Yoongi sunbaenim yang kondektur orchestra waktu acara penerimaan siswa baru itu? Senior jurusan musik kan?" Tanya Jimin antusias. Dia mengingat seorang siswa laki-laki berkulit pucat dengan rambut warna mint yang memakai jas hitam, berdiri di depan sekumpulan siswa yang memegang alat musik, memimpin mereka untuk memainkan nada-nada yang telah ia tentukan. Jimin ingat Namjoon dan Hoseok juga sempat menyebutkan namanya tadi.

Taehyung mengangguk, mematai sahabatnya yang mulai tersenyum aneh. Taehyung tahu Jimin sedang memikirkan cara mendekati Yoongi. Dia kenal Jimin sejak mereka masih belum bisa berjalan, jadi dia tahu Jimin akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang ia mau.

Taehyung menghela nafas berat lalu berkata, "Sebagai informasi, aku dengar Jungkook dan Yoongi sunbaenim itu pacaran."

Seketika itu juga, senyum Park Jimin memudar. Dia menatap Taehyung kecewa, "What?"

.

.

.

.


Seok Jin Kim. Nama itu milik siswa kelas tiga jurusan design yang sekarang sedang berjalan tergesa di koridor sunyi lantai tiga menuju ruang guru. Dia ingin bertemu dengan Mr. Kwon Jiyoung, salah satu guru perancang, mereka akan membicarakan pembentukan kru fashion design untuk kelas satu.

"Kau sudah datang, Jin?" Jiyoung tersenyum sambil mendorong kursinya, menghadap Jin yang berdiri di depan pintu, "Kau sudah membawa daftar krunya?"

Jin duduk di kursi di depan Jiyoung sambil memberikan sebuah map warna pink berisi beberapa lembar kertas yang bertuliskan nama-nama siswa jurusan design kelas satu, "Sudah, saem. Ini dia."

Jiyoung menerimanya sambil mengangguk bangga, dia tahu dia selalu bisa mengandalkan siswa kesayangannya ini walaupun dengan begitu, dia akan menapat teguran lagi dari kepala sekolah karena membebankan tugasnya pada orang lain. Ya, memang. Tugas mendata pembentukan kru fashion design untuk kelas satu harusnya menjadi tugas Jiyoung, tapi lelaki itu memilih meminta bantuan Jin.

"Apa ini menganggu pekerjaanmu, Jin?" tanya Jiyoung tidak enak hati. Dia memang sudah merepotkan Jin dengan banyak pekerjaan sejak kelas dua. Jiyoung tidak bisa meminta orang lain, dia begitu percaya pada siswanya ini.

Jin hanya tertawa menanggapi, "Tentu tidak, saem. Ini malah menyenangkan karena aku bisa berkenalan dengan junior."

Jiyoung tertawa, "Baguslah."

Saat itu pintu ruang guru terbuka dan Jiyoung sumringah melihat siapa yang berdiri disana, "Kau sudah datang? Kesini."

Entah mengapa Jin merasa perasaannya tidak enak. Seperti moodnya seharian ini akan kacau gara-gara laki-laki yang berdiri di belakangnya ini.

Dan sepertinya memang begitu.

Jin mendesis tidak suka saat Mr. Jiyoung berkata, "Duduklah, Namjoon haksaeng. Aku ingin bicara denganmu."

Jin dan Namjoon masing-masing membuang nafas berat, saling menatap dari ekor mata dengan pandangan menghina. Namjoon duduk tepat di sebelah Jin, refleks menarik kursinya sedikit menjauh. Jin tidak peduli, dia memilih melipat tangan di dada sambil menatap lurus kedepan, bahkan tak mengizinkan ekor matanya melirik lelaki di sebelahnya untuk kedua kali. Dia tak akan sudi jika harinya akan berantakan gara-gara bertemu denganya. Kim Namjoon selalu menjadi mood breakernya.

Namjoon melakukan hal yang sama. Melihat pakaian Jin saja sudah membuatnya hampir muntah. Bagaimana bisa seorang laki-laki mengenakan kemeja pink yang feminin seperti itu? atau lihat saja wajahnya yang di poles make up. Namjoon mendecih. Dia sangat sangat luar biasa tidak menyukai siswa jurusan design, terutama Jin Kim.

Namjoon tidak menyukai bagaimana siswa jurusan design dengan seenak jidat mengubah-ngubah model seragam sekolah mereka, bahkan ada beberapa –ah, banyak yang tidak mengenakan seragam lagi, memilih kemeja dan celana semau mereka untuk datang ke sekolah. Mereka juga mengenakan topi fedora atau bando bulu, atau high heels untuk anak perempuan. Apalagi mereka satu-satunya jurusan dimana siswa laki-lakinya mengenakan make up di sekolah. Namjoon tidak menyukai Jin karena laki-laki itu merupakan pelopor perubahan aneh di jurusan itu; sejak kelas satu, dia yang lebih dulu datang dengan bibir pink samar karena dipoles lipgloss, dia juga yang tiba-tiba masuk kelas dengan seragam sekolah yang dirancangnya sendiri, dia juga siswa pertama yang memakai topi fedora saat upacara resmi ulang tahun sekolah. Guru-guru tak melarangnya sedikitpun, bahkan menyarankan siswa lain untuk lebih berkreasi dengan pakaian mereka, seperti Jin Kim.

Dan Jin tidak menyukai Namjoon karena lelaki tinggi jurusan musik itu datang meneriakkan semua ketidak sukaannya di depan wajah Jin. Laki-laki sombong tidak punya perasaan. Begitu imej Namjoon dimatanya.

Jiyoung sepertinya tak memperhatikan kedua siswanya ini. Dia sibuk mengatur kertas-kertas berantakan di atas mejanya, menaruhnya dalam file-file, menyisakan file pembentukan kru fashion design kelas satu lalu melipat tangan di atasnnya.

"Namjoon haksaeng," Katanya sambil nyengir "Aku memanggilmu karena ingin minta bantuan."

Namjoon mengangguk, menunggu Jiyoung mengungkapkan jenis bantuan apa yang diminta sang guru darinya. Tapi gurunya itu malah menatap Jin dan bicara padanya.

"Jin, aku sudah bilang kan akan mencarikan model untukmu?"

"Model?" Jin mengangguk samar. Dia memang meminta Jiyoung untuk mencarikan model untuk fashion show semester depan. Dia butuh seorang laki-laki tinggi dengan badan tegap, memiliki bahu yang lebar dan kaki yang jenjang untuk rancangan setelan jas pengantin. Ya. Tema untuk fashion show semester depan adalah Wedding show. Jin sudah menemukan model untuk pengantin wanita, dan meminta Jiyoung mencarikannya model pengantin pria.

Jiyoung tersenyum lagi, melirik kedua siswa di depannya, "Namjoon, aku minta kau menjadi model untuk Jin."

"WHAT?"

"WHAT THE–"

Jiyoung sedikit terperanjat. Matanya melebar terkejut karena respon kedua siswanya ini; Jin dan Namjoon sama-sama menatap gurunya tak percaya, lalu mulai melirik ada satu sama lain kemudian mendecih. Menggumamkan aku gak sudi, juga kenapa harus aku.

"Kenapa?" tanya sang guru bingung, "Namjoon, kau tidak ambil kelas Orchestra kan tahun ini? jadi kau punya banyak waktu."

Namjoon menggeleng tidak enak pada Jiyoung, "Tapi saem, aku mengambil kelas vocal–"

"–Kelas vocal tidak memiliki banyak jadwal seperti kelas orchestra. Tetap saja waktu luangmu banyak," Jiyoung bersikeras membuat Namjoon hanya bisa menghela nafas berat. Guru itu berpaling pada Jin, "Aku sudah mencarikanmu model, Jin, dan kau menolaknya?"

Jin menggigit bibir, merasa tidak enak karena kata-kata gurunya ini. Memang Jin sangat percaya pada Jiyoung soal pencarian model, gurunya itu sangat pemilih dan hati-hati. Tapi dari ratusan siswa di dalam sini, kenapa harus Namjoon yang dipilihnya?

"Lihat Namjoon." Kata Jiyoung keras, "Tubuhnya proposional, walau wajahnya memang gak mendukung–"

Namjoon mengangkat wajah, menatap gurunya seperti ingin memakan laki-laki itu hidup-hidup. Baiklah, memang Namjoon tidak setampan siswa-siswa yang sering dijadikan model oleh jurusan design, tapi semua orang tahu tak ada yang bisa menciptakan lagu sebaik dirinya. Namjoon tahu kemampuannya dan sangat membanggakan itu. Dia juga tak ingin menjadi model, apalagi itu model untuk Jin. Jiyoung sendiri yang memilihnya, lalu kenapa sekarang malah mempermasalahkan wajahnya? Namjoon mendecih sebal.

"Tapi kau bisa melihat karismanya; Tubuhnya bagus, tingginya sesuai, bahunya oke. Apalagi? Iya kan?"

Namjoon merasakan sebalnya menguap entah kemana. Dia berdehem sambil menggosok hidung dengan jari telunjuk, berusaha membuat ekspresi yang membuat Jin setuju bahwa dirinya berkarisma.

Jin melirik jijik pada Namjoon yang sedang menopang wajahnya di atas punggung tangan, berusaha berpose. Tapi Jin malah melihatnya seperti orang bodoh.

"Tapi saem–"

"Kau menolak pilihanku, Kim Seokjin?" Jiyoung mengeraskan suaranya tidak senang. Dan hal itu membuat Jin benar-benar tak bisa bersuara lagi, apalagi guru kesayangannya itu sudah memanggilnya dengan nama Korea-nya.

"Tidak, saem. Aku menerimanya." Desah Jin akhirnya.

"Tunggu dulu." Namjoon bersuara, "Tapi aku tidak bilang akan setuju."

"Oh! Kau tidak setuju?" Jiyoung menunjuk Namjoon dengan tatapan mengancam, "Kau ingin aku bilang pada ketua jurusanmu bahwa dua minggu lalu kau yang merusak speaker di ruang musik lantai satu?"

"Apa?" Namjoon tiba-tiba menggeliat gelisah di kursinya, "Itu tidak sengaja!" cicitnya.

Jiyoung meniup-niup kukunya, tampak tidak peduli pada alasan itu, "Mereka hanya tahu speaker itu rusak karena sudah tua, tidak tahu menahu bahwa salah satu siswa kebanggaan mereka ternyata sangat ceroboh hingga merusak speaker itu dengan tangan ajaibnya. Kalau aku mengadu, kurasa kau akan mendapat larangan untuk memakai ruangan itu lagi, jadi–"

"Baiklah!" Namjoon berteriak sambil meraih tangan Jiyoung, menggenggamnya erat dengan tatapan memohon, "Baiklah. Hanya jadi model kan? aku mau. Aku butuh sekali ruangan itu, saem. Jangan adukan aku."

Jiyoung tersenyum puas, membalas pegangan Namjoon di tangannya, "Kalau begitu kita deal?" Namjoon mengangguk mantap. Ruangan musik itu lebih berharga baginya dari pada ketidaksukaannya pada Jin.

Jiyoung bertepuk tangan pelan lalu menatap kedua siswanya yang kini sama-sama menggaruk kepala masing-masing, "Kalau begitu, kurasa Jin akan mulai mengukur?"

"Setelah sekolah dimulai. Aku harus rapat dengan anggota yang lain dulu, baru mulai pengukuran." Kata Jin sambil setengah hati menyerahkan ponselnya pada Namjoon, "Nomor telponmu, tolong."

Namjoon melirik Jiyoung sebentar, lalu mulai mengetikkan nomornya di ponsel itu.

"Aku akan menghubungimu." Kata Jin pelan setelah ponsel itu sudah kembali ke tangannya dengan kontak baru bertuliskan Kim Namjoon. Dia memberikan Jiyoung bow rendah sebelum akhirnya berpamitan dan keluar dari ruangan.

Sudah dipastikan, hari-hari Jin akan berantakan.

.

.

Jungkook suka ketenangan. Dia suka ketika pikirannya tidak terganggu dengan suara-suara dunia yang memekakkan. Dia suka musik klasik yang mengalun perlahan dari gramofon tua. Dia suka bau dedaunan kering atau rumput basah. Dia suka bau roti dan kopi hangat. Dan dia suka Min Yoongi; satu-satunya orang menyukai semua yang disukainya.

Saat mereka bersama, hanya ada ketenangan dan ketenangan.

Seperti hari ini, mereka duduk bersama di salah satu ruang musik yang enam bulan ini sudah paten menjadi studio milik Min Yoongi selama bersekolah di Hitman Bang for Art High School. Yoongi, si senior kelas musik yang terkenal duduk sambil membaca majalah sekolah sedangkan Jungkook bersandar di sofa sambil meneguk susu pisang botol. Tak ada yang bicara, suara dentingan piano dari speaker kecil d atas meja yang melantunkan salah satu lagu milik Yiruma mendominasi ruangan itu. Mereka hanya sesekali saling melirik, menatap lama, lalu tersenyum pada satu sama lain.

Mungkin bagi orang lain ini membosankan, tetapi inilah hidup bagi dua orang ini. mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menikmati musik, minum kopi, atau sekedar duduk dalam diam.

"Jin hyung bilang kau sudah setuju jadi model untuk juniornya." Yoongi membuka suara di menit ke empat puluh tujuh saling berdiam diri, mematikan lagu lain dari Beethoven di laptopnya lalu duduk di samping Jungkook.

"Karena hyung yang minta." Jawab Jungkook sekenanya, menyenderkan kepala di bahu Yoongi.

"Well, aku bilang itu akan bagus untukmu. Kau boleh menolak kalau kau gak suka."

Jungkook tertawa pelan. Satu hal lagi yang Jungkook suka dari Yoongi, dia selalu memikirkan Jungkook dan semua kenyamanannya, "It's okay. Ini pertama kalinya hyung memintaku ikut kegiatan. Lagipula aku hanya jadi model, gak banyak yang harus dipikirkan."

Yoongi mengagguk sambil membelai rambut hitam Jungkook, "Baguslah. Kau bisa punya teman."

"Aku gak butuh teman, aku membutuhkanmu."

Gumaman pelan Jungkook membuat Yoongi menghela nafas berat. Dia menyayangi Jungkook, tapi dia tak ingin anak itu terlalu bergantung padanya. Namun Yoongi tidak pernah bisa berbuat apa-apa. Jadi yang Yoongi lakukan selanjutnya hanya mengusap rambut Jungkook lagi.

"Hyung, kau tahu.." Yoongi kaget karena Jungkook duduk tegap tiba-tiba, menatapnya dengan raut kesal, "Tadi ada orang yang merayuku."

Yoongi mengangkat alis, "Bagus. Siapa dia?"

"Bagus?" mata Jungkook memincing jijik, "Gak bagus, hyung. Dia sok tahu, menyebalkan, dan suka tersenyum kayak orang bodoh. Kami baru saja berkenalan dan dia langsung bilang kalau dia menyukaiku. Cih."

"Hey…" Yoongi meraih tangan Jungkook untuk digenggamnya erat, "Belajarlah membuka diri. Kau akan bertemu teman-teman yang lain saat sekolah dimulai, apalagi sekarang kau berada di jurusan yang beda denganku, dan termasuk model kru fashion anank design. Jangan menjaga jarak, jangan berprasangka pada teman-temanmu–"

" –Aku punya kau, hyung."

"Aku enggak bisa terus-terusan menjagamu, kau sudah SMA dan aku akan punya banyak sekali tugas, aku mengambil beberapa kelas tahun ini." Yoongi bersandar di sofa, melepaskan pegangannya dari tangan Jungkook, "Lagipula, orang yang bilang menyukaimu itu suka tersenyum kan, berarti dia orang baik."

Jungkook cemberut mendengar kata-kata Yoongi. Dia sudah terbiasa bersama seniornya itu sejak kecil dan tidak suka saat-saat mereka terpisah seperti saat Min Yoongi lulus dan masuk SMA lebih dulu. Sekarang mereka sudah berada di sekolah yang sama lagi, walaupun di jurusan yang berbeda. Jungkook tahu, asal ada Yoongi di sekitarnya, dia tidak peduli pada orang lain.

Jungkook bersandar di lengan Yoongi manja "Orang baik apanya, senyumnya mesum."

Seketika tawa Yoongi pecah. Dia tergelak lama sekali membuat Jungkook yang menggerutu ikut tersenyum. "Benarkah? Siapa dia?"

"Namanya um –Park Jimin."

.

.

TBC

[]


A/N:

Ini high school AU dan aku mau membuat suasana yang bener-bener anak skolahan, yang jatuh cinta, yang ngerasain ciuman pertama, cium pipi, dan sebagainya. Yang bener-bener remaja (?) aku rindu anak-anak dulu yang kayak gini, polos pengen coba-coba pacaran, yang pegang tangan aja pake minta izin, yang jalan berdua aja takut ketahuan temen-temen, cinta pertamanya murni deg-degan ngeliatin doi lagi presentasi di depan kelas bukan karna badannya bagus.

Aku gatau anak-anak skolah lain gimana, tapi ini pandanganku tentang harusnya anak skolahan itu. Bukannya yang ngapdet sosmed pake foto lagi sama ayang di hotel. Srsly? Aku aja yang umur 22, canggung kalo ngomongin hotel sama pacar. Jangankan ngomongin nginep, ngomongin, "Menu breakfast disitu enak" aja takut. Wkwkwk. Eh, salah. Jangankan ngomongin hotel, pacar aja gak ada. Okesip. Hentikan semua ini.

Semoga kalian suka FF ini. Hehe.

Dan aku sebenernya bingung memulai FF ini dari mana, karena idenya mencar2 (?) gatau arah. Akhirnya malah bikin begini, gak terlalu to the point kah? Dan ini bahasanya pake bahasa novel terjemahan Percy Jackson. Kalo kalian pernah baca, you'll know what I mean.

I need your opinion. And review. Thank you.

Aku akan menjaga FF ini tetap bersih dan pure (?). Tapi kalo nanti aku mulai keluar garis (?) tolong beritahu. Terima kasih.

Oya. Kami, Yoon!top-team bikin grup di Line loh. Tempet nongkrong (?) anak-anak YoonMin shipper. Ada yang mau gabung?

.

Enjoy.

.

Deep bow, Red Casper