"Jongin..."

Suara petir yang menggelegar di luar sana membuat Baehyun sekali lagi berjengit ketakutan. Ia memejamkan matanya, mencoba menahan ketakutannya akan badai di luar sana. Tubuhnya sudah bergetar sejak tadi, membuatnya semakin memeluk tubuhnya sendiri yang sedang bersembunyi di pojok ruangan.

.

.

cha83 presents

a KaiBaek ficlet

"Losing You (Storm)"

.

.

Ia benci keadaannya sekarang. Ia benci akan ketakutannya sendiri terhadap badai. Hujan lebat, petir yang bersahut-sahutan; sungguh, Baekhyun merasa lebih baik mati daripada harus menghadapi badai sendirian.

Ia butuh Jongin. Ia butuh kekasihnya itu sekarang.

"Jongin, kumohon... Angkatlah..."

Namun lagi-lagi Baekhyun harus menelan kekecewaan saat panggilannya berakhir dengan suara operator. Jongin tidak menjawab panggilannya. Dimana dia sekarang? Mengapa dia tidak ada di saat Baekhyun benar-benar membutuhkannya?

Petir kembali menggelegar lebih keras, membuat Baekhyun memekik tertahan. Ia menyembunyikan wajahnya. Isakan tangis mulai mengisi ruangan kecil itu. Sungguh, ia sangat ketakutan sekarang.

Baekhyun kembali memencet nomor Jongin, berharap kali ini ada jawaban darinya.Detik demi detik berlalu, namun Jongin lagi-lagi tak kunjung menjawab. Dan kali ini, Baekhyun melemparkan ponselnya dengan kasar dan berteriak frustasi.

Teriakan paling memilukan yang pernah terdengar.

Ia menangis, ia terisak, ia menjerit tak tahan.

Baekhyun menangis karena badai. Baekhyun menangis karena Jongin tak juga datang. Baekhyun menangis karena frustasi.Baekhyun menangis karena kenyataan pahit yang harus ia terima.

Karena Jongin memang tak akan pernah datang lagi. Tak peduli sampai kapanpun ia menangis, berteriak, memohon. Jongin tak akan pernah pulang lagi.

Karena Jongin sudah pulang untuk selamanya.

"J-Jongin..." isak Baekhyun begitu sedih. "J-Jongin, kembalilah..."

Angin berhembus melalui celah jendela yang tertutup rapat, menerbangkan helaian rambut halus Baekhyun. Namun, bukan rasa dingin yang mengigit yang ia rasakan, Baekhyun justru merasa hangat dan damai.

Baekhyun merasakannya. Baekhyun tahu itu dia.

Kenyamanan yang mungkin tidak akan pernah ia dapatkan lagi. Kehangatan yang mungkin tidak akan pernah ia rasakan lagi. Karena badai telah mengambilnya pergi. Dan karena itu, Baekhyun membenci badai.

Baekhyun benci bagaimana badai telah mengambil setengah jiwanya pergi.

"Jongin..." bisik Baekhyun lirih dalam keadaannya yang sudah lebih tenang, walaupun isakan pilunya masih sesekali terdengar. "Aku merindukanmu, Jongin. Sangat..."

Hening. Hanya suara hujan deras yang mendominasi ruangan dan sesekali suara gemuruh terdengar.

Namun sayup-sayup, sebelum Baekhyun jatuh terlelap, ia dapat mendengar suara itu. Suara yang paling ia rindukan melebihi apapun.

"Aku juga merindukanmu, Baekhyun."

Dan setelah itu, Baekhyun terlelap dengan senyuman di bibir indahnya. Ya, ia tenang sekarang.

Karena ia tahu, Jongin akan selalu menjaganya. Dimanapun ia berada sekarang.

a/n: just an absurd ficlet to describe how's my feeling now.

dedicated to you. the one who's gone and leaving me questioning the whole time whether you're okay or not. imissyou.

at least, give me a clue. tell me to stop looking for you if it's what you want. it's better than being like this.

kumohon.

[200715-23.00]