Beginning of Memories

Yugi berjalan di kegelapan. Ia sama sekali tak bisa melihat apa-apa disekelilingnya.
"Di, dimana ini…?" gumam Yugi.
Tiba-tiba ia melihat sebuah sinar yang terang dari depannya. Makin lama, sinar itu semakin terang dan mendekatinya.

"… gi… Yugi…"
"Eh? Ka… kamu…? ATEM???"

Yugi berlari dan memeluk hangat sahabatnya itu. Atem-pun membalas pelukan Yugi dengan erat.
Yugi melepas pelukan mereka. Senyum Atem menghilang begitu ia menatap mata Yugi.
"Atem? Ada apa…?"
"Yugi, sudah saatnya kau tahu…"
"Tahu? Tahu apa?"
"Tanya Jii-chan… dia tahu semuanya… Kita semua… takdir… Masa lalu… Pharaoh yang hilang…"
"Apa? Atem! Aku tak bisa mendengarmu…! ATEEEEEEM…!!!"

Atem menjauh dan menghilang dalam kegelapan. Yugi berusaha meraihnya, tapi ia tak kunjung mendekat. Malah semakin menjauh…
"AAAAAAAAAAAATEEEEEEEEEEEEEEE…EEMMM…!!!!"

'KRIIIIIIING…'

"E… Eh… Hhh…" Yugi terbangun sambil berusaha mematikan wekernya. Tubuh dan piyama kini basah karena keringat. Ia terduduk disamping tempat tidurnya.
"Mimpi itu lagi…"
Yugi bangkit dari tempat tidurnya dan membuka jendela sehingga cahaya matahari masuk menerangi ruang kamarnya yang kecil. Kini pikirannya dipenuhi dengan mimpi yang selalu membayanginya itu. Berkali-kali Atem `mendatanginya`. Semakin lama , Yugi semakin penasaran dengan apa yang ingin Atem sampaikan padanya.

-

"Yugi, cepat mandi… sebentar lagi Anzu datang menjemputmu` kan?" Jii-chan membuka pintu dan memanggilnya sambil melongokkan kepala dari balik pintu kamar Yugi.
"Ah, iya Jii-chan…" Yugi bergegas mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi. Sugoroku berjalan meninggalkan pintu kamar Yugi.
Tiba-tiba Yugi teringat akan kata-kata Atem begitu memandangi punggung tua Jii-chan.

Tanya Jii-chan… ia tahu semuanya…

Sugoroku menyadari pandangan aneh cucunya.
"Ada apa…?"
"Eh, nggak ada apa-apa… aku mau mandi…" Yugi berjalan cepat menuju kamar mandi. Sugoroku hanya mengangkat bahu melihat tingkah Yugi yang agak aneh. Terutama ketika ia memandangi kakeknya.

---

"Ittekimasu…!"
"Ohayoo, Yu-chan!" sapa Anzu yang menunggunya di depan pintu.
"Yu-chan…?"
"Eh, aku ingin memanggilmu begitu… boleh` kan…?" Tanya Anzu agak tersipu.
"Yah… tak apa-apa sih…"
Mereka berdua berjalan meninggalkan Jii-chan yang tengah menyapu halaman toko-nya.

-

Selama perjalanan mereka ke sekolah, Anzu asyik mengoceh mengenai dancer faforitnya, sedangkan Yugi hanya terdiam sambil terus berpikir. Ia tak bias mendengarkan Anzu dengan baik.
"Ia hebat sekali! Aku selalu menontonnya kalau ia muncul di tivi…! Tadi malam ia… Yu-chan…? Ng… Kau tak apa-apa…?"

Yugi menghentikan langkahnya, Anzu ikut berhenti. Tiba-tiba Yugi memandangi Anzu, cewek itu jadi salah tingkah dan wajahnya memerah.
"A… ada apa?"
"Anzu… kau percaya tidak kalau seseorang ingin mengatakan sesuatu, ia mengatakannya lewat mimpi…?"
"E? Maksudmu seperti menyampaikan pesan…?" Yugi mengangguk.
"Yaa…h, begitulah…" Yugi melanjutkan langkahnya.
"Biar kutebak… kau bermimpi `itu` lagi…" Anzu berjalan kembali mengikuti Yugi.
"Atem selalu datang dengan pesan yang sama… `Tanya Jii-chan…Pharaoh yang hilang… Masa lalu… takdir… kita semua…` Apaaaaa gitu deh…!"
"Ah, Yu-chan! Sebentar lagi gerbang ditutup! Ayo, cepat!"
Anzu menarik tangan Yugi begitu melihat gerbang sekolah mereka akan tertutup. Keduanya berlari sekencang mungkin, dan masuk halaman sekolah tepat pada waktunya. Di belakang mereka, ternyata Honda dan Jounouchi terlambat memasuki gerbang. Jounouchi berusaha merayu guru ketertiban dengan roti buatannya. Anzu dan Yugi tersenyum sambil menggelengkan kepala mereka melihat tingkah kedua temannya.
"Ah! Papan pengumuman pembagian kelas! Semoga dikelas 2 ini kita sekelas lagi ya, Yu-chan!" Anzu berlari menghampiri papan yang dikerumuni anak-anak itu dengan semangat.

Yugi berdiri sendiri ditengah-tengah lapangan sekolah sambil termenung. Ia terus memikirkan mimpinya dan Atem.
"Apa ia ingin aku mengetahui sesuatu…? Tapi apa…?"

Jounouchi dan Honda yang berhasil memasuki gerbang sekolah, tertawa-tawa dengan ceria berdua.
"Huuuuuh… untung dia kasih ijin kita masuk ya, Honda…!"
"Kamu juga… pake nyogok-nyogok segala… `Pak, roti ini kubuat dengan penuh perasaan… sumpe!`… Apaan tuh!"

Jounouchi akhir-akhir ini memang menjadi gemar sekali membuat roti maupun kue. Sebenarnya ia hanya berusaha mengalihkan perhatiannya dari suasana `rumah`nya yang begitu dingin juga sikap ayahnya, yang dingin, tak pernah berkomunikasi dengan anaknya, dan hanya ditemani oleh botol-botol minuman keras. Keadaan keluarga Jounouchi yang tidak membuatnya senang berada di rumah membuatnya berusaha mencari sesuatu untuk ia lakukan dan dapat melupakan perasaan sedihnya. Ia menemukan resep-resep roti dan kue di gudang rumahnya. Ada perasaan yang membuat Jounouchi ingin mencoba resep-resep itu untuk melupakan rasa sepi di rumahnya dan sikap ayah kandungnya sendiri.

Jou dan Honda berjalan sambil berangkulan menuju Yugi yang masih termenung.
"Hey, Yug! Pagi! Udah liat pengumuman???" Tanya Jou dengan semangat. Honda menghampiri papan menyusul Anzu yang masih berdesakkan dengan anak-anak yang ingin mengetahui kelas baru mereka.
Jounouchi menyadari wajah Yugi.
"Eh? Lu napa, sih…? Jangan-jangan mimpi itu lagi, ya? Udahlaaah… cuma mimpi… Sebenernya kita juga kangen sama Atem, tapi ya… apa boleh buat…"
"Jangan-jangan ada yang dia lupa …"
"Ne? Nani?" Jounouchi membungkukkan badannya hingga kupingnya sejajar dengan mulut Yugi agar dapat mendengar gumaman Yugi.
"Tapi apa…?"

Jounouchi yang menyadari kalau temannya ternyata dari tadi tidak memperdulikannya, menjadi kesal.
"Yug…. Lu… tu… ye…!" Jou mengarahkan telunjuknya pada Yugi dengan kesal.
Tiba-tiba terdengar sorak-sorai Anzu, Honda, dan beberapa anak lain.
"HOREEEEEE…!!! Sekelas lagi!!! Yug! Kita sekelas lagi sama Jou dan Honda!"
"Eh! Otogi dan Ryo juga, lo!!!"
"Sumpe…???" Jou berlari dengan gembira menuju papan pengumuman dan bersorak-sorak bersama Anzu dan Honda, juga teman-teman mereka yang sekelas lagi di kelas 2 ini.

Yugi tersenyum melihat mereka. Tiba-tiba suara datar dan dingin yang sangat khas terdengar dari belakang Yugi.
"Kalian terlihat senang sekali…"
Yugi menoleh dan tersenyum kecil.
"Hai, Kaiba-kun… kelas apa…?" Tanya Yugi.
"Aku tak tahu bagaimana reaksi mereka ketika tahu aku sekelas lagi dengan kalian…" jawab Seto Kaiba panjang. Yugi hanya tersenyum lagi menanggapinya.

"Dia mendatangimu juga…?" Yugi menjadi heran dengan pertanyaan Kaiba.
"… Dia…?"
"Dia… Mou Hitori no Yugi… Atem…"

Yugi menjadi kaget setengah mati. Ternyata Atem `mendatangi` Kaiba juga.
"Kau…? Juga…? Apa yang dia katakan???"
Seto hanya terdiam melihat wajah penasaran dan terkejut Yugi.
Jou, Honda, dan Anzu berjalan kembali mendekati Yugi.

"Yug, aku nggak tau kamu seneng ato nggak… tapi si Bos Kaiba Corpo…" Jou menghentikan kata-katanya. Mereka bertiga sedikit terkejut melihat orang yang mereka bicarakan kini berdiri disamping Yugi.
Seto tersenyum dingin menanggapi ketiganya.
"Aku juga tak tahu harus senang atau tidak, bonkotsu…"

Jou hanya terdiam sambil menatap dingin. Tak seperti dulu, yang cepat naik darah. Sekarang Jounouchi selalu memilih untuk tenang dan diam menanggapi cemoohan orang lain padanya. Justru itu memperlihatkan sisi dewasa Jounouchi.
Seto membalas tatapan dingin Jou yang kini sejajar dengannya. CEO itu tersenyum dingin dan berjalan meninggalkan Yugi dan kawan-kawannya.
"Sampai jumpa di kelas baru…"
"Apaan, sih…?" sinis Honda.
"Nyebelin…" Anzu ikut menanggapi Honda. Tapi kemudian ia menyadari tatapan Yugi aneh pada Seto.
"Yu-chan? Kenapa?" Tiba-tiba Yugi berlari dan menghampiri Seto. Ketiga temannya terkejut melihat kelakuan Yugi yang sangat tiba-tiba itu.

"Apa maksudmu tadi, Kaiba-kun? Dia mendatangimu juga…?"
Seto tetap terdiam menatap mata yang penuh dengan rasa nafsu ingin tahu itu.
Yugi yang kini sudah tak sabar, tiba-tiba mencengkeram kerah seragam Seto. Ketiga temannya yang melihat hal itu tentu saja terkejut. Tak pernah Yugi seperti ini sebelumnya. Tinggi Yugi yang sudah menyamai bahu Seto mebuatnya dapat meraih kerah sang CEO.
"Katakan, Seto kaiba…" bisik Yugi tajam.
Tiba-tiba terdengar bel tanda waktunya masuk kelas. Seto masih terdiam sambil melepas cengkeraman tangan Yugi dari kerahnya.
"Sudah waktunya masuk kelas… Lebih baik kita lekas pergi atau akan dihukum…" ujar Seto kalem.

Seto meninggalkan Yugi dan teman-temannya. Jou, Honda, dan Anzu masih terkejut dengan kelakuan Yugi. Mereka mendekati Yugi yang masih memandangi Seto yang telah berjalan menjauh, dengan tajam.
Anzu mendekati Yugi dan bermaksud menyentuh bahu laki-laki itu. "Yu…"
Tiba-tiba Yugi menghempas tangannya. Ketiga temannya semakin terkejut. Yugi berjalan mendahului mereka dengan cepat.

Suasana sekolah pada kelas dua begitu berbeda, tapi bagi Jou, Anzu, dan Honda… bukan kelas, teman-teman, guru, ataupun pelajaran baru yang membuat berbeda. Yugi-lah yang membuat suasana begitu berbeda… Sifatnya yang tiba-tiba berbeda dari sebelumnya. Lebih tak sabaran, kasar, bahkan tak seramah dulu.
Anzu tak bisa konsentrasi pada pelajaran barunya, ia hanya memandangi pemandangan di luar dari bangkunya yang berada tepat dipinggir jendela. Ia melirik pada Honda yang duduk tepat didepannya, sejajar dengan Otogi dan Ryou. Honda hanya membalas lirikan Anzu dengan diam dan wajah `tak tahu harus bagaimana`.
Honda melirik lagi kebelakang pada Jounouchi yang duduk sejajar Anzu. Lelaki itu hanya diam sambil memandangi buku pelajarannya, tapi kemudian melirik pada Yugi yang duduk tepat dibelakang Anzu. Yugi duduk dibangku pinggir jendela dan paling belakang pojok kelas.
Yugi hanya memandangi pemandangan luar, ia sama sekali tak mau memandang orang yang duduk tepat dibelakang Jounouchi dan duduk sejajar dengannya. Seto Kaiba.

---

Bel istirahat akhirnya terdengar. Dalam sekejap, Jou, Anzu, dan Honda tak melihat sosok Yugi dikelas. Otogi dan Ryou mendekati Anzu dan Honda yang mengelilingi bangku Jou. Jou duduk bersandar pada kursinya.
"Guys… ada apa sih…? Kok hari ini Yugi lain banget…?" Tanya Otogi.
"Tadi pagi waktu kusapa, dia malah diem aja…" tambah Ryou.

Anzu dan Honda menceritakan peristiwa tadi pagi, tentu saja Otogi dan Ryou tak percaya bahwa Yugi yang sekarang adalah Yugi yang mereka kenal selama ini.

-

"Kalian lihat Yugi…?"
Kelima anak yang sedang berkumpul itu menoleh pada sang pemilik suara dingin itu. Mereka menatapnya dengan sebal.
"Nggak tahu…" cuek Anzu.
"Emang lu mau apa…?" tambah Honda datar.
Seto hanya diam. Dia tahu kalau dirinya dibenci, apalagi oleh teman-teman Yugi.
Akhirnya ia membalikkan badannya untuk meninggalkan kelima orang itu. Tapi…

"… di atap sekolah…"

Semua menoleh pada Jou yang bersandar pada kursi dengan kalem.
"Jou?"
"Kok dikasih tahu…?"
Seto sendiri sebenarnya juga terkejut mendengar Jou menanggapi pertanyaannya tadi. Jounouchi yang sekarang tidak seperti Jounouchi yang ia kenal dulu, pembawaannya menjadi kalem, dan dingin.
"Kuantar…" Jou menepuk bahu Seto yang sejajar dengannya. Seto agak kebingungan dan akhirnya mengikuti Jou keluar kelas. Yang lain hanya pandang-pandangan, tapi kemudian mereka mengikuti kedua cowok itu.

---

Atap sekolah sangat sepi. Mata Jou berkeliling mencari sosok sahabatnya itu. Sejak Yugi sering bermimpi tentang Atem yang ingin menyampaikan pesan, ia sering berpikir sendirian di atap sekolah. Yugi tidur-tiduran ditengah-tengah atap sekolah memandangi langit.
Jounouchi berjalan mendekati Yugi, diikuti Seto dan yang lain.
Jou berjongkok tepat disamping Yugi.
"Dia mau ketemu kamu…"

Yugi bangkit menoleh kearah teman-temannya dan Seto yang berdiri tak jauh dari situ.
Yugi membisikkan sesuatu pada Jou. Cowok itu mengangguk, berdiri dan berjalan melewati Seto. Honda, Otogi, Ryou, dan Anzu yang penasaran, mendekati Jounouchi.

"Yugi meminta kita meninggalkan mereka berdua…" bisik Jou pada keempat temannya. Meski khawatir dan penasaran, mereka tetap meninggalkan atap, mengikuti Jou.

---

Yugi dan Seto masih terdiam. Yugi menghela napas dan memulai percakapan.
"Tadi… aku minta maaf… akhir-akhir ini, aku merasa nggak bisa menahan emosi…"
Seto mengangguk kecil. "Aku nyadar kok…"
Yugi menatap Seto bingung.
"Kadang-kadang kalau dikelas, aku mendengar percakapan teman-temanmu… mereka bilang sifatmu sedikit demi sedikit berubah… Meski mereka tak mempermasalahkan itu…"
Yugi tersenyum kecil.
"Aku juga sebenernya nyadar… Kalau diingat-ingat, sejak Atem `keluar` dari tubuhku… sifatku banyak berubah, ya?"
Seto mengangkat sebelah alisnya mendengar pernyataan Yugi.
"Jii-chan yang bilang… katanya aku jadi bandel, ngomongnya blak-blakan, emosian…" Yugi tertawa kecil menanggapi kata-katanya sendiri.
"Lalu, teman-teman bilang, tinggiku bertambah pesat… lihat, sekarang aku sebahumu…"
Seto tersenyum melihat Yugi yang bangga akan tingginya sekarang. Karena tinggi Jou sekarang sama dengan Seto, Yugi juga sepantaran dengan bahu Jou.

Mereka terdiam kembali.

"… Yug, soal tadi… Atem… dia juga sering `mendatangiku`…"
Yugi terdiam mendengar Seto yang berbicara sambil berjalan mendekati pagar kawat yang mengelilingi atap sekolah itu. Ia menyandarkan punggungnya yang lebar, Yugi mengikuti disebelah Seto.
"Dia bilang menyampaikan sesuatu tentang… `Pharaoh yang hilang… Masa lalu… takdir… kita semua…` aku tak bisa mendengarnya dengan jelas setelah itu…".
Yugi terdiam mendengar cerita Seto. Mereka mengalami mimpi yang sama tentang Atem.
"Dan sejak aku mulai sering bermimpi tentang Atem… lama kelamaan aku merasakan bahwa…"
Yugi menunggu kata-kata Seto, tapi Seto hanya menunduk, poninya menutupi matanya.

-Flashback mimpi Seto-

"Dimana ini…? Uhh! Sinar apa itu…?" Sinar terang menyinari Seto dan membuat ruangan gelap itu menjadi terang benderang…
"I… ini… Istana…? Tunggu, ini` kan di Mesir…! Wak! Baju apa ini…???"
Seto menyadari pakaiannya yang `aneh`. Jubah putih berkibar dipunggungnya, membalut baju biru dengan aksesoris emas ditengahnya. Ia bercermin pada sebuah pilar yang berkilauan. Ia melihat dirinya kini seperti seorang pendeta yang pernah ia lihat pada dunia ingatan Atem dahulu. Lengkap dengan topi tingginya. Begitu mirip…

"A… apa-apaan ini…?"
"Seth…?"
Seto terkejut mendengar suara lembut dari balik tirai. Sosok yang kemudian muncul jelas didepannya membuat Seto semakin kebingungan.
'Yugi yang Satu lagi'… gumam Seto, tapi mulutnya mengeluarkan nama yang lain…

"A… Atem???"
"Ssssh… Mereka akan mendengar kita…" ujung jari Atem menyentuh bibir Seto.
"Aku merindukanmu… Seth…"

Seto tak bisa berkata-apa-apa. Ia hanya terkejut dan terdiam, menyadari Atem memeluk tubuhnya. Tetapi perasaan aneh terus membayanginya. Perasaan rindu dan begitu ingin menyentuh, memeluk Atem… dan tak ingin melepasnya.

"Seth…" bisik Atem lagi. Kali ini bibir mereka saling mendekat. Hingga tubuh Atem bersinar terang dan menghilang tiba-tiba membuat ruangan gelap gulita kembali.

Seto kini mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang hitam yang biasa ia pakai.
"Seto…" Seto menoleh kearah namanya terpanggil.
Atem dengan tubuhnya yang semakin menipis berusaha meraih Seto.
"Kita akan bertemu lagi… kita telah ditakdirkan… Aku telah berdoa pada dewa, agar kita bisa bertemu jika aku terlahir kembali… Seth… kau telah terlahir sebagai Seto Kaiba… kumohon… tunggulah aku sekali lagi… Yugi… Pharaoh yang hilang… Masa lalu… takdir… kita semua…" bersamaan dengan menipis dan menghilangnya tubuh Atem. Seto tak dapat mendengar kelanjutan dari kata-kata Atem kembali…

-End Flashback-

"Kaiba-kun…?"
`… tapi masa sih…? Kalau memang benar aku adalah reinkarnasi Pendeta Seth…`
"Hoi…"
`Tapi… Pharaoh dan pendetanya` kan laki-laki…masa dulu kita…`
"Halo…"
`Nggak mungkin, ah! Dia` kan rival-ku!!!`
"Seto Kaiba…"

Seto menyadari Yugi terus-terusan memanggil namanya selama ia terus berpikir.
"Eh, ya?"
"Mukamu kenapa…? Merah banget…"
"Pe, perasaanmu aja…" Seto berusaha menutupi wajahnya.
"Terus tadi mau ngomong apa…?" tanya Yugi lagi.
"Ng… nggak… nggak penting kok…" jawab Seto, Yugi hanya mengangkat bahu.
Mereka kembali menunduk menatap ujung kaki mereka masing-masing, hingga bel masuk kelas berbunyi.