Oneshot
.
.
.
.
.
Cast
Kim Jong In as Namja
Oh Se Hun as Yeoja
Other EXO members
.
.
.
.
.
.
.
.
Seorang yeoja putih tinggi dengan rambut yang digelung ke atas tengah berkutat di dapur. Tangan lentiknya begitu terampil memegang pisau dan memotong motong sayuran. Sesekali ia mencicipi masakannya dan tersenyum saat rasanya sesuai dengan apa yang ia inginkan.
.
" Eommaa ", sebuah suara kecil parau membuat yeoja itu menghentikan kegiatanya. Ia beralih pada sorang anak laki laki berusia tiga tahunan yang sedang berdiri sambil mengucek matanya.
" Jonghun sudah bangun, sayang ", katanya pada anak laki laki itu lembut. Senyum mengembang dari bibirnya melihat tingkah sang anak yang selalu saja menggemaskan setiap bangun tidur.
Yeoja itu kemudian menghampiri dan membawa sang anak ke dalam gendongannya dan mengecup pipi gembulnya.
" Ayo, Jonghun mandi lalu sarapan. Eomma sudah buatkan makanan kesukaan jagoan eomma yang paling tampan ", katanya pada sang anak yang tampak nyaman berada dalam gendongannya.
Anak laki laki itu, Jonghun, menggeleng pelan. " Ani. Aku mau mandi sama eomma ", katanya manja.
Yeoja yang dipanggil eomma itu tersenyum. Kadang kadang anaknya memang sangat manja. " Baiklah. Ayo eomma mandikan ", jawab yeoja itu yang membuat sang anak tersenyum senang sambil mengecup pipinya dan berucap sayang.
.
.
Setelah selesai memandikan dan mendandani anaknya, Sehun, yeoja itu membawa anaknya sarapan kemudian menyiapkan bekal untuk dibawa Jonghun sekolah. Meskipun usia Jonghun masih tiga tahun, Jonghun memiliki kecerdasan di atas rata rata sehingga Sehun memutuskan untuk memasukkan Jonghun ke sekolah lebih awal.
Sehun memasukkan kotak bekal ke dalam tas Jonghun. Membekali Jonghun membuat Sehun dapat mencegah Jonghun membeli sembarang makanan yang dapat membuatnya sakit nantinya.
" Chaa,, semuanya sudah siap. Ayo kita berangkat, pasien pasien eomma sudah menunggu ", Sehun berkata pada Jonghun
Jonghun mengangguk. " Ayo eomma", katanya sambil berjalan menuju pintu.
" Ah ya eomma, nanti pulang sekolah nanti eomma jemput Sehun dan kita ke rumah Baekhyun ahjumma ya, aku ingin bertemu Chanhyun ", pinta Jonghun pada Sehun.
Sehun tersenyum. " Tentu saja boleh. Jonghun sangat rindu pada Chanhyun ne? ", Jonghun mengangguk dan tersenyum senang.
" Terima kasih eomma. Aku sayang eomma ", Jonghun memeluk Sehun erat yang dibalas Sehun dengan tak kalah eratnya
.
.
Sehun mengantar Jonghun ke sekolah terlebih dahulu baru kemudian ia pergi ke rumah sakit tempatnya bekerja. Sehun adalah seorang dokter muda. Sehun bersyukur, Ia tak pernah hidup kekurangan. Ia juga punya sahabat sahabat yang selalu di sampingnya. Terlebih ia punya Jonghun, nyawanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seorang pria berkulit tan tengah berjalan di sebuah koridor gedung perkantoran mewah. Orang orang yang ditemuinya sepanjang koridor membungkuk memberi hormat. Pria itu hanya mengangguk kecil. Wajahnya tampak dingin. Disisi lain, ia begitu berwibawa.
Pria itu memasuki sebuah ruangan yang luas dimana sudah ada puluhan orang yang tengah duduk melingkar di dalamnya. Orang orang itu menunggunya. Menunggunya untuk memimpin rapat direksi. Ya, pria itu, Kim Jongin, direktur perusahaan elektronik raksasa di Korea.
.
.
Jongin masuk ke ruang kerjanya dan mendudukkan dirinya di kursi. Kepalanya terasa mau pecah. Bagaimana tidak, ia baru saja pulang dari studinya di Inggris dan dengan seenaknya appanya langsung memintanya jadi direktur dan memimpin rapat besar seperti tadi. Benar benar menguras energinya. Setidaknya ia ingin appanya membiarkannya bersitirahat walaupun hanya sehari saja.
Jongin membuka handphonya. Ia tersenyum memandang wajah cantik yang tengah tersenyum lebar. Wajah yeoja yang jadi cinta pertamanya. Yeoja yang beberapa tahun terakhir tidak ia ketahui keberadaannya. Yeoja yang sudah membuatnya tak bisa berpaling karena Jongin amat sangat mencintainya.
Jongin mejamkan matanya kemudian berbisik pelan, " Aku,,, merindukanmu ... "
.
.
.
.
.
.
.
.
Sehun sibuk memeriksa kondisi pasiennya. Senyum terbingkai indah di bibirnya. Ia bertanya ramah apa saja yang dirasakan pasien pasiennya itu hingga handphone di kantungnya bergetar. Ah, sudah jam sepuluh, waktunya Jonghun pulang. Sehun bergegas menyelesaikan pekerjaannya dan melesat menjemput jagoan kecilnya. Sehun takut, Jonghun mudah sekali pergi kemana mana jika ia tidak cepat datang.
.
Sehun sampai di sekolah Jonghun. Dilihatnya sang putra tengah berjongkok menunggunya tak jauh dari gerbang sekolah. Sehun tersenyum dan segera turun dari mobil untuk menghampiri Jonghun.
.
" Jonghun ah,, " , panggil Sehun membuat Jonghun mendongakkan kepalanya
" Eomma! ", teriak Jonghun senang. Ia segera berlari menghampiri sang ibu yang langsung menggendongnya.
" Bagaimana sekolahmu,, eum? ", tanya Sehun
" Hari ini kereen sekali eomma,, Jonghun belajar menghitung dan Jonghun sangat suka itu ", jawab Jonghun semangat. Sehun tersenyum kecil. Benar benar sama, pikirnya.
" Ah ya eomma, eomma jadi mengantar Jonghun ke tempat Baekhyun ahjumma kan? ", tanya Jonghun
" Tentu saja. Eomma sudah menelpon ahjumma tadi. Ahjumma bilang ia dan Chanhyun ada di cafe. Jonghun mau tetap mau? ", Sehun bertanya, meyakinkan putranya.
Jonghun mengangguk semangat. " Mau eomma,, dimanapun, Jonghun sudah tidak sabar bermain dengan Chanhyun "
Akhirnya Sehun mengantar Jonghun ke cafe milik Baekhyun, sahabatnya. Baekhyun biasa mengawasi Cafenya secara langsung. Itulah mengapa Baekhyun sering berada di Cafe bersama Chanhyun, putranya.
.
Sesampainya di cafe, Jonghun langsung turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam sambil berteriak memanggil manggil Chanhyun. Seolah mengerti, Chanhyun, balita berusia satu tahun itu bergerak gerak gelisah dari gendongan Ibunya.
Baekhyun tersenyum lebar melihat Jonghun berlari menghampirinya, atau lebih tepatnya menghampiri Chanhyun yang ada di gendongannya. Dilihatnya Sehun yang berjalan menghampirinya di belakang Jonghun
" Pagi Sehuna,, " , sapanya ceria
" Pagi eonni ", jawab Sehun sambil mencubit pipi Chanhyun gemas. Yang dicubit tersenyum lebar, menampilkan gusi gusi yang bahkan belum ditumbuhi gigi.
" Maaf merepotkanmu eonni. Jonghun sangat rindu dengan Chanhyun dan terus meminta bertemu dengan Chanhyun "
Baekhyun tersenyum mendengar perkataan Sehun. " Tak apa, Jonghun sudah seperti anakku sendiri. Lagipula Chanhyun juga pasti senang bermain dengan hyung kesayangannya "
" Gomawoyo eonni. Ah, aku harus segera pergi. Masih ada pasien yang belum aku periksa tadi. Aku akan menjemput Jonghun setelah aku pulang. Apa tak apa? ", tanya Sehun
" Ani. Aku justru senang. Jonghun tidak pernah nakal. Ia malah membantuku karena Chanhyun tidak perlu aku gendong gendong terus ", jawab Baekhyun tertawa
Sehun mengucapkan terimakasih sekali lagi. Kemudian ia beralih pada Jonghun, " Jagoan eomma tidak boleh nakal ne, bantu Baekhyun ahjumma menjaga Chanhyun, arasseo? Eomma akan jemput Jonghun nanti "
" Arasseo eomma. Jonghun kan hyung yang hebat ", jawab Jonghun sambil tersenyum lebar.
Setelah itu, Sehun segera kembali ke rumah sakit. Pasien pasiennya sudah menanti.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jongin mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah berkutat dengan hal hal yang menurutnya membosankan di kantor tadi, Jongin memutuskan untuk berkeliling kota Seoul. Ia rindu kota yang tak ia lihat selama empat tahun ini. Kebetulan Jongin keluar saat jam makan siang, jadi ia ingin mencari tempat makan juga.
Jongin berhenti di sebuah cafe kecil. Cafe yang dari luar tampak nyaman itu menarik perhatian Jongin. Benar saja, saat Jongin melangkahkan kakinya ke dalam cafe itu, Jongin langsung disambut dengan interiornya yang sederhana tapi nyaman. Ditambah lagi dengan alunan musik klasik yang semakin membuat siapapun yang datang merasa betah.
Jongin memilih tempat duduk yang sedikit di tengah. Setelah memesan, Jongin mengamati Cafe ini. Dari tempat duduknya, ia bisa dengan leluasa menikmati keindahan dalam cafe. Saat tengah asyik mengamati, matanya menangkap sosok orang yang tidak asing baginya tengah tertawa bersama dua orang anak kecil. Jongin bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri orang itu.
.
" Baek,, baekhyun noona? ", panggil Jongin
Baekhyun yang merasa namanya dipanggilpun menoleh. Betapa terkejutnya ia mengetahui siapa orang yang memanggilnya.
" Jong,, jongin! "
" Ternyata ini benar kau noona. Apa kabarmu? Sudah lama sekali kita tidak bertemu ", Jongin tersenyum. Wajah dinginnya hilang seketika.
Baekhyun mau tak mau juga ikut tersenyum. " Ne. Aku baik Jongin ah,, bagaimana kabarmu? ", Baekhyun bertanya balik.
" Aku,, yah noona tau sendiri bagaimana aku. Aku selalu tak baik tanpanya ", jawab Jongin sendu. Kemudian manik matanya beralih pada dua bocah yang sedang bermain. " Oh,, apa mereka anakmu noona? ", tanyanya pada Baekhyun
" Nn,, ne ", jawab Baekhyun gugup. Kemudian ia membawa Chanhyun dalam gendongannya dan meminta Jonghun untuk mendekat.
" Ini anakku, namanya Chanhyun ", Baekhyun memperkenalkan Chanhyun pada Jongin
" Waahh,,, dia lucu sekali noona ", Jongin gemas melihat Chanhyun yang tersenyum lebar. Kemudian ia berkata lagi, " Kenapa dia mirip sekali dengan hyung dobiku? Apa kau benar benar menikah dengannya noona? "
Baekhyun mendengus kesal. Jongin seenaknya saja menghina ayah dari anaknya. " Ya Kim Jongin! Jangan seenaknya kau menghina suamiku! "
Jongin tertawa, " Hahaha,, mian noona. Aku tak menyangkan cinta monyet kalian bisa berakhir di pelaminan ", kemudian Jongin melanjutkan, " Mian noona, appa memblokir semua aksesku untuk berkomunikasi dengan sahabat sahabatku di Korea selama aku di Inggris " , wajah Jongin berubah sendu.
Baekhyun tersenyum lembut, " Tak apa. Aku tau appamu ingin yang terbaik untukmu Jongin"
Jongin mengalihkan pandangannya pada bocah kecil yang berdiri di samping Baekhyun.
" Noona, anak ini, siapa namanya? ", tanya Jongin
" Aaah,, ini Jonghun ", jawab Baekhyun gugup
" Benar dia ini anakmu? Kenapa dia mirip sekali denganku? ", Jongin mengamati wajah Jonghun. Membuat Jonghun sedikit takut dan bersembunyi di belakang tubuh Baekhyun.
" Ya Jongin! Kau membuatnya takut! ", marah Baekhyun. " Dia anak temanku ", jawab Baekhyun kemudian.
" Teman noona? Nuguya ? ", tanya Jongin lagi
" Ah sudahlah,, itu bukan urusanmu "
" Ne, ne, noona ", Jongin menyerah, kasihan juga melihat anak yang bernama Jonghun tadi ketakutan.
" Noona,, apa kau tahu dimana dia? Aku berusaha mencarinya tapi tak pernah berhasil. Noona,, aku sangat sangat merindukannya ", tanya Jongin serius.
Baekhyun bingung harus menjawab apa, " Mian,, aku tak tahu Jongin "
Jongin menghela nafasnya pelan. Harus kemana lagi ia mencari orang itu?
Tiba tiba Chanhyun menangis keras. Sepertinya ia lapar dan mulai mengantuk, " Jongin, bisakah kau jaga Jonghun sebentar? Aku ingin menidurkan Chanhyun dulu ", pinta Baekhyun yang dibalas anggukan oleh Jongin.
.
.
.
.
Jongin bermain dengan Jonghun. Jongin kagum, Jonghun merupakan anak yang sangat cerdas. Di usianya yang masih kecil, anak ini sudah mampu menjawab pertanyaan pertanyaan Jongin dengan sangat jelas dan tanpa menunggu waktu yang lama. Terlebih ia selalu bertanya apapun pada Jongin. Rasa ingintahunya yang besar membuat Jongin melihat pantulan dirinya sewaktu kecil. Terlebih ia memiliki kesukaan yang sama dengan Jonghun, sama sama senang menghitung. Lihat saja, sekarang Jonghun sudah sibuk dengan bukunya yang penuh berisi angka angka.
" Ahjussi,, bagaimana mengerjakan yang ini? ", tanya Jonghun pada Jongin. Tangannya menunjuk pada soal yang rupanya belum bisa ia selesaikan.
Jongin menoleh, " Ah, ini harus Jonghun kalikan dulu baru dijumlahkan ", jawab Jongin. Jonghun mengangguk angguk dan mulai mengerjakan soal itu. Dan Bingo! Tanpa perlu penjelasan dua kali Jonghun berhasil menyelesaikan soal itu dengan benar. Jongin benar benar kagum. Betapa bahagianya ia jika suatu saat ia bisa memiliki anak seperti Jonghun.
Jongin penasaran. Siapa sebenarnya orangtua Jonghun? Kenapa Baekhyun tidak mau memberitahunya? Dan kenapa Jonghun sangat mirip dengannya. Dari wajah, postur tubuh, bahkan kesukaan Jonghun pun sama dengannya.
.
" Jonghun ah,, ", panggil Jongin, membuat yang dipanggil menoleh.
" Nde ahjussi ", jawab Jonghun, menampilkan wajah bingung.
" Siapa nama appamu? ", tanya Jongin. Sungguh, ia penasaran siapa sebenarnya orangtua Jonghun.
Jonghun mengerjapkan matanya kemudian ia menundukkan kepalanya. " Jonghun tidak tahu nama appa. Eomma tidak pernah memberitahukannya ", jawabnya lirih
Jongin terkejut, " Wae Jonghun ah? ", tanyanya makin penasaran.
" Mollayo ahjussi. Jonghun ingin sekali tahu siapa appa Jonghun, tapi Jonghun tidak mau eomma sedih karena Jonghun. Eomma hanya bilang bahwa appa Jonghun orang yang baik dan hebat. Appa pergi dan akan kembali saat Jonghun sudah besar dan bisa menjaga eomma dengan baik "
Perkataan Jonghun benar benar menohok hati Jongin. Bocah sekecil Jonghun sudah bisa berfikiran begitu dewasa. Sungguh ia kagum dengan ibu anak ini yang mampu mendidik Jonghun dengan begitu baiknya.
" Lalu, siapa eommamu? ", tanya Jongin lagi. Jonghun mendongakkan kepalanya. Kali ini senyum mengembang dari bibirnya.
.
DEG
.
' Kenapa mirip sekali ', batin Jongin
.
" Eomma Jonghun bernama Se,, ".
" Jonghun ah,,, ", belum sempat Jonghun menjawab, Baekhyun sudah datang dan memanggil namanya. " Sudah saatnya tidur siang. Jonghun sudah janji pada eomma tadi bahwa Jonghun akan jadi anak baik bukan? ", lanjut Baekhyun. Jonghun hanya mengangguk patuh.
" Ne ahjumma ", jawabnya. " Bye ahjussi,, kapan kapan main kesini lagi ya ", pamitnya pada Jongin. Jongin hanya tersenyum dan mengusak rambut Jonghun pelan. Setelah itu Jonghun berlari ke kamar yang memang disediakan khusus di Cafe Baekhyun jika sewaktu waktu Chanhyun ingin tertidur.
Mata Jongin tak pernah lepas dari Jonghun. Cara berlari anak itu, senyumnya, benar benar mengingatkannya pada dirinya sendiri dan orang yang amat sangat dirindukannya.
" Noona, sebenarnya Jonghun itu anak temanmu yang mana? Kenapa aku merasa ada sesuatu antara aku dan dia? ", tanya Jongin pada Baekhyun.
Baekhyun diam. Ia bingung harus menjawab apa. Di satu sisi ia ingin sekali memberitahu Jongin. Tapi disisi lain ia harus memikirkan Sehun juga.
" Untuk apa kau tahu? Kau tidak mengenalnya Jongin ", bohong Baekhyun
Jongin tau Baekhyun berbohong. Ia kenal Baekhyun tidak dalam waktu yang sebentar. Orang yang dianggapnya kakak sendiri itu selalu kentara ketika berbohong. Tapi Jongin sedang malas berdebat dengan Baekhyun. Ia akan mencari tahu sendiri nanti. Sekarang lebih baik Jongin kembali ke kantor karena jam makan siang sudah habis.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sehun merengganggkan ototnya perlahan. Hari ini begitu melelahkan. Menitipkan Jonghun pada Baekhyun membuat Sehun lebih tenang ketimbang Jonghun ikut dengannya seperti biasa. Setidaknya Jonghun tidak perlu tidur di sofa atau berkeliaran di tempat yang tidak sehat seperti rumah sakit.
Jarum jam menunjuk ke angka 9 malam saat Sehun sampai di Cafe untuk menjemput Jonghun. Tepat satu jam sebelum cafe Baekhyun tutup.
Sehun masuk ke dalam dan langsung menggendong Jonghun yang sudah tertidur lelap. Ia tak tega membangunkan jagoan kecilnya. Dikecupnya pipi gembul itu dengan penuh sayang. Seharian tidak melihat Jonghun membuat Sehun amat sangat merindukannya.
" Terima kasih eonni sudah menjaga Jonghun. Apa dia membuatmu kesal hari ini? ", tanya Sehun pada Baekhyun
Baekhyun tersenyum kecil, " Anio Sehuna, Jonghun selalu jadi anak yang baik. Dia tidak pernah membuatku kesal "
" Syukurlah. Terima kasih kau sudah jadi anak yang baik sayang ", Sehun mengelus kepala Jonghun yang berada di pundaknya
Baekhyun tersenyum melihat ibu dan anak itu. Ia tahu Sehun begitu menyayangi Jonghun. Ah, Baekhyun jadi teringat kejadian tadi. Ia merasa harus menceritakannya pada Sehun.
" Sehunaaa,, ", panggil Baekhyun membuat Sehun menatapnya.
" Dia kembali Sehunaa,,, dia sudah kembali ", Baekhyun berkata sambil menatap wajah Sehun dalam. Terlihat sekali perubahan wajah Sehun setelah mendengar perkataan Baekhyun tadi.
" Dia,, sempat bertemu dan bermain dengan Jonghun tadi. Dia bilang padaku bahwa ia merindukanmu ", lanjut Baekhyun
Sehun memejamkan matanya dan megeratkan gendongan Jonghun. " Eonni tidak memberitahu siapa Jonghun kan? ", tanyanya yang dijawab gelengan kepala oleh Baekhyun.
" Tapi,, dia merasakannya Sehuna,, bagaimanapun dia ayahnya. Kau tidak pernah bisa menghapus kenyataan itu. Bahkan tanpa kuberitahu, Jongin seperti sudah tau. Ikatan antara Jongin dengan Jonghun tidak akan pernah terputus "
" Tapi, dia meninggalkanku dan Jonghun. Sudah cukup eonni. Aku tak ingin Jonghun tersakiti. Cukup aku saja. Kumohon eonni tidak memberitahu apa apa padanya. Biarkan aku hidup bahagia dengan Jonghun "
Baekhyun menggelengkan kepalanya. Sehun begitu egois. " Tapi Jonghun butuh seorang ayah Sehun. Terlebih Jonghun laki laki. Kita juga belum tahu alasan Jongin kan mengapa ia menghilang saat itu? Kumohon Sehun, pikirkan Jonghun juga "
Sehun menahan air matanya. Pembicaraan dengan Baekhyun membuatnya memutar kembali memori yang ingin ia hapus dari ingatannya.
" Aku tau kau masih mencintainya Sehun ", Baekhyun berkata lagi.
" Ani ", jawab Sehun pendek. Baekhyun kembali menggelengkan kepalanya. " Kalau begitu, aku pamit pulang eonni, kasihan Jonghun. Dan kumohon eonnie tidak pernah memberitahukan hal sekecil apapun padanya "
Akhirnya Sehun membawa Jonghun pulang. Sekarang Sehun takut, takut jika orang itu akan muncul kembali di hadapannya. Kemudian pergi menginggalkannya lagi. Tapi, ketakutan terbesar Sehun adalah Jonghun. Ia takut orang itu mengambil Jonghun darinya. Orang itu, Kim Jongin, ayah dari jagon kecilnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jongin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah kota Seoul. Pikirannya tertuju pada anak laki laki yang ditemuinya seminggu yang lalu. Entah kenapa semenjak hari itu, Jongin tak pernah bisa berhenti memikirkan Jonghun. Senyum bocah kecil itu selalu terbayang di kepalanya.
Berkali kali Jongin datang ke Cafe Baekhyun, berkali kali juga ia tak bertemu Jonghun di sana. Ia bertanya pada Baekhyun dimana alamat Jonghun, tapi Baekhyun tak pernah memberitahukannya. Jongin makin curiga noonanya itu menyembunyikan sesuatu darinya.
Jongin sedang berhenti di sebuah lampu merah tatkala matanya menangkap seorang anak laki laki yang sedang mengganggu pikirannya. Anak itu berdiri di pinggir jalan, tak jauh dari sebuah International Elementary School. Setelah lampu kembali hijau, jongin buru buru melajukan mobilnya menghampiri anak laki laki itu.
" Heii,, Jonghun ", panggil Jongin setelah ia turun dari mobil dan menghampiri Jonghun
" Ajussi! ", teriak Jonghun senang
" Kenapa kau belum pulang eum? ", tanya Jongin
" Hari ini Jonghun pulang cepat dan eomma tidak tahu. Jadi Jonghun menunggu sampai eomma menjemput di sini ", Jonghun menjawab dengan tidak melepaskan senyum di bibir mungilnya.
" Bagaimana kalau Ahjussi antar Jonghun ke tempat eomma? ", tawar Jongin
Jonghun tampak ragu. Eommanya selalu mengajarkan agar tidak terlalu percaya pada orang yang baru saja dikenalnya. Jongin menyadari itu.
" Sebelum itu kita beli bubble tea dulu. Apa Jonghun mau? ", tawar Jongin lagi. Entah kenapa dari sekian banyak makanan dan minuman, hanya bubble tea yang meluncur dari mulut Jongin.
Jonghun yang mendengar minuman kesukaannya disebut langsung mengangguk semangat. Matanya berbinar binar. Akhirnya Jongin membawa Jonghun mempir ke kedai bubble tea dulu sebelum akhirnya mengantarkan anak itu ke tempat eommanya.
.
.
Jongin memakirkan mobilnya di sebuah rumah sakit besar. Jonghun memberitahu bahwa ia biasa pulang dan ikut eommanya bekerja dan di rumah sakit itulah tempat eommanya bekerja.
Jongin mengikuti Jonghun yang berlari lari kecil dari belakang. Senyum tak pernah lepas dari wajah Jongin setiap melihat tingkah laku Jonghun.
Jongin dan Jonghun sampai di sebuah koridor saat Jonghun berteriak keras.
" Eomma! ", teriak Jonghun yang membuat seseorang yeoja dengan blazer putih dan rambut panjang menoleh.
" Jonghun ahhhh! ", kaget yeoja itu
.
DEG
.
Jongin membeku di tempatnya. Apakah ini mimpi? Jika ia, tolong jangan bangunkan Jongin sekarang. Benarkah orang yang ada di hadapannya ini adalah orang yang dicarinya selama ini? orang yang benar benar Jongin rindukan? Tapi tunggu, Jonghun memanggilnya apa tadi? Eomma?
.
.
" Jonghun sudah pulang? Bagaimana bisa Jonghun berada di sini ? ", Sehun bertanya pada Jonghun. Ia sedikit khawatir.
" Ne eomma. Hari ini Jonghun pulang cepat. Jonghun ke sini bersama ahjussi ", jawab Jonghun
" Ahjussi? Nugu? "
" Ahjussi temannya Baekhyun ahjumma "
.
.
Sehun mendongakkan kepalanya. Matanya bertemu pandang dengan mata tajam milik Jongin. Jantungya memburu. Orang yang paling tidak ingin ia temui sekarang berada di hadapannya. Dengan ekspresi terkejut yang tidak beda jauh dengan ekspresi yang tergambar di wajahnya.
.
.
.
.
.
Sehun dan Jongin duduk di kursi taman rumah sakit. Setelah mengantar Jonghun ke ruangannnya, Sehun membawa Jongin ke sini.
" Bagaimana kabarmu? ", Jongin berkata, memecah keheningan di antara keduanya
" Aku baik baik saja ", jawab Sehun pendek
" Sehunaa,, nan jeongmal bogosiphoyo ", Jongin berkata sambil menatap Sehun dalam. Sehun hanya diam tak membalas perkataan Jongin. Tapi dalam hatinya Sehun juga merindukan pria ini.
" Aku baru tahu Jonghun itu anakmu. Pantas Baek noona tidak pernah memberitahukannya padaku ", Jongin berkata lirih
" Siapa? ", " Siapa ayah Jonghun? Dengan siapa kau menikah Sehuna? ", tanya Jongin. Hatinya benar benar remuk saat ini.
" Itu bukan urusanmu Kim Jongin ", jawab Sehun ketus
" Tapi kenapa? Aku hanya ingin tahu "
Sehun menghela napas panjang. " Setelah kau pergi begitu saja empat tahun lalu, kau tak berhak dan tak perlu tahu apapun yang terjadi padaku. Karena sejak saat itu kau sudah kuanggap tak ada "
Jongin sakit mendengar ucapan Sehun. Sebegitu jahatkah dirinya di mata Sehun.
" Mian. Saat itu aku hanya pergi sebentar untuk mengurus S2 ku di Inggris. Tapi, saat aku kembali kau sudah pergi. Kau tau? Aku hampir gila saat itu karena tak berhasil menemukanmu. Hingga akhirnya appa memutuskan aku akan berada di Inggris hingga aku menyelesaikan S3 ku ", Jongin menyesal
" Tapi kenapa? Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kau akan pergi ke Inggris? Kau tahu betapa sulitnya aku saat itu hah? ", Sehun sedikit emosi. Air mata mulai menggenangi pelupuk matanya
" Mianhae. Aku hanya ingin memberimu kejutan saat itu ",
Sehun tertawa remeh, " Ya, kau benar benar memberiku kejutan. Kejutan yang membuatku ingin mati "
Jongin menghadapkan dirinya ke Sehun. Terlihat punggung Yeoja itu yang bergetar. Sehun menangis dan ini semua karena dirinya. Jongin berusaha memeluk Sehun, tapi yeoja itu berontak. Jongin tak putus asa. Ia terus mengeratkan pelukannya pada yeoja yang amat dicintainya itu sambil terus mengucapkan kata maaf.
Sehun berhasil melepaskan pelukan Jongin dan kemudian ia bangkit dari duduknya.
" Sebaiknya kau pergi dan jangan pernah temui atau cari tahu tentang aku dan Jonghun lagi ", setelah berkata begitu, Sehun berjalan pergi. Meninggalkan Jongin yang menatapnya dengan tatapan sendu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jongin tak menyerah. Keingintahuannya tentang siapa suami Sehun dan siapa ayah Jonghun begitu besar. Jongin tidak akan melepaskan Sehun begitu saja. Ia menyuruh orang untuk mencari tahu kehidupan Sehun. Jongin tau jika ia bertanya pada Baekhyun maka hasilnya akan nol.
" Dokter Oh Sehun. Usia 26 tahun. Salah satu dokter terbaik yang ada di rumah sakit Seoul. Memiliki seorang putra bernama Oh Jonghun yang berusia tiga tahun. Tapi, dia belum dan tidak pernah menikah Tuan ", lapor orang suruhan Jongin.
Jongin berpikir. Bagaimana Sehun bisa punya anak jika ia tidak pernah menikah? Apa Jonghun itu anak adopsi? Tapi kenapa Jonghun bisa punya kemiripan dengan Sehun?
Jongin mengingat ingat kejadian empat tahun silam saat ia masih bersama Sehun. Mata direktur muda itu membulat mengingat kejadian yang seharusnya tidak pernah dilupakannya seumur hidup. Kesalahan yang telah dia perbuat pada Sehun. Mungkinkah?
Jongin lantas pergi. Satu tujuannya yaitu Baekhyun noonanya. Kali ini ia harus memaksa orang itu untuk membuka mulut.
" Noona,, jujurlah padaku, apa Jonghun itu anakku? ", tanpa ba bi bu Jongin langsung melontarkan pertanyaan itu pada Baekhyun setelah ia sampai di cafe
Baekhyun bingung. Ia memilih diam. Teringat janjinya pada Sehun.
" Noona jawab,, apa Jonghun itu anakku? Aku sudah mencari tahu semua tentang Sehun. Dan aku ingat betul kejadian empat tahun lalu. Kumohon noona,, apa benar Jonghun itu anakku? ", kali ini Jongin berkata dengan nada memelas. Sungguh ia benar benar berharap bahwa Jonghun itu anaknya.
Baekhyun menghela nafas panjang. Ia kasihan pada Jongin terlebih setelah mendengar penjelasan kenapa ia menghilang empat tahun lalu. Bagaimanapun Jongin harus tahu yang sebenarnya. Dalam hati Baekhyun terus menggumamkan maaf untuk Sehun.
" Ne. Kau benar. Jonghun adalah anakmu ", jawab Baekhyun yang membuat Jongin membeku.
" Sehun tengah mengandung anakmu saat kau pergi empat tahun lalu. Ia begitu kesulitan saat kau pergi. Tapi Sehun tak pernah berniat sekalipun membuang Jonghun. Ia selalu berusaha sekuat tenaga agar Jonghun bisa selalu tersenyum. Bagi Sehun, Jonghun adalah nyawanya, Jongin. Soal kau yang merasakan ada sesuatu antara kau dan Jonghun itu memang benar. Karena kau ayahnya. Ayah kandung Jonghun "
Jongin menangis mendengar penuturan Baekhyun. Sekarang ia tahu kenapa Sehun sangat membencinya. Ia benar benar jahat. Sebenarnya Jongin tak bermaksud meninggalkan Sehun saat itu. Hanya saja kesalah pahaman yang membuatnya jadi seperti ini.
Disis lain Jongin merasa senang. Senang bahwa ternayata Jonghun adalah anaknya. Darah dagingnya dengan Sehun. Orang yang paling dicintainya. Jongin ingin segera bertemu Sehun dan Jonghun. Memeluk Jonghun dan mendengarnya memanggil Jongin dengan sebutan appa.
Tapi sepertinya keinginan itu akan sulit terwujud. Baekhyun tidak mau memberikan alamat Sehun pada Jongin. Ia ingin Jongin berjuang menemukannya sendiri. Jongin tak putus asa. Ia pergi ke rumah sakit tempat Sehun bekerja. Sayang, hari itu ia tak menemukan Sehun di sana.
Jongin bertanya alamat Sehun pada bagian data karyawan. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa Sehun telah dipindah tugaskan. Ya, Sehun mengajukan permohonan pindah tugas setelah kejadian dengan Jongin tempo hari. Sehun belum sanggup bertemu Jongin. Melihatnya sama dengan membuka kembali luka lama yang mulai mengering.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jongin pulang ke rumah dalam keadaan kacau. Matanya sembab karena terus mengangis. Jongin bisa jadi sangat cengeng saat berhubungan dengan orang yang disayanginya.
Jongin berjalan menuju kamarnya saat matanya menangkap sosok appanya yang menghampirinya dengan wajah heran.
" Jongin ah,, wae? Ada apa? Kenapa kau kacau sekali? Apa pekerjaan di kantor yang membuatmu begini? ", tanya appa Jongin bertubi tubi
Jongin menggelengkan kepalanya pelan. Kemudian ia kembali terisak. Appa Jongin heran melihatnya. Dipeluknya Jongin dan ditepuk tepuk pundak putra tunggalnya itu.
" Wae? Ceritakan pada appa. Ada apa sebenarnya hmmm? ", tanyanya pada Jongin yang masih terisak.
" Ak,, aku salah appa,, aku sudah membuatnya menderita, dan sekarang,, ak,, ak,, aku kehilangannya,, hiks ". Jongin berucap sambil terus terisak.
Appa Jongin tak tahu apa maksud perkataan anaknya. Ia membawa Jongin duduk dan menenagkannya. Kemudian membiarkan Jongin mulai bercerita.
" Appa masih ingat Sehun? ", tanya Jongin, memulai ceritanya.
Appa Jongin mengangguk. Ia ingat betul calon menantu kesayangannya empat tahun silam yang pergi dan membuat Jongin hampir gila.
" Ne. Appa ingat. Wae? Apa kau sudah bertemu dengannya lagi? "
Jongin mengangguk. Kemudian ia menceritakan semuanya pada appanya. Pertemuannya dengan Jonghun di Cafe, dengan Sehun di rumah sakit, sampai Sehun yang sekarang pergi. Semuanya Jongin ceritakan tanpa ada satupun yang terlewatkan.
" Sebelum aku pergi waktu itu, aku membuat kesalahan appa. Aku tak tahu saat itu Sehun tengah mengandung anakku, anak kami. Dan, dan, saat Sehun membutuhkanku aku malah pergi ", Jongin kembali terisak
Appa Jongin sedikit terkejut mendengar penuturan Jongin. Tak menyangka bahwa sebenarnya ia sudah mempunyai cucu.
" Kau sudah bertemu anakmu? ", tanya appa Jongin hati hati
Jongin mengangguk. Senyum merekah di bibirnya. " Sudah appa, dia sangat mirip denganku. Dia sangat cerdas dan menggemaskan. Aku seperti sudah merasakan bahwa ia adalah anakku saat pertama kali kami bertemu. Aku yakin appa akan menyukainya. Tapi, Sehun tidak pernah memberitahunya bahwa aku adalah appanya "
Appa Jongin menghela napas panjang. Ini rumit. Pasti tak akan mudah bagi Sehun untuk menerima Jongin begitu saja. Tapi yang bisa ia lakukan adalah memberi semangat pada Jongin. " Pergilah Jongin. Cari menantu dan cucu appa. Bawa mereka ke sini. Kau tahu appa sudah tua. Appa ingin diurus oleh menantu yang cantik dan menggendong cucu yang tampan ", appa Jongin menepuk pundak putranya pelan
Jongin berhenti menangis. Appanya benar. Ia harus membawa Sehun dan Jonghun kembali. Apapun caranya.
" Gomawo, appa. Aku janji akan membawa mereka kembali ", ucap Jongin sambil tersenyum. Kemudian ia melesat pergi, menjemput kebahagiannya yang takkan pernah ia lepaskan lagi.
.
.
.
.
.
.
Jongin melajukan mobilnya ke rumah sakit seoul tempat Sehun sebelumnya bekerja. Sebelum itu, Jongin terlebih dulu ke tempat Baekhyun utuk menanyakan keberadaan Sehun. Tapi nihil. Baekhyun bersikeras tidak memberitahu dimana Sehun dan Jonghun berada.
Jongin hampir kehilangan kesabarannya. Ia sudah meminta alamat dimana Sehun dipindahtugaskan pada rumah sakit tapi tak juga diberi. Jongin terus memohon dan memohon. Ia benar benar harus mendapatkannya kali ini.
Akhirnya setelah perdebatan panjang, pihak rumah sakit mau memberitahu dimana Sehun pindah. Jongin tersenyum menang. Sekarang saatnya ia menjemput dua permata dalam hidupnya.
.
.
.
.
.
.
.
Jongin sampai di Busan pada keesokan paginya. Ya, Sehun pindah ke Busan. Jongin terus tersenyum sambil mengendarai mobilnya. Membayangkan wajah Sehun dan Jonghun membuatnya begitu bersemangat. Tak peduli hujan deras dan dingin yang menusuk karena Busan diguyur hujan pagi itu. Ia berharap Sehun mau memaafkannya.
Jongin menguap pelan. Semalaman ia tak tidur dan terus melajukan mobilnya agar cepat sampai di Busan. Tapi Jongin tak peduli. Ia harus bertemu dengan Jonghun dan Sehun. Ya Jonghunna, juga Sehunnya.
.
.
.
.
Sehun tengah memeriksa keadaan pasien pasiennya. Pindah ke Busan membuatnya sedikit lebih tenang. Di Busan juga lebih nyaman dan tenang dibandingkan dengan Seoul. Jonghun juga lebih suka disini. Meskipun kadang ia suka menanyakan ahjussi teman Baekhyun ahjumma. Baekhyun benar, sekeras apapun Sehun berusaha, ia tidak pernah bisa memutus ikatan antara Jonghun dan Jongin.
Sehun melewati Unit Gawat Darurat saat seorang suster meneriakkan namanya. Memintanya untuk segera masuk ke UGD. Di UGD tampak ada beberapa polisi juga. Sehun berpikir mungkin ada korban kecelakaan yang harus ia tangani.
Sehun segera berlari ke ranjang pasien yang berada di UGD. Betapa terkejutnya ia saat mendapati siapa yang tengah terbaring tak sadarkan diri dengan bersimpah darah di atas sana.
" Jong,,,, Jongin? ", Sehun berkata pelan tapi masih cukup untuk didengar oleh polisi yang berada di sana
" Dokter kenal orang ini? ", tanya salah satu dari polisi itu. Sehun mengangguk. Matanya tak pernah lepas dari tubuh Jongin yang tengah terbaring.
" Syukurlah. Dia mengalami kecelakaan yang lumayan parah. Mobilnya tergelincir karena jalanan licin dan menabarak tiang lampu di jalan tol. Terlebih sepertinya ia mengantuk karena melakukan perjalanan tanpa beristirahat ", jelas polisi itu.
Sehun masih diam. Ia takut. Takut melihat Jongin yang diam seperti ini. Takut terjadi apa apa pada Jongin. Tapi Sehun menyadarkan dirinya, ia seorang dokter disini. Ia harus menyelamatkan Jongin apapun yang terjadi. Sehun menyuruh semua orang yang ada disitu untuk keluar kecualai beberapa orang perawat. Ia harus segera mengambil tindakan sebelum ia kehilangan Jongin.
.
.
.
Sehun hampir putus asa. Detak jantung Jongin begitu lemah. Luka di kepala Jongin juga cukup parah meskipun tidak dibutuhkan tindakan operasi.
" Kumohon Jongin,, bertahanlah ", Sehun berkata sambil terus menekan dada Jongin, memacu denyun Jantungnya.
Denyut jantung Jongin semakin lemah. Sehun mulai menangis sekarang. Ia segera meraih alat pacu jantung dan segera mengejutkannya pada Jongin.
" Kumohon,, kumohon,, bertahanlah Kim Jongin ", ucap Sehun sambil terus terisak. Matanya menatap komputer yang hampir membentuk garis lurus.
" Nado. Nado,, nan Jeongmal bogosiphoyo,, nae Jongin... "
Bagai mantra. Ucapan Sehun seolan menyihir Jongin untuk tetap bertahan hidup. Garis lurus pada komputer berubah menjadi grafik naik turun yang meningkat tajam.
Sehun bernafas lega. Jonginnya selamat. " Gomawo,, gomawo sudah bertahan ", ucapnya sambil terus memandangi wajah damai Jongin yang terlelap.
.
.
.
.
.
.
Sehun menempatkan Jongin di ruang ICU guna mendapatkan perawatan yang maksimal. Sehun juga menghubungi Baekhyun untuk mengabarkan keadaan Jongin pada keluarganya.
Appa Jongin yang mendapat kabar perihal anaknya, langsung terbang ke Busan dan segera menuju ke rumah sakit tempat Jongin di rawat.
Sehun tengah memeriksa keadaan Jongin saat appa pria itu datang dengan tergopoh gopoh dan wajah penuh kekhawatiran.
" App,, appa ", panggil Sehun terbata. Sejak dulu, Sehun terbiasa memanggil pria paruh baya ini dengan sebutan appa.
" Sehun! ", appa Jongin terkejut. Tapi kemudian ia sadar. Ia harus bertanya bagaimana kondisi putranaya yang tengah terbaring dengan tabung oksigen itu.
" Bagaimana keadaan Jongin? ", tanyanya pada Sehun
" Jongin dalam keadaan stabil appa. Tapi ia belum sadarkan diri sejak tadi pagi ", jawab Sehun. " Aku dokter yang menanganinya. Aku akan pastikan bahwa Jongin akan baik baik saja "
Appa Jongin bernapas lega. Kemudian ia beralih menatap Sehun. Calon menantu kesayangannya itu sudah banyak berubah. Sekarang ia tambah dewasa dan juga lebih terlihat anggun dengan seragam dokternya.
Appa Jongin kemudian mengajak Sehun bicara di luar. Appa Jongin sangat bangga pada Sehun saat ini. Ia juga menceritakan alasan Jongin yang tiba tiba pergi tanpa memberi kabar pada Sehun empat tahun silam.
" Appa mohon, maafkan dia Sehuna. Hidupnya selama ini terlalu berat tanpamu ", pinta appa Sehun. Sehun hanya menundukkan kepalanya.
" Dan, bolehkah appa bertemu cucu appa? ", pertanyaan appa Jongin membuat Sehun membulatkan matanya.
" Neee? "
Appa Jongin tersenyum. " Appa sudah tahu. Jongin yang memberitahu appa. Kau pikir apa alasan anak itu hingga sampai ke Busan jika bukan karenamu dan anaknya? "
Jadi Jongin sudah tahu bahwa Jonghun adalah anaknya? Dan yang secara tidak langsung membuat Jongin sampai ke Busan hingga mengalami kecelakaan seperti ini adalah dirinya. Mata Sehun berkaca kaca. Ia sudah terlalu jahat pada Jongin. Terlebih ia tak mau mendengarkan penjelasan orang yang masih sangat dicintainya itu.
" Mianhae,, appa ", ucap Sehun sambil terisak. " Mianhae,, karena aku, Jongin jadi seperti ini"
" Heii,, kau tidak boleh berkata begitu. Ini semua sudah takdir Sehun ", appa Jongin menenangkan. " Lebih baik kau lakukan yang terbaik saja untuk Jongin. Dan appa mohon, ijinkan appa bertemu cucu appa "
Sehun mengusap air matanya. " Tentu saja appa. Tapi dia masih sekolah appa. Kebetulan sekolahnya hanya di dekat sini. Dan dia akan kemari saat pulang nanti "
" Cucuku sudah bersekolah? Apa kau tidak salah Sehun? Jika kuhitung hitung usianya takkan lebih dari tiga tahun bukan? ", tanya appa Sehun heran.
Sehun tertawa. " Ne, appa, dia sedikit kelebihan seperti appa dan Jongin "
Appa Jongin menggeleng gelengkan kepalanya. Benar kata Jongin, ia pasti akan amat sangat menyukai cucunya.
.
.
.
.
Sudah tiga hari Jongin dirawat, tapi ia belum sadarkan diri. Sehun bingung apa lagi yang harus ia lakukan untuk membuat Jongin cepat sadar.
Selama itu pula appa Jongin sudah bertemu dengan Jonghun. Jonghun tampak sangat senang bisa bertemu dengan harabojinya. Begitu juga dengan appa Jongin. Ia begitu kagum dengan Jonghun dan cara Sehun mendidiknya. Jonghun anak yang pemberani, cerdas, dan begitu sopan dan menyenangkan.
.
Hari ini Sehun mengajak Jonghun masuk ke ruang rawat Jongin. Ia merasa ini saat yang tepat untuk memberitahu Jonghun. Terlebih ia berharap Jongin bisa cepat sadar jika ada Jonghun disisinya.
" Eomma, bukankah itu ahjussi teman Baekhyun ahjumma? Kenapa ahjussi bisa berada di sini ? ", tanya Jonghun saat melihat Jongin yang terbarin.
" Ne ", jawab Sehun pendek. " Jonghun ah,, Jonghun ingin sekali bertemu appa kan ", tanya Sehun kemudian.
Jonghun mengangguk kecil. " Ne eomma, Jonghun ingin sekali bertemu appa. Apa boleh eomma? "
Sehun tesenyum lembut. " Tentu saja ", jawabnya. " Sekarang, Jonghun sangat dekat dengan appa. ", perkataan Sehun membuat Jonghun bingung. Kemudian Sehun menggendong Jonghun dan mendekatkannya pada Jongin.
" Nae Jonghun appa "
Jonghun sedikit lambat merespon perkataan eommanya, " Benarkah eomma, ahjussi adalah appa Jonghun ? ", tanyanya. Sehun menjawab dengan anggukan kecil.
Mata Jonghun berbinar. Akhirnya ia benar benar bisa bertemu dengan appanya. Appa yang selama ini begitu ia rindukan.
" Appa,, ", Jonghun turun dari gendongan Sehun dan duduk di tepi ranjang Jongin. Matanya menatap wajah Jongin yang begitu damai. " Appa,, ini Jonghun. Jonghun sangat merindukan appa ", Jonghun berkata, membuat Sehun terharu melihatnya.
Kemudian anak laki laki berusia tiga tahun itu berkata lagi, " Appa harus bangun, Jonghun ingin bermain dengan appa, Saranghae "
.
CUP
.
Jonghun mencium pipi Jongin lembut, menyalurkan rasa sayang dan rindu pada appanya.
Sehun melihat tangan Jongin yang bergerak gerak saat Jonghun mencium pipinya.
" Jongin,,, "
Sehun kemudian meminta Jonghun untuuk keluar karena ia akan memeriksa keadaan Jongin. Mulanya Jonghun tak mau, ia takut akan berpisah dengan appanya lagi. Tapi setelah Sehun bujuk bahwa ia akan bermain dengan appanya setelah ini, Jonghun menurut.
.
.
Sehun berdiri sambil menggenggam tangan Jongin erat. Ia sudah selesai memeriksa Jongin. Ada perkembangan yang lumayan signifikan setelah kedatangan Jonghun tadi.
" Bangunlah Jongin. Aku sudah memaafkanmu. Kau tak ingin bertemu anakmu eoh ? ", Sehun berkata lirih
Kemudian Sehun mendekatkan dirinya pada Jongin dan menecup kening Jongin lembut.
" Saranghae,,,,, "
Tepat saat Sehun mengangkat wajahnya, ia melihat Jongin membuka matanya perlahan lahan.
" Ya Tuhan Jongin,, akhirnya kau sadar ", Sehun bahagia. Ia hendak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Jongin, tapi tak bisa. Tangan Jongin tak mau melepaskannya begitu saja. Jongin menggenggam tangan Sehun erat seolah tak mau melepaskannya lagi.
Dan dari balik tabung oksigen, Jongin berkata lirih dan terbata namun terdengar sangat jelas di telinga Sehun, membuat Sehun tersenyum sekaligus menangis haru, " Na,, Nado, nado saranghae,,,, "
.
.
.
.
.
Jonghun bergelayun manja pada Jongin yang bersandar pada nakas rumah sakit. Selang infus masih menancap di tangah Jongin.
Jongin merasa seperti mimpi. Mendekap dan memluk anaknya. Anak yang bahkan Jongin tak pernah tahu bahwa ia berada di dunia. Jonghun juga sama. Ia begitu bahagia bisa bertemu dengan appa yang selama ini hanya jadi bayangan samar dalam mimpinya.
Jongin memeluk Jonghun erat dan terus mengecup pipi gembul dan rambut anaknya sayang. Sesekali bercanda dengannya. Dan hal itu membuat Sehun cemburu berat. Ia cemburu. Bagaimana bisa sekarang Jonghun dengan mudah mengabaikannya? Sedikit sedikit ingin bersama appa, ingin bertemu appa, pulang sekolah bersama appa. Hei,, Sehun ibunya kan?
Sehun masuk ke ruan rawat Jongin dengan wajah masam. Bagaimana tidak? Pemandangan yang memuatnya cemburu terpampang jelas di depan matanya. Appa Jongin yang kebetulan sedang berada di sana terkekeh. Yah sifat sedikit kekanakan milik Sehun belum sepenuhnya hilang rupanya.
Appa Jongin mengajak cucunya keluar. Ia tahu, anaknya membutuhkan waktu berdua saja dengan Sehun. Banyak hal yang harus mereka selesaikan. Akhirnya dengan rayuan dua gelas besar bubble tea, Jonghun mau mengikuti harabojinya. Meninggalkan Sehun dan Jongin berdua di ruangan itu.
.
.
.
Sehun menunduk dengan Jongin yang terus menatapnya sambil tersenyum senyum.
" Kemarilah,, ", pinta Jongin. Sehun hanya mendongakkan kepalanya tanpa berniat untuk bergerak sedikitpun. Ia masih terlalu malu. Ini pertama kalinya ia hanya berdua dengan Jongin setelah Jongin sadar.
Jongin tahu Sehun tak akan menghampirinya. Maka ia yang harus menghampiri Sehun. Jongin mencabut infus yang ada di tangannya. Mata Sehun membulat melihat apa yang baru saja dilakukan Jongin.
" Apa yang kau lakukan? ", teriak Sehun. Jongin hanya tersenyum. Kemudian ia bangkit dan berjalan menghampiri Sehun.
Jongin masih sedikit sulit bergerak. Tapi akhirnya ia bisa berdiri tepat dihadapan Sehun. Mengangkat dagu lancip yeoja itu hingga mata mereka saling beradu.
Jongin mengelus pipi sehun yang merona. " Kau tau? Aku begitu merindukanmu "
Sehun hanya diam. Kemudian Jongin melanjutkan, " Terima kasih sudah membuatku bangun dan bertahan. Terima kasih sudah memaafkanku. Terima kasih sudah mempertahankan Jonghun. Aku minta maaf, aku benar benar tidak tahu kau mengandung anakku saat itu. Kau pasti merasa sangat sulit saat itu. Terima kasih juga sudah mendidik Jonghun dengan baik. Dan terima kasih sudah mau mempertahankan cintamu untukku "
Air mata mengalir pelan di pipi Sehun dan langsung bersentuhan dengan tangan Jongin. Jongin tak tahan. Ia langsung membawa Sehun ke dalam pelukannya. Membiarkan Sehun menumpahkan bebannya selama ini.
Jongin terus mengecup pucuk kepala Sehun dan menggumamkan kata maaf pada yeoja yang sangat dicintainya ini.
" Jongin,, kumohon jangan pernah membuatku khawatir lagi. Kau benar benar tak pantas terbaring lemah tanpa suara ", Sehun berkata lirih. Tangannya terangkat membalas pelukan Jongin. " Jangan pernah pergi tanpa memberitahuku lagi. Aku merasa seperti ingin mati. "
Jongin mengelus rambut panjang Sehun, dan tertawa pelan. " Sebegitu cintanya kau padaku hingga kau seperti mau mati tanpaku ? ", ejek Jongin.
Sehun segera melepaskan pelukannya. Pria ini benar benar tidak berubah. Selalu saja senang mengejeknya.
" Ya! ", teriak Sehun. Jongin terkekeh pelan.
" Tak apa. Aku senang mendengarmu seperti itu. Karena aku juga merasakan hal yang sama. Aku hampir gila, ingin mati, dan begitu tersiksa tanpamu, Sehunaa ", perkataan Jongin membuat Sehun merona. Ia selalu lemah terhadap pria ini.
Kemudian Jongin mengecup kening Sehun lama. Sehun memejamkan matanya menikmati apa yang tengah Jongin lakukan.
" Saranghae,, Oh Sehun,, ah ani, Kim Sehun, jeongmal saranghae. Maukah kau kembali denganku, memulai semuanya dari awal? Dan karena kau sudah jadi ibu dari anakku, maka selamanya akan begitu. Kau akan tetap jadi ibu dari anakku. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Oleh karena itu, ayo kita besarkan Jonghun bersama? ", Jongin berkata sambil tersenyum.
Sehun tak salah dengar? Apa Jongin baru saja melamarnya? Sebuah kecupan di pipi menyadarkan Sehun dari keterkejutannya.
" Diam berarti iya ", kata Jongin
Sehun hanya mendengaus. Kemudian tersenyum. " Kau sudah tau jawabanku Tuan Kim "
Jongin tersenyum lebar. Ia kembali memeluk Sehun erat dan dibalas Sehun dengan tak kalah erat pula.
" Saranghae,, Sehuna,, jeongmal Saranghae "
" Nado Saranghae Jongi ah,, "
.
Jongin melepaskan pelukannya. Ia mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Sehun. Jongin sedikit memiringkan kepalanya. Sehun tau apa yang akan Jongin lakukan padanya. Ia memilih memejamkan matanya dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Benar saja, dua bibir itu bertemu dan saling menyalurkan betapa Jongin mencintai Sehun dan sebaliknya. Sehun sangat mencintai Jongin. Jongin meletakkan tangannya di pinggang Sehun dan membuat Sehun mendekat. Sehun mulai mengalungkan tangannya pada leher Jongin.
Dan saat mereka tengah menikmati apa yang tengah mereka lakukan,,,,,
.
.
.
.
.
.
.
.
" Appa! Eomma! Kalian membuatku tidak polos lagi! "
.
.
.
.
.
.
.
.
END
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hai hai,, apa kabar readers?
Ketemu lagi di ff Kaihun pertama saya. Kaihun adalah pairing favorite author setelah Chanbaek.
Semoga readers suka dengan ff ini.
.
Review juseyo,,, :D
