A/N :Aaaaaah! Lagi-lagi aku bikin malah bikin cerita baru! Uuuh, nggak apa, deh... Toh, ini fanfic udah kuselesaikan (ada 4 chapter). Oya, kalau baca fanfic ini mungkin bakal sedikit kaget karena isinya nggak seperti kebanyakan fanfic disini. Tapi, kalau ditanya, saya nggak nekanin unsur romance. Ehehehe, soalnya romance itu benar-benar bukan genre saya~ Hidup parody/humor! *ditendang ke laut* Ngg, karena lagi ada libur UAS, aku berniat kebut fanfic... Do'ain saja bisa!
Disclaimer : Inazuma Eleven punyaku? Waduh, waduh... Scene pertandingannya bisa-bisa hanya berlangsung 2 menit, tuh...
Warning (s) : sedikit OOC. Well, sepertinya nggak ada yang nggak OOC di fanficku... =.= Tapi, kuusahakan masih in character semaksimal mungkin (masih mungkin, lho?). Pairingnya... EndouGouenji mungkin... (lho? Kok, mungkin?)
"Onii-chan! Onii-chan sedang baca apa?" tanya seorang gadis kecil berkepang dua kepada kakak tersayangnya. Dia sangat penasaran dengan buku yang sekarang dibaca serius oleh kakaknya itu. Sepertinya yang didalam buku itu harus dihafal karena mulut sang kakak terus komat-kamit kayak lagi merapal kutukan voodoo ke Garshield yang kabarnya kabur ke Hawaii. "Onii-chan kan udah selesai ujian. Kenapa sekarang sepertinya sedang menghafal begitu?"
Sang kakak mengalihkan perhatiannya dari buku itu ke sang adik. "Ah, ini naskah dialog."
"Naskah dialog? Wah, Onii-chan mau main drama ya?"
Ace striker Inazuma Japan dan Raimon Eleven itu tersenyum. "Iya. Drama untuk perpisahan nanti."
"Waaa! Sugoi! Kapan itu, Onii-chan? Aku ingin lihat!"
"Seminggu lagi. Katanya dibuka untuk umum karena nanti sekalian ada bazaar dari kelas 1 dan 2. Kamu boleh datang bersama Fuku-san, kok."
"Yeeeeey! Eh! Eh! Onii-chan dapat peran apa? Kalau drama pasti Onii-chan jadi pangeran, kan?"
"..."
"...Onii-chan?"
Cowok itu hanya tersenyum kepada adiknya. "Kau lihat saja nanti, Yuuka..."
= On Stage =
= Chapter 1 of 4 : Preparation =
= By : 4869fans-nikazemaru =
Terdengar suara telepon berbunyi yang mengusik pendengaran si pemilik rumah. Cowok beralis tebal dengan mata sedikit mengantuk itu segera berlari untuk menjawabnya.
"Halo? Dengan Fubuki Shirou disini," katanya.
"Ah, halo, Fubuki-san!"
Shirou langsung mengenali suara itu. "Tachimukai-kun? Ada apa?"
"Fubuki-san sudah tahu belum? Minggu depan SMP Raimon akan ada pentas drama kelas 3 untuk menyambut perpisahan!"
"Wah? Drama? Kelihatannya seru. Itu untuk umum?"
"Kata Tsunami-san, sih, iya. Soalnya ada bazaar kelas 1 dan 2 juga. Fubuki-san berminat untuk nonton?"
"Iya. Aku mau! Ada Endou-kun 'kan disana? Pasti dramanya bakal seru. Sayang kalau nggak nonton. Apa dramanya?"
"Umm... Aku belum tahu pastinya... Tapi, katanya tentang kerajaan-kerajaan semacam dongeng Sleeping Beauty?"
"Kok, ada kata 'semacam'nya?"
"Kata Endou-san, dramanya Sleeping Beauty tapi beda... Dimodifikasi begitu. Agak bercampur dengan dongeng lain juga."
"Keren, nih... Siapa pangerannya? Trus putrinya?"
"Ka-kalau itu... Sebenarnya..."
Tachimukai berbisik sesuatu. Shirou menajamkan pendengarannya. Matanya terbelalak. "HAAAAAAH? NGGAK MUNGKIN!"
"Cukup untuk sekarang. Kita akan evaluasi sambil istirahat makan siang selama 25 menit!" seru Natsumi yang bertindak sebagai ketua dalam pelaksanaan drama ini. Semua anak yang menjadi pemeran dalam drama langsung menghela nafas lega dan menyerbu Aki yang menjadi seksi konsumsi dengan dibantu beberapa siswi lain. Sambil menyantap makan siang yang dibagikan, Natsumi mulai melihat-lihat kertas yang dari tadi ditangannya dibantu Kidou untuk memulai evaluasi latihan hari ini. "Mulai dari pemeran pangeran. Kazemaru Ichirouta, tolong lebih tegas lagi. Tapi, adegan pertarunganmu tadi sudah cukup memuaskan. Pertahankan. Selebihnya bagus, hanya kurang tegas dan seriusnya."
"Yaah... Mana bisa aku serius membaca dialog-dialog yang 99,9% GAJE dan LEBAY itu? Sumpah, kata-katanya nggak to the point banget. Gombal. Nggak efisien waktu! Yang bikin siapa, sih, naskahnya? Tapi, kalau yang bikin Megane, kayaknya aku nggak bakal kaget," protes Kazemaru.
"A-apa? He-hei! Itu hasil kerja kerasku setelah bersemedi 7 hari 7 malam, tahu!" balas Megane Kakeru, yang jadi penulis naskah, nggak terima.
"Euhh... Tapi, hampir 50% dari naskah ini yang diambil dari anime. Dari dialog maupun adegan. Yah, walau nggak mirip-mirip amat," kata Shinichi Handa yang kebagian untuk mengabdi di seksi dekorasi.
"Selanjutnya, Endou Mamoru. Jangan cengar-cengir melulu. Peranmu 'kan pengawal pangeran. Yang sangar, dong!" ucap Natsumi. Mamoru makin nyengir.
"Tapi, sejak awal, pembagian perannya memang hancur-hancuran... Agak susah juga karena banyak yang tidak sesuai sama karakternya. Seperti kasus Kageno yang nggak tau kenapa dapat peran sebagai raja. Masalahnya kita bukan Midorikawa yang bisa akting sampai kayak orang lain," komentar Kidou. Yup, siapa yang bisa akting seperti Midorikawa Ryuuji? Orang yang pas di Aliea Gakuen sifatnya super dingin dan sadis, tapi aslinya cerah ceria begitu? Sepertinya Midorikawa sebaiknya dimasukin klub teater.
Mamoru sweatdrop. "Kidou, bukannya kamu juga? Tadi aktingmu waktu jadi penyihir jahat sempurna banget. Rasanya seperti melihat... dark!Kidou?"
"Hahh... Ide buat membagi peran lewat undian memang buruk ya..." imbuh Max yang dapat bagian jadi seksi dekorasi juga.
"Salah siapa coba?" cetus Someoka kesal sambil menghadiahi Megane death glare. Peran cowok macho (?) ini adalah menjadi seksi properti. Megane hanya bisa nyengir kutu. "Aku nggak bisa ngebayangin bagaimana penampilan drama kita nanti! Betul, nggak?" Someoka langsung mendapat sorakan-sorakan setuju dari anak-anak lain. Sepertinya Someoka berbakat jadi provokator dalam unjuk rasa...
Fuyuka segera melerai mereka yang protes dan berhasrat memutilasi Megane menjadi 1001 potong. Oya, peran gadis nan kalem ini menjadi ibu sang putri. Cocok banget ya! "Sudah, sudah... Kalian itu sudah untung dapat peran itu... Tidak seperti..."
Semua orang langsung melirik sesosok cowok yang dari tadi duduk diam didekat jendela. Cowok yang sedang makan sambil membaca kembali buku naskahnya itu hanya cuek waktu dilirik seluruh anak kelas 3 lainnya.
Flashback bentar ya?
"Eh, yang udah jadi panitia dan membantu seksi-seksi nggak usah jadi pemeran drama ya! Tugas kita udah banyak, nih..." kata seorang cowok. Natsumi mengangguk setuju. Memang drama kali ini membutuhkan dekorasi yang cukup rumit. Yaah, ketuanya Si Natsumi, sih... Jadinya, semua hal harus 'perfect'.
"Berarti untuk dramanya, akan memakai pemeran sejumlah orang yang belum dapat tugas. Tapi, disisakan beberapa untuk petugas tambahan," kata Kidou yang nggak jadi panitia, tapi kata-katanya selalu disetujui layaknya dia ketuanya. Ok, kita anggap saja dia adalah wakil ketuanya walau sebenarnya bukan. Wakil ketua, sih, ada. Tapi, wibawanya kalah telak dari Kidou. Jadinya wakil ketua yang asli malah nggak ngapa-ngapain.
Megane angkat bicara. "Dramanya sudah kubuat, kok! Seperti katamu tadi pembagiannya. Aku sudah menduga bakal begini," celetuk Megane sambil mengacungkan sebuah buku dengan tulisan 'naskah drama'. "Sekarang ini sedang diperbanyak oleh adikku."
"Nah, susunan panitia udah jadi... Naskah drama juga udah jadi. Sekarang tinggal membagi perannya!" seru Mamoru girang. Dia mengambil buku naskah dari tangan Megane. Dibukanya halaman yang menuliskan peran-peran yang ada di drama nanti. "Mmm... Dimulai dari... Tokoh pangeran ini enaknya..."
"Tunggu!" sela Megane. Dia langsung mengeluarkan sebuah kardus kecil yang isinya kertas-kertas. "Pakai undian saja. Biar nggak ada yang protes sama pembagiannya. Tapi, sebelum ambil, kita semua sepakat dulu! Nggak boleh protes sama hasil yang kalian dapat! Nggak boleh diam-diam tukar! Nggak boleh minta ganti!"
Natsumi mengelus dagunya. "Hmm, mungkin benar juga. Lebih adil."
"Setuju! Setuju!" sorak siswa lain.
"Semua ambil satu ya! Jangan berebut," kata Aki.
"Anu... Firasatku, kok, nggak enak?" ucap Fuyuka sebelum mengambil kertas. "Rasanya ada yang kurang."
"Tenang! Nggak ada yang perlu dicemaskan!" balas Megane enteng.
Kidou melirik kardus yang sudah kosong itu. "Semua sudah ambil. Sekarang kita buka sama-sama. 1... 2... 3!"
Siswa-siswa kelas 3 itu langsung heboh.
"Yah, hanya prajurit!"
"Ah, aku peri!"
"Hah? Pangerannya aku?" seru Kazemaru kaget begitu membaca tulisan yang tertera pada kertas yang dia ambil. "Kok, aku? Duuh... Padahal pengin dapat peran yang mudah! Capek, ah, hafal-hafalan terus."
"Wah, aku bakal jadi pengawalmu, Kazemaru!" kata Mamoru senang sambil menunjukkan kertasnya yang bertuliskan 'pengawal setia pangeran'.
Kidou membaca kertasnya. "Hmm... Aku antagonisnya ya..."
"Kidou..."
"Ada apa?" tanya Kidou yang langsung menoleh ke orang yang memanggilnya.
"...Ini... Apa antara peran cewek dan cowok tadi kertas undiannya dicampur?"
Hening sejenak.
Loading...
Please wait...
Please stand by...
Please... Tunggu, tunggu... Nggak semua murid Raimon lemot seperti Mamoru, kan? Ayolah, cepetan bereaksi!
Setelah loading beberapa saat yang kadang diselingi pesan 'not responding', 'please try again later', 'server not found', dan 'problem loading page' (tunggu, ini otak apa komputer, sih?)... Semua orang disana akhirnya terbelalak dan tersadar. "Be-benar juga!"
"Pa-pantas aku merasa ada yang kurang!" ucap Fuyuka.
"Eh, tapi semua cocok, kok, untungnya," kata Megane. Diliriknya semua orang. "I-iya, kan?" Beberapa mengangguk dan sebagian besar melihat kertas mereka sekali lagi.
"Eeh... Ngomong-ngomong yang dapat peran putri siapa? Harusnya tu cewek udah heboh karena senang dapat peran utama," kata Someoka melirik para kaum hawa. Cewek-cewek itu langsung berpandangan dan saling melihat kertas mereka lagi.
"Anu... Sepertinya diantara kami tidak ada yang menarik kertas itu," ucap salah seorang dari mereka.
DEGH!
Semua terdiam.
"Hah? Tunggu dulu!" Kidou langsung tersadar. Ditatapnya Shuuya, orang yang memanggilnya tadi. "Jangan bilang kalau kau dapat peran..."
Shuuya mengangguk lemah.
"APAAAAAAAAAAAA?"
Langit rasanya runtuh pada siang hari itu...
Langit diatas Shuuya maksudnya...
Flashback selesai...
"Gouenji, kamu memang sedang sial..." kata Kazemaru. Shuuya hanya menghela nafas. Pasrah. "Tapi, Megane. Kamu yakin kalau adegan ciuman itu nggak perlu dihilangkan? Buat apa, sih, dikasih adegan gituan!"
"Lho? Malah kebetulan, kan? Kalian 'kan sesama cowok! Kalau sama cewek baru bahaya! Nggak usah sampai nempel juga apa susahnya! Saling deketin wajah aja sampai beberapa cm. Kalau keblabasan ya tinggal nikmatin aja!" ucap Megane ngasal yang langsung dicekik Someoka. Waduh, jangan-jangan Bang Someoka cemburu ya?
Natsumi menetralisirkan keadaan. "Sudah. Lalu, Gouenji-kun, memang sulit, tapi tolong lebih anggun lagi."
"Baik," jawab Shuuya singkat.
"Yak! Itu saja kiranya yang butuh ku evaluasi! Sekarang, kita lanjutkan latihan," ucap Natsumi.
"LALU PULANG!" seru Mamoru yang disambut dengan penuh suka cita oleh para anak cowok. Mamoru langsung dijitak Natsumi. "Lho? Kan, bener, Natsumi?"
"Iya, tapi tidak secepat itu! Hari ini 'kan kita ada sesi pengukuran baju!" kata Natsumi mengingatkan.
"Lho? Bukannya biasanya pakai seadanya?" tanya Fuyuka.
Natsumi menggoyangkan jari telunjuk tangan kanannya. "Hmm. Tidak untuk tahun ini! Aku ingin membuat drama yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Harus beda! Karena tahun ini skala dramanya besar dengan penonton dari berbagai kalangan. Apalagi kita telah disponsori sepenuhnya oleh Kidou Corp. Tidak boleh disia-siakan. Tidak tiap tahun ada drama sekolah yang disponsori Kidou Corp!" Semua (kecuali Kidou dan Natsumi) bengong waktu dengar kata-kata Natsumi. 'Kidou Corp yang itu? Bapaknya Kidou? Sumpeh, loe?' Natsumi tersenyum melihat ekspresi teman-temannya. "Nah, sekarang kalian tahu, kan, mengapa harus tampil maksimal? Ok, ayo latihan!"
"Ba-baik..."
"Endou..." panggil Kazemaru.
Mamoru menoleh. Ceritanya 2 orang ini lagi dalam perjalanan pulang ke rumah. Harusnya hari ini dengan Shuuya juga mereka pulangnya. Tapi, striker satu itu masih ditahan oleh Natsumi dan Kidou. Entah ada masalah apa. Kelihatannya tentang latihan suara falseto agar suara Shuuya lebih cewek. Jadinya ya terpaksa cuma berdua. "Ya, Kazemaru?"
"Kamu... Mmm, akhir-akhir ini... Kayaknya agak aneh."
"Ha-hah? Aneh bagaimana, Kazemaru?" Mamoru balik nanya.
Kazemaru menggaruk kepalanya. "Aneh... Aneh bagaimana ya...? Aneh pokoknya!" Kazemaru berpikir sejenak. Mengingat-ingat perubahan Mamoru akhir-akhir ini. Tak lama kemudian Kazemaru menjentikkan jarinya. "Ah! Misalnya makan siang hari ini. Tumben banget kau hanya habis 1 porsi! Biasanya juga 3 porsi, kan?"
"Eh, umm... Hari ini aku hanya agak kenyang. Ehehehe!"
"Kamu nggak sedang ada masalah, kan, Endou?"
"Ahaha! Tenang! Tenang! Semuanya beres, kok!"
Mendengar jawaban itu, Kazemaru menghela nafas. "Yah, baiklah kalau begitu. Pokoknya kalau ada masalah, jangan segan cerita sama aku. Siapa tahu aku bisa bantu. Ah, sudah ya!" ucap Kazemaru saat melihat gang menuju rumahnya mulai terlihat.
"Ya! Sampai besok!" seru Mamoru. Begitu Kazemaru menghilang dari pandangan, Mamoru menghela nafas lega. "Fiuh! Hampir saja!" Wah, ada apa ini? Sepertinya goalkeeper kita ini memiliki suatu hal yang disembunyikan. Oww, tidak biasanya! Seorang 'Endou Mamoru', yang terkenal super terbuka hingga teman-temannya tahu apa saja dosa-dosanya (?) ini, memiliki rahasia. Rahasia apa ya...?
"Nggak boleh sampai ketahuan!" Muka Mamoru memerah. 'Tapi... Semakin kuperhatikan memang aslinya dia manis banget... Sayang nggak ada yang nyadar. Coba dia agak manis dikit sikapnya, pasti semua orang...' Mamoru langsung memukul-mukul wajahnya sendiri. "AAAAAAARGH! NGGAK BOLEH! NGGAK BOLEH! SADAR, MAMORU! GOUENJI ITU 'KAN TEMANMU! COWOK PULA!" teriaknya depresi. Orang-orang yang lagi berjalan disekitarnya langsung menoleh. Sadar bila sudah teriak nggak jelas dimuka umum, Mamoru langsung tunduk-tunduk minta maaf dengan cengiran andalannya. "A-ah... Jangan pedulikan saya... Maaf, sudah mengagetkan." Dengan muka merah Mamoru buru-buru berlari pulang ke rumah.
'Aku masih belum yakin... Tapi, setiap aku melihat Gouenji ngobrol dengan orang lain, yang terlintas dikepalaku adalah hasrat untuk menonjok wajah orang itu dengan Fist of Justice... Kenapa ya...?' batin Mamoru sepanjang perjalanan. 'Masa, sih, aku jatuh cinta? Kalau iya, mengapa harus dengan Gouenji? Sahabatku sendiri...? Apa Cupid salah nembakin panahnya?'
Karena terlalu lama berpikir, otak Mamoru sepertinya sudah mulai konslet (?).
'Kayaknya iya, deh... Pasti Cupid-nya tu masih pemula! Atau dia lagi nganggur, makanya iseng! Mungkin juga dia... HAH? LHO? KENAPA AKU JADI NYALAHIN CUPID GINI? AAAAAAARGH! STOP! JANGAN MIKIRIN ITU LAGI! FOKUS KE DRAMAMU NANTI, MAMORU!'
Mamoru segera masuk ke rumahnya dan (tidak biasanya) berniat mandi hari ini... Ibunya sampai terheran-heran. "Ada apa ya? Terakhir dia bertingkah begitu waktu mau final melawan Zeus itu... Tapi... Ah, tak apa-apa. Kebetulan dia sudah nggak mandi 3 hari. Bagus kalau dia mau mandi tanpa harus kusuruh sekarang," gumam ibu Mamoru dengan senyum (?).
"Tadaima."
"Okaeri, Yuuto-san," sambut butler keluarga Kidou. "Akan segera kami siapkan air mandinya."
Kidou mengangguk. "Terima kasih." Seorang pelayan wanita menghampiri Kidou. Kidou langsung menoleh kepadanya. "Ada apa?"
"Yuuto-san, tuan besar memanggil Anda," kata pelayan itu.
'Otou-san? Ada apa ya?' batin Kidou. "Baiklah, aku akan segera ke sana." Kidou menyerahkan tasnya ke si pelayan lalu berjalan menuju ke ruangan ayahnya. Perlahan dia buka pintu ruangan itu. "Otou-san mencariku?"
"Yuuto, maaf langsung memanggilmu. Padahal kau baru pulang," kata kepala keluarga Kidou itu. Dia beranjak dari kursi kerjanya lalu berjalan ke sofa panjang di ruangan itu. Kidou juga berjalan ke sofa dan duduk disamping ayah angkatnya. "Bagaimana sekolahmu? Kau pulang sore sekali."
"Baik, kok, Otou-san. Ah, hari ini aku dan Natsumi pergi ke penjahit. Jadi, agak lama," kata Kidou.
"Oh, Natsumi putri keluarga Raimon... Benar juga dramamu itu sebentar lagi ya? Pasti kamu sibuk."
Kidou tersenyum. "Tidak juga. Otou-san ingin bicara apa?"
Wajah pria itu keruh. "Ini... Ada hubungannya dengan keluarga Raimon."
"Eh? A-ada apa, Otou-san?"
"Yuuto. Aku butuh bantuanmu."
"...?"
Pembicaraan selanjutnya membuat Kidou kaget. Namun, dia menyetujui permintaan ayahnya itu. Demi keluarga Raimon yang sudah menjadi rekan ayahnya. Bukan. Demi teman-temannya. Demi semuanya yang dia sayangi.
Keesokan harinya...
"Kapten~ Pagi~"
Mamoru menoleh. Sesosok remaja berambut biru kehitaman berlari ke arahnya. Dia melambaikan tangannya. Mamoru tersenyum dan langsung membalas panggilannya. "Toramaru! Pagi! Semangat banget, nih!"
Toramaru nyengir. "Ehehehe. Soalnya hari ini kelasku mulai menyiapkan untuk bazaar! Aku nggak sabar untuk lihat dramanya, lho! Bagaimana latihannya?"
"Pokoknya udah sip, deh! Tapi belum ada 30%, sih..."
Toramaru sweatdrop. "Kalau belum ada 30% belum bisa dibilang 'sip', kan? Tinggal seminggu lagi, lho."
Mamoru menggaruk kepalanya. "Hmm, memang, sih..." Sekarang dia dan Toramaru berjalan beriringan masuk ke lingkungan sekolah. Belum sampai beberapa langkah melintasi gerbang, Mamoru melihat Natsumi dan Kidou berbicara dibawah salah satu pohon disudut sekolah. "Eh... Itu Kidou dan Natsumi, kan?"
"Ah, benar juga..." ucap Toramaru. Dia mengamati sejenak. "Sepertinya sedang mengobrol serius. Apa soal drama?"
"Nggak mungkin, kalau soal drama, mereka pasti diskusinya bareng anak-anak!" Mamoru celingak-celinguk sebentar, mengamati kondisi sekitar. "Yuk, kita nguping kesana!"
"Eeeh? Tapi, kan..." Karena Mamoru sudah bergerak duluan dan menyeret lengan seragamnya, Toramaru mau tak mau mengikuti senpainya itu.
"Hmm... Begitu ya..." ucap Natsumi. "Harus hati-hati. Nanti akan kuberitahu Ayah."
Kidou mengangguk. "Ya, tolong sampaikan pada beliau."
"Tapi, bagaimana bisa?"
"Kami masih menyelidiki alasannya... Kemungkinan soal..." Mata Kidou langsung menuju ke sebuah semak-semak. "Sebelumnya... Endou, Toramaru... Menguping itu bukan tindakan terpuji."
"Eh? Ketahuan?" celetuk seseorang dibalik semak-semak.
"Tuh, kan, Endou-san! Nggak mungkin kita bisa menguping semudah itu dari Kidou-san!" kata Toramaru sambil keluar dari semak-semak.
"Hehehe... Sorry, Kidou. Penasaran, sih, ngomong apaan kamu sama Natsumi," terang Mamoru.
"Maaf, Kidou-san! Natsumi-san! Aku tadi dipaksa ikut sama Endou-san!"
"Eeeeeh? Siapa juga yang maksa kamu, Toramaru?"
"Endou-san, kan? Tadi sampai seret-seret lengan seragamku!"
"Hah? Masa, sih? Waduh, nggak ingat..."
"E-Endou-san..." Toramaru sweatdrop. Tiba-tiba terdengar bunyi bel masuk. Toramaru langsung gelagapan. "Huwaaaaah! Gawat! Aku lupa! Pagi ini 'kan ada rapat untuk bazaar! Aaaah! Maaf, Endou-san! Kidou-san! Natsumi-san! Aku ke kelas dulu!" Setelah pamit, Toramaru langsung berlarian masuk ke gedung sekolah.
Mamoru garuk-garuk kepala. "Kenapa panik begitu? Kan, hari ini sudah mulai pelajaran bebas untuk kelas 1 dan 2 karena ada persiapan bazaar?"
"Kau lupa ya, Endou-kun? Toramaru 'kan ditunjuk sebagai salah satu panitia untuk bazaar. Tentu saja dia jadi cukup sibuk sekarang," terang Natsumi mengingatkan Mamoru yang memiliki daya ingat payah. Sedang yang diingatkan hanya cengar-cengir sambil minta maaf karena lupa.
Mamoru teringat kembali apa tujuannya menguping tadi. "Trus, kalian tadi ngomongin apa, sih? Sepertinya serius."
Kidou menghela nafas lalu geleng-geleng. "Haah... Bukan apa-apa, kok. Lupakan saja. Ayo, masuk. Kita harus segera latihan. Teman-teman pasti sudah menunggu."
"Hah? Kidou, kok, gitu, sih? Kasih tahu, dong!"
"Ini bukan masalah yang pantas di dengar anak kecil."
"Eeeegh? Kita 'kan seumuran! Whoi, Kidou! Kidou! Whoooooooi~ Kidooooou~"
Sepertinya seharian ini, Kidou harus sekuat tenaga mengelak dari rengekan Mamoru...
'Aku tidak boleh memberitahu siapa pun tentang masalah ini... Cukup Natsumi dan aku saja yang mengurusi masalah ini. Kalau mereka sampai mengetahuinya...' Kidou mengatupkan mulutnya rapat-rapat. 'Entah apa yang akan terjadi jika sampai informasi ini bocor...'
= TO BE CONTINUE =
4869fans-nikazemaru : "Ahaha, maaf kalau ntar fanficku ini mungkin mengecewakan kalian. Terutama yang ngefans sama uke=Kazemaru. Ehehehe. Awalnya aku nggak ada niatan jadiin dia pangeran. Niat awal, sih, yang mau dijadikan pangeran Si Kidou. Nah, karena hobiku sebelum bikin fanfic tu membuat sketsa-sketsa adegannya (biar inget), aku gambar, deh. Iseng-iseng Kazemaru aku pakaikan kostum pangerannya. Walah, Kazemaru jadi ganteng banget ternyata! Cocok banget, deh, pokoknya! Akhirnya ya Kazemaru yang kujadikan pangeran. Sesekali aku pengin melihat Kazemaru rada macho (?)."
Kazemaru : "Trus, sebagai imbasnya, malah Gouenji yang dijadiin putri?"
4869fans-nikazemaru : "Kalau itu emang dari awal niatnya gitu! Gouenji terlalu sering jadi seme. Dia juga harus ngerasain bagaimana jadi uke itu! Mwahahaha!" (membara)
Hi-chan : "Halah... Alasannya pasti karena kau pecinta uke!Gouenji..."
4869fans-nikazemaru : "Diam! Kalau nggak diam, nggak bakal aku bikinin fanfic ToramaruGouenji!"
Hi-chan : (shock) "Nooooo! Iya, deh, aku diem!"
4869fans-nikazemaru : "Ok, tolong reviewnya... Maaf kalau kurang lucu! Chapter selanjutnya diusahakan lebih lucu. Yaah, flame juga boleh. Ehehehe."
