I Need a Time Machine

.

.

.

DISCLAIMER: Vocaloid bukan milik saya. Saya hanya memiliki cerita ini

CAUTION: Gaje, aneh, abal, typo, fanfic ini cucok buat yang lagi ngegalau

.

Aku berharap ada sebuah mesin waktu yang dapat membawaku ke masa lalu demi bertemu denganmu kembali.

.

.

.

(Normal POV)

Seorang pemuda berambut honeyblond sedang menangisi kepergian seseorang yang sangat berharga baginya. Mata azurenya yang sangat indah itu, terus mengeluarkan air mata. Sembari menangis, ia terus mengelus pelan punggung tangan seseorang yang ia tangisi. Siapa? Rin Kagamine, saudara kembarnnya yang sangat ia sayangi kini hanya terbujur kaku di ruangan rumah sakit.

"Kumohon Rin, kembalilah padaku" pinta pemuda yang bernama Len itu di dalam hati.

Sementara itu, kedua temannya yang bernama Ted, Teto, dan Mikuo terus menepuk pelan punggung Len sambil berkata,

"Sabarlah Len. Jika kau mengikhlaskan dia pergi, dia akan tenang di alam sana" ujar Mikuo dan Ted menenangkan. Sedangkan Teto terus menangisi sahabat terbaiknya itu.

Seorang suster ngesot datang menghampiri mereka lalu menyelimuti Rin dengan sebuah selimut putih hingga selimut itu menutupi wajahnya. Mikuo,Teto, Ted menggiring (?) Len keluar dari ruang itu dan duduk di sebuah bangku panjang.

"Len, ini pita putih Rin yang selalu Rin. Benda peninggalan ini aku berikan padamu saja, agar kaudapat mengenangnya" kata Teto sambil memberi pita putih Rin yang besar itu.

"Pi-pita ini, pita pemberian orang tuaku dulu kepada Rin" gumam Len sambil menerima pita itu.

Len menatap pita itu sejenak, seolah-olah sedang bertatapan mata dengan Rin. Perlahan air mata mulai mengucur deras dari mata azurenya itu.

"Ri-Rin…"

#Flashback#

"Len-kun~ aku berangkat dulu ya~!" ujar Rin meminta izin pergi keluar rumah kepada kakaknya.

Orang tua mereka sudah meninggal sejak mereka berumur 10 tahun (ceritanya RinLen umur 15), jadi mereka hanya tinggal berdua di rumah ini.

"Eh? Mau kemana kau, Rin-chan?" Tanya Len heran.

"Hanya keluar sebentar kok. Ada janji sama Teto-chan. Jaa~" jawab Rin sambil langsung pergi meninggalkan Len begitu saja.

"E-eh tunggu!" kata Len sedikit mengejar Rin.

"Ada apa Len-kun?" Tanya Rin sambil menoleh ke arah Len.

"Hati-hati di jalan ya, Rin-chan. Hanya kau yang aku punya" jawab Len sembari memeluk Rin dengan erat.

Rin cengo sebentar dan membalas pelukkan Len.

"Iya Len-kun. Tenang saja" gumam Rin sambil membalas pelukkan dari kembaran tersayangnya itu, Len.

Cukup lama mereka berpelukan. Mungkin selama kurang lebih 5 menit. Suasana hening menyelimuti sepasang saudara kembar yang sedang berpelukkan itu.

"Em…Len. Bisa kau lepaskan pelukkanmu itu?" Tanya Rin memecah keheningan yang ada.

"Ah Iya. Ma-maaf Rin-chan" jawab Len melepaskan pelukannya.

"Aku pergi dulu ya. Jaa~" ujar Rin sambil berjalan keluar rumah.

Len hanya tersenyum kecut karena dia merasa tidak enak di hari ini.

*di jalan*

Sementara itu, Rin sedang berjalan di trotoar kota dengan semangat, karena dia akan bertemu dengan sahabat yang ia kangeni, siapa lagi kalau bukan Teto? Pita putih besar yang ia pakai di atas kepalanya melambai seiring langkah gadis bernama Rin itu. Di sebrang jalan, tepatnya lokasi Voca Restaurant, dia melihat Teto sedang melambaikan tangan padanya. Rin langsung membalas lambaian tangan Teto dan langsung menyebrang jalan tanpa 'celingak-celinguk'. Tanpa ia sadari, ada sebuah truk sedang melaju dengan kecepatan tinggi di jalan itu dan…

PRANGGG!

Di tempat lain, Len sedang mengambil air minum dan tiba-tiba gelas yang ia bawa jatuh dan pecah. Len menyadari ada yang tidak beres dengan Rin.

"Eh? Gelasnya jatuh. Aku rapihkan saja pecahan belingnya" gumam Len sembari membereskan pecahan beling itu.

Ia menyadari tangannya terluka karena pecahan beling tersebut. Perasaan Len sangat tidak enak. Ia merasa jantungnya sangat sakit seperti ditusuk-tusuk. Len terus memegang dadanya untuk menahan rasa sakit.

"Sebenarnya ada apa ini? Ya Tuhan, lindungilah Rin" pekik Len dalam hati.

Karena takut terjadi apa-apa dengannya, Len langsung bergegas pergi ke rumah sakit dengan mengendarai mobil pribadinya.

*di rumah sakit*

"Jantungmu tidak apa-apa, Kagamine-san. Tidak ada gejala penyakit apapun. Mungkin itu hanya sebuah firasat buruk" jelas sang dokter kepada Len.

"Oh begitu. Terima kasih ya dok" ujar Len sambil menjabat tangan dokter tersebut.

Dokter itu hanya tersenyum. Len langsung pergi dari ruangan dokter tersebut. Bayang-bayang Rin terus menghantui dirinya. Ia terus kepikiran kata terakhir dokter tadi. Len terus berusaha berpikiran positif. Ia berjalan melalui ruang tunggu dan melihat sahabat-sahabatnya sedang bersedih.

"Hai. Ada apa Mikuo? Ted? Teto?" sapa Len kepada ketiga sahabatnya tersebut.

"Rin di-dia…" jawab Mikuo.

"Rin? Dia kenapa? Dia baik-baik saja 'kan?" Tanya Len khawatir.

"Rin ditabrak oleh sebuah truk yang berjalan dengan kecepatan tinggi" jawab Teto sambil terisak.

"Ap-Apa? Di-dia baik-baik saja kan? Dia masih hidup kan?" Tanya Len lebih khawatir lagi.

"Di-dia sudah me-meninggal" jawab Ted terbata-bata.

Len yang mendengarnya kaget setengah mati. Air mata mulai mengakir deras dari mata azurenya yang indah itu.

"Antarkan aku ke ruangan Rin, sekarang" isak Len.

Ketiga sahabatnya mengantarnya ke ruangan Rin. Len benar-benar tidak sanggup menahan air matanya itu. Pelukkan tadi itu ternyata pelukkan terakhirnya dengan Rin.

#Flashback End#

"Ah iya…Teto, Ted, Mikuo, aku pulang duluan ya" kataku sambil mengusap air mataku .

"Perlu kami antar?" Tanya Ted.

"Tidak usah. Aku pulang sendiri saja. Jaa~" jawab Len sambil melambaikan tangannya dan berjalan menjauh dari sahabatnya.

Len mencoba tersenyum walaupun hatinya sedang sakit. Matanya pun masih sembab. Dalam perjalanan menuju rumah, Len tidak berhentinya memikirkan nasib Rin yang naas, sehingga ia tidak bisa konsentrasi menyetir mobilnya itu. Len menaruh pita Rin di jok samping jok untuk mengemudi. Len melirik ke arah jok tempat ia menaruh pita Rin. Terlihat sesosok makhluk bewarna putih dan memancarkan cahaya yang sangat silau.

"Len…" gumam makhluk itu pelan.

"Ri-Rin…" gumam Len pelan. Dia hanya bisa cengo melihat makhluk random itu, sampai-sampai ia kehilangan kendalinya saat menyetir dan…

BRUUK!

Mobil yang Len kemudikan terperosok ke sebuah jurang. Len sedang tidak sadarkan diri, tetapi ia terus mengenggam erat pita putih itu, seakan-akan mengenggam tangan Rin.

'Mungkin aku tidak akan bisa melihat pemakaman Rin besok' ucap Len dari dalam hatinya.

#Skip Time#

CURRRR… *suara teh dituang*

"Emh…Di-dimana a-aku?"

.

To Be Continued

.

A/N: Chapter 1 beres! Maaf kalo chapter ini kependekkan, namanya juga masih 'project fanfic'. Akhir kata, review please~~