DISCLAIMER :
Vocaloid © Yamaha Corporation
Hilter adalah seorang pemimpin pada zaman Nazi Germany (yang jelas bukan paman saya *dihajarmasa*
Story © Wali941
WARNING :
Typo(s), tidak terlalu menyangkut EYD dan KTT, AU, maybe, picisan, abal, alur tidak beratur, sudut pandang tidak jelas, gaje, beberapa figuran tanpa nama, dan lain-lain
Maaf jika ada kesamaan judul, cerita, nama, dan seterusnya, itu hanya kebetulan belaka
Don't Like, Don't Read
Happy Reading ^~^
SUMMARY :
Perjalanan kisah cintaku dengannya. Yang diawali dari sebuah Buku- menjadi saksi bisu antara cinta kita.
.
.
.
[[「Book」]]
.
.
.
"Tidak bisakah kau mencari orang lain selain aku?!," pemuda berambut violet sedang menatap tajam pada seseorang yang berada dihadapannya. Sungguh, ia sedang malas berhadapan dengan orang ini. Orang itu dengan cepat menaruh jari telunjuk didepan bibirnya.
"Ssttss...Ini perspustakaan, jangan bikin gaduh," bisik orang itu. Gakupo kembali memperhatikan buku yang sempat ia abaikan sebelumnya, lalu menghela nafas.
"Ajak saja Kaito atau Len," orang dihadapan Gakupo itu menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
"Aku sudah mengajak Kaito dan ia setuju. Untuk Len, ia sedang kencan dengan pacarnya," kemudian Gakupo menatap malas pada orang yang berada dihadapannya itu.
"Ayolah, apa kau tidak ingin bertemu dengan para gadis?," lanjut orang itu sambil beranjak dari bangku, mencondongkan tubuhnya kehadapan Gakupo dan mengambil benda berbentuk persegi panjang itu.
"Pergilah Yuuma, aku sedang tidak ingin," Yuuma, tersenyum ke arah Gakupo.
"Baiklah, tapi kuingatkan satu hal, jangan terlalu asyik dengan duniamu sendiri," ujar Yuuma seraya menyerahkan buku yang ia ambil dari Gakupo.
"Aku sedang tidak butuh nasehatmu Yuuma," Gakupo mengambil benda dihadapannya, membuka lembaran-lembaran kertas didalamnya dan mencari halaman yang tadi ia baca.
"Tapi, suatu saat kau membutuhkannya. Baiklah, sepertinya Kaito sudah menungguku," Yuuma berjalan menjauh dari Gakupo, menghilang dari balik rak-rak buku didalam ruangan itu.
"Jaa...Sepertinya Luka-san cocok untukmu Gaku-chan. Daripada kau selalu berduaan dengan buku," sahut Yuuma yang entah dari mana, suaranya masih bisa terdengar sampai ke telinga Gakupo, tapi ia tidak peduli.
Tak lama, ia menutup buku yang berada ditanganya. Berhadapan dengan Yuuma bisa membuat moodnya berubah drastis dan hal inilah yang tidak ia sukai. Hilang sudah niatnya untuk membaca buku. Tiba-tiba ia teringat ucapan Yuuma, cocok dengan Megurine Luka?
Oh, suatu saat ingatkan Gakupo untuk memukul Yuuma jika bertemu nanti.
Gakupo memang malas berurusan dengan yang namanya cinta. Sungguh, ia lebih baik didamprat habis-habisan oleh guru BK dengan garang dan buasnya daripada berurusan dengan hal itu. Itulah yang sudah tertanam pada diri seorang Kamui Gakupo.
Pemuda besurai violet itu beranjak dari tempat duduknya, berjalan kearah salah satu rak buku dan berniat mengambil beberapa buku untuk ia baca. Matanya tak sengaja menangkap sosok dihadapannya. Seorang gadis, berambut toska ikat dua yang mungkin tingginya hanya sepundak Gakupo sedang duduk dilantai sambil melihat ke atas- menatap rak buku.
"Mou...Buku itu terlalu tinggi," gadis itu menoleh kebelakang, mendapati pemuda berambut violet sedang menatapnya. Kemudian ia memiringkan kepala, memasang wajah bingung.
Dan disaat itulah iris violet milik Gakupo bertemu dengan iris toska milik gadis itu. Terasa waktu berhenti sejenak, membiarkan dua insan terbius dalam masing-masing perasaan yang medesir didada mereka.
Sekarang Gakupo merasakan sesuatu yang aneh didadanya, baru pertama kali ia rasakan hal semacam ini. Rasanya seperti...Hangat?
"Akh...K-kau baik-baik saja?," tanya Gakupo yang telah tersadar dari lamunannya. Gadis bersurai toska itu mengangguk, kemudian tersenyum kecil.
"Ya, hanya saja...," kalimat gadis itu menggantung, ia arahkan wajahnya menatap rak buku yang berada paling atas.
"Aku tidak bisa mengambil beberapa buku untuk bahan tugasku. Kata petugas, buku yang kuperluakan ada dirak paling atas, tapi aku tidak bisa mengambilnya," jelas gadis itu.
Gakupo mengangguk, lalu menatap sekeliling. Biasanya ada sebuah tangga khusus untuk mengambil buku dirak paling tinggi, namun ia tidak melihatnya.
Kemudian ia melihat rak buku dihadapannya itu. Terlalu tinggi, ia juga tidak dapat mengambilnya. Akhirnya Gakupo menghela nafas.
"Haaah...Baiklah, mau bagaimana lagi," gadis itu bingung dengan perkataan pemuda berambut violet. Ia melihat pemuda itu berjalan kehadapannya, membungkukkan tubuhnya hingga sembilan puluh derajat.
"Yap, naiklah. Sepertinya aku juga tidak dapat menggapainya," perintah Gakupo. Gadis bersurai toska itu dengan cepat berdiri dan menatap pemuda dihadapannya itu dengan wajah bingung.
"Are?! T-tapi b-bagaima-"
"Sudahlah, cepat naik. Bagaimanapun juga aku tidak akan melihat dalamanmu," potong Gakupo.
Gakupo, apakah kau belum sadar dengan perkataanmu barusan, hah?
"A-ano...M-maafkan atas perkataanku tadi," ucap Gakupo. Sungguh, ingin rasanya ia menghantamkan kepalanya pada tembok terdekat. Entah kenapa mulutnya bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu.
"Tak apa," gumam gadis itu seraya menundukkan kepalanya. Suara sekecil itu masih bisa ditangkap oleh telinga Gakupo, yang membuat si pemilik telinga menatap gadis disampingnya.
"Ah...Ayo, naiklah," perintah Gakupo, gadis itu mengangguk dan berjalan ke arah pemuda dihadapannya.
Gadis itu melepas alas kakinya, dan perlahan naik ke atas punggung Gakupo. Menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh meyentuh lantai dibawah.
Mata jernihnya dengan teliti mencari buku yang dimaksud, bibir mungilnya dengan pelan merapalkan sebuah kata-kata.
"Hei...Apa yang kau tau soal Hilter?," tanya gadis itu tiba-tiba. Gakupo yang mendengarnya mulai berpikir.
"Bukankah dia orang yang sangat berpengaruh pada masa...Nazi Germany...Mungkin?," tanya Gakupo kurang yakin. Sebenarnya ia juga tidak terlalu tahu menahu tentang sejarah seperti itu.
Gakupo merasakan gadis itu mulai sedikit banyak bergerak dipunggungnya, kemudian kembali tenang. Apa yang dilakukan gadis itu?
"Apa yang ini? Coba kau lihat," ucap gadis bersurai toska itu, sepertinya ia ingin menunjukkan sebuah buku yang ia temukan. Tak lama Pemuda dibawahnya itu terkekeh pelan.
"Jika kau menyuruhku untuk melihat buku itu yang ada aku malah melihat dalamanmu duluan," ujar Gakupo yang masih menatap lantai dibawahnya.
Oh, bisakah kau tidak membahas yang namanya 'dalaman'?
"Akh!- Hei-" tak lama kepala pemuda itu terasa sakit, gadis itu sengaja melemparkan bukunya dari atas dan tepat mengenai kepala Gakupo yang berada dibawah.
"Mesum!," pekik gadis itu.
"Setidaknya kau berterimakasih kepadaku karena telah meminjamkan punggungku sebagai pijakan!," omel Gakupo.
Keseimbangan mulai tak terjaga, gadis itu berusaha menyeimbangkan tubuhnya namun terlambat. Sementara Gakupo yang berada dibawahnya juga tidak bisa bertahan lebih lama lagi.
"Oh tidak-"
Bruk
Mereka berdua terjatuh, Gakupo merasakan kepala dan tubuhnya terasa sakit. Saat ingin bangkit, ia merasakan ada sesuatu yang berat. Bisa dilihat gadis itu tepat berada diatasnya. Untung saja gadis itu tidak jatuh mengenai lantai perpustakaan.
Ini keberuntungan, setidakanya itu yang akan dipirakan Yuuma dan Author jika berada diposisi seperti ini. Namun tidak untuk pemeran utama kita.
"K-kau tidak apa-apa?," Gakupo khawatir. Ia menggenggam pundak gadis bersurai toska yang berada diatasnya itu. Sementara gadis itu mengerang, lalu medongakkan wajahnya, menatap Gakupo.
Wajah mereka terlalu dekat, sangat malahan. Mereka bisa merasakan terpaan nafas yang menerpa wajah. Aroma manis dan maskulin mengguar dan tercium oleh indra penciuman mereka.
Sepertinya gadis itu tersadar dan segera bangkit, wajahnya mulai bersemu merah. Sementara Gakupo bangun, memegangi kepalanya yang terasa pening dan kembali menatap gadis itu.
"A-ano...Maaf...E-etto...," gadis itu mulai kikuk, menggaruk-garuk pipinya yang merona itu.
"Kamui Gakupo, kelas 3-2. Sepertinya kau baik-baik saja," Pemuda itu tersenyum, kemudian mengambil sebuah buku yang berhasil mengenai kepala Gakupo sebelumnya. Buku itu berwarna cokelat pucat, dengan tulisan 'Nazi Germany' yang dicetak tebal dan terdapat gambar pria benama Hilter, orang yang paling menakutkan menurutnya.
Gadis itu menatap Gakupo sejenak dan kemudian meraih buku yang diserahkan pemuda itu.
"M-maafkan aku K-kamui-san,"
"Tak apa," ujar Gakupo. Matanya tak berhenti menatap gadis yang wajahnya sedang dihiasi rona merah. Entah apa yang dipikirkan, tapi menurutnya ia...Manis.
"Dan kau?," tanya Gakupo pada gadis itu. Gadis itu mengangguk dan tersenyum.
"Namaku Hatsune Miku, kelas 3-3. Salam kenal Kamui-san," ucapnya riang.
Gakupo tak henti-hentinya untuk menampakkan senyum, seraya terus menatap gadis bernama Miku yang berada dihadapannya dan terus merasakan perasaa aneh yang mulai muncul.
.
.
.
To be continue...
.
.
.
A/N : Yaa...Ini cerita baru (dan sepertinya terlihat pasaran :v ) kali ini pairnya Miku dan Gakupo. Entahlah...Ko bisa jadi kepikiran -" hanya mencari sensasi baru :"v Maaf jika banyak kesalahan, baru pemula.
Yak, sekian dulu. Untuk chap 2 nya akan menyusul. Dan terimakasih sudah mau membaca cerita saya.
Arigatou Gozaimasu! ^~^
Wali941 (10 Juli 2015)
