Play the Game

Cast : Baekhyun x Chanyeol milik Tuhan

Summary : "Chanyeol, ku beri tahu tiga hal penting untuk mendapat kepercayaan orang. Satu jika dia ingin yang manis berikan cintamu. Dua jika dia ingin yang hangat berikan tubuhmu. Tiga jika dia ingin yang lebih hebat pertaruhkan nyawamu." Bisik lirih Baekhyun di telinga lelakinya.

Eros sebuah club mewah terletak di Distrik Gangnam itu menjadi pemberhentian mobil ferrari merah mengkilat. Sosok bertubuh mungil berbalut mantel merah panjang berbulu keluar dengan langkah tegap, tidak lupa dagu yang ia naikkan, oh ia bukan wanita sembarangan. Kaca mata silver bertengger di hidung mungil dan mancungnya menyembunyikan mata indah bulat sabitnya hanya menatap kedepan tak peduli lelaki-lelaki hidup belang yang menatapnya lapar.

Meski berbalut mantel, dada sintal itu tercetak jelas mengundang lelaki waras untuk mencoba menempelkan tangannya mencoba mengukur berapa besarnya. Ah, tapi tidak semudah itu, Dua penjaga bertubuh kekar mengiringi langkahnya --hingga tidak ada yang berani mendekat jika tidak ingin mati sia-sia-- sampai pada lantai teratas dan seorang penjaga lain membuka pintu.

"Uri Baekhyunie~ Woah kau cantik sekali malam ini. Tidak sia-sia aku mengeluarkan banyak uang untukmu."

"Terima kasih Oppa~" Baekyun berjinjit mengecup pipi pria itu lantas ia mendaratkan pantatnya bersebelahan dengan wanita lain yang menatapnya sinis dengan tangan menyilang didada.

"Sayang sekali ini adalah malam terakhirmu Baek. Dan aku akan kehilangan pundi-pundi uangku.'

"Jumyeom Oppa tidak perlu khawatir, bukankah si mata burung hantu ini juga penari yang handal, meski baru dia akan menjadi sumber uang untukmu Oppa. Lihat! Bahkan pantatnya lebih bulat daripada punyaku."

Lelaki tinggi itu tertawa membenarkan sedang Kyungsoo berdecak sebal tak menanggapi.

"Baiklah, siapkan diri kalian untuk satu jam lagi. Aku tidak ingin pelangganku kecewa telah mengeluarkan uang lima juta wonnya karena melihat tarian kalian yang buruk."

"Ne~" keduanya keluar dengan seringaian yang sulit diartikan.

Sebut saja keduanya adalah jalang dengan bayaran termahal di Eros.

Baekhyun lebih dulu membuka pintu ruang besar yang dikhususkan untuknya dan Kyungsoo. Ada meja tata rias lengkap dengan pencahayaannya, beberapa kemeja putih besar nan tipis sebagai kostumnya tergantung rapi, Sebuah DVD player diatas meja berdekatan dengan sofa hitam di samping kanan, dan tentunya pole dance yang menjadi teman setia permainannya.

Tanpa membuang waktu Baekhyun melepas mantelnya. Dan lihat mata bulat Kyungsoo mendelik melihat rekan kerjanya yang kini sibuk memilih CD yang akan ia putar.

"Woah aku sekarang benar percaya kau seorang jalang." Kyungsoo mencibir, bayangkan Baekhyun hanya memakai lingerie hitam dibalik mantelnya. Kulit polos putih susunya terekspos sempurna.

"Lalu apa gunanya memakai baju jika nanti kau juga harus melepasnya."

Kyungsoo meraih kemeja putih dan melemparnya pada Baekhyun yang mulai bergerak menikmati musik upbeatnya.

"Pakai bajumu! Aku jijik melihatmu bodoh!"

Baekhyun hanya memberikan cengiran dan memakai kemeja yang baru ditangkapnya. Sungguh ia tidak mengambil hati ucapan Kyungsoo. Ia sudah biasa mendengar sarkasme dari mulut tajam Kyungsoo.

...

Baekhyun keluar lebih dulu. Rambut cokelatnya yang tadi terurai kini ia kuncir kuda menyisakan anak rambutnya yang sedikit berantakan. Tiga kancing kemeja teratasnya ia buka jika sekali saja ia melakukan gerakan pole dancenya, maka dada sintalnya yang terbungkus bra hitam berenda akan tersingkap sempurna.

Pintu berlabel VVIP Baekhyun buka dengan senyum terpaksa. Ia siap menari erotis pada pelangggan setianya. Park Changmin.

Oh sebenarnya ia sangat muak.

Namun--

"Siapa kau? Dimana Changmin Oppa?"

Bukan Changmin, tapi sosok lain yang sama punya rahang tegasnya.

"Changmin hyung sedang ada perjalanan bisnis. Aku Park Chanyeol, yang diminta untuk menjemputmu sekarang." lelaki itu berujar datar, duduk menyilang kaki, di sofa dan terlihat angkuh.

Baekhyun mempertahankan senyum sedikit menggigit bibir bawahnya, mengambil duduk di samping Chanyeol.

"Haruskah sekarang?" ia memainkan kancing kemeja Chanyeol " Tidak ingin melihat permainanku dulu?" bisiknya lirih tepat di telinga lebar Chanyeol.

Bahkan paha mulus Baekhyun yang hanya tertutup kemeja kebesaran itu, tak mengganggu tatapan dingin Chanyeol. Lelaki tinggi itu menyingkirkan tangan Baekhyun lalu berdiri seraya menepuk kemejanya seperti membersihkan debu yang menempel.

Chanyeol memutar kenop pintu tanpa melihat wanita dibelakangnya yang tersungut menahan emosi. "Aku tunggu dibawah. Tidak lebih dari sepuluh menit."

BLAM

Baekhyun menjatuhkan rahangnya.

Seorang Byun Baekhyun di tolak?

Sialan!

Baekhyun berjalan menghentak mengambil mantel dan tasnya. Di dalam lift ia terus mengumpati lelaki tinggi itu. Bibir tipisnya bertahan mengerucut sampai tepat di depan Chanyeol. Tidak ada senyum basa basinya lagi. Ia berjalan di belakang. Sampai tangannya di tarik masuk kedalam mobil.

Chanyeol mengemudi dengan fokus, sedang Baekhyun membawa pandangannya menatap luar. Mobilnya sendiri sudah dibawa lebih dulu oleh pengawal Changmin.

Chanyeol sesekali melirik dari ekor matanya. Ia sedikit merasa bersalah atas tindakannya yang berlebihan. Prinsip Chanyeol, ia tidak akan bermain dengan wanita kakaknya.

Jika dilihat, Baekhyun begitu cantik. Apalagi kerucutan dibibirnya justru terlihat menggemaskan. Ah Chanyeol jadi tidak bisa bertahan dengan sikap dinginnya lagi.

"Kenapa diam saja?" tapi yang terucap tetap terdengar dingin.

Baekhyun berdecih menatap sinis. "Untuk apa berbicara dengan pria yang tidak 'sehat'?"

"Apa?"

"Seorang pria yang 'sehat' tidak akan menolak wanita seksi yang tengah meraba tubuhnya. Oh bahkan kejantanannya akan menegang setelah itu."

Ckiiiitttt!!!!

Chanyeol baru saja menginjak pedal remnya. Menatap tak percaya wanita berwajah polos berbicara sefrontal itu. Seharusnya Chanyeol tidak perlu kaget mengingat apa pekerjaan Baekhyun.

"Kau!"

Chanyeol terkekeh kecil. Ia melepas sabuk pengamannya, mendekat pada tubuh yang lebih mungil. Baekhyun tidak menghindar ia justru balas tersenyum dan menyambut baik bibir tebal itu yang mulai menghisap belah lunaknya.

Lumatan itu pelan tapi pasti saling membasahi. Baekhyun membawa tangannya mengikat leher Chanyeol, membuka bibirnya hingga lidah itu saling bertaut tanpa aturan. Lenguhannya mulai terdengar kala tangan besar menangkup dada sintalnya dan meremasnya.

Benang saliva terjulur memberi jeda untuk bernafas. Chanyeol membawa atensinya turun melihat dimana tangannya bertengger. Sungguh pas pada telapak besarnya.

Remasan kembali Chanyeol berikan seraya membasahi leher putih susu itu.

'Nngghhh'

Baekhyun tak tahu malunya semakin melenguh. Lantas tangannya digenggam dibawa pada gundukan celana hitam yang sedikit mengeras.

Chanyeol, mengecup belahan payudara yang sedikit terlihat karena kemeja atas Baekhyun tersibak. Lantas mengkaitkan dua kancing atas Baekhyun sampai kerah kemeja Baekhyun menutupi lehernya. "Aku pria yang 'sehat' bukan?"

Bisiknya seduktif ditelinga Baekhyun lalu kembali duduk memakai sabuk pengaman.

Seperti diberi umpan. Baekhyun membelit lengan Chanyeol "Lalu kenapa kita tidak melanjutkannya."

"Lepaskan tanganmu!" Chanyeol kembali pada nada dinginnya. "Aku tidak akan menyentuh apa yang bukan milikku."

"Sialan! Lantas apa yang baru saja kau lakukan." kerucutan itu kembali bertahta di bibir tipisnya.

...

Chanyeol benar pria 'sehat', ia terbangun merasakan nyeri di bagian bawahnya. Baekhyun benar mengacaukannya. Sedikit menyentuhnya berpengaruh dialam bawah sadarnya. Chanyeol memimpikannya hingga dipagi hari ia harus cepat menyeselesaikannya dikamar mandi. Usianya 28 tahun namun sekarang ia seperti seorang remaja yang gagal mengendalikan hormon berlebihannya. Dan itu memalukan.

Selesai membersihkan diri, ia bersiap dengan runitasnya di pagi hari. Kopi dan belasan koran dari berbagai sumber harus ia baca memantau perkembangan bisnis di negaranya- itu sedikit kuno mengingat ia punya perangkat pintar tanpa perlu susah payah membolak-balik. Tapi Chanyeol menyukainya. Ia senang namun tidak untuk pagi ini--

"Teh? Kau gunakan untuk apa isi kepalamu hingga kau menyajikan benda aneh seperti ini!" Chanyeol menggebrak meja. Pelayan itu berjingkat takut.

"Maafkan saya Tuan. Nyonya Baekhyun yang memintanya. Nyonya akan memecat saya jik--"

"Aku tidak peduli. Ganti cepat!"

"Tapi Tuan, Nyonya Baekhyun membuang semua biji kopinya. Dan di gudang--"

"Dimana dia?" Chanyeol menggeram, bagaimana mungkin satu hari saja wanita itu dirumah tapi sudah mengacaukan hidupnya.

"Dihalaman belakang Tuan, bersama Tuan Hwang."

Chanyeol mengibaskan tangan membuat pelayan itu pergi. Ia melempar korannya kesal. Lalu langkahnya ia bawa pada wanita tak tau diri itu.

Niatnya ingin memarahi tapi urung karena yang dilihatnya bukan Baekhyun seksi yang menggodanya seperti semalam.

Melainkan Baekhyun yang seperti gadis remaja.

Baekhyun tengah mengenakan kaos kebesaran bergambar besar burung hantu, celana pendek, rambut dicepol dua kanan kiri dan wajah kotor oleh tanah tengah tersenyum lebar hingga mata sipitnya hampir terpejam. Tawanya terdengar menggelikan bersamaan kekehan Tuan Hwang. Mereka menanam bunga pada pot-pot kecil.

Chanyeol mengacak rambutnya frustasi. Memilih pergi, tidak sadar ada langkah kecil mengikuti. Chanyeol punya urusan lebih penting ketimbang melihat senyum bodoh itu. Namun sudut bibirnya berkedut kala ia melemparkan tubuhnya disofa ruang kerjanya.

'Kenapa dia terlihat menyebalkan dan lucu diwaktu bersamaan. Aish!' ia kembali mengusak rambutnya dan--

"Yak! Apa yang kau lakukan?"

Wanita itu sudah berdiri didepannya dengan baju kotornya.

"Setidaknya ketuk pintu dulu sebelum masuk!"

Baekhyun tak mengindahi. Ia membelit lengan besar itu spontan mendaratkan kecupan di pipi.

"Yak!" Chanyeol kalap menghempas tangan Baekhyun.

"Kau sudah mandi? Padahal aku berniat mengajakmu mandi bersama."

Ugh, itu terlihat menggiurkan. Tapi Chanyeol punya harga diri tinggi.

"Kau benar-benar gila!" Chanyeol menggelengkan kepalanya tak percaya, wajah lugu Baekhyun tidak sebanding dengan tingkat mesumnya. "Keluarlah! Dan jangan pernah masuk sesukamu di ruanganku tanpa seizinku." Ia mendorong tubuh Baekhyun keluar.

Si kecil tanpa protes tergelak "Baiklah, tapi aku menunggumu dimeja makan setelah mandi."

"Ya ya ya!" teriak kesal Chanyeol dari dalam.

..

Tapak kaki kecilnya riang memasuki kamar. Pintu tidak lupa ia kunci. Senyum bodohnya sirna berganti dengan seringai terpatri di bibir tipisnya. Baekhyun mengambil cepat ponsel dalam celana pendeknya.

"Hallo!"

"Aku sudah berkeliling pagi ini. Penjagaan ketat. Total ada 40 orang kekar tersebar menjaga setiap sudut mansion. Ada sepuluh pelayan semua laki-laki dan mereka terlihat terlatih. CCTV Setiap sudut rumah benar ada kecuali kamar. Mengenai apa yang mereka akan lakukan aku belum tau. Changmin sedang berada di Jepang bersama tangan kanannya. Dan adik bodohnya masih dirumah."

"Wah mereka benar cepat bertindak. Tapi tidak untuk kali ini. Hitung mundur 72 jam dari sekarang. Akan aku kirim datanya sekarang." Baekhyun mengakhiri panggilannya. Ia melepas kamera pengintai pada mata burung hantu sebagai katakter kaos yang dipakainya. Ia memasukkan cepat pada usb terhubung langsung pada ponsel pintarnya, dengan cepat mengirim rekaman tersebut.

'Park Chanyeol~ Jangan panggil aku Byun Baekhyun jika kurang dari 24 jam kau tidak jatuh dalam pesonaku' Seringainya jelas terlihat pasti kala ia mulai melepas bajunya dan menenggelangkamkan tubuh polosnya pada bathup penuh busa wangi vanilla.

..

Meja panjang dilingkari kursi berderet belasan itu hanya terisi Baekhyun dan Chanyeol. Si lelaki nampak begitu jengkel dengan celotehan Baekhyun. Ia tak menggubris dan memilih diam hingga suara tapak kaki mendekat dan Baekhyun berlari menghambur pada pria tinggi dengan beberapa pengawalnya.

"Changmin Oppa~"

Chanyeol berdecak melihat Baekhyun mengendus leher lelakinya. Lelaki itu membelit posesif pinggang ramping Baekhyun dan berbisik lantas sikecil berjinjit mendaratkan kecupan dipipi.

"Chanyeol satu jam lagi. Aku tunggu diruanganku."

Chanyeol menanggapinya dengan anggukan. Mendadak ia tak menaruh minat pada sarapannya dan beralih meneguk habis air putih di gelasnya sampai habis sebelum kemudian --

'Uhuks!"

Chanyeol tersedak.

Baekhyun yang tengah naik ke punggung Changmin, sedikit menoleh dan memberikan kecupan jarak jauh dengan kedipan sebelah mata sipitnya.

Berani sekali dia bermain dengan Changmin Hyung seorang mafia yang paling berkuasa di Korea Selatan.

Detik berselang kedut dibibir tebalnya tertarik. Ia tidak biasa tertantang seperti ini.

.

Iris gelap itu menatap ke arah luar jendela kamar besarnya. Sedang ponsel ia tempelkan ditelinga besarnya. Bicaranya lirih pada orang diseberang telepon. Raut mukanya serius. Seringainya jelas merencanakan sesuatu yang apik.

"Yeah, aku tidak pernah meragukan kehebatan revolvermu Jong. Tidurlah yang nyenyak. Karena kita tidak akan melewatkan hari indah secepatnya."

Itu kalimat terakhir sebelum Chanyeol memutus sambungan teleponnya, hingga pintu kamarnya terketuk dari luar.

"Maaf tuan muda. Tuan besar Changmin sudah menunggu."

Pemberitahuan itu lantas membawa tungkainya menapak pada ruang kerja Changmin. Ia memutar knop pintu berukir tanpa mengetuk terlebih dahulu. Lalu Baekhyun yang duduk dipangkuan Changmin dengan kondisi kacau, rambutnya kusut, kancing kemeja biru mudanya terlepas tiga kaitan pada bagian atas, tautan bibir tak berarutaran menjadi apa yang pertama kali dilihat manik bulat itu. Chanyeol berdeham keras dengan sorot mata memandang ke objek lukisan angsa hitam di dinding lain.

Changmin menghentikan disusul Baekhyun yang turun dari pangkuannya lantas membetulkan kemejanya.

"Apa semua pekerjaanmu berjalan lancar?" mulai Changmin seraya merapikan rambutnya.

"Ya Hyung. Semua baik. Tidak ada kendala yang berarti dalam pengiriman barang."

"Baiklah. Untuk sementara Kris akan membantumu mengurus semua. Sedangkan kau temani Baekhyun kemanapun ia mau."

"Apa!" kedua alis menukik, merasa tidak yakin akan yang didengar telinga lebarnya. Ia melirik Baekhyun yang taunya sudah berdiri di dekatnya dengan senyum nakalnya.

"Kau pasti tahu. Seorang wanita yang sudah masuk dalam mansion ini, musuh akan tahu bahwa itu adalah kelemahanku. Terlalu berbahaya bagi wanita selemah Baekhyun keluar sendiri. Sedang Baekhyun tak ingin dijaga pengawal yang lain. Baekhyun ingin kau Chanyeol."

"Hyung--" Chanyeol melotot pada Baekhyun yang taunya sudah berdiri disampingnya. Mencoba menghentikan tangan mungil yang meraba pantatnya.

"Hyung aku tidak bisa. Pekerjaanku banya-- YAK!!!" pantatnya baru saja diremas.

"Chanyeol!"

"Changmin oppa~ aku hanya mencoba membersihkan debu dibelakang celananya. Apa aku salah?" tanya Baekhyun seraya mengerjap matanya berkali-kali.

Sejak kapan celana Chanyeol kotor. Dia bahkan baru mengganti celana selepas mandi. Canyeol berdecak kesal.

Lelaki tegas itu tersenyum kecil, menggelengkan kepala. "Chanyeol, bersabarlah. Baekhyun memang sedikit kekanakan. Sudahlah cepat antar Baekhyun. Ia harus kuliah siang nanti."

Belum akan memprotes tangannya sudah ditarik keluar oleh si kecil. Sungguh kedatangan wanita ini sehari saja sudah menjungkirbalikkan dunianya. Chanyeol seharusnya bekerja dibalik meja memantau peredaran obat terlarang, jual beli senjata ilegal, membeli gedung baru hasil pencucian uangnya, atau bisnis legal lainnya yang menghasilkan ratusan juta won tiap harinya.

Lantas kenapa sekarang ia harus mengurus seorang wanita malam yang menjelma sebagai gadis kekanakan, wanita milik kakaknya sang bos besar. Ya Tuhan, Chanyeol tidak suka--

"Lepas!"

"Kenapa Chan~ Ayolah aku akan terlambat jika aku harus menghadapi sikap menjengkelkanmu." Baekhyun kembali menyeret tangan Chanyeol, membawa masuk kedalam mobil.

.

Chanyeol fokus mengemudi. Ia tak berminat meladeni ucapan tak penting si mungil di sampingmya. Gadis itu benar tak tahu malu. Ia bersenandung mengikuti alunan musik pada mobil. Chanyeol menyerah untuk mematikan, karena Baekhyun akan menyalakan lagi.

Ya Chanyeol seharusnya memang tidak usah memperdulikan kelakuan menyebalkan Baekhyun. Tapi toleransi Chanyoeol tidak berlaku jika--

Baekhyun menaikan kakinya pada dashboard hingga flared skirt hitam bercorak bunga merahnya terkumpul pada pangkal paha memperlihat separuh pantat bulatnya terbalut G string hitam.

"Damn!"

Chanyeol memutar stir, menepikan mobil cepat.

Tanpa basa basi setelah melepas sabuk pengaman, Chanyeol mendorong bahu Baekhyun, berbisik tepat ditelinga Baekhyun "Apa maumu sebenarnya?"

"Apa kau tidak ingin bermain?" Kecupan Baekhyun daratkan di rahang tegas Chanyeol. "Aku tertarik sejak pertama kali melihatmu, tampan. Jika kau terus menolak maka kau harus bersiap akan godaanku lebih banyak." lalu jilatan kecil Baekhyun beri pada telinga lebar.

"Baiklah, ayo sedikit bermain."

Kesabaran Chanyeol menguap.

Bibir tebal itu membasahi tengkuk Baekhyun.

Lalu mata sipit itu terpejam menikmati sengatan kecil di saraf motoriknya. Sudut bibirnya terangkat. Permainan masih berlanjut pasti.

Bersamaan itu, seringai terlihat diantara kecupan kecupan lembut di tengkuk Baekhyun. Pun sama Chanyeol mulai terbuai permainan Baekhyun.

Baiklah, Chanyeol harus melanjutkan kemudinya mencari hotel berbintang terdekat, jika tidak ingin berakhir di kantor polisi karena bersetubuh di bahu jalan siang hari.

...

Aku bawa cerita baru.. Mungkin ini cerita umum tentang mafia. Tapi aku buat dengan jalan pemikiranku senditi. Jika tidak ada yang berminat review aku tidak akan melanjutkan ini. Hihii