Matahari bersinar terik membuat semua mahluk hidup enggan keluar dari rumahnya yang nyaman dan bermain. Tapi tidak denganku. Dengan buku dan alat tulis ditangan aku berjalan jalan mencari inspirasi untuk cerita baruku. Pandanganku tertuju pada seorang gadis dengan rambut honey blond sebahu. Dia memakai kaos berwarna kuning pastel dan celana pendek berwarna biru tua. Aku tidak melihat pita putih yang biasa dipakainya. Aneh, biasanya dia tidak pernah mau melepaskan pita itu dari kepalanya barang sedetik pun.

Dia hanya duduk diam disana dengan mata melihat sesuatu tanpa berkutik. Aku mengikuti pandangannya, kulihat seorang pemuda berambut honey blond acak acakkan duduk bersama seorang gadis yang tidak jauh berbeda darinya. Memiliki rambut yang sama dengan pemuda itu tetapi diikat ponytail kesamping dan rambutnya cukup panjang. Mereka saling berpegangan tangan dan terkadang pemuda itu membisikkan sesuatu ke sigadis dan membuat gadis itu merona. Aku mendesah, sekarang aku mengerti kenapa gadis didepanku ini tidak mengalihkan pandangannya.

Nama gadis itu Kagamine Rin. Dia seorang gadis yang baik dan murid yang teladan. Tak pernah kulihat sekalipun dia mengutuk atau memarahi seseorang. Penampilannya biasa, bahkan cenderung imtut dengan mata birunya yang besar dan pita putihnya yang selalu menemani diatas kepalanya itu. Yang sekarang tidak dikenakannya. Dia memiliki seorang teman bernama Kagamine Len. Tidak, mereka tidak berhubungan darah meskipun mereka sangat mirip secara fisik. Tidak ada yang tau bagaimana Rin bisa berteman dengan Len yang sifatnya seperti itu. Atau bagaimana Rin bisa jatuh cinta padanya.

Rin ank yang penurut, dia selalu mengikuti apa yang teman temannya perintahkan. Membawakan bukunya, memutuskan pacarnya, atau membunuh orang yang mereka benci. Yah, tentu saja teman temannya tidak ada yang mau memrintah anak seperti Rin. Hanya Len yang melakukannya.

Rin tidak pernah kesal jika seseorang memberikan julukan padanya. Dia hanya tersenyum atau hanya diam saat orang orang memanggilnya jelek, kelinci, pendek dan lainnya. Tapi tentu saja teman temannya terlalu menyayangi Rin untuk memberi julukan padanya. Mereka selalu memanggilnya dengan namanya yang terdengar seperti suara lonceng itu. Len, hanya Len yang tidak pernah memanggil namanya yang indah.

Rin tidak pernah mau mengungkapkan perasannya pada seorang pun. Bahkan dia tidak mau orang lain melihatnya menangis. SEperti beberapa hari lalu... Len mengatakan dia jatuh cinta pada Neru, gadis yang kini tengah duduk bersamanya, dan memerintahkan Rin untuk membantunyna mendapatkan Neruy. Rin hanya tersenyum dan mengiyakannya. Banyak teman temannya yang kecewa dan mengatakan kenapa Rin mengatakan itu. Rin hany tersenyum dan menjawab, "Karena kami teman."

Aku memutuskan untuk mendekatinya dan bicara. Dia menoleh dan tersenyum padaku. Aku duduk disampingnya dan dia kembali menoleh pada Len dan Neru, yang kini berciuman. Jujur saja, hatiku sakit melihat Rin seperti ini.

"Kenapa kamu disini Rin?" tanyaku pelan.

"Len menyuruhku melihatnya," jawabnya pelan.

"Kenapa kamu mau melakukan ini Rin? Kamu tau ini hanya menyakitimu." kataku lagi.

Rin menoleh kepadaku. Dengan jari jarinya dia menyapu poni hitamku yang menghalangi pandanganku. Aku merona, dia tersenyum. Dengan nada rendah seolah bisikan dia menjawab, "Karena kami teman."


Disclaimer: Kalau Mikan memiliki Vocaloid Mikan akan membunuh Neru dan menikahkan Rin dan Len! XD

Akhirnya bikin fic lagi QwQ meskipun hancur...

Yang menunggu A-Z *ada ya?* sepertinya harus menunggu lebih lama. Idenya udah dapat tapi putus ditengah jalan QwQ

Maafkan Mikan Q/\Q

satu lagi, ada yang tahu seseorang berambut hitam itu? OwOa