Disclamer: Kuroshitsuji belongs to Yana Toboso

Warning: AU, OOC, Shounen-ai, Teacher x Student Relantionship

Based on Starry Sky in Autumn by honeybee


Being Love By Teachers


Hari ini adalah awal musim gugur, tanggal satu September. Banyak dedaunan yang telah menguning dan terjatuh sehingga membuat jalanan sedikit dipenuhi dedaunan, cuaca juga terasa lebih dingin. Tentu saja, itulah khas musim gugur. Musim dimana awal dari kisah cinta ini akan terjadi. Di sebuah SMA di London, St. Paul adalah saksi terjadinya kisah di musim gugur ini.

Hari ini seorang pemuda berambut kelabu datang ke sekolah, ia memakai syal karena hari ini terasa sedikit dingin. Nama pemuda itu adalah Ciel Phantomhive, berusia 16 tahun dan sekarang ia kelas 2 SMA. Di sekolahnya ia memiliki banyak teman, siapa yang tidak mengenal Ciel? Selain pintar, dia juga termasuk salah satu anggota OSIS sekolahnya.

"Hei, Ciel apa kau sudah dengar?" tanya seorang pemuda berambut pirang ketika Ciel masuk ke kelasnya.

"Ada apa, Alois?" tanya Ciel.

Pemuda bernama Alois itu hanya tersenyum dan duduk di samping kursi Ciel. Ia memandang Ciel dengan serius. Ciel sedikit cuek karena ia memang tidak tahu apa yang akan temannya sampaikan itu.

"Kita kedatangan guru baru," ujarnya.

"Lalu?" tanya Ciel.

"Eh? Kau tidak tertarik? Hmm, semua murid di kelas kita membicarakannya. Dengar-dengar guru itu tampan,"

Ciel tidak terlalu tertarik dengan masalah itu, mau ada guru baru atau tidak baginya sama. Ia harus belajar dengan rajin tanpa memperhatikan hal-hal yang seperti itu.

"Para gadis saja kegirangan,"

"Apa peduliku?"

"Aih, Ciel cuek banget..."

Alois langsung kembali ke kursinya. Jam masuk memang masih sekitar 30 menit lagi, Ciel pergi dari kelasnya. Ia hanya ingin berjalan-jalan ke taman belakang sekolah. Saat ia sedang berjalan, tiba-tiba ada yang memanggilnya.

"Phantomhive," panggil orang itu.

Ciel segera menoleh ketika ada yang memanggil namanya, ia melihat seorang pemuda berambut silver mendekatinya. Pemuda itu tidak memakai seragam sekolah, tentu karena dia bukan siswa SMA St. Paul. Pemuda itu adalah guru di SMA itu.

"Ada apa? Mr. Charles?" tanya Ciel bingung.

Pemuda yang dipanggil Ciel sebagai Mr. Charles bernama Charles Gray. Ia adalah guru olahraga di sekolah ini sekaligus wali kelas kelas Ciel. Gray mendekati Ciel dan hanya tersenyum.

"Apa kau sibuk? Saya butuh bantuanmu." ujar Gray.

"Ada apa?" tanya Ciel.

"Tolong kau temui Mr. Fautus dan minta laporan yang saya berikan padanya. Saya tunggu di ruang guru ya?"

"Oh, baiklah."

Ciel langsung meninggalkan Gray dan berjalan menuju ruang kesehatan. Mr. Fautus yang bernama Claude Fautus adalah guru kesehatan di sekolahnya, terkadang Ciel juga membantunya karena Claude sering tidak ada di ruang kesehatan.

Tidak lama Ciel sampai di ruang kesehatan, ia mengetuk pintu ruang kesehatan. Tapi, tidak ada suara Claude yang menjawabnya. Ciel langsung membuka pintu dan melihat ruang kesehatan sedikit berantakan, sosok Claude juga tidak ada.

"Permisi, Mr. Fautus?" panggil Ciel.

Sepertinya Claude tidak ada di ruang kesehatan lagi. Ciel hanya menghela nafas, sia-sia ia melangkahkan kakinya kemari. Tapi, karena ia melihat ruang kesehatan yang sedikit tertutup jendelanya ia mendekati jendela dan membuka tirainya. Sinar matahari dapat masuk ke ruangan itu, ruang kesehatan menjadi lebih terang.

"Hei," tiba-tiba terdengar suara di belakang Ciel.

Ciel terkejut, ia langsung menoleh dan melihat sosok asing yang ada di hadapannya. Seorang pemuda berambut hitam yang memakai jas hitam. Pemuda itu menatap Ciel. Ciel sedikit bingung kenapa pemuda itu ada disini.

"Apa kau tahu bedanya suka dan cinta?" tanya pemuda itu.

"Hah?" jawab Ciel langsung.

Pemuda itu mendekati Ciel dan menyentuh pipinya, Ciel terkejut atas tindakan pemuda itu. Ia langsung menepis tangan pemuda itu dan menatapnya sedikit kesal. Pemuda itu hanya tertawa kecil.

"Matamu itu, belum pernah merasakan cinta yang sesungguhnya," ujarnya.

Ciel hanya terdiam. Apa-apaan orang ini? Ciel merasa ada orang aneh di hadapannya. Pemuda itu masih menatap Ciel dengan tatapan penasaran. Ciel merasa risih ditatap seperti itu.

"Hmm, kamu seorang gadis atau pemuda?" tanya pemuda itu.

"Hah? Kamu tidak melihatnya? Aku ini pemuda!" jawab Ciel.

"Begitu ya? Tidak masalah,"

Ciel bingung apa maksud pemuda itu dengan mengatakan "tidak masalah". Pemuda itu masih menatap Ciel dan hanya tersenyum tipis.

"Kau kemari karena ada perlu dengan Mr. Fautus?" tanya pemuda itu.

"Iya."

"Dia tidak ada sekarang."

Ciel kembali diam, ia juga tahu hal itu. Tapi, kenapa di ruang kesehatan harus ada orang aneh seperti pemuda satu itu. Tidak lama terdengar bunyi bel masuk, pemuda itu berjalan mendekati pintu dan menatap Ciel.

"Kita akan bertemu lagi,"

Ciel tidak peduli dengan ucapan pemuda itu. Siapa yang ingin bertemu dengannya? Ia langsung ke kelas, masalah dengan Gray akan ia beritahu saat ia bertemu dengan Gray di kelas nanti.

.

.

.

Di kelas semua murid sedikit ribut, mungkin karena berita kedatangan guru baru itu. Tidak lama Gray masuk ke kelas dan melihat muridnya yang masih ribut.

"Ehem, anak-anak. Apa kalian bisa diam?" ujar Gray.

"Ah," mereka semua langsung diam. Sang ketua kelas pun memberi komando kepada teman-teman untuk memberi salam kepada Gray. "Selamat pagi, Mr. Charles,"

"Pagi," ujar Gray. "Kalian tahu, hari ini sekolah kita kedatangan guru baru,"

Murid-murid yang tadinya sudah dian sedikit kembali ribut, tampaknya mereka membicarakan guru baru itu. Ciel tidak terlalu memperdulikan masalah guru baru itu. Baginya tidak penting.

"Sebenarnya ia bukanlah guru tetap, hanyalah guru trainee. Baik, silahkan masuk,"

Setelah Gray berbicara ia mempersilahkan guru itu masuk, betapa terkejutnya para gadis karena guru trainee itu tampan. Ciel yang tadinya tidak memperhatikan kedatangan guru itu terkejut ketika ia melihat guru itu.

'Pemuda aneh di ruang kesehatan tadi?' batin Ciel.

"Baiklah, namanya adalah Mr. Sebastian Michaelis. Dia akan berada di sekolah kita selama tiga bulan ini. Mr. Michaelis, kenalkan dirimu lagi," ujar Gray.

"Salam kenal, nama saya Sebastian Michaelis, Mohon kerjasamanya." ujar Sebastian sambil tersenyum.

Para gadis langsung heboh melihat Sebastian yang tersenyum. Para pemuda merasa risih dengan teman-teman gadis mereka yang heboh itu.

"Nah, kalian harus akrab dengannya ya?" ujar Gray.

"Baik." ujar semua murid kecuali Ciel.

"Hmm, tapi saya ingin lebih akrab dengan Ciel Phantomhive." ujar Sebastian langsung.

Mendengar nama Ciel dipanggil membuat semua murid terkejut, termasuk Ciel. Ciel menatap tajam ke arah Sebastian. Sebastian hanya tersenyum tanpa dosa, membuat Ciel merasa kesal.

"Eh? Apa-apaan?" seru Ciel.

"Phantomhive, bersikaplah yang sopan." ujar Gray.

Ciel hanya diam dan merengut kesal. Ia kesal, kenapa ia harus bertemu dengan orang aneh bernama Sebastian itu? Dan pelajaran pertama dimulai. Kebetulan Sebastian adalah guru matematika dan matematika adalah jam pertama. Sebastian menggunakannya untuk mengajar dan melirik ke arah Ciel.

Gray yang kebetulan tidak ada jam pelajaran saat jam pertama amemperhatikan cara Sebastian mengajar. Bagaimanapun Sebastian menjadi tanggung jawabnya selama menjadi guru trainee.


Akhirnya jam istirahat tiba, semua murid bergegas ke kantin. Ciel juga ke kantin bersama dengan Alois, hanya membeli makan siang. Ciel masih tidak habis pikir mengingat kata-kata Sebastian. Dengan seenaknya bilang ingin akrab dengannya. Murid-murid lain kan ada banyak. Ia terlihat kesal.

"Ciel, kamu tidak apa-apa?" tanya Alois.

"Ah, tidak apa-apa," jawab Ciel yang kembali memakan makan siangnya. "Ah, aku harus menemui Mr. Fautus,"

"Kau diminta datang ke ruang kesehatan lagi oleh guru satu itu?"

"Tidak, Mr. Charles ada perlu dengannya dan memintaku memanggilnya. Aku duluan ya,"

"Eh? Kau tidak menghabiskan makananmu?"

Tapi Ciel sudah pergi meninggalkan Alois di kantin. Alois sedikit bingung dengan tingkah Ciel, tapi ia kembali melanjutkan makan siangnya sendiri.

.

.

.

Ciel sudah berada di depan ruang kesehatan, ia mengetuk pintu. Tapi, karena tidak ada jawaban, ia langsung masuk. Lagi-lagi Claude tidak ada di tempat, tapi ia malah melihat Sebastian sedang duduk santai di ranjang ruang kesehatan.

"Ah, Ciel Phantomhive," ujar Sebastian. "Kita bertemu lagi. Hanya kebetulan atau kau memang mencariku?"

"Ti... Tidak. Siapa juga yang ingin mencarimu, Mr. Michaelis!" seru Ciel.

Ciel terdiam, ia berusaha menenangkan dirinya dari sikap Sebastian yang seenaknya itu. Ia menatap ke arah Sebastian dengan tatapan waspada.

"Apa yang anda lakukan disini?" tanya Ciel.

"Ah, jadi kau ingin tahu tentangku?" tanya Sebastian lagi.

"Tidak!"

Ciel merasa kesal karena Sebastian tidak pernah menanggapi pertanyaannya dan menjawab seenaknya. Guru macam apa itu? Sebastian hanya tertawa kecil melihat reaksi Ciel yang menurutnya sedikit berlebihan itu.

"Ahaha, kamu manis juga ya," gumam Sebastian.

"Ck, jangan bicara seperti itu! Memangnya aku seorang gadis?" keluh Ciel.

"Ahaha, maaf. Baik, sekarang ada keperluan apa kau kemari?"

"Aku mencari Mr. Fautus.'

"Dia tidak ada," Sebastian langsung bangun dari ranjang dan mendekati Ciel. Ciel yang merasa ada bahaya berjalan mundur dan ia terpojok oleh Sebastian dan juga tembok ruang kesehatan. "Hmm, karena sekarang hanya ada kita berdua. Bagaimana kalau kita saling mengenal satu sama lain?"

"Kurasa tidak perlu,"

"Hmm, apa karena kau punya pacar?"

"Eh? Tidak ada."

Ciel merasa Sebastian itu mengganggu dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Itu urusan pribadi, kenapa ia yang hanya guru trainee harus menanyakan hal itu? Bukan urusannya.

"Sayang sekali, padahal kamu manis," ujar Sebastian. "Orang semanis kamu, memiliki pacar seorang gadis atau pemuda juga tidak masalah kan?"

"Apa-apaan?" seru Ciel.

"Kalau aku yang mencobamu bagaimana?"

Sebastian membelai pipi Ciel dan mulai mendekatkan wajahnya pada Ciel. Ciel panik, ia harus pergi sekarang juga. Tiba-tiba saja pintu ruang kesehatan terbuka dan muncul sosok pemuda berambut hitam yang memakai kacamata.

"Ah? Ini ruang kesehatan. Jangan berbuat yang aneh-aneh disini," ujar pemuda itu.

Sebastian yang mendengar ucapan pemuda itu langsung sedikit menjaga jarak dari Ciel. Ciel merasa lega karena Sebastian berhenti mendekatinya seperti itu. Ciel melihat ke arah pemuda berambut hitam yang memakai kamacata itu. Itulah orang yang ia cari, Mr. Fautus.

"Clau, kau datang terlalu cepat ya?" gumam Sebastian berpura-pura kecewa.

"Ini kan ruanganku. Jadi aku bisa datang sesuaka-ku. Dan lagi, jangan memaggil namaku seperti itu," ujar Claude datar.

"Kenapa? Apa salahnya aku memanggil nama-mu seperti itu. Iya kan, Ciel?" tanya Sebastian sambil menatap ke arah Ciel. Ciel tidak bisa menjawab, ia hanya diam saja.

"Sebastian, kau jangan menyusahkannya. Kamu ini," gumam Claude.

"Ah, Clau eh, Mr. Fautus seperti biasa bersikap begitu. Lagipula kau juga meninggalkan ruanganmu. Bukannya berada di ruangan,"

"Urus saja urusanmu sendiri."

"Ah, apakah Mr. Fautus dan Mr. Michaelis sudah saling mengenal?" tanya Ciel yang sedari tadi diam memperhatikan kedua guru itu.

"Entah..." jawab Claude santai.

"Kok entah?" tanya Ciel penasaran.

"Hmm, kamu kemari karena disuruh Gray kan? Aku ingin memberikanmu laporan itu. Hmm, dimana ya?" Claude mulai mencari-cari laporan yang ia pinjam dari Gray di tumpukan mejanya. Mejanya sangat berantakan, sehingga sedikit susah menemukannya. Tidak lama ia menemukannya.

"Ini, Phantomhive. Tolong kau berikan kepada Gray." ujar Claude yang memberikan Ciel sebuah laporan.

"Baik," ujar Ciel. "Mr. Fautus, apa anda sibuk?"

"Sibuk? Lumayan. Apa kau mau membantuku lagi? Aku juga butuh bantuanmu.

"Baiklah. Mengingat ruang kesehatan yang berantakan seperti ini. Pasti Mr. Fautus tidak merapikan barang-barang dengan benar. Membuat pekerjaanku bertambah saja,"

"Ahaha... Maaf, maaf. Tapi kau bisa membantuku?"

"Iya, iya."

Sebastian yang melihat Ciel dan Claude saling berbicara dan melihat Claude sedikit tertawa membuatnya ingin tertawa juga. Alhasil Ciel menoleh ke arah Sebastian karena tiba-tiba Sebastian tertawa sendiri.

"Kenapa anda tertawa?" tanya Ciel.

"Hahaha... Aku tidak pernah melihat Mr. Fautus tertawa seperti tadi." jawab Sebastian.

"Sebastian, jangan bilang seperti itu. Lagipula, kau juga jangan seenaknya datang ke ruanganku." ujar Claude.

"Kenapa? Daripada kau yang suka memberikan murid pekerjaanmu itu. Harusnya kau sendiri yang menyelesaikannya.

"Hmm, terserah aku. Phantomhive juga memang berniat membantu."

"Aduh, Mr. Fautus dan Mr. Michaelis, jangan ribut lagi," ujar Ciel.

"Karena Ciel yang bilang, baiklah," ujar Sebastian.

Tiba-tiba pintu ruang kesehatan terbuka, sosok Gray muncul. Ia segera menghampiri Claude yang berada di dekat mejanya.

"Mr. Claude, apa kau melihat Mr. Michael..." tapi belum sempat Gray menyelesaikan pertanyaannya, ia melihat Sebastian yang dengan santainya berdiri di dekat tembok. "Ah, Mr. Michaelis ternyata disini. Jangan pergi sesukamu!"

"Ah, ketahuan ya?" gumam Sebastian.

"Eh?" Ciel bingung dengan ucapan Sebastian itu.

"Kau ini harusnya melakukan beberapa pekerjaanmu, Mr. Michaelis. Jangan santai-santai begitu," ujar Gray langsung.

"Mr. Charles terlalu mengurusi Mr. Michaelis." ujar Ciel.

"Iya. Karena ia adalah tanggung jawabku di sini selama tiga bulan. Jadi, aku harus memperhatikannya." jawab Gray.

"Gray, kau ini." gumam Claude.

"Ah, maaf," gumam Gray.

Ciel sedikit bingung dengan ucapan Gray dan Claude itu. Tapi Gray mendekatinya dan melihat Ciel memegang laporan yang tadi ia cari.

"Oh ya, kau sudah minta laporan yang ada di Mr. Fautus?" tanya Gray.

"Ah iya, ini," Ciel memberikannya kepada Gray.

"Terima kasih," Gray memperhatikan Ciel. "Apa kau disuruh membantu Mr. Fautus lagi? Jangan terlalu memaksakan diri."

"Iya. Tidak apa-apa," jawab Ciel.

"Iya. Lain kali jangan seenaknya datang ke ruanganku," ujar Claude.

"Ahaha... Iya, karena kau sibuk kan? Aku kemari karena mencari Mr. Michaelis. Dan aku akan segera membawanya kembali ke kantor." ujar Gray sambil tersenyum.

"Mr. Charles semangat sekali," ujar Ciel.

"Begitulah dia," gumam Sebastian. Ia menatap Ciel. "Hei, orang seperti apa yang kau suka?"

"Hah? Aku tidak memikirkannya." jawab Ciel.

"Hmm, apa kau mau mencoba denganku?"

"Hei!"

"Mr. Michaelis, apa-apaan kau terhadap muridku! Dan lagi dia ini seorang pemuda." ujar Gray sedikit kesal.

"Ahaha... Tapi, dia manis seperti seorang gadis." ujar Sebastian.

"Duh, lagi-lagi kau seperti itu, Sebastian," gumam Claude.

Sebastian hanya tersenyum saja. Ia berjalan menjauh dari Ciel dan menuju pintu ruang kesehatan.

"Kurasa aku akan kembali ke ruangan," ujar Sebastian dan ia pergi meninggalkan ruang kesehatan.

"Ah, memang itu tujuanku mencarimu," ujar Gray yang langsung menyusul Sebastian.

"Akhirnya sepi juga," gumam Claude.

"Apa saya bisa bantu anda sekarang?" tanya Ciel.

Tapi, bel masuk sudah berbunyi. Claude hanya tersenyum pada Ciel dan mulai merapikan dokumen-dokumen yang berserakan di mejanya.

"Nanti saja saat kau bIsa. Sekarang sudah jam masuk kan? Kau ke kelas saja."

"Baiklah."

Ciel segera ke kelas dan teman-temannya sudah berada di dalam kelas. Mereka semua menunggu kedatangan guru pelajaran selanjutnya. Tidak lama guru lain datang dan pelajaran pun dimulai.


Hari sudah sore, Ciel pun pulang sekolah. Kalau jam segini terkadang Claude juga tidak ada di ruang kesehatan. Jadi Ciel memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Ia berpikir akan datang besok pagi ke ruangan kesehatan untuk membantu pekerjaan Claude.

"Ciel, ayo pulang," ajak Alois.

"Iya," ujar Ciel dan mereka pulang bersama.

Karena rumah mereka berdekatan, jadi mereka selalu pulang bersama. Tanpa mereka sadari, Sebastian memperhatikan sosok Ciel dari balik jendela ruang kantor.

'Hmm, pemuda yang menarik,' batinnya.

TBC

A/N: Akhirnya aku bisa nulis fic lagi...^^
Fic ini memang sedikit meniru dari game Starry Sky in autumn buatan honeybee. Tapi tentu tidak semuanya, hanya beberapa part demi terjalannya nuansa harem yang ingin aku buat.

Mind to RnR?^^