Disclamer : Hiro Mashima
Title : Aku kembali, Natsu
Genre : Romance, Hurt
Pairing : Natsu x Lucy
Hai minna-san, ini fic kedua saya di fandom Fairy tail. Sebelumnya saya juga buat tapi multi chap. Judulnya 'Light Witch and the 12 Zodiac'. Tapi kayaknya nggak banyak yang tertarik, jadi saya baru bikin chapter 1 nya. Nah yang ini mau saya bikin dua chapter aja. Semoga aja para readers sekalian suka. Dan buat yang bukan NaLu lovers di harap nggak baca fanfic ini. Karena hanya akan membuat anda sebal saja membacanya. Oke langsung aja Read Enjoy !
Oh iya. Lagi. Jika ada kesamaan tema atau ide cerita, mohon maaf. Saya ngga bermaksud copas fanfic manapun.
########
Kejadian itu...kejadian itu selalu menghantui diriku. Pertarungan 5 tahun lalu. Pertarungan yang telah merubah segalanya. Menewaskan banyak orang dan teman-temanku. Juga, Nakamaku.
Masih teringat dengan jelas bagaimana saat itu ia memohon, menjerit dan menangis di depanku saat aku berubah menjadi sosok iblis yang di ciptakan oleh Zeref, yang ternyata adalah kakakku. Saat ia mendekapku, memelukku untuk menyadarkanku, tuk terakhir kalinya.
Saat tubuh itu terkoyak, tertusuk oleh kuku-kuku iblis ini. Saat tubuh itu terjatuh bersimbah darah. Dan dengan sisa kesadarannya, ia masih berusaha menyadarkanku.
'Sa-sadar-lah...Nat-shu...a-khu...men-cintai-mu...'
Kalimat itulah yang berhasil menyadarkanku dari pengaruh diriku yang lain, END. Tapi saat itu, semuanya...sudah terlambat. Karamel itu telah tertutup. Bibir tipis itu telah memucat dan tubuh itu, telah berubah menjadi dingin. Menyesal...sangat menyesal...itulah yang ku rasakan sampai sekarang.
########
DUAARRR!
Asap mengepul dari arah magnolia. Kota itu telah di serang dengan sangat kejam oleh para prajurit Alvarez. Kota yang menjadi medan pertempuran itu telah berubah menjadi rata. Banyak prajurit, penyihir dan orang-orang tak bersalah mati dalam pertempuran dengan kekuatan yang sangat tak seimbang itu. Kota telah berubah menjadi lautan api.
Lalu di depan reruntuhan sebuah guild terbesar di magnolia, seorang gadis bersurai pirang tengah memangku kepala pemuda berambut pink yang sedang tak sadarkan diri. Di depannya berdiri sang Dark Mage, Zeref sambil membawa-bawa buku kuno dengan tulisan besar END.
Zeref mendatangi mereka karena menginginkan Natsu. Lucy dan lainnya sangat syok. Setelah menghancurkan kota dan guild, Zeref bilang ia menginginkan Natsu?
"Kenapa kau menginginkan Natsu?" tanya Lucy dengan berani sambil memeluk tubuh Natsu yang ada di pangkuannya.
"Karena, hanya dia yang bisa membunuhku. Dia adalah adikku dan juga END" jawabnya dengan santai.
Semua anggota guild tak dapat berkata apa-apa. Lucy membulatkan karamelnya. Apa yang di katakan Dark Mage itu? Adik? END?
"K-kau...kau jangan bercanda! Tak ada bukti bahwa Natsu adalah adikmu dan dia tidak mungkin END!" bantah Erza.
"Apa kau sendiri sudah tahu apa singkatan dari END? Etherious Natsu Dragneel. Dan Namaku adalah Zeref Dragneel."
Dan semua fakta yang semula terkubur telah terungkap. Jadi selama ini iblis yang sangat di takuti itu tidak lain adalah Natsu? Nakamanya sendiri?
"Ti-tidak mungkin..."gumam Lucy sambil menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Jadi sekarang, serahkan gadis itu, Lucy Heartfilia"
"A-aku...aku tak akan menyerahkan Natsu!"
"Dan kami tak akan pernah menyerahkan Natsu!" kata anggota guild Fairy Tail lainnya. Mereka kemudian berdiri di depan Lucy, Natsu dan Happy yang ada di belakangnya.
Zeref tersenyum. "Jadi kalian berusaha menggalangiku? Kalau begitu jangan salahkan aku jika kalian mati."
Anggota Fairy Tail yang berdiri di depan Natsu langsung menyerang sang Dark Mage secara bersama-sama. Tapi dengan mudahnya ia mengalahkan mereka hanya dalam waktu beberapa menit. Walaupun di sana juga ada Makarov, Erza, Laxus, Gray dan para anggota Fairy Tail terkuat.
Lucy tercekat, tubuhnya terus gemetar karena takut. Para Nakamanya telah tergeletak tak sadarkan diri. Sekarang yang tersisa hanyalah dia dan sang exceed, Happy. Sementara pemuda dalam dekapannya masih belum juga bangun.
Apakah ia harus menyerah. Mengingat lawannya adalah sang Dark Mage yang abadi. Tapi jika dirinya adalah Natsu, ia tak mungkin menyerah.
'Natsu, apa kau akan menyerah jika dalam posisiku?'
'Pastinya tidak kan? Karena bagimu Nakama adalah segalanya. Dan kau adalah segalanya bagiku Natsu. Aku tak akan membiarkanmu dibawa olehnya.'
"Happy, aku titip Natsu." ucapnya memberikan tubuh sang pemuda pada exceed biru itu.
"Lu-Lucy..."
Lalu dengan keberanian yang tiba-tiba muncul, ia memanggil kunci Leo dan dirinya dalam mode Leo. Lalu berusaha menyerangnya. Ia telah bertekat melindungi pemuda bersurai pink itu. Tapi berhasil di kalahkan dengan cepat. Tak mau berputus asa, ia memanggil kunci lain, Taurus, Scorpio dan Sagitarius. Tapi tetap dapat dikalahkan. Seperti itu terus hungga Ia mulai kewalahan.
Tubuh Lucy sudah lemas karena kehabisan sihir. Ia terjatuh dengan posisi terduduk. Keringat mengucur deras dari pelilisnya. Bajunya sudah sobek-sobek, tubuhnya kotor dan banyak luka menggores kulitnya. Ia hendak bangun tapi tak bisa.
"Selamat tinggal Lucy Heartfilia." lalu dari tangan Zeref muncul sesuatu yang hitam dan mengarah padanya.
"LU-CHAN/LUCY/LUCEEE!" teriak tiga orang bersamaan dan sebelum benda hitam itu mengenainya, Seseorang telah berhasil menyelamatkannya.
#######
Pemuda bersurai pink itu tersadar. Ia menatap sekeliling, semuanya...semua temannya...telah tergeletak tak sadarkan diri. Kemudian ia menoleh ke depan dan mendapati sosok gadis berambut blondie tengah terduduk di hadapan Zeref. Tubuhnya sangat kotor dan darah mengalir dari luka-luka yang tergores di sekujur tubuhnya. Entah kenapa Natsu merasa sangat sakit melihat keadaan gadis itu.
"Selamat tinggal Lucy Heartfilia."
Sebuah cahaya hitam muncul dari tangan Zeref, Natsu sadar bahwa cahaya itu akan mengenai tubuh Nakamanya, Lucy. Dengan sigap ia berlari, berharap dapat menyelamatkan gadis itu.
"LUCEEE!"
BLARRR!
Natsu berdasil meraih tubuh Lucy. Dengan sigap ia mendekap tubuh Lucy dalam pelukannya lalu terlempar bersama karena ledakan itu. Ia membalikkan tubuhnya dan semakin mengeratkan pelukannya agar Nakamanya tak terluka saat terjatuh nanti.
Tubuh kekar Natsu menyentuh tanah dengan sangat keras. Ia memekik kesakitan ketika tubuhnya dan gadis di dalam pelukannya berguling-guling di atas permukaan yang tak rata. Tubuh Natsu kembali penuh dengan Luka. Mereka berhenti berguling ketika menabrak sebuah batu yang cukup besar. Dan sekali lagi Natsu merelakan tubuhnya untuk di jadikan perlindungan agar gadis itu tak terluka.
"Na-Natsu..."
Lucy sangat kaget melihat Nakamanya menyelamatkannya dari ledakan itu.
"Ka-kauh...thak a-apa kan...Luche..." ucap Natsu yang masih dalam posisi memeluk gadis itu dengan protektif.
Air mata menggenang dari sudut karamel Lucy, kemudian ia balas memeluk tubuh Natsu yang ada di bawahnya karena posisi mereka saat ini Natsu yang di tindih oleh Lucy.
"Natsu...hiks..Natsu...hiks..." tangis Lucy.
"Ku mohon Luce, jangan menangis. Hatiku sangat sakit jika melihatmu mengeluarkan air mata. Apa lagi karena aku."bisik Natsu sambil mengelus kepala Lucy. Natsu mendudukkan dirinya dan Lucy. Tapi gadis itu masih tetap setia memeluknya, bahkan Lucy makin menyurukkan kepalanya di dada bidang sang nakama sehingga ia dapat mendengar suara degup jantung pemuda itu yang berpacu cepat.
Natsu seakan melayang. Mendapat perlakuan seperti ini membuatnya hampir tak bisa bernafas. Jantungnya berdegup sangat kencang sehingga mungkin gadis yang sedang terisak ini dapat mendengarnya dengan jelas.
"Ku mohon Luce...jangan menangis. Aku akan mengalahkan pria itu agar kita semua selamat."
"Tapi-hiks...tapi Natsu... Di-dia...hiks...dia...buka-"
Grep
Natsu kembali membawa Lucy dalam pelukan hangatnya, berharap itu bisa menenangkan dan meyakinkan gadis itu.
"Aku pasti bisa menyelamatkan kita. Kau selalu percaya padaku kan Luce? Jadi tetaplah seperti itu dan teruslah bergantung padaku agar aku selalu bisa melindungimu." ucap Natsu dengan nada lembut.
Lucy menganggukkan kepalanya. Semua perkataan Natsu berhasil membuatnya merasa tenang dan terlindungi. Kemudian Natsu melonggarkan pelukannya. Ia menanggalkan syal kotak-kotak yang selalu di pakainya lalu memakaikannya pada lucy. Natsu berdiri di hadapan gadis itu.
"Lucy, aku titip syalku."
"Happy, tolong kau bawa Lucy menjauh." pintanya pada exceed berwarna biru.
"Hai' Natsu. Tolong menanglah" kemudian dia membawa lucy yang terluka menjauhi medan pertempuran.
"Happy, ku mohon jangan bawa aku jauh dari Natsu."
"Tapi Lucy-"
"Aku tak bisa membiarkannya sendirian. Aku harus ada untuk menyemangatinya."
"Baiklah..."
Happy menurunkan Lucy 500 meter dari medan pertarungan. Di sana berdiri dua kakak beradik, Zeref dan Natsu.
'Ku mohon Natsu...menanglah..'
"Jadi Natsu, kau ingin melawanku kembali?" tanya Zeref sambil tersenyum.
Natsu berdecih. "Hentikan senyuman itu. Aku sangat muak melihatnya. Dan pertarungan ini, ku pastikan aku akan mengalahlanmu!"
"Ho...benarkah? Tapi sepertinya kau sudah tak bisa menggunakan kekuatan yang sudah kau kumpulkan selama hampir satu tahun itu? Jadi bagaimana kalau kau mencoba berubah menjadi END?"
Natsu terbelalak." Sudah ku bilang! Aku bukanlah END seperti yang kau bilang!"
"Kau ingin bukti Natsu? Akan ku tunjukkan."
Zeref melempar buku di tangannya ke atas tanah lalu dengan sihirnya, ia menusuk buku itu hingga menyisakan goresan dan bersamaan dengan itu, Natsu memegangi dadanya yang serasa seperti tertusuk.
"Ohokk!"Darah keluat dari mulut Natsu.
"Itu adalah bukti bahwa kau adalah END." ucap Zeref memandang datar Natsu.
"K-kau..."
"Aku akan segera merubahmu menjadi END."
Zeref membaca sebuah mantra lalu tiba-tiba buku di atas tanah itu terbuka mengeluarkan aura hitam yang mengarah pada Natsu. Dan Natsu merasakan tubuhnya seperti terbakar. Tak pernah sekalipun ia merasa seperti ini karena dia adalah dragon slayer api.
"UAAAKKKHHH!" Natsu menjerit kesakitan.
"NATSUUU!" Lucy berteriak melihat Natsu yang merasa tersiksa. Natsu menolehkan kepalanya menatap Lucy melalui matanya yang menyipit.
'Lu-lu...GAAAHHHH!"
Secara perlahan Natsu mulai berubah. Muncul dua tanduk di atas kepalanya. Lalu sepasang sayap berbentuk seperti sayap Naga menyembul dari punggungnya. Kuku-kuku tangannya berubah menjadi panjang dan hitam. Lalu onix hitamnya berubah semerah darah. Ia berdiri dengan raut seperti hewan buas yang siap menerkam apa saja.
"Nah END, Sekarang kita lihat. Apakah kau bisa membunuhku." Ucap Zeref menantang.
Lalu dengan langkah cepat, ia menerjang tubuh Zeref. Ia menyerang Zeref beberapa kali namun Zeref masih hidup. Tiba-tiba Natsu terbang ke atas dengan sayap iblisnya lalu menusuk Zeref dengan kuku-kuku panjangnya. Dan itu tepat mengenai jantung sang Dark Mage.
Darah segar menyembur dari mulutnya. Tubuhnya telah tertusuk. Tapi dia masih bisa tersenyum. Senyum bahagia.
"Ternyata...kau bisa membunuhku...terimakasih...Natsu..." lalu tubuh Zeref perlahan-lahan memudar dan hilang.
Para nakamanya yang sudah tersadar dan melihat Natsu berhasil membunuh Zeref hanya bisa membulatkan matanya. Apa lagi melihat bahwa Natsu kini telah berubah menjadi sosok yang sangat menakutkan, melebihi iblis.
"Na-natsu?"
"A-apa...apa dia benar-benar Natsu?"
"Ja-jadi...N-natsu...memang...END.."
Hanya itu yang dapat mereka ucapkan.
Natsu yang telah kehilangan hati manusianya merasa belum puas membunuh Zeref. Kemudian ia beralih pada para nakamanya yang berdiri sambil menatapnya takut. Bahkan Master Makarov tak berhenti gemetaran.
"Na-Natsu..."
Dengan cepat Natsu menyerang para Nakamanya. Mereka menatap Natsu dengan tatapan kaget dan takut. Natsu benar-benar telah berubah. Ia bukan lagi Natsu melainkan iblis END.
Gray yang sedang di serangnya berusaha menyadarkan Natsu. "Natsu! Hey! Sadarlah! Kenapa kau menyerang Nakamamu sendiri! Henti-ARRRGGHH!"
Natsu berhasil mengoyak tubuh Gray, menciptakan bekas sayatan di tubuh sang Ice Mage.
Lucy yang melihat kejadian itu hanya bisa menutup mulut tak percaya. Kenapa Natsu menyerang mereka? Kenapa Natsu berubah seperti ini?
Lalu dengan beraninya Lucy berlari ke arah Natsu yang sedang dalam mode iblis.
"LUCYYY!"
"LU-CHAN!"
"JANGAN KESANA LUCY!"
Larang teman-temannya agar ia tak mendekati Natsu. Tapi Lucy tak mempedulikan teriakan teman-temannya. Dengan nekat ia terus berlari ke arah Natsu yang masih menyerang nakamanya. Lalu saat Natsu membalikkan badan...
GREEPP!
Lucy memeluk tubuh pemuda itu. Natsu atau END tampak sedikit terkejut. Lucy memeluk tubuh Natsu sangat erat sehingga pemuda itu yang bermaksud menyerangnya segera menghentikan perbuatannya. Ia berdiri terdiam.
"Natsu! Ku mohon sadarlah! Natsu! Ini bukan dirimu! Kau jangan mau di kuasai olehnya!" teriak Lucy yang berusaha mendarkan Natsu. Natsu tampak mengerang kesakitan setelah Lucy mengatakan itu. Sepertinya Natsu sedang berusaha agar tubuhnya tak diambil alih oleh iblis ini.
Para nakamanya hanya bisa menatap aksi nekat Lucy dengan bingung. Apa Lucy akan berhasil menyadarkan Natsu?
"GRRAAARRHH"
Tapi tanpa di duga Natsu malah menyerang Lucy, Ia menusuk Lucy di jantungnya hingga gadis itu memuntahkan darah.
"LUCYYY!"
Para nakamanya berteriak kaget. Bahkan Lucy, Nakamanya yang paling ia sayangi tak bisa menyadarkannya?
Tubuh Lucy semakin melemas. Pelukannya mulai terasa melonggar dan pandangannya mulai kabur. Tapi dengan sisa kesadarannya ia mengalungkan tangan kecilnya ke leher pemuda itu lalu sambil menutup mata, Lucy mendaratkan bibirnya tepat pada bibir pemuda itu. Memberikan kehangatan dan luapan perasaannya yang selama ini terpendam.
Semua hanya bisa terperangah melihat Lucy mencium Natsu. Kemudian secara berangsur-angsur Natsu mulai sadar. Onixnya relah kembali berubah menjadi hitam dan secara bersamaan tubuh Lucy melorot ke bawah.
"Sa-sadar-lah...Nat-shu...a-khu...men-cintai-mu..."
Dan kalimat itulah yang berhasil menyadarkan Natsu. Tanduk, sayap dan kukunya sudah menghilang. Kuku-kukunya telah kembali seperti semula. Kemudian Natsu tercejat, menatap nanar sosok gadis yang tergeletak didepannya kemudian menatap tangannya yang di penuhi darah.
"Da-darah ini...Lu-Luce...ap-apa yang telah terjadi?"
"Syu-syukur..lah...kau ...su-sudah...s-..shadar ..Natsuh..." ucap Lucy terbata.
Natsu merendahkan tubuhnya, memeluk Lucy dengan air mata turun ke pipinya.
"Lu-lucy...ap-apa...apa aku yang telah melakukuan semua ini?" ucapnya sambil tetap memeluk Lucy yang telah melemah.
"I-ini...bu-bukan...sa-salahmu...Natsu..."
Natsu makin mengeratkan pelukannya. Rasanya hatinya bertambah hancur melihat gadis dalam pelukannya terluka karena dirinya.
"A-aku...aku...ku-kumohon Luce...bertahanlah! Wendy! Di mana Wendy?! Dia akan menolongmu."
Natsu memnggendong Lucy di depan dadanya sambil berlari ke arah para Nakamanya. Mereka tampak ketakutan tapi Natsu tak ambil pusing.
"We-wendy cepat! To-tolong Lucy!" teriaknya panik.
"Su-sudahlah...Natsu. Se-sepertinya...percuma."ucap Lucy dengan lemah di dada Natsu.
"Kau jangan bilang seperti itu! Aku akan menolongmu."
Tapi tiba-tiba onixnya membulat. Tubuh dalam gendongannya ini secara perlahan mulai menghilang. Natsu segera menurunkan tubuh itu.
"A-apa yang terjadi?" bingung Natsu.
"Sepertinya...aku akan menghilang Natsu."
DEG!
Jantungnya terasa sakit ketika mendengar Lucy berkata seperti itu. Lucy menyentuh pipi Natsu dengan satu tangan.
"Ku mohon...ja-jangan sedih...mu-mingkin kita...tak akan bisa bertemu lagi. Tapi...ingatlah Natsu...aku...aku akan selalu memperhatikanmu. Karena...aku...mencintaimu."
Natsu memeluk tubuh yang hampir menghilang itu dengan sangat erat. Jadi begini akhirnya?
"TIDAK! KU MOHON LUCE! JANGAN TINGGALKAN AKU! KAU MENCINTAIKU KAN?! JADI BERTAHANLAH!"
Dan tak lama kemudian tubuh Lucy benar-benar menghilang. Menjadi butiran-butiran debu yang bercahaya. Hanya syal dan ikat rambut biru milik Lucy yang tak menghilang. Natsu tercekat. Ia masih dalam posisi memeluk udara kosong. Nafasnya memburu. Kepalanya terasa sakit dan Jantungnya terasa berhenti berdetak. Sekarang...Lucy...benar-benar menghilang...
"LUCEEEEE!"
##########
Natsu memegangi dadanya yang kembali terasa sakit setelah mengingat semua itu. Ia mendudukkan dirinya di bawah pohon. Matanya yang semula terpejam beralih menatap langit yang cerah. Tapi tak secerah perasaannya.
Kepergian Lucy lima tahun lalu masih meninggalkan jejak mendalam di hati para nakamanya. Terutama Natsu. Kepergian Lucy benar-benar merubahnya 180 derajat. Natsu yang sangat berisik dan bersemangat telah berubah menjadi dingin dan pendiam. Natsu yang cerewet telah berubah membisu. Bahkan ia tak menggubris ajakan para nakamanya yang mengajaknya bertarung.
Bahkan penampilan Natsu juga berubah. Bukannya semakin membaik malah semakin memburuk. Rambut salmonnya terlihat kusam. Mata onixnya semakin meredup. Dan tubuhnya terlihat lebih kurus. Kepergian Lucy membuatnya sangat terpukul. Bahkan saat pemakaman gadis Heartfilia itu, ia tak datang dan malah menghilang selama beberapa hari. Ia bahkan tak segan-segan menghabisi orang yang menyinggung-nyinggung Lucy, bahkan nakamanya sendiri.
Lalu pertandingan sihir yang di adakan setiap tahun hampir berubah menjadi sebuah tragedi karena pasalnya Natsu hampir membunuh dua naga kembar sabertooth, Sting dan Rogue. Padahal mereka telah mengaku kalah. Untung saja saat itu dengan sigap Erza, Makarov dan Gray menghentikannya. Memang saat itu Fairy Tail menang. Tapi itu tak membuat mereka senang karena sang Fire Dragon Slayer itu sama sekali tak menganggap kemenangan itu sebagai sebuah prestasi.
Ia mengangkat tangannya, memandangi sebuah pita biru yang terbelit di pergelangan tangannya. Setelah Lucy menghilang, hanya syalnya dan pita ini yang tertinggal. Lalu dengan sedih ia memakai syalnya dan mengenggam pita biru yang biasa di gunakan Lucy untuk mengikat rambutnya.
"Luce..."
Dan pemuda itu kembali menangisi perbuatannya.
########
Guild Fairy tail
Suasana guild tetap tak berubah, ramai dan berisik seperti biasanya. Bahkan sekarang banyak anak kecil berkeliaran di gulid itu. Haya saja sekarang Guild itu menjadi lebih besar dan luas. Banyak hiasan dan dekorasi yang menghiasi dinding dan setiap sudut.
"Galev-chan, hati-hati. Kau bisa terkena lemparan meja ayahmu!" Teriak seorang wanita berambut biru pendek sambil menggampiri anak laki-laki berambut sama dengannya.
"Tapi Ibu, Galev mua ikut beltalung sepelti ayah." ngeyelnya.
"Tidak sekarang Galev. Dan GAJEEL! BERHENTI MELEMPARI MEJA BEGITU!" Teriaknya pada pria berambut hitam panjang yang sedang melempari teman-temannya dengan itu tampak mendecih.
"Ya ya...Dasar udang cerewet." lalu kembali bertarung dengan pria lainnya.
"Ara-ara Galev,lebih baik kau main dengan Lami, Ruvi, Lina dan Zella. Bibi Lissana sesang menceritakan sebuah dongeng pada mereka." ajak seorang maid berambut silver sambil berjongkok di depan bocah itu.
"Benalkah? Kalau begitu aku mau ikut." lalu bocah itu berlari menghampiri seorang wanita yang sedang menceritakan dongeng pada anak-anak kecil.
"Oh Galev, kemarilah." Lissana menepuk kursi bar di sampingnya kemudian membantu anak itu duduk.
"Ne, Levy, sepertinya Galev sangat mirip dengan ayahnya ya?" tanya wanita berambut silver panjang pada wanita yang berdiri di sampingnya.
"Yah, kau benar Mira. Bahkan dia jadi bertingkah menyebalkan seperti ayahnya." kesalnya.
"Wajar saja Levy-chan, putraku Ruvi juga lebih mirip dengan Gray sama dibanding aku." aku wanita berambut biru panjang yang sedang memperhatikan suaminya, Gray Fullbuster yang sedang bertarung.
Ya, dalam kurun waktu 5 tahun, para anggota Fairy Tail telah banyak yang menikah. Levy menikah dengan Gajeel, Juvia menikah dengan Gray, Mira menikah dengan Laxus, Lissana menikah dengan Bickslow, Erza menikah dengan Jellal dan masih banyak lagi.
"Tadaima minna.."
Wanita berambut merah masuk ke dalam guild bersama seorang gadis manis berkucir pony tail.
"Mama..."seorang gadis berambut biru pendek berlari ke arahnya. Dengan senang hati wanita berambut merah menggendongnya. "Ah,Kau tak nakal kan zella?"
Gadis kecil itu menggeleng.
"Okaeri Erza, Wendy. Dari mana kalian?" tanya Mira.
"Aku dan Erza-san baru saja melihat keadaan Carla. Dia baru saja melahirkan dua ekor anak kucing yang sangat menggemaskan.
"Wah, benarkah? Aku jadi ingin melihatnya!" Pekik Levy.
Erza hanya tersenyum. Kemudian ia nampak melihat-lihat sekeliling, mencari sosok Nakamanya.
"Apa Natsu belum juga kembali?" tanyanya.
Semua anggota Guild yang tadi ribut mendadak menjadi diam. Bukan karena kedatangan Erza Fernandez, tapi karena pertanyaan wanita itu.
Mira dan lainnya menundukkan kepalanya. "Dia belum juga kembali." jawabnya.
Erza tampak menghela nafas. "Memangnya misi apa yang di ambilnya hingga ia belum kembali sejak tiga bulan yang lalu?"
"Aku melihat Natsu-san mengambil misi peringkat S untuk menggagalkan sebuah ritual dan membunuh monster di sana." jawab Wendi.
"Tapi bukankah ritual itu sudah berhasil di gagalkan Natsu? Aku mendengar beritanya sebulan yang lalu." kata Levy.
"Sudahlah, biarkan saja si flame head itu." ucap Gray yang telah berdiri di belakang Juvia sambil stripper.
"Ya, aku tak sanggup melihatnya terus bersikap dingin dan membisu seperti itu." Tambah Gajeel.
"Semenjak Lucy tiada, dia jadi seperti itu. Ku harap Lucy masih hidup." Sedih Erza.
Suasana yang tadinya ramai sekarang telah berubah menjai hening. Tak ada yang bersuara karena mereka sedang larut dalam pikiran masing-masing dengan pikiran sama, yaitu tentang Natsu dan Lucy.
Kepergian Lucy semenjak peperangan dengan Alvarez menyisakan luka mendalam di hati para nakamanya, terutama Natsu. Natsu sekarang hanya akan melakukan misi solo tingkat S yang sangat membahayakan dan akan pulang misi setelah beberapa bulan. Lalu sehari kemudian ia akan mengambil misi solo lagi dan pergi lama lagi. Seperti itu terus hingga para nakamanya merasa khawatir. Ia tak pernah bicara pada mereka. Bahkan menyapapun juga tidak. Sungguh, Natsu lebih terlihat seperti zombi dari pada manusia.
Mira yang telah kembali tersadar segera mengalihkan pembicaraan."Hey, jangan sedih terus. Aku yakin Natsu pasti akan berubah seperti semula. Jadi kita harua terus menyemangatinya."
"Kau benar Mira. Tak ada gunanya bersedih terus. Kalau begitu ayo kembali bekerja." Ajak Erza. Tiba-tiba..
Pintu guild besar itu terbuka sedikit, lalu masuk seseorang berjubah hitam. Ia berjalan dengan cepat menuju arah kerumunan anggota Fairy Tail yang sedang duduk di depan meja bar.
Erza yang melihatnya duluan memasang tampang penuh selidik. Orang itu sangat mencurigakan.
"Lissana...tolong Bawa Zella dan anak-anak ke taman belakang."
Lissana mengangguk, kemudian ia membawa anak-anak kecil keluar dari ruang utama Guild.
"Ada yang bisa kami bantu?"Tanya Erza dengan tetap tak menurunkan kewaspadaannya.
"Bisa aku bertemu dengan Master Makarov?" tanya orang itu dengan suara khas wanita. Erza tampak sedikit bingung. Suara ini? Kenapa sepertinya aku mengenali suara ini?
"Kenapa kau ingin bertemu Master?"
"Ada hal yang ingin ku sampaikan." Jawab orang misterius itu dalam posisi menunduk sehingga wajahnya sangat sulit di lihat.
"Maaf,tapi bisakah kau membuka tudungmu. Kami curiga kalau kau adalah mata-mata dari Dark Guild." Kata Gray yang kemudian berdiri di depan wanita itu.
Wanita itu hanya diam saja hingga Master Makarov datang.
"Ada apa ini?" tanyanya bingung begitu melihat anak-anaknya mengerubungi sosok bertudung hitam.
"Orang ini ingin bertemu dengan anda Master."
Master yang sekarang tampak lebih tua memandangi wanita itu dengan penuh selidik.
"Jadi kau ingin bertemu denganku?"
Sosok itu mengangguk."Ya, ada hal penting yang ingin ku katakan pada anda Master."
Master tampak berfikir. Kemudian ia mengiyakan."Baiklah, ikuti aku."
Para anggota guild yang melihat Master membiarkan orang itu, ingin menghentikannya.
"Tapi Master, dia sangat misterius. Kenapa anda membiarkannya-"
"Kalian tenanglah. Aku percaya padanya." lalu Master masuk ke koridor yang mengarah ke ruangannya bersama sosok itu.
Erza dan lainnya tampak bingung. "Kenapa Master membiarkannya?"
"Tunggu sebentar."
Gajeel tampak mengendus sekitarnya. Lalu Wendy juga melakukan hal yang sama
"Apa kau juga menciumnya Wendy?" tanya Gajeel.
Wendy mengangguk dengan raut terkejut. "Y-ya...i-ini..."
RUANGAN MASTER MAKAROV.
Di ruangan pribadi yang cukup besar itu, Makarov dyduk di kursi khususnya. Di depannya duduk sosok berjubah dan bertudung hitam.
"Jadi hal penting apa yang ingin kau katakan padaku?" tanya Master dengan wajah serius.
Orang itu tampak tersenyum.
"Ternyata anda tak banyak berubah ya, Master?" kata Orang itu. Master tampak sedikit terkejut. Sepertinya ia mengenali suara ini.
Wanita itu tampak menggerakkan tangannya ke arah tudung yang menutupinya lalu menyingkapkan tudung itu hingga helaian pirang terlihat dengan jelas.
Master membulatkan matanya. Tak salah lagi. Dia...
"Maaf jika anda terkejut, Master Makarov."
##########
Seorang pemuda berambut salmon berjalan dengan sedikit sempoyongan ke arah Guild Fairy Tail. Seluruh tubuhnya di penuhi luka yang masih mengeluarkan darah. Terdapat sebuah luka yang cukup dalam di lengan kanannya. Kepalanya terus tertunduk ke bawah seolah jalanan lebih menarik dari pada bangunan megah di depannya. Bajunya terlihat lusuh dan kotor, sepertinya dia baru saja bertarung.
Tangan kekarnya terangkat untuk membuka pintu Guild, lalu pintu terbuka. Orang-orang yang tadi sedang berkerumun segera menoleh ke asal suara. Rasa khawatir menyergapi para anggota Fairy Tail begitu melihat salah seorang Nakamanya yang sudah lama tak pulang, kembali dengan tubuh kotor penuh luka.
"Astaga Natsu! Dari mana saja kau beberapa bulan ini? Bukankah misi solomu sudah selesai sebulan lalu?"Selidik Erza dengan raut khawatir yang tak pernah terlihat sebelumnya.
"Hey Natsu, bagaimana kau bisa terluka seperti ini?" tanya Gray.
"Biarkan aku mengobatimu Natsu-san." Wendy berjalan mendekati Natsu, berniat menyembuhkan luka di lengannya. Namun Natsu malah menepis tangan itu lalu melenggang ke salah satu meja di bar. Wendy hanya menatapnya dengan sedih, dahkan air matanya telah mengalir sekarang. Gray yang sudah tak tahan dengan sikap pendiam dan dingin yang berlebihan Natsu memegang pundak pemuda itu lalu mencengkramnya.
"Hey Natsu! Kenapa kau selalu diam saja seperti itu! Apa kau tidak tahu aku, Erza, Wendy dan lainnya sangat mengkhawatirkanmu! Jadi bica-"
Sebelum berhasil menyelesaikan perkataannya Natsu telah menepis tangan Gray lalu duduk di duduk sambil menyandarkan kepalanya di atas meja dengan lengannya sebagai bantal.
Tanpa sebab Erza mengeluarkan air mata. Ia berjalan ke arah Natsu, lalu menarik Natsu berdiri. Ia memegang kerah baju hitam dan syal milik pemuda itu.
"Kenapa kau selalu mengabaikan kami!Kau yang pergi misi solo lalu tiba-tiba kembali dengen penuh luka! Apa kau tak tahu seberapa khawatirnya kami?! Setidaknya sapalah kami dan biarkan Wendy menyembuhkan lukamu!" teriakknya sambil berlinang air mata. Tangannya masih setia mencengkram kerah baju Natsu.
"Kami tahu, bagaimana perasaanmu saat Lucy pergi. Karena...kami juga merasakan hal yang sama! Kau pikir selama ini kau saja yang setiap malam menangis! Tidak Natsu! Jadi tolong...kembalilah seperti Natsu yang ku kenal...hiks..."
Erza melonggarkan cengkraman tangannya. Natau hanya berdiri sambil tetap menundukkan kepalanya.
"Jangan pernah menyebut namanya lagi."
Akhirnya setelah sekian lama membisu, Natsu mengeliarkan suaranya. Suara dengan nada tersakiti. Ia mendudukkan dirinya kembali ke kursi bar.
Natsu pov.
Lucy...
Hanya dengan mendengar namanya saja hatiku menjadi kembali sakit. Hanya dengan mengingat wajahnya membuatku kembali mengingat kepergiannya. Sungguh menyakitkan. Aku menidurkan diriku di meja bar karena aku merasa sangat lelah setelah pulang dari misi solo.
Dapat ku dengar suara isak tangis para nakamaku yang sedang menangisi semua sikap dan tindakanku yang telah berubah.
Luce...sejak kapan kau membuatku berubah seperti ini. Apa kau tak tahu, aku masih belum bisa merelakanmu pergi. Aku ingin kembali seperti semula. Tapi entah kenapa...aku tetap tak bisa. Hanya senyummu yang dapat mengembalikanku. Tapi bagaimana aku bisa kembali melihat senyum itu? Sungguh...sangat menyakitkan.
Aku ingin memelukmu, mendekapmu dengan erat hingga kau sulit bernafas. Aku ingin membalas pernyataan cintamu waktu itu, karena aku belum mengatakan bagaimana perasaanku saat dengan mencium baumu, dapat membuatku menjadi...tunggu! Bau?! Se-sebentar!
Aku mengangkat kepalaku yang semula tertunduk. Aku memejamkan mata, mengendus-endus udara sekitar. Mata onixku membulat sempurna. Tak salah lagi...walau samar-samar ini memang baunya!
Dapat ku lihat para nakamaku menatapku bingung. Tapi tidak dengan Gajeel dan Wendy. Apa mereka selama ini sudah menyadarinya? Ku pandangi Gajeel dan Wendy. Mereka menganggukkan kepala, seolah tahu apa yang ada di dalam pikiranku.
Tanpa berlikir lebih lama lagi aku segera berlari meninggalkan mereka. Dengan jantung yang berpacu cepat aku berharap ini memang dia...Lucy.
End Natsu pov.
Erza dan para nakama lainnya tampak terkejut melihat Natsu yang tiba-tiba berlari seperti orang gila. Gajeel dan Wendy menatap kepergiannya sambil tersenyum.
"Natsu-san sepertinya tahu."ucap Wendy sambil tersenyum. Gajeel menyeringai.
"Penciumanku dan si bocah ini mungkin bisa salah. Tapi penciuman orang itu tak mungkin salah."
"Apa maksudmu?" tanya Gray yang masih bingung.
"Lucy...telah kembali."
Dan semua orang hanya bisa menutup mulut mendengar pengakuan sang Iron Dragon Slayer.
########
Natsu terus berlari di sepanjang koridor, mengikuti penciumannya yang membaui bau nakamanya yang, menurutnya, telah tiada. Tak mempedulikan rasa sakit di sekujur tubuh dan rasa pening yang menyergapi kepalanya, ia makin mempercepat larinya.
Langkahnya berhenti didepan sebuah pintu yang bertuliskan 'Master's Room'. Jantungnya makin berpacu ketika ia membuka pintu itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
Di ruangan yang cukup besar itu, Master Makarov tengah duduk berbincang dengan seorang berjubah hitam. Onixnya membulat sempurna, jantungnya serasa berhenti berdetak. Tangannya yang semula memegang gagang pintu melorot ke bawah.
Di depan Master, duduk seorang, yang dikenali sebagai seorang gadis bersurai blondie. Ia tampak tertawa kecil pada Master. Lalu mata gadis itu beralih padanya. Iris karamel itu membulat,tampak terkejut. Tapi kemudian gadis cantik itu tersenyum, pandangannya melembut. Ia tersenyum sangat manis pada Natsu. Gadis itu berdiri sambil menanggalkan jubahnya.
"Natsu.."sapanya lembut.
Natsu makin terbelalak. Apakah matanya tak salah lihat? Di depannya...di depannya saat ini, berdiri sosok yang selama ini sangat ia rindukan. Sosok gadis bersurai pirang bermata karamel yang selama ini menjadi teman satu timnya. Sosok yang selama lima tahun ini di anggap tiada. Tapi saat ini dengan sangat jelas, berdiri di hadapannya.
"Lama tak bertemu Na-"
Dengan perasaan rindu yang membuncah dan air mata yang menggenang di pelupuk matanya ia berlari menerjang gadis itu sebelum sang gadis menyelesaikan perkataannya. Membawa tubuh ramping sang gadis dalam dekapannya yang hangat.
Tubuh gadis itu tampak menegang medapat perlakuan tak terduga dari pemuda bersurai musim semi. Sekarang tubuh gadis cantik itu telah terbenam sepenuhnya dalam pelukan hangat Natsu. Kepalanya menyandar pada dada bidang sang pemuda yang menjadi nakamanya. Degup jantung keduanya yang makin berpacu cepat saling menyatu, menciptakan sebuah harmoni musik yang hanya dapat di dengar oleh dua insan itu.
Natsu memeluk tubuh ramping gadis itu protektive dan sangat erat, seolah gadis itu akan menghilang lagi jika ia melonggarkan pelukannya. Kepalanya ia tenggelamkan di lekukan leher sang gadis, menyesap aroma vanila yang menjadi ciri khas blondie itu. Ia sangat merindukannya...
Natsu terisak di pundak gadis berambut pirang panjang itu. Tak dia sangka...ternyata nakamanya...Lucy...Nakama yang sangat ia sayangi dan ia cintai ada di dalam dekapannya. Sungguh jika ini mimpi, Natsu enggan terbangun dari mimpi ini.
Lucy yang merasakan pundaknya basah merasa bersalah. Sebegitu rindukah Natsu padanya? Sampai-sampai dia menangis sambil memeluknya seperti ini. Lucy turut mengeluarkan air matanya, air mata bahagia. Ia balas memeluk tubuh kekar Natsu dengan tangannya yang masih ada di depan dada sang pemuda. Memeluknya erat dan makin menyurukkan kepanya ke dada bidangnya.
"Luce...Luce...Lucee..." hanya gumaman yang terdengar dari bibir Natsu.
"Ya Natsu...aku telah kembali...maaf membuatmu menunggu..."balas gadis itu..
Master Makarov yang mengerti keadaan saat ini hanya bisa tersenyum. Kemudian ia keluar dari ruangannya dengan air mata yang menumpuk di sudut mata, membiarkan kedua insan itu saling membalas rindu yang selama lima tahun ini tertahan. Ya untuk sang pemuda.
Natsu sedikit melonggarkan pelukannya lalu menundukkan sedikit kepalnya agar ia dapat menatap dalamnya karamel sang gadis yang tingginya hanya melebihi dagunya.
Mata itu masih sama. Rambut itu masih sama dan wajah itu juga masih sama, seperti lima tahun lalu dan malah berkesan lebih muda dan lebih cantik. Yang berbeda adalah pakaian sang gadis yang mengenakan pakaian berwarna putih keunguan dengan bahan lembut, lengan pendek dan rok setengah paha lipit-lipit berwarna pink. Lucy sama sekali tak berubah sejak lima tahun lalu.
Lalu, Natsu menisipkan telapak tangannya di tengkuk sang gadis dan membawa bibir sang gadis hingga bibirnya bersentuhan dengan bibir si pemuda. Tatapan Lucy berubah kosong, terlalu kaget dengan tindakan sang pemuda yang menciumnya tiba-tiba. Dengan mengeluarkan air mata, Lucy membalas ciuman lembut Natsu yang sarat akan kerinduan dan penantian. Ciuman lembut yang penuh perasaan kasih, tak ada nafsu.
Dengan naluri, Natsu menghisap lembut bibir atas dan bawah Lucy sebergantian. Sementara tangannya yang bebas memeluk erat pinggang sang gadis. Ia menekan kepala Lucy dengan tangannya yang masih berada di tengkuk agar dapat memperdalam ciumannya. Sementara Lucy mengalungkan kedua tangan kecilnya ke leher Natsu dengan sedikit berjinjit. Saling berpagut dan menghisap bibir, meluapkan perasaan yang telah lama terpendam melalui tindakan nyata.
Para nakama lainnya yang menyusul Natsu hanya bisa berdiri mematung di depan pintu ruangan Master. Karena pasalnya mereka melihat Lucy Heartfilia, yang lima tahun lalu menghilang menjadi debu kini kembali lagi. Dan saat ini ia sedang berciuman dengan pemuda berambut salmon yang selama ini selalu tersiksa karena kepergiannya.
"Lu-Luchan...
"Lucy..."
"Lucy-san..."
Hanya itu yang keluar dari bibir mereka.
Mereka hendak mendekat ke arah Lucy,untuk memastikan apakah benar dia Lucy mereka tapi segera di hentikan oleh Master Makarov.
"Kalian jangan masuk. Biarkan mereka berdua saling meluapkan perasaan mereka yang sudah saling tersakiti selama ini."
Dengan berat hati mereka hanya menatap kedua insan yang masih saling berpagutan itu.
Setelah hampir 4 menit saling berciuman, Natsu dan Lucy melepasakan pagutan mereka karena kebutuhan oksigen. Jejak-jejak benang savila terlihat jelas. Bibir mereka terlihat basah karena savila yang saling bercampur. Nafas mereka terengah-engah karena ciuman barusan. Natsu menyatukan keningnya dan Lucy menatap iris karamelnya dengan tatapan sayu dan lucy menatapnya dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya.
Natsu menggapus air mata Lucy dan membersihkan savila di binir gadis itu dengan ibu jarinya.
"Ku mohon Luche...ja-jangan...me-na..ngis..."
Dan tiba-tiba saja tubuh kekar Natsu jatuh di pelukan Lucy membuat tubuh gadis itu oleng hingga mereka berdua terjatuh dengan posisi Lucy berada di bawah. Lucy yang mengabaikan rasa sakitnya langsung mendudukkan dirinya dan memangku kepala pink pemuda itu yang penuh dengan luka dan...darah..Ke-kenapa dia baru sadar jika tubuh Natsu penuh luka?
"NATSUU!"
Bersambung...
Yohoho...chap 1 selesai! Sebenernya saya mau bikin one shoot tapi kok kayaknya wordsnya nanti kebanyakan jadi saya bikin dua chapter deh. Chapter dua mungkin akan menyusul jika para readers sekalian mau mereviev fic gaje ini :v. Jadi...mohon reviewnya! ^_^
