L.O.R.D

Disclaimer: Naruto milik masashi Kishimoto, bukan milik saya dan Saya membuat fanfiksi ini tidak untuk mendapatkan keuntungan materi apapun.

Rated: M

Genre: Adventure, Action

Warning: AU, Typo (s), OOC, Gaje, dsb

.

.

Summary: Apa itu Raja? Bagaimana aku menjalaninya … Tou-sama, jika seorang Raja harus memikul beban seberat ini, bagaimana aku sanggup. Namun jutaan nyawa berada di pundak ku yang rapuh. Akan ku kokohkan demi Rakyatku. Dan kalian, ini adalah kisahku sebagai Raja tanpa singgasana.

.

.

.

#Happy Reading#

"Aku akan mencabut pedangku untuk masyarakat ku yang meneteskan air mata"


"Mustahil! Aku tidak akan bisa melakukannya!"

Seorang pria jatuh bertumpu dengan kedua tangan di atas bukit, cahaya bulan jatuh membasuh rambut merahnya. Alunan gemerlap bintang bersahut-sahutan menyaksikan. Berteriak dengan kegundahan ketika keringat keputusasaan jatuh di wajahnya. Pakaian khas kesatria tanpa zirah—tersulam sutra—menyerap keringat dingin, tergelincir di lengannya yang liat.

"Angkat kepalamu!"

Ia tergelak mendengar suara serak dan berat sosok yang membelakanginya. Lebar tubuh yang berbeda membayanginya dari sinar bulan. Helai rambut merah berayun tesapu angin—dingin menusuk—ketika ia mengangkat kepala.

Tersungging senyum yang tak akan pernah ia lupakan. Senyum menyiratkan impian dari sosok di depannya. Senyum yang ia balas dengan raut kegundahan dan keputusasaan—bulir air menggenang di pelupuk matanya, lalu jatuh bagai rinai terserap tanah lembab.

"Aku … Aku … AKU TIDAK AKAN PERNAH BISA SEPERTIMU TOU-SAMA!"

Seringaian terpantul di matanya yang sebiru cahaya bulan malam itu. Getaran di tubuhnya bukanlah sebab angin yang dingin saat itu—bukan juga suasana mencekam yang terasa. Ia hanya sadar, tidak akan bisa menyamai sosok di depannya.

"Dasar bodoh!"

Tekanan angin yang berasal dari sosok itu menghempaskan krikil dan daun di sekitar—menggoyangkan ujung pakaian dan jubahnya. Terselimuti Mana; membentuk jilatan api hitam mengaumkan keagungan di atas bukit yang ia pijak.

Pedang bercorak emas kehitaman terpancang kokoh di atas tanah ketika berpangku tangan di atasnya. Memandang jauh ujung cakrawala; terselip di antara sisi pegunungan dan hutan.

Ia bergetar penuh kerisauan. Kedua tangan mencakar tanah menanti balasan sosok di depannya. Ia sudah memperhitungkan semuanya. Barangkali ia mengetahui sesuatu yang akan terjadi. Hal yang menjadi mimpi buruk sepanjang hidupnya.

"Naruto! Seorang Raja jangan pernah menundukan kepalanya! Siapapun itu; keluarga, saudara, rakyat yang ia cintai, terutama pada musuhmu! Ia harus tetap berdiri kokoh di puncak kejayaan! Mengibarkan bendera kemenangan! Menunjukan jalan impian untuk Rakyatnya!" tegasnya. kedua tangan ia lebarkan, bayangan jubah berkibar bersiluet dengan gelombang di depan Naruto.

"Seorang Raja tidak hanya harus kuat! Raja yang hebat memiliki ambisi yang besar! Mengacungkan pedangnya—menusuk cakrawala! Menunjukan jalan kejayaan dan kemakmuran! Berpendirian kuat dan kokoh! Sampai musuh pun gentar ketika mendengar namanya! Dan semua Negeri akan menceritakan kisahnya." Sosok itu berbalik. Terselimut bayangan ketika membelakangi bulan—menyisakan seringai penuh kebanggaan di wajahnya.

Kedua tangan Naruto terkepal. Keringat bercampur peluh jatuh membasahi tanah ketika ia tertunduk. Bunyi gemeletuk gigi beradu demi melampiaskan kekesalan dalam dirinya.

"Tapi … tapi … Perang itu … Tou-sama dan yang lainnya … kalian akan—"

"Kalau begitu ikutlah!"

"ITU MUSTAHIL! Aku … aku … tidak berani …

Meski begitu aku—"

Ia tidak bisa melanjutkan perkataannya. Kilauan di mata biru—seluas samudra— itu bergetar, lidahnya kelu, dan napasnya tercekat. Cairan merah mengalir di bilah pedang kehitaman di samping wajahnya—merasakan sensasi dingin dan perih di pipi.

Sosok itu menyeringai lebar. Bahu tegapnya kokoh, memikul beban bagi mereka yang melangkah di bawah impian yang sama dengannya.

"A … a … a … "

Bulir air mata membasahi wajah, tergagap mulutnya tidak dapat mengatakan apapun. Perasaannya tak karuan dengan degup jantung tak beraturan.

Tersungging senyum sosok itu sebagai seorang Pemimpin dan seorang, Ayah.

"Naruto … Kerajaan Uzumaki akan tetap hidup. Perasaan semangat perjuangan, akan selalu tewarisi sampai langit ini runtuh! Besok, kita akan menjejakan kaki; menancapkan Bendera kebanggan di tanah Konoha! Besok! Kaulah Rajanya," serunya penuh kebanggaan. Namun getaran di tubuh Naruto semakin menjadi. Dirinya takut, ia tidak ingin kehilangan seorang yang ia banggakan; untuk melampauinya.

"BANGUN DAN BERDIRILAH! LIHAT SEKELILINGMU! DI PUNCAK BUKIT OOTSUTSUKI! PARA LELUHUR MEMANDANG PENERUSNYA! HAPUS AIR MATAMU! TUNJUKAN KEAGUNGAN SEORANG RAJA!"

Naruto menunduk, menggigit bibir bawahnya. Menghentikan kelemahan dirinya. Berteriak marah, mengoyak ketakutan agar enyah menghantuinya selama ini. Cahaya bulan membasuh wajahnya yang terangkat—kagum dengan kegigihan yang hadir malam itu.

"Aku mengerti," serunya menyentuh bilah pedang hitam itu. mematikan rasa sakit di tangannya seraya menjauhkan dari wajah. Sosok itu merinding memandang dengan mata hazelnya, binar biru itu berkilat tajam menusuk.

"Ya, benar. Begitulah seharusnya"

Naruto bangkit dari keterpurukannya. Sosok itu tersenyum padanya, penuh kebanggaan di wajahnya yang tua. Mengedarkan pandangan, Naruto membeliak menatap ratusan cahaya mengelilingi mereka. Terperangah menyaksikan berbagai macam sosok transparan; penuh keagungan, penuh kewibaan, penuh kekuatan bersinar. Kilaunya berpendar di tubuh mereka berdua.

Ayahnya semakin melebarkan seringaian. Pedang hitam itu terayun seraya jubah hitam—berpola pusaran merah—berkibar, membelah udara, lalu menusuk tanah di antar mereka berdua. Para leluhur—berbentuk cahaya—itu mengangkat telapak tangannya, bersinar dan menusuk tubuh Naruto.

"Demi langit dan bumi! Demi air dan api! Demi keagungan dan kejayaan! Mereka yang berdiri di puncak! Turunlah! Kalian yang menyinari kehampaan dan keputusasaan! Saksikanlah! Penguasa surga dan neraka! Sambutlah!" cahaya keperakan tercampur sinar bulan mengelilingi mereka dengan kilaunya.

Naruto memejamkan mata atas penobatan yang sedang dilakukan. Alisnya tertekuk dengan dagup jantung bergemuruh. Dirinya berada di tengah kilas balik perjuangan pendahulunya yang menggelora, menyentuh kalbu ketika mencapai kemenangan.

Perjuangan inilah yang harus ia teruskan ketika kelopak matanya terbuka, menyingkap binar biru dengan pupil berpendar keemasan—berpola teratai .

Pendar perak menyelimuti pedang ketika cahaya bulan berputar dan jatuh menyirami mereka. Krikil-krikil terpantul ketika tanah dipijaknya bergetar. Rambut merahnya berkibar dengan raut datar namun tajam.

"Ia yang berdiri di atas segalanya! Berjalan penuh kekokohan jiwa penakluk! Aku Ootsutsuki Arashi! Padamu atas nyawaku aku mengabdi! Wahai Rajaku, penguasa langit dan bumi, tiada api yang dapat membakarmu, tiada air yang dapat menghanyutkan semangatmu! Di bawah cakrawala ini! Tunduklah dan Sambutlah! Rajaku Ootsutsuki Naruto"

Naruto menyentuh gagang pedang itu, menariknya keras, lalu mengacungkan—menantang langit di atasnya. Seakan menjawab panggilan; segaris cahaya jatuh dari gumpalan awan yang berputar di atas bukit, bersamaan gelombang kejut terjadi setelahnya.

Gemerisik daun ketika tersibak angin malam semakin keras terdengar. Binatang-binatang hutan tak ada yang berlari—menjauh bukit itu. Terpekur dan tertunduk menyambut sang Raja baru mereka.

"Aku, Ootsutsuki Naruto! Tunduklah padaku! Patuhilah perintahku! Bersumpah setialah padaku! Ikutilah langkahku! Di manapun aku berpijak! Kemenangan akan menyambutku! Di manapun aku memandang! Kejayaan akan menghampiriku! Aku Raja Uzumaki yang agung! Akan ku persembahkan kemenangan dan kejayaan pada kalian!"

Cahaya perak berpendar menyelimuti perbukitan. kilaunya membasuh 'mereka' yang memandang, menghantarkan kehidupan yang baru di sekitarnya. Ratusan pohon tertunduk dan ratusan binatang bersimpuh. Sinar itu menghidupkan kembali pohon yang sudah mati, lalu menunduk menyambut kelahiran Sang Raja.

Sosok itu menyeringai lebar, terdiam seraya membatin menyaksikan Naruto dibalut cahaya keperakan dan birunya sinar bulan, 'aku belum pernah lihat cahaya sekuat ini. Naruto, Kaulah yang akan mengembalikan kehormatan dan kejayaan Uzumaki. Anak ku, kutitipkan Negeri ini padamu.'

###

Perang dimenangkan Kekaisaran Konoha. Raja Uzumaki ke-44 Ootsutsuki Arashi, beserta pasukannya. Telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dan penuh kehormataan. Namun menyisakan duka mendalam bagi Kerajaan Uzumaki saat pemakaman di langsungkan.

TBC


Terima kasih sudah membaca. Silahkan klik reviews untuk apresiasi kalian. Jangan lupa Fav dan Follow cerita ini, untuk mendapatkan pemberitahuan terbaru.

Halo! Perkenalkan, Aku Author baru di FFN. Yah … setelah lama membaca fic dan beberapa cerita, akhirnya saya memberanikan diri membuat sebuah Fic. Maaf, jika banyak kata atau kalimat yang tidak jelas dan salah penempatannya. Saya selalu melakukan yang terbaik untuk menulis.

Saya mengharapkan kongkrit dari kalian. Karena jujur saja, reviews seperti, 'Next thor.' Hanya akan mematahkan semangat menulis seorang Author. Jadi aku berharap akan pendapat kalian. apa yang kalian rasakan dengan cerita ini; Baik kah? Buruk kah? Ada yang kurang kah? Apa yang kalian rasakan? Dan harapan kalian untuk cerita ini. Aku mengharapkan itu.

#Wind or Weed#