Kutukan Sang Pencemburu

Oleh: Jogag Busang

Disclaimer: Tetsuya no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini

.

.

"Kamu ingin makan apa, Tetsuya?"

"Hmm, apa saja. Asal rasanya enak, Akashi-kun."

Akashi menyubit pipi Tetsuya dengan lembut.

"Dasar, yang kamu pikir hanya rasanya saja."

"Lho, memangnya salah, Akashi-kun? Kita kan hanya sedang makan untuk merayakan hari terakhir kita ujian," ujar Tetsuya membela diri.

"Benar juga, sih."

Akashi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sahabatnya ini memang sering sekali membuat kepalanya pening. Bukan karena tingkahnya yang kelewatan, tetapi lebih karena sifatnya yang terbilang masih sangat polos.

Mereka berdua kemudian berjalan beriringan menuju rumah makan sederhana di tepi jalan. Ketika tiba, Akashi menyuruh Tetsuya menunggunya dengan memesan makanan terlebih dahulu, sedang Akashi sendiri hendak ke toilet.

Sebenarnya, Akashi tidak sedang ingin membuang hajat. Dia tengah sibuk mempersiapkan kejutan manis untuk Tetsuya. Di depan cermin, Akashi sedang melatih vokalnya sambil memegang sekotak cincin dalam rangka menembak lelaki manis itu untuk dijadikan kekasihnya. Sebenarnya, sudah sejak lama dia ingin melakukan hal ini, tetapi entah mengapa Akashi selalu tidak siap. Tambahan bagi kebodohan Akashi, dia tidak berguru terlebih dahulu untuk menguasai materi "tips menyatakan cinta" di jauh-jauh hari. Akashi memang tipe lelaki yang seperti itu; spontan dan penuh kejutan. Tidak heran jika persahabatannya dengan Tetsuya dapat terjalin lama. Dan ngomong-ngomong, ini sudah waktunya Akashi harus bertindak, sebelum mereka melanjutkan studi ke bangku perkuliahan.

Malangnya, saat Akashi kembali, di sebelah Tetsuya, duduklah seorang lelaki berambut biru tua, teman sekelas Akashi, sedang asyik berbincang dengan "sang-yang-akan-ditembak". Akashi menyekip langkah. Hatinya bergemuruh. Ini sungguh memedihkan untuk sekadar dirasa.

Telanjur terlihat, Tetsuya melambai ke arah Akashi, memberitahukan bahwa ada teman yang ikut bergabung.

Dasar tidak peka! Dasar pengganggu! Dasar Daiki sialan! Tukang sabotase milik orang! Tukang cari perkara!

Akashi tidak berhenti menyakarme di dalam batin. Rencananya kini resmi gagal total.

Menjadi kekasih Tetsuya ternyata sedemikian sulitnya, Akashi baru menyadarinya sekarang. Selalu saja ada pihak ketiga yang muncul setiap kali Akashi hendak berduaan. Akashi sudah jengkel setengah mati.

Menguatkan diri untuk tidak memvokalkan setiap sumpah serapah, Akashi mengambil tempat di depan duo lelaki yang sama-sama berambut biru. Sementara Tetsuya mengobrol dengan Daiki, Akashi mencomot makanan di hadapannya dengan sembarangan.

Dalam situasi seperti ini, Akashi mampu menciptakan sebuah quotes teranyar yang berbunyi: "Kacang itu rasanya gurih, tetapi dikacangin itu rasanya perih."

Kemarahan meningkat sudah pada ubun-ubun, siap untuk diledakkan. Mengurut dada, Akashi pamit untuk pulang, meninggalkan dua lelaki tadi yang hanya melambaikan tangan.

"Semoga jika kamu pulang nanti, Daiki, kuharap motormu menabrak pohon!"

Itulah doa Akashi yang dipanjatkan dengan penuh kekhusyukan. Tanpa sepengetahuannya, sesosok Malaikat Maut mendengar permintaan dari Akashi, lelaki yang tengah merana tersebut. Malaikat Maut tadi mencatat sesuatu di bukunya, lalu menghilang untuk melanjutkan tugas.

Esoknya, dalam salah satu channel berita di televisi, ditampilkanlah peristiwa kecelakaan yang merenggut dua nyawa lelaki; Aomine Daiki dan Kuroko Tetsuya. Akashi yang baru saja menyaksikan tayangan tersebut mendadak pingsan karena tak kuat menerima kenyataan. Ternyata, Tetsuya kemarin pulang dari rumah makan bersama Daiki.

Dan ketika Akashi terbangun dari pingsannya, dia hanya bisa menangis dengan penuh penyesalan saat menyadari kesalahannya.

.

GAME OVER