Ghostpassenger
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
.
.
Seorang supir taksi bernama Akashi Seijuurou mulai mengantuk. Seperti biasa, dia memang selalu begitu saat mendapat jadwal shift malam saat menyupir. Dia bosan dengan keadaan yang serba gelap. Dia juga bosan dengan jalan berliku-liku yang harus dilaluinya sepanjang hari. Namun, sebenarnya Akashi tahu betul, ini sudah menjadi risiko saat dulu sewaktu dia memutuskan untuk menjadi supir taksi.
Sambil mencoba berlagak bersemangat, Akashi menghidupkan mesin taksi dan mulai menjalankannya.
Melewati tikungan jalan yang dikenal orang-orang sebagai jalan yang sering dihindari pengemudi mobil lainnya, mata Akashi menangkap seorang lelaki yang tengah berdiri di tepi jalan, sedang mengayunkan tangannya, hendak menumpang taksi maksudnya.
Hati Akashi yang semula suram menjadi gembira seketika. Dia telah mendapat penumpang pertama. Begitu lelaki penumpang tadi menutup pintu taksi, Akashi buru-buru melirik kaca di depannya. Lelaki tersebut ternyata memiliki rupa yang menawan, dengan kulit putih, mata birunya yang besar, dan pakaiannya yang simpel tapi elegan.
Ah, Akashi menjadi tergiur untuk menggodanya. Walau berkarier sebagai supir, Akashi adalah lelaki yang selalu menjaga penampilan. Sebisa mungkin dia berdandan rapi serta tidak lupa memakai parfum. Ini adalah cara yang diajarkan bosnya untuk menarik penumpang agar dia menjadi supir yang paling dicari.
"Apakah Anda baru saja pulang bekerja?" tanya Akashi dengan sopan, bermaksud membuka percakapan agar tidak sehening kuburan, setelah tadinya berbasa-basi menanyakan tujuan.
"Iya, saya baru saja pulang bekerja."
Balasan yang terdengar dari belakang rupanya memiliki suara sehalus benang. Akashi suka sekali mendengarnya.
"Kalau boleh tahu, Anda bekerja di mana?" Akashi berharap lelaki tersebut bukanlah lelaki penghuni bar biar pulang larut.
"Saya bekerja di supermarket."
Masih dijawab balik dengan kesopanan pula, Akashi semakin girang bertabur penasaran.
"Anda masih sendiri, kan?"
"Iya."
Dingin. Akashi baru sadar jika suara yang awalnya itu memang berasa manis, tetapi lama-kelamaan berasa asin.
"Eh, alamatnya sudah benar lewat sini?" Akashi bertanya saat taksi dia belokkan ke arah kanan.
"Iya, benar. Lalu lurus saja."
Akashi menurutinya. Kata banyak orang, seorang penumpang harus diperlakukan serupa raja, sama seperti orang yang hendak membeli dagangan. Untuk itulah, Akashi selalu belajar untuk menjadi supir yang baik dan ramah.
Namun, ketika Akashi melewati jalan di dekat areal pemakaman, di sebuah jalan yang tidak terlalu dia kenal, taksi tiba-tiba berhenti. Apa yang terjadi dengan taksinya?
Akashi berusaha menyalakan mesin, tetapi tidak bisa. Sepertinya, taksi yang sedang Akashi kendarai mendapat musibah: mogok mendadak.
"Maaf, ya. Bisakah Anda—"
Cermin yang ditatap Akashi tidak memantulkan wajah penumpangnya. Dengan terburu-buru, Akashi menoleh ke belakang untuk memeriksa.
Kosong.
Kursi penumpang yang ada di belakang ternyata tidak ada yang menduduki.
Akashi menggigiti kuku jari. Dia baru ingat jika di tepi jalan, tempat lelaki tadi mulai menumpang, adalah bekas lokasi kecelakaan karena tabrakan maut seminggu yang lalu.
Akashi juga baru sadar jika dia sudah disesatkan. Kalau begitu, lelaki yang menumpang taksinya tadi adalah…
Akashi menggelengkan kepala berulang. Dia tidak mau mereka atau memikirkan hal yang akan membuatnya lebih ketakutan. Akashi sudah memiliki masalah yang lebih serius.
Menatap kanan kiri yang serba gelap, tanpa mengharap bantuan yang diketahuinya mustahil, Akashi bertanya kepada dirinya sendiri, "Bagaimana caranya agar aku bisa pulang?"
.
GAME OVER
