Naruto By : Masashi Ksishimoto

FaceBug

By : Anaphalis Javanica

Tidak selamanya hitam itu buruk

Tidak selamanya putih itu indah

CHAPTER 1

FLAHBACK ON

"Dasar wajah jelek."..

"Tidak usah dekat-dekat, ish menjijikkan."..

"Jangan dekat-dekat dengan dia, nanti wajah rusaknya tertular lagii, hii menyeramkan."..

"Jangan pernah lagi kau kesini facebug!".

Hinata yang mendengar cacian maki dari teman-teman sekolahnya itu hanya bisa berlari dan menangis. Ia sudah tidak sanggup menerima caci-maki dari orang-orang yang melihatnya. Dia sudah muak di bully oleh teman-teman sekelasnya.

Hinata saat ini kls 8. Kata orang-orang yang melihatnya, wajah Hinata sangat menyeramkan seperti zombie yang kelaparan. Sebenarnya Hinata sangat cantik namun kecantikan dari luarnya itu tertutupi oleh luka parah akibat kecelakaan yang dialaminya saat masih duduk dibangku sd kls 6, dia ditabrak oleh mobil yang sedang melintas saat Hinata hendak ingin menyebrang menuju ke arah penjual kartu ucapan tahun baru yang singgah disamping jalan raya.

Mengingat semua hal itu membuat Hinata tidak dapat menahan air mata yang terus keluar dari matanya. Dan tanpa disadari ia telah sampai didepan pagar pembatas belakang sekolahnya. Ia memilih berlangganan di tempat itu karena disitu sepii oleh siswa-siswi dan disitu tidak panas karena cahaya matahari terhalang oleh gedung sekolah Hinata, menjadikan gedung itu mempunyai bayangan yang sangat besar.

Tangan Hinata bergetar ia lalu memegang erat pagar besi itu dengan maksud mengalirkan semua kesakitan yang ada , namun hal itu hanya makin memperburuk kondisi tangan Hinata. Tanpa Hinata sadari kini telah ada yang menyentuh dan memegang tangannya. Tangan itu agak besar dari tangannya, Hinata langsung menengok orang yang menyentuh tangannya karena ia sangat kaget baru kali ini ada yang berani memegang tangannya selembut ini , dan ternyata yang mengenggam tangan Hinata saat ini adalah Sasuke tepatnya Sasuke Uchiha, anak pemilik Uchiha Corp.

"Mereka hanya menilaimu dari luar, mereka bodoh karena melihat dari segi fisik. Mereka tidak tau bahwa orang yang mereka ejek itu adalah orang yang sangat istimewa."ucap Sasuke yang tadinya menatap langit kini beralih menatap mata Hinata dengan seulas senyum hangat nan tulus.

FLASHBACK OFF

Hinata yang mengingat memori pahitnya dulu itu kini hanya bisa tersenyum pasrah, namun Hinata dulu dengan Hinata yang sekarang sudah sangat berbeda 180 derajat. Hinata sekarang adalah Hinata yang sangat sangat cantik karena bantuan oplas (oprasi plastik).

Sekarang Hinata sekolah di Seoul. Dia tinggal di Korea Selatan sudah 2 tahun lebih,dan sekarang Hinata adalah murid kls 11 di Seoul.

Jika saja Hinata mau jadi artis, maka pihak label manapun akan dengan suka-suka menerima Hinata karena Hinata memiliki rupa yang sangat cantik. Tapi Hinata tidak pernah berpikir mengarah kesana. Ia hanya ingin menjadi gadis biasa seperti gadis lainnya.

-0-

"A-apa? Tapi kenapa, Ayah? Kenapa kita harus kembali ke Jepang!?"tanya Hinata dengan tidak sabarnya.

Ia tidak ingin kembali ke Jepang, ia lebih suka di Korea karena hanya segelintir orang yang mengetahui masa lalunya.

"Maafkan Ayah, Hinata. Ayah dipindah tugaskan kembali ke Tokyo, Ayah juga sudah meminta surat pindah dari sekolahmu. Ayah sudah mengurus semuanya dari jauh-jauh hari sebelumnya."

Hinata hanya menghela napas pasrah

"Kapan kita ke Tokyo?" ucap gadis itu

"Besok siang Hinata, sebaiknya kau membereskan barang-barangmu sekarang." kata Ayah Hinata.

Hinata pun mengangguk dan berjalan gontai menuju kamarnya yang terletak diatas, ia mendorong knop pintunya dan masuk kekamarnya dan kemudian kembali menutup pintu kamarnya itu

'Kami-sama, apakah aku memang ditakdirkan untuk selalu menderita?' batin Hinata.

Gadis itu kemudian mengambil kopernya yang diletakkan diatas lemari lalu mempacking semua barang-barang yang dibutuhkannya nanti. Kurang dari 14 menit Hinata telah selesai dari kegiatan packingnya itu. Ia kelihatan lesu dan akhirnya di berjalan ke bednya untuk rebahan dan matanya mulai terpejam.

Dia tidur.

-0-

"Kringg kringg kringg." jam beker Hinata berbunyi sehingga pemiliknya terbangun

"Hmhhn?!"sepertinya Hinata belum sepenuhnya sadar, ia melirik sekilas beker itu dan jarum pendeknya mengarah ke angka 8. Hinatapun bangun dan pergi ke wc untuk mandi. Saat ia didalam wc, dia melihat pantulan dirinya yang ada di wc, ia tersenyum dan sembari membisikkan sebuah kalimat

"Aku kembali Uchiha-san."

-0-

Di tempat lain

"Uhukk uhukk." Sasuke terbatuk saat meminum pocari sweet kalengan yang baru dibelinya tadi di kantin. Ia hampir menyembur pocari sweet yang ada dimulutnya itu.

Ada 2 kemungkinan yang membuat Sasuke terbatuk.

Pertama, karena ia ditanyai oleh Naruto kawannya begini " Kenapa kau menolak semua cinta gadis gadis yang mendatangimu teme? Kenapa kau tidak pacaran dengan salah satu gadis itu, padahal mereka cantik-cantik loh. Apa kau ini sebenarnya homo, teme?" sontak saja Sasuke yang mendengar ucapan dan pertanyaan sahabatnya itu langsung terbatuk-batuk riaa dan sukses membuat Naruto menerima jitakan telak dikepalanya.

"Aku ini masih normal, dobe. Jangan berpikir macam-macam!"kata Sasuke

"Haa temee, aku kan Cuma bertanya."bela Naruto.

Dan kemungkinan kedua adalah, ada seseorang yang baru saja menyebut namanya dari tempat yang sangat jauh.

Sasuke pun beranjak dari tempatnya meninggalkan Naruto yang masih mengusap-usap kepalanya yang berhasil kebobolan tinju.

"Hei temee tunggu aku!".

-0-

Di Seoul, Korea Selatan – bandara Incheon

"Kau siap Hinata ?"tanya Ayah Hinata yang hanya dibalas anggukan mantap oleh yang ditanyai.

Akhirnya mereka berdua masuk ke pesawat yang sebentar lagi akan terbang ke Tokyo.

Tak butuh waktu kurang dari sehari , akhirnya Hinata sampai di Jepang tengah malam. Ia hanya berdoa agar tidak ada seseorang yang mengenalinya disana. keluar dari bandara Narita, Hinatapun memanggil taxi dan ketika Ayah dan anak itu sudah masuk kedalam, supir taxi itu bertanya tempat tujuan mereka, dan Ayah Hinata pun menyebutkan tempat itu. Hinata yang mendengarnya hanya bisa berkeringat dingin, kenapa? Karena ia kembali kerumah lamanya.

Sesampainya ia dengan Ayahnya di kediaman lamanya. Hinata hampir saja melelehkan air matanya namun segera ia tahan. Sekarang dia bukan gadis lemah, dia adalah gadis sekuat besi dan baja. Dia menghirup panjang udara rumah lamanya itu.

"Welcome back, Ayah." Hinata tersenyum kepada Ayahnya, dan Ayahnya memeluk Hinata.

"Kau masih ingatkan dimana kamarmu Hinata?" tanya Hiashi.

"Tentu saja, Ayah."ucap Hinata senyum yang agak dipaksa.

"Ohh iyaa, rumah ini terlihat sangat bersih. Padahal kita baru sampai disini. Ada yang membersihkannya, Ayah?" tanya Hinata

"Yaa, Ayah sudah menggunakan jasa pembersih rumah saat kita akan berangkat kesini."

"Oh."

" Ayah.. aku naik yah, sepertinya aku kelelahan." kata Hinata sambil membopong barangnya kelantai 2.

-0-

Keesokan harinya jam 8 pagi di kediaman Hinata

"Hinata, sekarang kau ingin masuk di sekolah mana? Ayah akan siap memasukkanmu disekolah pilihanmu."ujar Hiashi disela sela sarapannya dengan putrinya itu.

"Aah itu, tunggulah beberapa hari Ayah, aku ingin mengetahui sekolah yang memiliki cara mengajar yang baik." jawab Hinata dan hanya dibalas anggukan oleh Ayahnya itu.

Hiashi dan Hinata, Ayah dan anak. Sebenarnya mereka akan menjadi keluarga utuh jika saja Ibu dan adik Hinata yaitu Hanabi tidak meninggal dikarenakan kecelakaan pesawat. Tapi Hiashi dan Hinata tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan sehingga mereka menutupi kesedihan dengan saling menjaga satu sama lain.

"Ayah, sepertinya kita harus melengkapi bahan makanan disini."ucap Hinata yang hanya senyum ketika mendapati lemari penyimpan bumbu-bumbu dan freezer penyimpan bahan makanan terlihat kosong.

"Baiklah, catatkan saja Hinata apa yang diperlukan. Biar Ayah yang belanja." kata Hiashi

"Emh sepertinya tidak usah Ayah, sungguh lucu jika ada seorang pria tua yang belanja bahan makanan di market." kata Hinata ingin menahan tawa namun tidak bisa. Ayahnya hanya menggeleng tidak setuju karena dikatakan sebagai pria tua, heii.. dia masih ganteng tau #week:p.

Akhirnya Hinata memutuskan pergi berbelanja sendiri. Dia masih ingat jalan yang ada di Tokyo ini. Dia mustahil lupa dengan tempat dan kenangan yang sangat membencinya ini. Hinata pergi dengan berjalan kaki, ia tidak mau naik mobil karena pasti akan macet, Hinata tau bahwa market dan super mall disini hanya berjarak beberapa ratus meter dari kediamamannya.

Rupa Hinata yang sangat cantik ini menarik banyak perhatian, orang orang yang melihat Hinata pasti mengira bahwa dia adalah artis luar negri karena tubuh Hinata sangat proposional ditambah dengan rupanya yang sangat cantik bak boneka dan matanya yang tajam itu tidak seperti dengan matanya yang dulu yang imut bak mata kucing. Rambut Hinata yang lurus, panjang sepinggang dan lebat itu makin memperindah Hinata dan bajunya yang sangat menunjukkan keKorea-an. Namun Hinata ternyata tidak memperhatikan orang yang melihatnya sampai ada orang yang menabrak tiang listrik karena terus melihat Hinata.

Hinata pun kaget dan berusaha menolong orang itu, namun malah orang itu makin menjadi-jadi dengan keluarnya darah dihidungnya itu. Banyak orang mengerumuni mereka dan banyak pula yang mencari kesempatan untuk berkenalan dengan Hinata. Namun Hinata hanya meminta maaf kemudian berlalu dari kumpulan orang-orang yang sepertinya fans dengan Hinata.

'Fuhh akhirnya sampai juga'batin Hinata.

Ia sampai ke super mall disalah satu mall terbesar di Tokyo. Tidak seperti dengan anak gadis lainnya, Hinata tidak terlalu suka shopping, ia kesini hanya untuk membeli bahan makanan dan seperlunya saja, dia tidak suka menghabiskan waktu dengan mencuci matanya itu.

Saat Hinata telah membeli semua yang dibutuhkan dia dan Ayahnya, Hinata yang sudah sampai dibundaran mall langsung berhenti melangkah. Dari depan ia dapat melihat seseorang yang mirip dengan sosok cinta pertamanya

'Uchiha-san' batinnya lalu mengikuti orang yang ada didepannya ini, dia terus menguntitnya dan dia bisa melihat baju seragam sekolah yang dikenakan orang yang berjalan didepannya ini pasti murid KHS. Hinata tau pasti seragam KHS karena dia telah mengidam-idamkan masuk kesana. Sekolah elit di Jepang tapi sayang dia harus sekolah di Korea.

Hinata sepertinya memikirkan bahwa ia harus masuk kesana dan saat selesai menimbang-nimbang pilihan itu, orang yang Hinata terus ikuti sudah menghilang. Itu semakin membuat Hinata penasaran dan ahirnya Hinata tidak ingin membuang waktu dia langsung bergegas pulang kerumahnya.

"Aku pulaaang."teriak Hinata namun tidak ada yang menjawab, mungkin Ayahnya sudah pergi kekantor barunya. Hinata pun mengirim sms ke Ayahnya berisi 'Ayah,sepertinya aku sudah memilih sekolah yang mana akan aku masuki, Konoha High School'.

Lalu Hinata dengan cepat mendapat sms balik 'Tentu sayang, kau akan mendapatkannya.'

Ayah Hinata adalah duta Jepang yang bekerja di Korea, namun pemerintah Jepang menariknya kembali lagi ke Jepang untuk bekerja. Dengan mudah pastinya Ayah Hinata memasukkan Hinata ke KHS karena dia anggota pemerintah.

"Ssh Ayah! Kenapa telat pulang sih!"gerutu Hinata menatap masakan yang ada dihadapannya ini yang sepertinya mulai dingin.

Hinata telah menyiapkan makan malam ketika ia sudah membersihkan dan meletakkan benda benda bawaan Ayahnya dan ia di tempat yang seharusnya. Hinata mulai melotot tidak suka, ia memanyunkan bibirnya dan

"Ckleek!"

"Tadaimaa."ucap Hiashi dan dijawab dengan senyuman oleh Hinata.

"Hinata! lihat ini."kata Ayahnya memberikan sebuah seragam sekolah dari...

"Wow!"teriak Hinata tidak percaya! Secepat itukah Ayahnya mengurus sekolah barunya itu dan mendapatkan seragam KHS.

"A-ayah!"Hinata memeluk Ayahnya dan mengucapkan arigatou berulang kali.

"Mulai besok, kau sudah bisa masuk kesekolah barumu. Nikmatilah sayang dan kuharap anak Ayah ini tidak akan berbuat macam-macam."kata Hiashi dan hanya dibalas anggukan senang dari Hinata

"Ayah, aku sudah memasak masakan yang Ayah suka dan teh hijau, sebaiknya Ayah makan dulu."kata Hinata dan Hiashi pun mengikuti perkataan Hinata.

Hiashi benar benar bersyukur memiliki Hinata karena begitu banyak bakat yang diberikan Tuhan kepadanya.

"Hinata, kau tidak makan?"tanya sang Ayah

"Aku daritadi sudah makan Ayah! Ayah saja tuh yang terlambat pulang." kata Hinata.

Hinata lalu berlari naik ke tangga dan masuk kekamarnya dia tidak sabar dengan hari barunya besok, dia menyiapkan buku bukunya, dan alat tulis menulisnya. Dia lalu menggantung bajunya itu di hanger kemudian ia letakkan didalam lemari.

Hinata, kemudian ingin secepatnya tertidur dan menunggu sang fajar terbit.

To be Continued...

Mohon reviewnya readers :D