The First
Disclaimer: I do not own Skip Beat! (Sebenernya sih pengen memiliki Ren Tsuruga…)
"Kau sedang menulis apa?"
Aku buru-buru menyembunyikan kertasa diatas meja. Laki-laki itu tesenyum melihat ekspresiku. " Memangnya apa sih yang kau tulis? Aku jadi makin penasaran…" dan dia berusaha merebut kertas yang kugenggam di belakang -cepat aku menghindar. " Bukan sesuatu yang penting kok!" dustaku segera. Jangan sampai dia melihat apa yang kutulis! Aku bakal mati saking malunya!
"Hei, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku lagi?"
Waaah! Senyuman itu! Dengan hati menciut ketakutan aku beringsut mundur. "Ti…tidak!" dustaku lagi. Dia tidak tertipu. Sial. Yah, lagipula kapan sih aku pernah berhasil membohonginya? Pria itu mendekatiku dengan senyum,an yang sama masih terpam[ang di wajahnya. Wuaah! Tolong! Siapapun! Dengan sia-sia aku berusaha beringsut mundur sampai ke pintu yang tentu saja gagal karena dia yang sudah membaca rencanaku langsung memblokir jalan keluar tersebut. "Perlihatkan padaku." Perintahnya dengan nada tegas. Aku menggeleng kuat-kuat. Aku tidak akan memperlihatkan isi kertas ini sampai aku mati!
Senyumannya lenyap dan ekspresinya berganti dengan ekspresi yang membuatku semakin menciut ketakutan. "Isinya benar-benar tidak penting kok!" sumpahku dengan sepenuh hati. Lagi-lagi dia tidak tertipu. "Kau tidak pandai berbohong." Ujarnya dingin. Hieee! Bagaimana ini? Aku kembali melayangkan pandangan ke sekeliling ruangan, mencari cara untuk kabur. Kamar mandi! Kalau aku mengurung diri di sana selama beberapa lama pasti dia akan menyerah juga! Dengan secepat yang aku bisa aku melesat vke arah kamar mandi tapi dia berhasil menangkap sebelah kakiku. Alhasil aku terjerembap dengan wajah membentur lantai duluan.
Dia memanfaatkan keadaanku yang tak bisa bergerak saking kesakitannya dengan merebut kertas yang masih kugenggam. "Wuaaa! Jangan! Jangan dibaca!" jeritku sambil berusaha bangun dari lantai tapi terlambat. Dia sudah mulai membaca kertyas itu dan matanya melebar. Ah…mati aku! Malunyaa!
"Ini…" gumamnmya dengan suara kecil, "…apa?" tanyanya sambil menatapku. "Coret-coretan." Dustaku lemah. Dia pasti tahgu kalau itu bukan sekedar coret-coretan. " Untukku?" dia bertanya lagi. Wajahnya, tah seperti biasanya, memerah. Aku merasa wajahku memerah lebih dari dia saat aku mengangguk malu-malu. "Jelaek ya? Namanya juga coret-coretan…"
"Bagus sekali."
Mataku terbelalak tak percaya saat mendengar komentarnya barusan. "Bagus." Ulangnya sambil kembali menatap coret-coretanku dan tersenyum. Wajahku tambah panas mendengar pujiannya. " kupikir kau bakal tertawa. Habis itu kan norak sekali." Gerutuku. "Tulisanmu ini tidak norak kok! Aku suka." Timpalnya sembari tersenyum lembut. Jantungku berdetak lebih kencang melihat senyumanya barusan. AKU SAMA sekali tidak menduga dia akan begitu menyukainya.
Surat cinta pertamaku.
