Summary: Aoi. I never love it, but I miss it. When it become red, I despite it. Itulah yang kupikirkan. Namun kenyataan jauh dari khayalanku yang indah. Oneshot, Yurin. R&R!
Fandom: Ao no Exorcist
Pairing: YuRin (ahay :3)
Rated: PG-14
Waktu kecil, kupikir aku suka warna biru..
Biru seperti warna mata kakakku. Biru itu selalu menatapku lembut ketika aku menangis. Menatapku penuh semangat saat aku berjuang. Menatap mereka penuh amarah saat aku terluka. Kedua mata biru itu selalu kupandang dan tak pernah lepas. Mereka selalu memperhatikanku dari jauh, seakan mereka ada hanya untukku. Pemilik mata bitu itu selalu merawatku.
Ya, sepertinya aku menyukai warna biru..
Suatu pagi aku memandang kaca. Kusadari warna mataku pun biru. Semu tosca membuat sedikit perbedaan dengan kakak. Miliknya biru bening seperti laut di pagi hari. Milik ku semu tosca seperti biru di malam hari. Inilah kusadari aku memang saudara kembar kakak. Walau orang bilang kami seperti pinang di belah sembarangan. Namun biru ini adalah benang merah kami.
Namun, hari itu, warna biru itu mulai kelam..
Saat itu kakak sedang berada di TK tempat dia bersekolah. Ayah terlihat buru-buru, mukanya pucat penuh rasa khawatir. Aku takut terjadi sesuatu dengannya. Lalu benar, saat malam menjelang ayah tak pulang. Dia terluka dengan tulak rusuk patah dan menginap di RS. Esoknya para tetangga berbisik sesuatu yang aneh. Kakak hilang kendali dan melukai orang-orang?
…. Benarkah?
Warna biru yang kusuka. Aku mengetahui alasan mengapa kekuatanku pada hal occult begitu besar. Aku? Kakak? … Satan? Ayah.. apa kamu bercanda? Kamu adalah ayah kami! Aku tak tau siapa satan! Bagaimana dengan ibu? Dia melahirkan kami karena….? Bohong… aku tak mau percaya! BOHONG!
Sesak…
Ayah….. kalau begitu kuputuskan aku akan menjadi exorcist.. Mengapa? Begitu banyak alasan di dalam otakku. Aku akan melindungimu pada saatnya nanti. Aku akan membunuh… kakak? Bisakah aku melakukannya? Atau aku akan melindunginya? Akhirnya dengan kecerdasan, kemampuan serta kerja kerasku, aku menjadi exorcist di umur yang sangat muda. Mereka bilang aku jenius. Namun aku tak yakin hanya dengan ini aku sanggup melindungi siapapun.
Dan ternyata benar….
Malam itu. Malam dimana kekuatan kakak diluar kendali, membuat iblis tangguh datang dan menyerang ayah. Ayah berusaha mati-matian melindungi kakak. Semua orang yang ada disana rela melakukan apa saja demi kakak. Namun Satan datang, memperburuk segalanya.. Warna biru itu.. Warna biru yang kusayangi itu..
Terlumuri merah darah..
Ayah pergi dengan senyuman. Sedihnya, aku tau hari ini pasti akan datang. Kakak bersumpah akan membalas kematian ayah dengan membunuh Satan. Namun pikiran kosongku itu tak bergeming. Satu yang kusadari adalah..
Aku mulai membenci biru itu, apalah terlumuri merah..
Sungguh.. aku benar-benar membencinya dikala biru ternodai merah..
Seperti malam ini..
Di depan mataku sendiri, malam dimana Amaimon menyerang kami di hutan dan membuat kakak lepas control, Arthur datang. Dia menghunuskan pedangnya ke kakak di depanku dan Shura. Aku terpaku di tempat.
Hentikan..
"Sekarang, aku hanya ingin melaksanakan perintah Vatican, yaitu… meng-eksekusi Okumura Rin.." kata Angel datar. Tidak… jangan bercanda.. kakak tidak bersalah! Kamu tak berhak merenggutnya dariku! Senyum itu.. mata biru lembut itu.. tidak…!
"Angel! YAMETE…!"
JLEBB…..
Ah… ini dia yang kubenci.. Aku benar-benar benci saat warna biru yang kusayangi itu terlumuri merah.. merah darah.. Berada di antara kobaran api biru yang mulai padam, di bawah sinar malam. Aku MEMBENCInya.
Karena nampaknya setiap tetes air mataku tak bisa membuat biru itu berkobar lagi..
Warna biru itu, kembalilah..
Kumohon..
Owari... :D pendek ya? *kabur*
