Pairing: Chanyeol/Baekhyun, side!Jongin/Baekhyun

Rating: M (mengandung seksual konten, yang masih di bawah umur harap menutup tab.)

Genre: Romance, Hurt/Comfort

Words count: 1468 words

Disclaimer: All characters are belong to their self

Summary: Chanyeol merasa kalau Baekhyun adalah 'Christmas'-nya

Sequel of—First Snow

.

.

Salju pertama turun.

Baekhyun memandang ke luar jendela apartemen yang sedikit berembun. Baekhyun ingin sekali berlari ke luar dan turun untuk bermain salju. Tapi Baekhyun ingat tahun kemarin Chanyeol memarahinya karena memakan salju yang turun hingga demam. Baekhyun juga harus ingat artikel di internet yang Chanyeol perlihatkan tentang betapa berbahayanya memakan salju.

Salju turun terlambat karena biasanya di akhir November atau pada awal Desember salju sudah turun. Mungkin Baekhyun harus selalu ingat untuk tidak terlalu sering menghidupkan pendingin ruangan karena bisa meningatkan pemanasan global.

Baekhyun menoleh ketika dia mendapati Chanyeol yang baru datang dari pintu apartemen yang terbuka dengan plastik putih besar di tangannya. Ujung daun prai menyembul dari plastik putihnya, membuat Baekhyun mendengus pelan sambil menatap Chanyeol.

"Kenapa harus masak segala, sih? Kita 'kan bisa pakai fasilitas pesan antar." Baekhyun menggerutu sambil mendekati Chanyeol. Mengambil plastik putih dari tangan Chanyeol dan membawanya ke dapur.

"Aku cuma takut kau sakit kalau makan sembarangan lagi. Ingat tidak waktu kita pesan Jjajangmyeon kedelai hitam minggu kemarin? Pencernaanmu jadi tidak bagus, 'kan?" Baekhyun yang mendengar Chanyeol hanya menggerutu pelan. Mengeluarkan bahan-bahan untuk memasaknya.

"Iya, iya. Berhenti mengoceh dan bantu aku mengupas kulit bawang ini!" Chanyeol terkekeh pelan lalu mengecup kening Baekhyun pelan, lalu mulai mngambil pisau dan mengupasnya.

"Aku hanya takut kau sakit, Baek."

Baekhyun menghentikan kegiatannya lalu berbalik memandang Chanyeol. "Iya, aku tahu."

Chanyeol tertawa sambil menghidupkan kompor listrik untuk merebus air. Baekhyun mengira-ngira sebesar apa cinta Chanyeol padanya.

.

.

.

"Chanyeol, natal nanti kau tidak pulang ke rumahmu?" Baekhyun bertanya sambil tetap menyandarkan kepalanya pada dada Chanyeol. Mereka sedang menonton film Sherlock Holmes. Baekhyun tahu kalau Chanyeol tidak pernah bosan pada film ini. Membuatnya harus menghargai apa yang laki-laki itu suka, karena Chanyeol juga tetap membiarkannya menonton film-film kartun keluaran Disney yang sudah sangat lama.

Chanyeol tidak bergeming dari posisinya walaupun dia terkejut sekali mendengar perkataan Baekhyun. Chanyeol dan Baekhyun sudah lama sekali tidak mengungkit-ungkit masalah orang tua Chanyeol, karena mereka berdua sama-sama tahu kalau ayah Chanyeol tidak menyetujui hubungan mereka. Tapi sekarang Baekhyun rasa sudah saatnya meminta kejelasan dari Chanyeol.

"Rumah mana? Aku sudah di rumah."

"Rumah orang tuamu, Chanyeol."

"Aku tidak pu—"

"Chanyeol."

Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun yang menyender padanya. Menjauhkan tubuhnya pelan dan menatap Baekhyun lamat-lamat. "Baek, kita sepakat untuk tidak membicarakan hal ini lagi, 'kan?"

Baekhyun menghela napasnya pelan. Udara semakin dingin karena sudah pertengahan bulan Desember. Mungkin Baekhyun pikir wajar jika mereka agak canggung dalam membicarakan hal berat seperti ikatan pernikahan atau semacamnya. Tapi Baekhyun butuh kejelasan setidaknya untuk hubungan antara mereka dan orang tua Chanyeol. Dan Baekhyun rasa menjauhi orang tua Chanyeol dan bertingkah seperti dia adalah yatim-piatu adalah ide yang buruk. Cukup Baekhyun saja yang tidak punya orang tua. Itu adalah hal terburuk pertama—kedua karena dibenci orang tua Chanyeol.

"Chanyeol, aku pikir tidak baik menjauhi ayahmu seperti ini, dan sudah saatnya kau mengunjungi orang tuamu. Ibumu pasti juga rindu padamu." Baekhyun mengelus pucuk kepala Chanyeol pelan.

"Iya, Baek," Chanyeol bersandar pada sofa dan membawa Baekhyun pada pelukannya. "Tapi kau 'kan tahu kalau ayahku tidak suka padamu."

"Tapi itu kan sudah lama. Saatnya mencoba lagi, setidaknya antara kau dan ayahmu." Baekhyun menyandarkan kepalanya pada dada Chanyeol lagi. Meraba-raba dada Chanyeol dengan jemari lentiknya dan membuat ukiran abstrak di sana.

"Aku tidak mau kalau tidak ada kau."

"Oke, oke. Aku juga ikut. Bagaimana? Mau mengunjungi rumah orang tuamu saat natal?"

"Hmm. Tapi..," Chanyeol membalikkan tubuh Baekhyun dan menghimpitnya, "Ayo ngeseks dulu malam ini." Chanyeol mendekatkan wajah mereka berdua hingga ujung hidung bertemu.

Baekhyun diam saja saat Chanyeol menciumnya dengan ganas. Selangkangan dan dada mereka menyatu. Baekhyun tidak mau susah-susah berpura-pura tidak menikmati seksnya dengan laki-laki di hadapannya ini—Chanyeol itu hebat sekali urusan ranjang. Tapi tetap saja diam-diam Baekhyun masih berharap mereka melakukan sesuatu seperti yang orang-orang bilang 'bercinta'—atau apalah. Bagaimana Baekhyun membayangkan Chanyeol benar-benar melihatnya sebagai pendamping hidup, bukan sekedar alat pemuas nafsu saja. Terkadang Baekhyun iri pada Luhan—teman Chanyeol- yang diperlakukan seperti putri raja oleh Sehun. Bahkan anak itu sudah dibawa pada orangtua Sehun.

Baekhyun tahu dia tidak punya cukup hak untuk meminta hubungan yang jelas pada Chanyeol. Baekhyun sudah terlalu banyak berhutang budi pada Chanyeol sejak laki-laki itu menyelamatkan Baekhyun yang nyaris mati membeku setelah diperkosa beramai-ramai di gang belakang gedung Myeokdo. Chanyeol merawatnya, memberinya makan, dan tempat tinggal. Apalagi yang bisa Baekhyun beri sebagai balasan kalau bukan tubuhnya? Dia tidak punya apa-apa. Dan harusnya Baekhyun cukup tahu diri.

Tapi setiap merasakan sakit setiap berhubungan badan dengan Chanyeol, diam-diam Bekhyun berharap Chanyeol akan bertanya padanya apakah itu sakit jika dia bergerak terlalu cepat, atau apakah nyaman saat mereka melakukannya, atau apakah Baekhyun sudah cukup lelah untuk melanjutkan. Tapi tidak, Baekhyun tidak mendapatkan apapun. Chanyeol sudah cukup baik untuk tidak meninggalkannya di gang gelap saat dia sudah tergeletak tanpa pakaian di tengah salju yang baru turun di awal bulan desember. Dan harusnya Baekhyun tidak meminta lebih.

Chanyeol kembali menyentuh pinggul ramping Baekhyun yang sudah terkapar setelah orgasme mereka. Baekhyun selalu hafal, itu tidak akan selesai dalam satu atau dua kali orgasme. Chanyeol adalah lelaki sehat yang cukup sibuk untuk bekerja di kantor, dan satu-satunya hiburannya ada di apartemen. Tentu Baekhyun memaklumi.

"Baek, jangan tidur dulu. Aku belum selesai." Chanyeol kembali membalikkan tubuh Baekhyun dan mencium rahangnya. "Baek."

Baekhyun membuka kelopak matanya yang terpejam dan menatap Chanyeol dengan iris mata hitamnya itu. "Chanyeol, aku lelah. Nanti lagi saja ya?" Baekhyun nyaris tertidur lagi kalau saja Chanyeol tidak segera menahan pipinya dengan kedua telapak tangan. Chanyeol menjilat-jilat telinga Baekhyun dan menciumnya. Ini. Pada akhir Baekhyun tahu kalau dia tidak akan bisa menolak Chanyeol. Baekhyun terlalu takut Chanyeol akan marah padanya. Dan Baekhyun tidak bisa melanjutkan hidup tanpa Chanyeol.

.

.

.

"Kau saja yang masuk, aku tunggu di sini." Baekhyun mendorong pelan punggung tegap Chanyeol ke depan. Mereka sudah berdiri di depan pintu rumah Chanyeol setelah penjaga gerbang rumah Chanyeol menyapa tuan mudanya ramah. Chanyeol tahu kalau Baekhyun terlalu takut untuk bertemu ayah Chanyeol. Mengingat pertama—dan terakhir kali Baekhyun menemui ayah Chanyeol, laki-laki itu memarahinya dan mengatainya laki-laki murahan karena menggoda Chanyeol dan menggantungkan hidup pada anak laki-laki satu-satunya itu. Tapi Baekhyun dan Chanyeol sudah sama-sama sepakat untuk menemui orang tua Chanyeol, dan di sinilah mereka.

Chanyeol yang terdorong ke depan segera berbalik dan menatap anak itu marah, sambil menggenggam tangan Baekhyun yang memakai sarung tangan tipis. "Kau tidak akan pergi kemana-mana kecuali menemui ayahku. Jadi jangan berpikir untuk kabur dari sini."

Chanyeol menekan bel rumah hingga tiga kali dan merasakan genggaman tangan Baekhyun yang mengerat saat pintu rumah Chanyeol terbuka. Chanyeol bisa mendengar Baekhyun menghela napas lega saat tahu kalau yang membuka pintu rumah adalah Yura—kakak perempuan Chanyeol. Chanyeol juga tersenyum saat melihat kakaknya nyaris terpekik saat melihat adik dan calon adik iparnya datang berkunjung ke rumah.

"Astaga, Chanyeol. Itu sudah lama sekali kau tidak datang. Setahun? Aku merindukanmu. Ayah dan ibu juga." Yura segera memeluk adik kesayangannya yang semakin bertambah tinggi setiap mereka bertemu. Setelahnya Yura melepaskan pelukan Chanyeol dan menatap laki-laki di sebelah Chanyeol. "Astaga, astaga. Ini Baekhyun, kan? Kau benar-benar semakin manis." Baekhyun tersenyum canggung saat melihat kakak Chanyeol memeluknya dengan kuat dan mencium pipinya. Membuat Baekhyun semakin iri pada Chanyeol karena punya saudara yang baik.

Yura mengajak Chanyeol dan Baekhyun masuk. Baekhyun tetap berdiri di ruang tamu saat Chanyeol tanpa sadar berjalan menuju ruang keluarga yang besar dan melihat ayahnya sedang duduk sambil membaca majalah Time Edisi Internasional dengan serius. Suara teriakan Yura terdengar bersamaan dengan teriakan yang Chanyeol bisa kenali milik ibunya. Dan sesaat sesudah itu, Chanyeol mendapat pelukan kuat dari ibunya. Ibunya melirik pada Baekhyun yang sedang berdiri di ruang tamu dengan kikuk. Ibu Chanyeol menghampiri Baekhyun. Baekhyun segera membungkuk pelan sambil memperkenalkan diri tapi ibu Chanyeol sudah keburu memeluk Baekhyun cepat.

"Iya, aku masih ingat kau, Byun Baekhyun. Kau kekasihnya Chanyeol yang waktu itu, kan? Duduklah." Baekhyun sedikit lega karena ibu Chanyeol masih baik seperti dulu, padahal dia sudah menyiapkan diri di rumah kalau-kalau saja dia dimarahi dan diusir dari rumah Chanyeol.

Ibu Chanyeol mendekati ayah Chanyeol, berbicara sesuatu lalu kemudian keduanya berjalan menuju Baekhyun dan Chanyeol yang sudah menyusul duduk di sofa. Baekhyun menunduk tidak berani menatap ayah Chaneyol. Dia bisa saja kena tampar saat ini.

"Ada apalagi kau datang ke sini? Dulu aku sudah bilang jangan pernah lagi membawa laki-laki ini ke rumahku." Baekhyun semakin menunduk dan keringat mengalir dari pelipisnya. Baekhyun bisa melihat ibu Chanyeol yang berbicara pada ayah Chanyeol untuk tetap tenang. Tapi mereka semua sama-sama tahu apa yang akan terjadi sesudah ini.

.

.

.

-tbc-

a/n: ff ini kira-kira cuma sekitar dua atau tiga chapter kok. ff ini nyeritain kenapa Chanyeol sampai Baekhyun bisa berakhir kayak di First Snow itu. Jadi harap baca First Snow dulu ya ^^