Disclaimer : Bleach punya Tite Kubo-san. Tau kan?
Title : Watashi no Sensei!
Rate : M
Warning : AU. OOC. Typo(s). Gaje and Abal. Twoshoot. Lemon belom nongol. And once more...
Don't Like Don't Read
Hari Minggu. Matahari pagi bersinar dengan cemerlangnya. Waktu menunjukkan pukul 9 pagi. Mungkin sebagian besar orang sudah bangun dan melaksanakan kegiatannya—mesikpun hari itu hari libur. Tapi tidak dengan Rukia. Gadis bermata amethyst ini masih dalam posisi meringkup di kasurnya, masih bergelayut dalam alam mimpi. Tiba-tiba mimpi Rukia seketika sirna oleh suara ketukan.
"Rukia sayaaangg! Banguunn! Sudah pagi ini." teriak seseorang dari luar pintu kamarnya. Kemudian orang itu mengetuk pintu kamar Rukia lagi.
"Uunngghh.. Iyaa ma.. Aku sudah bangun~" Rukia mengucek-ngucek matanya. Ukh, padahal aku tadi sedang bermimpi bertemu banyak chappy. Lagian hari ini kan hari Minggu. Tidak apa donk sekali-sekali bangun siangan sedikit? Ukh. Rukia ngedumel dalam hati. "Ya sudah. Kamu cepat mandi. Nanti kamu langsung turun ke bawah ya. Mama tunggu." kata Hisana, mama Rukia.
"Iya maa~" Rukia pun langsung mengambil baju dan tancap gas ke kamar mandi.
"Ada apa ma?" Rukia telah selesai mandi. Di bahunya bertengger handuk yang masih basah karena mengeringkan rambutnya yang hitam itu. Dia mendengar suara orang sedang berbincang-bincang di ruang depan. Salah satu suaranya itu ia kenal secara pasti, Byakuya Kuchiki, papanya.
"Kamu tahu kan kalau nilaimu itu akhir-akhir ini menurun?" tanya mamanya tegas. Rukia menelan ludah.
"I-iya ma.." Rukia menunduk. Kemana arah pembicaraan ini ya?
"Nah, mama dan papa sudah memutuskan kalau kamu akan mendapat les privat. Ini supaya nilai kamu membaik lagi. Kamu kan sudah kelas 3 SMA sekarang. Ini sangat menentukan kamu akan masuk ke Universitas yang bagus atau tidak."
"APA? Kenapa memutuskan seenaknya saja seperti itu sih ma? Ukh. Kan mama bisa memasukkanku ke bimbel saja. Gak usah pakai les privat kayak gini." Rukia protes. Ia malas kalau harus les privat.
"Tidak bisa. Mama tau kalau kamu bimbel, pasti ujung-ujungnya sepulang bimbel kamu keluyuran kemana-mana dulu. Dan les privatnya itu dimulai sejak hati ini. Sudah, kamu temui saja guru privatmu itu di ruang depan! Dia sedang mengobrol dengan papa." Suruh mamanya. Mamanya kalau sudah menyangkut soal pelajaran pasti langsung berubah menjadi tegas.
Rukia yang tau tidak ada gunanya membantah langsung melangkah ke arah ruang depan. Ukh! Mama sama Papa rese! Rukia mulai ngedumel lagi dalam hati. (Rukia hobi ngedumel yah? Lama-lama bisa darah tinggi loh. :p)
Ketika ia melongok ke ruang depan, terlihat papanya sedang berbicara dengan seseorang lelaki berumur sekitar 21 tahun yang, umm, tampan. Walaupun rambutnya agak aneh. Setidaknya itu yang dipikirkan Rukia.
"Permisi.." Rukia menyapa. Byakuya menengok ke arah Rukia, kemudian mengarahkan tatapannya lagi ke orang di depannya.
"Ichigo, ini anakku, Rukia. Tolong kau bimbing dia belajar." ucap Byakuya yang kemudian langsung beranjak pergi.
"Hai. Namaku Kurosaki Ichigo. Mulai sekarang aku akan jadi guru privatmu. Salam kenal." kata orang yang bernama Ichigo itu sambil tersenyum.
"E-eh, namaku Kuchiki Rukia. Salam kenal dan mohon bantuannya Kurosaki sensei." Rukia membungkukkan badannya canggung. Mukanya memerah setelah melihat senyuman Ichigo—yang menurutnya—menawan.
"Sudahlah. Jangan panggil aku Kurosaki sensei. Cukup panggil aku Ichigo saja. Sebagai gantinya aku panggil kau Rukia saja. Bagaimana?"
"I-iya. Terserah Kuro—eh, maksudku terserah Ichigo saja." Rukia gelagapan ketika melihat Ichigo agak mengerenyit hendak ia panggil Kurosaki.
"Hahaha. Kau lucu ya. Baiklah. Sekarang kita mau belajar dimana?" Ichigo celingukan.
"Untuk itu, kalian berdua belajar saja dikamar Rukia." tiba-tiba Hisana muncul.
"Apa? Kamarku? Yang benar saja ma!" Rukia segera buru-buru ke kamarnya.
'Kamarku kan seperti kapal pecah! Masa mau belajar dikamarku? Mama ada-ada aja!' batin Rukia kaget.
Ketika Rukia membuka pintu kamarnya, terlihatlah sebuah kamar bernuasa ungu yang sangat rapi. Rukia jawdrop. Lalu segera mendelik ke mamanya dengan pandangan menuduh. Mamanya hanya tersenyum innocent seperti bilang aku-tak-melakukan-apa-apa-kok.
"Wew, kamarmu rapi sekali ya?" kata Ichigo.
"Ha? Eh, i-iya. Hehehe." Rukia cuma bisa tertawa garing.
"Ya sudah. Sekarang kamu lemah di mata pelajaran apa?" tanya Ichigo.
"Un, matematika dan fisika. Oh iya! Kimia juga! Aku lemah di ketiga pelajaran itu~"
"Baiklah. Sebaiknya kita mulai dari matematika dulu. Mana yang tak kamu mengerti?" tanya Ichigo sembari membuka-buka buku pelajaran milik Rukia.
"LOGARITMA!" teriak Rukia dengan semangat.
"Hei hei. Kamu tak perlu berteriak sekencang itu di depan mukaku kan?" Ichigo sweatdrop. Ia mengambil kacamata kemudian memakainya. Ia mulai menuliskan sesuatu di kertas.
"Sekarang, kita uji dulu kemampuanmu. Kamu kerjakan soal yang kubuat dalam waktu 15 menit." kata Ichigo tanpa basa-basi.
"He? Serius nih sekarang?" Rukia membelalakkan matanya.
"Iya. Kau pikir aku bercanda? Lagipula, kau kan sudah kelas 3. Masa pelajaran kelas 1 saja kau tak mengerti?" Ichigo memasang wajah serius. Rukia hanya bisa menelan ludah.
"Baiklah, kita mulai sekarang. 3, 2, 1, mulai!" Ichigo menekan timer.
"Eh, tunggu!" Rukia kalang kabut mengerjakan soal yang diberi Ichigo.
*skip time*
"Yak, selesai!" Ichigo menghentikan timernya. Kemudian ia merebut kertas yang sedari tadi ditekuni Rukia.
"Haahh... Aku pasrah sajaaa!" Rukia merobohkan tubuh mungilnya ke lantai.
"Kau benar-benar payah. Soal semudah ini saja kau tak bisa. Apa benar kau kelas 3? Masa bodoh sekali?" Ichigo geleng-geleng kepala.
JLEB!
Rukia merasakan ada nejibana yang memusuk tepat di kepalanya. Ia manyun. "Huu! Makanya ajari aku! Kau sih tiba-tiba menyuruhku mengerjakan soal-soal itu!" Rukia menggembungkan pipinya kemudian merebut kertas yang dipegang Ichigo.
Ichigo menghela napas. Lalu ia bangun dari duduknya, kemudian mengambil posisi di belakang Rukia.
"Begini caranya.." ia memegang tangan kanan Rukia dan menuntunnya untuk mengerjakan soal yang tadi ia berikan. Ichigo berbicara persis di dekat telinga Rukia. Ichigo tak sadar kalau jantung orang yang tangannya tengah ia pegang saat ini sedang berdetak tak karuan.
'Hyaa.. Ini mah deket banget! Aduuh, parah! Kenapa aku deg-degan begini sih? Kalau dia denger nanti gimana? Gawaaatt! Eh, tapi.. Hmm.. Tubuhnya wangi vanili.. Baunya enak sekali.. Rasanya aku jadi—eh? Tunggu! Apaan sih aku ini? Genit bangeeettt!' batin Rukia ribut sendiri.
"Lalu.. Hei! Kau mendengarkanku tidak sih, Rukia?" Ichigo menyadarkan Rukia dari lamunannya.
"Eh? Apa?" Rukia menoleh ke belakang. Lalu wajahnya berubah merah total melihat jarak wajahnya dan wajah Ichigo yang begitu dekat.
"Dasar kau! Eh, wajahmu memerah? Kau demam?" Ichigo sekarang malah menempelkan keningnya ke kening Rukia. Kontan saja wajah Rukia langsung tambah memerah.
"Hmm.. Tidak panas. Kau kenapa?" Ichigo melepaskan keningnya dari kening Rukia.
"Tidak apa-apa! Sudah, ayo lanjutkan saja!" ucap Rukia buru-buru.
"He? Dasar anak aneh." gumam Ichigo.
"Aku dengar itu!" hardik Rukia galak.
Ichigo cuma bisa memutar bola matanya.
Sudah berlalu 3 minggu sejak Ichigo mengajar privat ke Rukia. Dan sejak itu pula nilai-nilai Rukia semakin meningkat sedikit demi sedikit. Hari ini pun seperti biasa, Ichigo mengajar privat di kediaman Kuchiki tersebut.
"Rukia." panggil Ichigo. Malam itu mereka belajar seperti biasa. Saat itu mereka sedang istirahat sejenak. Ichigo membaca buku, sedangkan Rukia menulis-nuliskan sesuatu dibukunya yang berwarna biru laut. Rukia tak menghiraukan panggilan Ichigo. Rukia hanya melanjutkan kegiatannya.
"Rukia.." panggil Ichigo lagi. Tapi—lagi-lagi—Rukia tak menggubrisnya. Ichigo mulai kehabisan kesabaran.
"Rukia!" serunya. Kemudian ia merebut buku biru Rukia. "Kau menulis apa sih?" katanya membaca buku Rukia. Tapi, sejurus kemudian buku itu sudah hilang dari genggaman tangannya.
"Jangan baca-baca privasi orang seenaknya donk!" Rukia memberengut marah ke Ichigo.
"Huh, iya. Sory deh." Ichigo mendengus.
"Tadi kau tak baca apa-apa kan?" tanya Rukia dengan nada menuntut.
"Iya, aku cuma lihat gambar kelinci jelek." jawab Ichigo sambil menjulurkan lidah.
"Enak aja gambar chappyku dibilang jelek!" Rukia mulai memukuli Ichigo. Ichigo menahan serangan Rukia itu. Perhatian Ichigo tersita lagi ke Rukia, karena Rukia mulai memukulinya tambah kencang.
"Hei—aw—Rukia. Hentikan. Sakit tau." Ichigo mencoba menghentikan pukulan Rukia—yang ternyata cukup menyakitkan.
"Minta maaf du—AH!" keseimbangan Rukia goyah. Badannya limbung. Kemudian ia terjatuh ke arah Ichigo.
BRUUKK!
"Aw.." rintih keduanya. Kemudian setelah beberapa saat, mereka menyadari posisi mereka. Ichigo terlentang dengan Rukia di atasnya. Dada Rukia menekan dada bidangnya. Wajah mereka berdua hanya berjarak 2 inchi satu sama lain.
Rukia cepat-cepat bangkit. Jantungnya berdetak kencang. Wajahnya memerah. "Ma-maaf."
"Tidak apa-apa." Ichigo berusaha menjaga ketenangan suaranya. Padahal jantung sudah terasa mau lepas dan wajahnya juga memerah.
"Oh, iya. Tadi kau kenapa memanggilku?" tanya Rukia sambil berdehem.
"Oh itu, aku dengan dari Byakuya-san besok kau ada ujian kan? Bagaimana kalau kau bisa mendapatkan peringkat 10 besar untuk ujian itu, maka aku akan memberikanmu hadiah?" tawar Ichigo sambil tersenyum.
"He? Benarkah?" tanya Rukia senang. Ichigo hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Ok! Baiklah! Akan aku tunjukkan kemampuanku sesungguhnya." kata Rukia sambil menyeringai.
"Bagus, itu baru namanya semangat." Ichigo mengangguk. Kemudian ia tersenyum dan merasakan pacuan detak jantungnya yang tak kunjung reda. Kemudian ia melanjutkan, "Hmm. Oke. Memang kau mau dibelikan apa?" tanya Ichigo bingung. Rukia hanya tersenyum penuh arti.
"HI-MI-TSU."
"Rukia-chan!" teriak seseorang memanggil nama Rukia dari kejauhan.
"Yo. Ada apa Orihime?" Rukia masih sibuk menyeruput jus jeruknya.
"Kau sudah liat hasil ujian kemarin belom? Hasilmu termasuk 10 besar tertinggi seangkatan loh!" tanya si pemilik mata abu-abu itu dengan semangat. Senyumnya mengembang.
"Hah? Yang benar? Memang sudah keluar hasilnya?" Rukia memandang Orihime dengan tatapan kau-pasti-bercanda-kan. Yang ditatap hanya menganggukan itu juga Rukia langsung menyeruput habis jusnya, kemudian menarik Orihime menuju papan pengumuman.
Sesampainya di depan papan pengumuman, Rukia mendapati namanya berada di urutan ke 6 dari keseluruhan yang mencapai 450 siswa untuk angkatan mereka. Rukia hanya bisa tercengang. Padahal di test sebelumnya dia mendapatkan namanya berada di urutan 200 sekian.
"Selamat ya, Rukia-chan! Kau pasti sudah berusaha keras!" Orihime memeluk Rukia dengan kekuatan penuh. Sehingga bisa dipastikan korban (baca: Rukia) mengalami sesak napas karena dibenamkan ke dada Orihime—yang ukurannya cukup membuat para lelaki terangsang.
"Ugh, ya, ya Orihime. Tapi setidaknya berhentilah mencoba membunuhku dengan cara seperti ini." Rukia berusaha melepaskan diri dari pelukan Orihime.
"Ups, maaf. Hehehe." Orihime hanya nyengir lalu melepaskan pelukannya.
"Fuh. Dasar. Tapi tetap saja kan aku belum bisa mengalahkanmu yang menempati urutan ke 3." Rukia tersenyum sambil melirik Orihime. Yang dilirik malah memperlebar cengirannya.
"Ya sudahlah, aku mau ke kantin lagi. Aku lapar!" Rukia balik badan dan segera melenggang pergi ke kantin.
"Rukia-chan! Tunggu, aku ikut." kejar Orihime.
"Tadaima~" teriak Rukia ketika membuka pintu rumahnya.
"Okaerinasai. Loh? Ada apa Rukia? Kenapa kamu senyam-senyum seperti itu?" Hisana yang menyambut Rukia pulang, bingung melihat anaknya pulang dengan senyum yang bersinar.
"Tidak ma. Hanya saja hari ini aku dapat peringkat 10 besar untuk ujian kemarin. Hasilnya sudah keluar hari ini." jawab Rukia dengan full-senyum.
"Wah, bagus sekali! Tidak salah kan mama memilihkanmu guru privat? Apalagi guru privatnya masih muda. Ganteng pula. Kan sekalian ada yang bisa cari pasangan." Hisana tersenyum jahil ke Rukia. Rukia yang mengerti apa maksud ucapan Hisana, wajahnya kontan memerah.
"A-apaan sih ma? Memangnya siapa yang suka dia? Ada-ada aja! Masa seorang ibu sikapnya kayak gitu sih?" Rukia menyangkal.
"Yee.. Emangnya mama pernah nebak kalo kamu suka dia? Enggak kan? Atau jangan-jangan kamu memang suka dia? Tuh, wajahmu memerah." goda Hisana lagi ke anak semata wayangnya itu.
"Mama! Udah ah!" Rukia sekarang benar-benar memerah wajahnya.
"Hahaha. Oh iya, ngomong-ngomong tentang guru privat, nanti malam Ichigo akan kesini lagi."
"Benarkah?" wajah Rukia langsung berbinar.
"Iya. Ehem, ada yang seneng nih.." Hisana mulai menggoda Rukia lagi.
"Mamaaa! Ah! Udah ah! Aku ke kamar dulu" Rukia segera cabut ke kamarnya detik itu juga, meninggalkan sang mama tercinta yang sedang tertawa. Daripada digodain lagi?
Hehehe. Lemonnya belom aku tampilin. Akan ditampilkan di chapter selanjutnya. Maaf ya kalo gaje. Otaknya mentok =="
Pokoknya sabar aja. Tunggu kelanjutannya, ok? :wink wink: (Reader: Cih! Siape juga yang nungguin karyanya lo? Ngarep banget ditunggu sih...| Author: *pundung sambil nangis meraung-raung dipojokan*)
Hiks. Pokoknya ripiu ya? Ripiulah sebelum ripiu itu dilarang. Tanks Reader-sama. bT_Td
