WARNING!

OOC, Typo(s), Gaje, TiJel(?), Nista, alur kecepetan, plot ngawur, kosakata ngasal, mengakibatkan mata rusak.

Disclaimer: Natsume


Gray's POV

"Gray!" seseorang dengan suara familiar memanggilku, aku tersentak dari lamunanku dan dengan cepat menoleh ke arah suara berasal. Aku mendapati Cliff sedang menggerak-gerakkan tangannya di depan mukaku, "kau melamun apa sih?" tanya Cliff. Sebelum aku menjawab, dia melanjutkan kata-katanya, "dari tadi aku manggil gak dijawab."

"Bukan urusanmu," jawabku singkat, Cliff sweatdropped mendengar jawabanku.

"Makan malam sudah siap, ayo turun," ajak Cliff. Aku mengangguk lalu mengikutinya turun dari tangga.

"Selamat makan!" teriak Ann saat kami sudah duduk di meja makan.

"Selamat makan," ucapku lalu mengambil beberapa nasi di mangkok.

"Oh ya, tadi aku bertemu dengan Claire loh," kata Ann.

"Claire? Maksudmu si farmer baru yang sering dibicarakan mayor itu?" tanyaku.

Ann mengangguk, "kalian sudah bertemu dengannya belum?" tanya Ann.

Aku dan Cliff menggeleng, "namanya Claire? Dia perempuan?" tanya Cliff kaget.

"Iya, dia perempuan dan dia seorang farmer!" kata Ann takjub.

"A-apakah dia sanggup bekerja seberat itu?" tanya Cliff.

"Tentu saja dia bisa!" jawab Ann mantap.

"Tidak mungkin, nasibnya pasti akan seperti orang-orang yang bekerja di sana sebelumnya. Lagipula, lahan kebunnya sangat luas," timpalku.

"J-jangan begitu Gray! Jangan remehkan dia! Claire itu orang baik!"

"Kalau kau bertemu dengannya, kau pasti akan menarik perkataanmu tadi," lanjut Ann.

"Yah… kita lihat saja nanti," ucapku lalu melanjutkan memakan makanan di meja.

Setelah selesai makan, aku kembali ke kamar. Aku segera menghempaskan tubuhku ke atas kasur. Aah… aku lelah, lebih baik aku cepat tidur. Aku menarik selimut ke atas, membuatnya membungkus tubuhku yang mulai merasa kedinginan. Lalu aku menutup mataku perlahan.


"—ray."

"GRAY!"

"AH!" teriakku.

"H-hey, sekarang sudah jam delapan," jelas Cliff sambil mendesah pelan. Dengan panik, aku menoleh ke arah jam di atas meja. Jam menunjukkan pukul delapa—GAH! Cliff benar! Aku harus cepat pergi ke toko kakek!

Aku meloncat dari kasur, lalu pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku turun ke bawah untuk sarapan. Saat sampai di meja makan, aku mendapati Ann sedang menatapku dengan wajah barongsai-nya.

"Gray…" kata Ann dengan suara berat.

"A-apa?" balasku sambil melangkah mundur.

"Sarapan mu jadi dingin tuh! Dasar kebo!" teriak Ann, aku menutup telingaku.

"Iya iya, masa bodo. Yang penting aku makan," ucapku.

Aku makan dengan kecepatan super duper cepat, lalu setelah selesai aku langsung mengambil jaket dan topiku yang tergantung di gantungan baju. Aku pun pergi keluar dari Inn dan dengan terburu-buru pergi menuju toko kakek.

Brak!

"Maaf aku telat," kataku sambil ngos-ngosan.

Kakek menatapku tajam, sepertinya dia ingin bicara sesuatu. Ekspresinya terlihat marah, dan urat-urat sudah bermunculan di kepalanya.

"GRAY!" panggilnya kencang.

"Y-ya?"

Dia terdiam sejenak, berpikir. Beberapa detik kemudian, dia mendesah pelan. "Sudahlah, lebih baik kau cepat lakukan tugasmu. Rick bilang alatnya harus sudah jadi siang ini," kata kakek.

"Baiklah," jawabku singkat.

.

.

.

Tang!

Tang!

Tang!

Aku mengelap keringat yang berucucuran di muka dengan lengan bajuku. Aku mengambil sebotol air putih di meja lalu meminumnya. Setelah itu aku melanjutkan menyelesaikan alat Rick.

Tang!

Tang!

—Tang!

"AH! GRAY!" teriak kakek tiba-tiba.

"Kenapa?!" teriakku.

"KAU BERBUAT KESALAH LAGI!" bentaknya.

"HAH?! Apa maksudmu?! Di mana bagian yang salah?!" tanyaku kesal.

Kakek menghampiriku, lalu melihat alat Rick yang tengah kuperbaiki. "Kau mengulang kesalahanmu lagi, dasar bodoh!" bentaknya, aku bisa melihat urat-urat bermunculan di kepalanya.

"Jangan panggil aku bodoh, dasar kakek tua!" balasku sambil berteriak.

"Dasar tolol!"

"AARGH!" teriakku.

Kring!

"LAGIPULA, AKU SUDAH MENGIKUTI INTRUKSIMU! KAU BAHKAN TIDAK MEMBERITAHUKU DI MANA BAGIAN YANG SALAH! KALAU BEGITU, KERJAKAN SAJA SEMUANYA SENDIRI! DASAR KAKEK TUA!" teriakku kencang.

"—Gray!" kakek memanggilku sambil melihat ke arah pintu.

Aku menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang pelanggan sedang berdiri di sana. Kakek langsung menyambutnya dengan sopan. Aku membuang muka, lalu melanjutkan bekerja.

"Ah… ada yang bisa kubantu?" tanya kakek ramah, cih… menyebalkan, cara berbicaranya langsung berubah begitu saja.

"Oh? Siapa kau? Aku belum pernah bertemu denganmu sebelumnya," kata kakek.

Apakah dia farmer yang dibicarakan Ann itu? Gumamku, aku menoleh ke arah gadis berambut pirang itu.

"Aku farmer baru di Mineral Town, namaku Claire," jelasnya.

Kakek tertawa keras, "ooh, jadi kau farmer yang sering dibicarakan itu! Aku Saibara, pemilik toko BlackSmith ini. Jika ada alat-alat mu yang ingin di upradge, serahkan saja padaku," ujarnya lalu tertawa.

"Umm… baiklah. Tadi aku ke sini karena mendengar keributan, karena penasaran jadi aku masuk deh," kata Claire.

Penasaran katanya?! Pikirku kesal.

"Hahaha, tadi itu cucuku, Gray. Dia mengulang kesalahannya lagi, dia memang bodoh," kata kakek sambil tertawa.

"Oh... begitu ya," gadis bernama Claire itu memandang ke arahku.

Aku sudah tak tahan lagi.

Menyebalkan.

Aku berdiri, lalu mengepal tanganku kuat. "Apanya yang salah?!" bentakku.

"Aku mengikuti intruksi mu! Bagian mana yang salah?!"

"Kau hanya memarahiku, lalu memanggilku 'bodoh'. Dan kau tidak menunjukkan cara yang benar!" lanjutku.

"AGH!" aku menendang kardus yang ada di sampingku lalu keluar dari toko.

"—Gray!"

Blam!

"Serahkan saja ini padaku, kek!" kata Claire sambil tersenyum.

"Baiklah, Claire… Tolong ya."


Dasar tua, jelek pula, gumamku kesal. Aku menendang kerikil di jalanan dengan kakiku, lalu aku mendengus kesal.

"Gray!" seseorang memanggilku dari belakang.

Aku menoleh dan mendapati seorang gadis dengan rambut pirang panjang—Claire sedang mengejarku. Aku mempercepat langkahku, berusaha menjauhinya yang kini tengah mengejarku.

Grep!

Claire menangkap tanganku. Aku menoleh ke arahnya, menatapnya kaget. Aku berusaha melepaskan genggamannya, tapi tidak bisa.

"K-kau! Apa maumu?!" teriakku panik.

Buk!

.

.

.

—hah?

Aku dipukul…

OLEH SEORANG GADIS?!

"BRENGSEK! APA MAUMU, JELEK?!" bentakku kesal.

...

"Pukul aku," kata Claire sambil menunjuk ke arah mukanya.

H-HAA!? Apa dia sudah gila?! Pikirku.

"Kau gila ya?! Aku tidak mungkin memukul perempuan!"

"Dasar aneh!" lanjutku. Aku melepaskan genggamannya, lalu berjalan pergi.

Syut!

Tiba-tiba dia sudah berada di depanku dengan tangan yang menunjuk mukanya, "pukul aku," ulangnya.

"K-kau ini.. ah, baiklah. Jika aku memukulmu, kau akan berhenti mengejarku kan?" Dia mengangguk antusias, "cepatlah, atau aku akan memukulmu lagi."

Aku mengepal tanganku, bersiap untuk memukulnya.

Kenapa tanganku tidak mau bergerak?

Buk!

"H-hey—"

Buk!

"Berhenti!"

Buk!

"Aku belum siap!"

Buk!

Kenapa…

Kenapa aku dipukul oleh cewek macam dia?!

Kenapa aku malah diam saja?!

Ugh…

Menyebalkan…

Kakek, Claire… Mereka…

BUK!

Baru kali ini… tangan ku bergerak sendiri. Aku memukulnya dengan kencang, dan Claire terpental ke jalanan. Aku terdiam... tidak percaya atas apa yang barusan kuperbuat. Aku memandangi tanganku.

Aneh… Rasanya…

Rasa kesalku seakan hilang begitu saja

Jadi… dia…

"O-oi! Maaf! Kau gak apa-apa?!" tanyaku sambil berjalan menghampirinya.

Dia bangkit dari posisinya, "haha, tadi itu sakit," dia tertawa sambil mengelap darah di mulutnya dengan lengan bajunya.

Apakah dia benar-benar gila! Itu jelas lebih dari sakit! Gumamku.

Aku jadi merasa sedikit bersalah padanya, tapi saat aku menatapnya dia malah tersenyum. Dia benar-benar cewek teraneh yang pernah kutemui.

"Kau tahu kenapa aku memukulmu?"

"Kau tahu kenapa aku menyuruhmu untuk memukulku?" lanjutnya.

Aku menoleh ke arahnya, menatapnya tidak percaya. "C-claire.."

"Hehe, aku memang bukan orang yang bisa menasehati orang lain saat sedang kesulitan," ujarnya.

"Tapi kalau kau merasa kesal, kau boleh memukulku kapan saja," lanjutnya sambil tersenyum.

"K-kau.."

"Bodoh."

Aku tertawa, Claire hanya menatapku bingung. "H-hey! Kau kenapa, Gray?!" teriaknya.

"Ahaha! Tidak apa, hanya saja.." aku memegangi perutku. "Kau benar-benar bodoh, Claire!" lanjutku sambil tertawa.

"E-enak saja! Kau yang bodoh!" balas Claire kesal.

"Haha, oke. Maaf."

"Ayo kita kembali ke BlackSmith! Minta maaflah pada kakekmu!" kata Claire sambil menarik tanganku.

"E-enggak!" aku menarik kembali tanganku.

"He? Kenapa?" tanya Claire.

"Entahlah, aku… hanya tidak mau meminta maaf pada orang sepertinya," jelasku.

"Tenanglah! Aku menemanimu!"

"Oke, aku pergi sendiri."

"H-ey! Tunggu dong, Gray!"

.

.

.

Kring!

"Selamat datang—oh, Claire!" sambut Saibara hangat.

"Hey kakek! Aku membawa Gray!" ucap Claire gembira.

Begitu kakek melihatku, dia langsung membuang muka.

SIING…

Kakek berdehem, "jadi?" tanya kakek sambil mengangkat sebelah alisnya.

"A-aku…"

"aku.. minta maaf," ucapku sambil menundukkan wajah.

Krik

Krik

Krik

"I-itu salahku! Aku benar-benar, m-minta... maaf," ucapku lagi.

Kakek mendesah pelan, lalu dia tersenyum puas. Claire pun angkat bicara, "oh ya... lain kali jangan memanggil Gray seperti itu, kakek!"

"Ha—?!" aku menoleh ke arah Claire panik.

"Ho ho ho, baiklah Claire. Maafkan aku juga, Gray. Lain kali aku akan memberitahumu baik-baik."

"K-kakek.."

...

Claire menoleh ke arah jam, lalu mukanya berubah menjadi panik, "ah! Maaf, aku harus kembali bekerja!" katanya.

"Oh.. maaf sudah menyita waktumu, Claire!" kata Saibara.

"Heh! Enggak apa-apa, kok."

Blam!

.

.

"Dia gadis yang baik bukan, Gray?" tanya kakek padaku.

"U-um," aku mengangguk.

"Mungkin dia akan menjadi istrimu suatu saat nanti," kata kakek sambil tertawa.

"H-HA?! K-kau bicara apa, sih?!"

- Tu Bi Continyu -


Ao Notes:

Ossu~

Pertama, Ao berterimakasih buat yang udah baca! Makasih!

Maaf bila ada typo, dan ke-gajean lainnya dalam cerita. Ao juga manusia(?)

Kedua, ceritanya memang agak nonsense… jadi mohon dimaklumi ya. Ao sebenarnya bukan author, cuma reader. Tapi kali ini Ao mau mencoba buat fic. Maaf ya, kalo ceritanya gak jelas. Ao akan berusaha mulai sekarang, dan membuat cerita semenarik mungkin!

Ketiga, Ao akan melanjutkan cerita jka ada yang berminat membaca. Hehe, habis Ao agak frustasi jika membuat cerita gak ada reader nya.

Keempat, umm… boleh minta reviewnya? Arigato ne!

Yoroshiku! Watashiwa Ao desu.

Bai Ba-i!