~ Namikaze Naruto ~
.
.
.
.
.
Disclaimer : Naruto hanya milik Masashi Kishimoto
Genre : Adventure, Fantasy, Romance(maybe)
Rated : M
Warning : AU, OOC, Miss-typo(s), dont like? dont read then
Pairing : Naruto x …
.
.
.
.
.
prolog
.
.
.
.
.
"Lihat! Apa yang dilakukan si anak sampah di sana?" Tunjuk salah satu anak yang sedang bergulat pada temannya, memamerkan kekuatan yang dia miliki.
"Eh? Iya, dia sedang memegang sapu. Ahahaha, pasti sedang menyapu halaman. Kalau aku punya dia, aku sudah menyuruh mengepel seluruh rumahku dan setelah itu memijat badanku," Jawab anak lain, juga tertawa cukup keras. Hingga mencapai telinga seorang bocah yang bernama Naruto.
Naruto yang sedang menyapu halaman rumahnya, mendengar pembicaraan mereka. Dia menggertak giginya, merasa kesal dengan ejekan mereka. Namun apa daya, dia tidak mampu membalas karena dia lemah. Sangat lemah sekali.
Naruto lahir dengan aliran Cakra yang cacat. Sehingga dirinya tidak mampu membudidaya kekuatan. Seberapa besar dia berlatih, kekuatannya hanya akan mencapai Level Genin tingkat C.
Namun bukan berarti dia terus saja diam. Malahan dia berlatih lebih keras daripada yang lain, melatih seluruh otot tubuhnya hingga membentuk six pack yang bagus. Naruto biasanya berlatih pada malam hari, itulah mengapa tidak ada yang melihatnya.
Semua berpikir bahwa dia tidak berguna sama sekali sama seperti sampah. Tapi mereka salah, dengan pengalaman berburu di hutan terdekat atau yang bisa mereka katakan dengan Hutan Kematian. Naruto dengan mudahnya membunuh para binatang di sana.
Tentu, itu tidak menggunakan tangan kosong. Namun menggunakan panah. Bertahun-tahun ayahnya melatih dirinya menggunakan busur. Menembak dengan tepat pada musuhnya tanpa memberi perlawanan.
Selain itu, dia juga dilatih ibunya tentang ilmu medis, menggunakan tanaman sebagai obat, dan juga racun. Hal itu membuatnya sering bereksperimen sendiri saat di hutan.
Sekarang dia mendengar ejekan mereka. Tak hanya mereka, selain anak-anak. Banyak orang dewasa yang dia jumpai mengejek dirinya, menghina dirinya. Seolah dia memang tak layak untuk tinggal di Klan Namikaze.
Klan Namikaze terkenal dengan terus menerus melahirkan generasi muda berbakat dan jenius. Umumnya anak muda berusia 15 tahun sudah mencapai Level Chunin tingkat A. Para tetua di sini kebanyakan sudah mencapai level Jounin tingkat S.
Dan saat ini generasi muda seakan telah hancur dengan kemunculan Namikaze Naruto. Seorang tanpa bakat dan bodoh. Dengan aliran Cakra yang cacat, dia telah membuang muka martabat Klan Namikaze.
Sudah lama tetua Klan Namikaze menginginkan untuk mengeluarkan Naruto dari Klan Namikaze. Tetapi Naruto selalu dilindungi oleh ayahnya, Namikaze Minato. Hal itu membuat mereka kesulitan.
Dan saat ini, Naruto hanya bisa mendesah kesal, raut wajahnya tenang agar tidak ada yang tahu suasana hatinya yang buruk.
"Hei sampah, mau main dengan kita-kita?" Panggil seseorang sambil berjalan santai ke arah Naruto.
'Sialan, kenapa mereka kemari?' Pikir Naruto, dia pasti akan dikerjai lagi oleh mereka berdua.
Naruto berbalik dan hendak berlari ke dalam rumahnya. Namun tekanan melanda tubuhnya, tubuhnya jatuh ke tanah dengan keras. Mulutnya mengeluarkan sedikit darah. Seluruh tubuhnya kaku, dan hawa dingin merambat dari kaki menuju kepala.
"Keterampilan Bela Diri?" Naruto menggerutu dalam hatinya. Dia ingin berdiri, tapi seluruh tubuhnya sudah hampir tertutupi oleh es.
"Bagaimana? Hebat kan? Ini adalah keterampilan bela diri tingkat B, namanya Hyōton Hitonigiri. Kamu dapat mati dengan mudah, tapi tenang saja. Kami tidak akan membunuhmu kok! Paling-paling kamu gak bisa bangun dari tempat tidur. Hahahahah." Tawanya disertai ejekan yang menyebalkan. Masuk telinga kanan sampai terpendam dalam hati.
"Woy Rei, kasian dia! Bakal mati kedinginan nanti! Baiklah, Naruto sini biar aku bantu."ujar seseorang lagi sambil tersenyum menyeringai
.
*Ctakk*
.
Dengan jentikan ringan tangannya, api merambat dari tapak tangannya. Menyambar seluruh tubuh Naruto. Tubuhnya diselimuti api. Es yang membelenggunya menjadi cair.
"Aaarrgghh…" Teriak kesakitan Naruto, dia berguling-guling di tanah untuk memadamkan api. Namun, sekuat apa usahanya. Api itu tak kunjung padam, malahan tambah besar. Lolongan kesakitan terdengar, warga dari Klan Namikaze juga mendengar.
Mereka tahu itu suara Naruto, namun mereka tetap diam. Sembunyi-sembunyi sambil.. tersenyum senang. Mereka sudah biasa dengan suara itu, ayahnya dan ibunya sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang ada keperluan mendadak yang penting untuk membahas persoalan tentang masalah Klan.
"Ahahahahaha… lihat! Dia kayak babi panggang! Ahaha."
Dua orang bocah yang bernama Namikaze Rei dan Namikaze Menma tertawa terbahak-bahak melihat Naruto tersiksa. Tak ada hal yang menyenangkan selain menyiksa manusia, karena mereka bosan menyiksa binatang.
"Menma, ayo kita hentikan! Nanti kalau dia mati beneran bisa repot kita," kata Rei seakan tampak peduli, namun sebenarnya tidak.
"Baiklah.," ujar Menma singkat, kemudian menjentikkan jarinya, api di seluruh tubuh Naruto padam seketika.
"Hei sampah, berdiri!" Rei menghampiri Naruto, lalu menendang keras tepat pada perutnya.
.
*Bughh*
.
"Uggh" jerit Naruto kesakitan, tubuhnya terlempar sejauh 5 meter.
Energi level Chunin tingkat A miliknya sudah dia tahan, jika tidak, dia sudah pasti membunuh Naruto dengan mudah.
Naruto benar-benar kesakitan, dia sudah tak merasakan lagi tangan dan kakinya. Bahkan untuk bergerak pun tak bisa.
'Apakah ini keadilan? Kenapa cuma aku saja yang mengalami penghinaan seperti ini? Namikaze Rei, Namikaze Menma, jika hari ini aku tak mati. Aku pasti akan membalas kalian berkali-kali lipat. Di saat itulah kalian akan membayar harga sepuluh ribu kali lipat! Dan aku akan membuat kalian bersujud padaku!' gumam Naruto penuh dendam mendalam
Naruto masih terbaring lemah di tanah. Rei dan Menma menghampirinya, di saat itulah mereka menendang, memukul, menampar, meludah sepuas hati mereka. Dan setelah puas, mereka meninggalkan Naruto sendiran.
Naruto menatap langit tanpa awan, tubuhnya mati rasa, ia benar tak bisa menggerakkan satu jari pun. Itu menandakan betapa lemahya dia.
'apa salahku kepada mereka? Aku tak pernah mengerjai kalian, tapi–.' Memikirkan itu, Naruto hanya menahan kekesalannya.
Dirinya tetap berada di sana selama sekitar 2 jam lebih. Walau ada orang-rang yang melihat dirinya, mereka hanya menertawakannya dan pergi tanpa menolong dirinya. Di dunia ini, Naruto tahu, tak ada orang baik baginya.
' Yang kuat Berkuasa, dan yang lemah Tersiksa. '
Maka suatu saat nanti, dia tidak baik pada mereka. Dalam otak Naruto, dia mengingat dengan jelas orang yang menertawakannya juga menyiksanya.
"Kalian semua akan membayar segalanya!"
Langit mulai gelap. Tubuh Naruto mulai membaik, dia susah payah berdiri. Berjalan terhuyun-huyun menuju dalam rumah.
Dirinya dalam keadaan tak berdaya. Bajunya serta rambutnya terbakar hingga hampir botak, beberapa bagian tubuhnya luka memar. Sulit untuk menghilangkan jejak itu.
Sembari terhuyun-huyun, dia meraih botol obat penyembuh berupa pil. Namun, tangannya meleset. Tubuhnya kembali terjatuh, pecahan botol itu mengenai tangannya.
"I-ittai", Naruto merintih kesakitan ketika tangan kanannya tergores pecahan botol obat tersebut.
Tangan yang gemetar meraih pil, lalu Naruto menelannya dalam sekejab. Tubuhnya perlahan-lahan mulai pulih, walau tidak sepenuhnya. Setidaknya dia bisa berjalan dengan benar.
Dia menuju kamarnya, mengambil baju-bajunya dan membungkusnya pada selembar kain. Tak lupa dia membersihkan botol yang pecah tadi, dan menempatkan pada posisi semula.
Selain mempersiapkan bajunya, dia membawa busur serta panah kesayangannya. Tak lupa dia mengambil tabungan miliknya.
Di ruang makan, air matanya perlahan turun. Tangannya gemetar saat dia menulis sepatah atau dua patah kata untuk orang tuanya.
Naruto sudah memutuskan, dia tak ingin lagi. Dia ingin pergi ke dunia luar, mencari bahaya dan bagaimana mengatasinya. Walau dia lemah, seolah tahu, suatu saat nanti dia akan menjadi orang kuat.
Cukup kuat untuk membalas dendam pada orang-orang yang menghinanya. Saat itu juga, dia tak akan menahan diri.
Waktu berlalu, hari makin gelap dan sudah mencapai tengah malam. Naruto yang belum mandi dan bau badan keluar rumah. Dan berjalan ke arah hutan yang gelap, Hutan Kematian.
Tempat yang cukup berbahaya bila mereka ingin mati.
Pada gelapnya malam dan dengan sinar rembulan yang cukup cerah, kaki Naruto terus berlari ke timur. Tujuannya provinsi di sebelahnya. Dia ingin ke sana agar keluarganya tidak mencarinya.
Itu memang ceroboh, pergi tanpa pamit. Tentu saja tidak sopan.
.
*Kruyuk*
.
"Sial, aku lapar!" Naruto mendesah, harusnya sebelum berangkat dia makan dulu. Apa boleh buat, Naruto harus berburu. Beruntung binatang di jalan yang dilewati Naruto tidak terlalu berbahaya.
Jadi dia menghentikan langkahnya, menutup matanya. Dan menajamkan keenam inderanya. Gambaran pepohonan, rerumputan, batu, dan hal lain disekitarnya tergambar jelas dalam pikirannya.
Aliran angin menghembus mengenainya, ada aliran yang normal. Namun juga ada yang tidak, dari situlah dia tahu.
"Ada binatang di sekitarnya. Sekitar 130 meter darinya. Arah jam tiga kah? Hmm…" gumam Naruto, kemudiandia bergegas ke sana, dia menaiki pohon dan berlarian di dahan yang besar.
Karena dia tak bisa menggunakan cakra, hal itu mustahil baginya untuk melompat beberapa meter. Jadi dia menggunakan peralatan tersembunyi di balik lengannya.
Dia kemudian menemukan binatang yang akan menjadi santapannya. Seekor Rusa Tanduk, setidaknya rusa itu berada di Level tingkat B. Itu tidak cukup bahaya, namun bagi yang lengah. Serundukannya sudah cukup untuk melukaimu.
Dari dahan pohon, dia melihat dengan jelas. Rusa Tanduk sedang memakan rumput, waktu yang pas sekali.
Naruto mempersiapkan busur dan anak panah. Memfokuskan pada Rusa Tanduk.
"Aliran udaranya sudah pas, ini waktunya bermain…" ujar Naruto pada dirinya sendiri
.
*syutt*
.
Panah pertama melesat, pas mengenai mata Rusa Tanduk. Hal itu membuat Rusa Tanduk meraung marah.
.
*syutt*
.
Panah dua melesat, mengenai mata satunya…
.
*syutt*
.
Panah tiga melesat, mengenai titik jantung…
Akhirnya Rusa Tanduk itu pun mati. Naruto turun, lalu mengeluarkan pisau tajam yang ia tadi bawa, kemudian mengulitinya dan mengambil dagingnya saja.
Naruto mengambil beberapa ranting, lalu membuat api unggun. Dia membakar daging itu hingga matang. Setelah matang dia memakannya.
Rasanya lumayan, setidaknya laparnya sudah mereda.
Di malam sepi ini, Hutan Kematian sangat berbahaya. Tak terhitung jumlah korban yang selalu tak kembali dari sini.
Sinar rembulan makin memperindah pepohonan, rerumputan, dan hal lainnya di atas tanah. Bermacam-macam binatang malam beraktifitas.
Setelah sepenuhnya kenyang, Naruto membereskan barang bawaannya dan pergi berlari ke kedalaman hutan.
Dia tidak ingin ayahnya mengejarnya dan menangkapnya kembali. Dia juga tak ingin selalu berada di rumah terus menerus, hal itu membuat hidupnya menjadi mebosankan. Hingga akhirnya dia bisa lepas, namun kelepasannya juga merupakan bencana baginya.
Binatang liar, Magical Beast, dan hal jahat lainnya. Suatu saat akan mengancam nyawanya. Dari sinilah dia harus bekerja keras, harus bisa mendapat kekuatan yang cukup.
Namun sekali lagi, dengan aliran Cakranya yang cacat. Itu hampir mustahil baginya. Hanya dengan keajaibanlah dia bisa bertahan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~ prolog end ~
.
.
.
A/N :
~tingkatan level~:
Level Genin
Level Chunin
Level Jounin
Level Anbu
Level Kage
Level Sennin
Level Rikudou
untuk mengenai setiap tingkatan Level, akan terbagi lagi menjadi 7 kelas(S, A, B, C, D, E, dan F)
*Contoh Level Anbu kelas C*
