Sacrifices of Love

A Mobile Legends Fanfiction

Rated: T

Main Character:

Alucard, Miya, Zilong, Freya, Hayabusa, Kagura, Clint, Layla.

Summary :

"Kita semua akan bertahan, berkorban, demi cinta kita. Bahkan bila maut taruhannya... Kita pasti bersedia" – Alucard

"Itulah kekuatan, kekuatan yang dapat membantu maupun membunuh. Cinta" – Zilong

"Kau maupun diriku tidak akan ada dasar tujuan untuk hidup, bila tiada cinta untuk diberikan atau diterima." – Hayabusa

Happy reading

.

Don't Forget to Review!

.

.

.

.

.

.

Enjoy!

.

.

.

.

Chapter 1 : Prolog

*Alucard Pov*

Aku Alucard. Seorang demon hunter. Siapa aku sebenarnya tidak penting, aku pun tidak peduli. Aku dikenal kejam (terhadap iblis atau orang yang menghalangiku), tak memiliki ampun pada yang mengangguku. Kalau kuingat lagi walau kuakui aku sangat benci untuk mengingat ini kembali. Saat ... orang tuaku dibunuh para iblis.

**Flashback On*

"Alucard ! Lari ! Berlindunglah! Cari tempat aman!" ayah Alucard berteriak pada anaknya saat bertarung.

"Ayah! Ibu!" teriak Alucard kecil yang menangis sambil melihat ayah dan ibunya kewalahan melawan para iblis itu.

Tiba – tiba ibu Alucard terpental dan mendarat dengan kasar di dekat Alucard yang segera menghampiri ibunya.

"Alu, dengarkan... Uhuk! Ini permintaan Ayah dan Ibu yang terakhir... Uhuk! Segera pergi dan berlindunglah, cari tempat aman... Ibu menyayangimu..." pinta Ibu Alucard yang tiba tiba kepalanya telah tertancap sebuah pedang, menewaskan ibu Alucard seketika. Dilihatnya bahwa ayahnya juga tewas akibat iblis iblis itu,

'Brengsek' batinnya

Alucard mengambil pedang yang menewaskan ibunya, entah bagaimana tiba - tiba. Ia 'menari 'diantara iblis iblis itu, tebasannya membunuh satu persatu iblis disana. Ia terus 'menari' dalam tarian kematian. 'Tarian' yang secara alami dipelajari Alucard dan yang membuatnya sampai menjadi sekarang seperti ini.

Saat semua iblis habis dibunuh olehnya. Ia berbalik. Memberi penghormatan terakhir pada Ayah dan Ibunya. Ia pun pergi. Tanpa arah dan tujuan...

*Flashback Off*

Dulu kuakui aku adalah anak yang ceria, periang, dan selalu tertawa. Teman masa kecilku, Zilong dan Hayabusa yang aku temui setelah "tragedi" itu... Hanya mereka berdua yang dapat membuatku tersenyum bahkan tertawa. Yah, kuakui, aku ingin berubah, namun aku sudah terlanjur seperti ini. Harus ada figur dalam hidupku yang dapat mengubahku. Namun sampai sekarang orang itu masih belum ada. Hingga pada saatnya...

*Alucard Pov End, Third person Pov*

Dari kampung halamanku, dimana aku kembali hanya untuk mengenang, melihat dan mengunjungi rumahku yang dulu, aku beranjak, pergi ke Land of Dawn. Tempat para hero membangun reputasinya, sama sepertiku. Zilong jelas menungguku. Aku harus bergegas. Yah, namun dengan Freya, teman masa kecilnya. Ia seharusnya tidak masalah saat aku tidak datang tepat waktu. Aku bergegas, menuju Land of Dawn, namun di tengah perjalanan...

*Third person Pov End, Alucard Pov*

Brakk!

'Sial! Aku menabrak seseorang?' umpatku dalam hati namun aku segera menarik umpatanku itu saat melihat siapa yang kutabrak.

Gadis itu, terjatuh, membawa busur. Kutebak saja dia seorang archer.

"Aduh! Maaf, aku tidak sengaja" kataku sambil membantunya berdiri, tanpa sengaja aku bertemu pandang dengannya.

'Cantik juga dia...' batinku

"Ya, tidak apa – apa kok. Lagian aku juga tidak memperhatikan jalan" kata cewek itu sambil meraih tanganku dan berdiri.

"Siapa namamu?" tanyaku kepadanya

"Miya, senang bertemu denganmu" kata Miya sambil tersenyum padaku

"Miya, baiklah. Aku akan melanjutkan perjalananku"

"Kemana?"

"Land of Dawn"

"Wah! Tujuan kita sama rupanya! Bisa ikut aku sebentar?" tawar Miya dengan semangat. Ia memandangku penuh harap.

"Baiklah" aku menjawab singkat

"Baiklah aa... siapa namamu?" Miya menanyakan namaku, bodohnya aku tidak menyebutkan namaku tadi.

"Alucard, kamu bisa memanggilku Alu"

"Baiklah Alu, ayo!" dia menarikku menuju suatu desa, dia berkata bahwa itu desanya. Sedangkan aku? Hanya pasrah, toh akhirnya aku punya teman yang satu tujuan denganku. Cewek lagi. *plakk*

*Alucard Pov End, Miya Pov*

Aku bergegas menuju Land of Dawn. Namun, aku melupakan sesuatu yang sangat penting. Panahku! Sial! Aku harus segera kembali mengambil panahku. Tentu saja yang masih tergeletak di rumahku. Entah dimana.

Tetapi saat aku kembali...

Brakk!

'Ugh! Aku menabrak seseorang?' batinku

Bedirilah seorang cowok, membawa sebuah pedang besar. Tangannya terulur padaku pertanda ia berusaha menolongku. Tanpa sengaja aku bertemu pandang dengannya.

"Tampan, keren juga dia' aku memujinya dalam hati, entah kenapa baru saja bertemu, aku sudah memujinya. Aku pun mencoba meraih tangannya dan berusaha menarik diriku berdiri.

"Aduh! Maaf, aku tidak sengaja" kata cowok itu sambil membantuku berdiri, tanpa sengaja aku bertemu pandang dengannya. Lagi.

"Ya, tidak apa – apa kok. Lagian aku juga tidak memperhatikan jalan" balasku sambil meraih tangannya dan berdiri.

"Siapa namamu?" tanya cowok itu kepadaku

"Miya, senang bertemu denganmu" kataku sambil tersenyum padanya. Ternyata dia cukup ramah.

"Miya, baiklah. Aku akan melanjutkan perjalananku"

"Kemana?"

"Land of Dawn"

"Wah! Tujuan kita sama rupanya! Bisa ikut aku sebentar?" tawarku kepadanya dengan semangat. Aku memandangnya penuh harap.

"Baiklah" dia menjawab singkat

"Baiklah aa... siapa namamu?" aku menanyakan namanya, dia tidak menyebutkan namanya tadi.

"Alucard, kamu bisa memanggilku Alu"

"Baiklah Alu, ayo!" aku menariknya hingga sampai ke desaku. Wajahku memerah. Dilihat banyak orang lain itu memang malu sih... Tapi itung – itung dapat teman seperjalanan. Dia cowok kan? Maka aku bisa merasa lebih terlindungi. Kulihat dia cukup tangguh juga.

*Miya Pov End, Third Person Pov*

Deg! Deg! Deg!

'Sial! Ada apa denganku?' batin Alu saat ia merasa detak jantungnya menaik. Miya sendiri tidak terlihat seperti lebih baik. Wajahnya sangat merah. Terutama saat ia bertanya – tanya pada dirinya sendiri mengapa ia masih memegang tangan Alucard sampai ke rumahnya. Namun, yah... Miya merasa nyaman saat menggandeng tangan Alucard. Toh dia juga senang mendapat teman.

*Third Person Pov End, Miya Pov*

Aku menggandeng tangannya sampai pada rumahku. Kupersilahkan Alucard masuk dan duduk di sofa. Aku segera mencari panah yang entah berada dimana. Segera kumulai pencarian (?) panahku yang aku letakkan entah dimana. Ceroboh ? Yap, aku memang ceroboh.

"Huh! Dimana panahku sih?" gerutuku kesal sambil mencari – cari panahku. Kulihat Alucard sekilas. Dia sedang tidur pulas. Wajah tidak bersalahnya yang sedang tidur tanpa izin di rumah seseorang membuatku gemas...

Tunggu...

Gemas?

Tidak – tidak ! Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya pada pandangan pertama kan? Tapi... ada sesuatu yang mengganjal dihatiku. Duh! Ada apa denganku?.

*Miya Pov End, Third Person Pov*

~~Kira – Kira 1 Jam setelahnya~~

Miya pun menemukan panahnya, ia pun segera menghampiri Alucard dan membangunkannya. Alucard terbangun, sedikit ekspresi keterkejutan dapat dilihat di wajahnya. Dia mengucek matanya sebentar dan sadar ia baru saja tertidur.

"Oh, maaf aku tertidur" kata Alucard sambil menguap, dia bahkan dapat mengatakan hal itu dengan watados-nya

"Ti – tidak apa – apa kok" balas Miya. Wajahnya memerah. Entah kenapa.

'Duh, ada apa dengan diriku' batin Miya, sepertinya berhadapan dengan Alucard secara langsung tidak begitu disarankan karena tidak baik untuk kesehatan jantung Miya. Yah, bisa dikatakan wajahnya sudah semerah tomat dan sepanas kopi (?), jantungnya pun berdetak lebih cepat ketimbang biasanya. Secepat kereta listrik (?) atau malah lebih cepat (?).(Author Unfaedah Nih).

Alucard menyadari wajah Miya memerah, ia pun segera menempelkan punggung tangannya ke dahi Miya. Untuk mengecek temperatur tubuh Miya. Miya yang 'diperlakukan' seperti itu pun tambah memerah lagi untuk kesekian kalinya.

"Kamu sakit? Demam? Kenapa tidak istirahat?" tanya Alucard menyelidik

"A – aku ti – tidak apa- apa kok" Miya membalas dengan terbata – bata

"Yakin?"

"Tentu"

"Baiklah, kapan kita berangkat? Kau sudah mendapatkan panahmu kan? Itu?"

"Sekarang?" Miya memasang wajah innocentnya yang membuat Alucard gemas terhadap Miya.

'Kenapa dia imut sekali sih?' batin Alucard. Dia berusaha mengendalikan dirinya.

"Oh, baiklah. Tapi bukannya nanti malah kemalaman kita sampainya?"

"Tidak apa – apa. Ayo!" Miya menyeret (baca = menarik) Alucard keluar dari dalam rumahnya hingga mereka sudah berada di teras rumah Miya. Setelah Miya mengunci rumahnya. Mereka pun berangkat, tanpa sadar mereka telah merasakan benih – benih cinta dalam diri mereka. Benih – benih itu mulai tumbuh di dalam hati mereka. Walau mereka menyangkalnya.

Chapter 1 : Prolog

End

A/N:

Yak! Akhirnya selesai prolognya.

Walau udah di revisi dan diketik ulang pasti masih ada kesalahan nih di chapter ini.

Jadi kalau ada kesalahan jangan sungkan sungkan untuk memberitahu dimana kesalahannya

Author nggak janji Update cepet, namun akan tetap diusahakan

Sekian terimakasih

Sign.

Author Out.