Who Is Your Love?
By : Deer Luvian
Main Cast:
Lu Han (GS)
Kim Jongin
.
Other cast:
Park Chanyeol
Do Kyungsoo (GS)
Byun Baekhyun (GS)
Huang Zitao
And other will be mentioned
.
Genre:
Romance, comedy or romance?
(Sorry for failed humors)
.
Lenght :
Three Shoots
.
Disclaimer:
All cast not mine, but the story pure from my mind.
.
Author notes
This is Genderswitch, With pairing KaiLu slight! ChanLu.
Don't Like don't read
Don't Bash, Don't Flame and Don't plagiat..
.
Summary:
Luhan kesal dirinya merasa disingkirkan oleh sebuah game di ponsel maupun lainnya. Tak terima ada hal yang akan ia lakukan demi membuat Jongin kembali padanya. Ia ingin membuat Jongin sadar siapa sebenarnya kekasihnya. Awalnya Jongin merasa biasa, lama-lama ia menjadi gila.
(Oke it's bad summary guys, sorry)
.
Happy reading ^^,
.
.
Chapter one.
Teng-teng-teng...
Suara dering ditimbulkan dari gerakan tangan yang menggetarkan hebat lonceng besi itu terdengar nyaring di telinga. Menandakan bahwa waktu istirahat telah dimulai. Sontak semua siswa merapikan alat tulisnya dan bersiap mengisi lambung mereka dengan beberapa pasokan nutrisi yang sekiranya bisa menghentikan raungan perut itu.
Tak berbeda dengan para siswa yang lain, ketiga siswi cantik juga melakukan hal yang sama. Luhan, Kyungsoo dan Baekhyun berjalan menuju deretan kursi kosong di kantin setelah mereka selesai dengan urusan jam pelajaran terakhir. Perut datar mereka meminta sesuatu yang bisa mengembalikan energinya. Dan kantin adalah pilihan yang tepat untuk itu semua.
Salah satu dari ketiga gadis muda itu memesan makanan, lainnya memilih tempat duduk. Pojok kanan kantin yang cukup jarang disentuh menjadi pilihannya.
"Besok weekend main yuk.. Aku bosan terus berada di rumah." Celetuk gadis bermata sipit dengan antusias.
Gadis lain be-name tag Lu Han itu menggeleng. "Aku tidak bisa Baek.. Jongin lebih dulu mengajakku mencari buku..." Jawabnya merasa sedikit perlahan.
"Yaah.. Eh, tumben sekali Jongin mencari buku? Kerasukan setan mana dia?" Cibir Baekhyun setelah menyadari alasan Luhan menolak ajakannya.
Gadis dengan surai madu itu mengerutkan dahinya. "Kenapa? Bagus dong kalau dia ingin berubah?" Sahutnya.
"Aneh saja! Jongin belajar itu bagaikan dunia mau kiamat! Tahu sendiri 'kan kebiasaan kekasihmu?"
Luhan hanya mendengus mendengar pernyataan dari Baekhyun. Ia ingin sekali menyangkal kata-kata Baekhyun namun seakan bibirnya disumpal sesuatu. Yang dikatakan benar, semuanya benar. Memang suatu hal yang aneh jika Jongin –kekasih Luhan- belajar. Ah, jangankan belajar sekedar mencari buku itu adalah hal yang menganehkan. Pemuda tan dengan ketertarikan nol dalam belajar dan memiliki kemampuan yang pas-pasan memang akan dipandang berbeda ketika ada pernyataan ia ingin mencari buku ataupun belajar. Kesan negatif pasti mengikutinya.
Luhan, gadis muda yang saat ini menempuh pendidikan di Highschool tingkat dua sebenarnya cukup merasakan hal itu. Kekasihnya maniak game. Apapun semuanya game. Bahkan terkadang Jongin lupa jika ia memiliki kekasih Luhan. Tak jarang Luhan memergoki Jongin menghabiskan waktu bersama dengan PSP ataupun ponsel canggih berisi puluhan game. Tapi saat Jongin memintanya menemaninya mencari buku, wajar 'kan Luhan berharap lebih? Mungkin Jongin bosan dengan game-game itu. Mungkin Jongin mulai sadar posisinya saat ini –peringkat dua puluh terbawah- dan ingin belajar. Mungkin orangtuanya mengancam Jongin atau lainnya. Tapi kenapa Baekhyun meragukan perubahan baik Jongin? Harusnya ia juga mendukung kekasih sahabatnya.
Dasar! Byun Baekhyun!
"Ya sudah kalau kau tidak bisa Lu.. Kyung, kita main yuk besok! Namsan Tower sepertinya ingin kita cumbui.." Baekhyun mengalihkan gencaran rayuannya pada Kyungsoo yang baru saja datang dengan nampan makanan. Ia menata makanan itu di atas meja dan melirik pada Luhan sejenak.
Luhan menggeleng dengan desahan berat meluncur dari bibir mungilnya.
"Kekasih Lu Han akan belajar mulai besok.. Kita tidak bisa mengganggu acara mereka bukan.." Sindir Baekhyun seraya menyesap bubble tea-nya pelan.
Luhan mendelik. Tangannya gatal ingin sekali memukul jidat sempit milik Baekhyun. Gadis ini benar-benar. Punya mulut seperti tak pernah dirawat.
"Bukankah itu hal yang baik? Kau kenapa sih Baek?" Luhan tersenyum menang. Kyungsoo teman mereka lebih memilih berpihak pada Luhan. Baekhyun mendengus kesal. Ia ingin menggoda Luhan namun tak diikuti permainannya oleh Kyungsoo.
Luhan menyendokkan makanan itu lalu menyuapkan pada mulutnya. Sebentar mengunyah sebelum menyuarakan isi hati.
"Setidaknya Jongin ada usaha berubah.. Daripada dia terus berkutat dengan game dan nilainya semakin turun?"
"Ya-ya-ya terserah kau saja lah.."
Setelah penutupan kata pasrah dari Baekhyun, mereka memulai perbincangan lainnya. Cerita-cerita yang lebih menarik dari sekedar bergosip tentang Jongin. Tentang mulai fashion, hunting foto, tempat hang out paling hits dan lainnya. Mereka bertiga bukan lah gadis polos yang selalu berada di rumah tidak. Mereka juga bukan gadis sosialita yang memiliki banyak keinginan dalam hidup mewah tidak. Mereka juga bukan gadis pandai yang selalu memiliki kemampuan di atas rata-rata juga tidak. Hanya sekumpulan gadis muda yang masih terombang-ambing oleh masa pubertas. Masih mencari jati diri tentang siapa mereka. Wajar jika yang diperbincangkan selalu berganti dari satu topik ke topik lain.
Cukup seru derai tawa dan untaian cerita yang mereka tawarkan hingga tepukan pelan membuyarkan salah satu tawa dari mereka. Pelakunya adalah Huang Zitao yang meminta Baekhyun untuk bergeser. Baekhyun mengalah, buat kekasihnya apa yang tidak? Bukan hanya Huang Zitao saja, rupanya Kim Jongin dan Park Chanyeol juga turut serta. Mereka melingkar dengan wajah saling beradu pandang. Seakan sebuah pertemuan besar yang tengah digelar.
Luhan menatap dalam sang kekasih. Jika ia tak ragu dengan lensa rusanya, Jongin sama sekali tak mengalihkan pandangan dari ponselnya. Pelan sekali desahan kecewa menguar, selalu saja Jongin lebih tertarik dengan ponsel terbarunya itu. Bosan menatap kekasih yang tak 'ngeh' dengan beberapa situasi itu, Luhan mulai menarik diri agar lebih fokus dengan Chanyeol. Ya, pemuda tinggi itu sedang girangnya bercerita ini itu. Menyenangkan sekali jika punya kekasih seperti Chanyeol. Pasti ia tak akan mati kebosanan.
"Kalian tahu! Aku baru saja memancing sebuah ikan besar! Uh rasanya itu menyenangkan sekali.." Sepenggal cerita yang Luhan dengar dari bibir tebal Chanyeol setelah ia kecewa dengan Jongin. Cukup menarik perhatian.
Kyungsoo dan Baekhyun tampak antusias dengan cerita Chanyeol. Begitu juga dengan Tao.
"Kapan-kapan ajak aku dong! Aku juga ingin ada pengalamanan mengangkat ikan besar di dadaku.." Seru Tao tak mau kalah dengan suara ceria Chanyeol.
"Uh! Minggu depan, Lee Ahjussi akan berlayar. Bagaimana kalau kita ikut? Hanya sehari kok, kita berangkat sabtu malam dan minggu siang kita pulang. Bagaimana?" Tawar Chanyeol dengan mata berbinar.
Tao menoleh pada Baekhyun. Meminta restu dari kekasihnya. "Oke, aku ikut.." Ucapnya setelah ada anggukan dari Baekhyun.
"Kau Jongin?"
Jongin tak peduli dengan apa yang dibahas teman-temannya. Ia masih asik menggerakkan jarinya menari di atas layar sentuh itu.
"Jongin?"
Sekali lagi seruan Chanyeol bak angin lalu yang tak lebih menarik dari suara game yang tengah ia hadapi.
"Jongin!"
Baiklah, kali ini bukan suara Chanyeol. Melainkan Luhan. Gadis itu merasa kesal dengan amarah yang berpusat di ubun-ubun. Jongin tersentak dengan bentakan Luhan. Lekas ia memasang wajah datar tak berdosanya itu. Luhan mendesis pelan lalu bangkit dari duduknya.
"Teruskan saja bermain game-mu Jongin!" Tukasnya ketus. Detik selanjutnya Luhan pergi meninggalkan mereka.
Jongin yang tak mengerti duduk perkaranya hanya memandang bingung Luhan. Atensinya berubah haluan dan berhenti pada Chanyeol, pemuda tinggi itu mengangkat bahunya dengan gerakan kecil dari kepalanya. Jongin mendesah. Ia bingung dengan sikap Luhan yang terasa aneh.
Jongin.. Jongin.. Harusnya kau sadar dengan kelakuanmu yang selalu menomorsatukan game dan game..
Kyungsoo dan Baekhyun saling berpandangan dengan melempar perkataan melalui pikiran mereka. Sama-sama berpikir jika Jongin telah berada di ambang yang paling mengenaskan. Kecanduan game dan tak memperdulikan sosok Luhan.
.
.
.
.
.
Jam demi jam pelajaran telah ketiganya lalui. Luhan, Kyungsoo dan Baekhyun memang tak sekelas dengan Jongin, Tao dan Chanyeol. Mereka hanya berbeda huruf saja, jika ketiga siswi cantik itu berada di 2-A maka ketiga siswa tampan itu berada di 2-B. Meskipun begitu, kedekatan tak perlu diragukan lagi. Seperti hari biasa, setiap dering bel pulang terdengar mereka akan berkumpul untuk pulang bersama. Biasanya seperti itu, tapi hari ini sepertinya tidak. Baekhyun memilih pulang bersama dengan Tao, sementara Kyungsoo pulang bersama kakak sepupunya Kim Joonmyeon sementara Luhan ingin pulang bersama dengan Jongin.
Rencananya seperti itu, Luhan akan mengajak Jongin pulang. Tapi setelah menunggu lama di depan gerbang Jongin tak kunjung muncul. Luhan juga sudah menghubungi kekasihnya itu berulang kali. Bukankah seharusnya ia sudah pulang? Mengingat Tao dan Chanyeol juga sudah keluar kelas. Kemana dulu si Jongin ini?
Sekali lagi Luhan menelpon kekasinya, kakinya mengetuk-ngetuk tanah di bawahnya dengan gelisah. Awas saja kalau Jongin sudah sampai di rumah. Dapat dipastikan hari selanjutnya ia tak akan punya tangan lagi. Kesabaran Luhan nyaris melangkahi batas. Beruntung Luhan adalah gadis yang sabar. Beberapa detik sambungan itu terhubung nyatanya tak lekas diangkat oleh si pemilik. Luhan mengerang kesal, kekasihnya ini benar-benar.
Sekali lagi, Luhan akan menghubunginya. Jika tak ada jawaban, maka Luhan akan berjalan kaki sendiri saja. Telepon kali ini tersambung, senyum Luhan sempat menguar namun detik selanjutnya..
Tut..tuutt...tuuutt...
"Kenapa malah dimatikan sih ini si Jong-"
"Oh, sayang! Kau menelponku? Kenapa?" Ternyata Jongin telah berhenti di depan Luhan dengan tangan melepas helm yang ia kenakan.
Wajah Luhan berubah senang, Jongin di hadapannya seakan mengembalikan kegembiraan yang selama ini menghilang entah kemana. Tanpa menjawab, Luhan akan duduk di motor belakang Jongin. Namun pemuda berwajah boros itu menautkan kedua alisnya.
"Kok naik?"
"Kok naik?" Ulang Luhan bingung. "Ayo pulang! Aku menunggumu sejak dari tadi Jongin.." Sungut Luhan kesal.
Jongin terdiam sejenak, tampak berpikir lalu ekspresinya berubah. "Aah... Maaf sayang.. Aku harus menjemput eomma langsung.. Sekarang eomma menungguku di kafe Eunji Noona.. Maaf yaa sayang.." Kata Jongin dengan raut bersalah. Ia bisa melihat aura kekecewaan yang jelas di wajah cantiknya. Jongin menggenggam tangan Luhan lalu mengecupnya. "Aku sungguh minta maaf.." Tatapnya dengan wajah memohon.
Luhan menghela nafas frustasi. Ia melepaskan genggaman tangan Jongin. "Ya sudah! Sana pergi.. Nanti kau terlambat.." Sahutnya dingin. Emosinya perlahan membekukan hatinya.
Jongin tersenyum walau ia tahu Luhan tengah marah padanya. Tapi mau bagaimana, eomma-nya benar-benar menunggu. Setidaknya itu yang terus ia ulang dalam hati. Luhan tak tahu ada senyum aneh yang mengembang dari bibir penuhnya.
"Kau pulang dengan siapa?" Tanya Jongin khawatir. Luhan mendongak. Benar, kalau ia tak pulang dengan Jongin mau pulang dengan siapa? Luhan mengedarkan pandangannya, bibirnya melengkung kala manikan rusa miliknya menangkap sosok tampan yang baru keluar dari gerbang.
"Chanyeol-aah!" Seru Luhan dengan keras. Jongin ikut menoleh. Tak lama Chanyeol datang ke hadapan mereka. "Aku akan pulang dengan Chanyeol.."
Jongin mengangguk. "Baiklah, titip Luhan yaa Chanyeol-ah! Aku harus pergi dulu.. Hati-hati eum kalian berdua.." Tukasnya sebelum melajukan motornya. Luhan mendengus kesal lalu menggeret tangan Chanyeol.
Chanyeol yang bingung dengan tarikan Luhan hanya menatap penuh tanya Luhan.
"Antarkan aku pulang.." Tuturnya saat ia bisa membaca arti dari tatapan itu.
Chanyeol mengangguk. "Jongin? Dia berangkat ke game centre sekarang?" Tanya Chanyeol penasaran.
Luhan berjingkat, ia menghentikan langkahnya dan menatap dalam Chanyeol. Rautnya jelas mengatakan ia tak mengerti maksud dari ucapan Chanyeol barusan. Kerutan di dahi, alis yang menaut dan kerucutan bibir mungilnya.
"Jongin bilang akan ke game centre tapi aku tidak tahu kapan.." Terang Chanyeol.
"Bukannya ia akan menyusul eomma-nya?"
"Emang iya? Jongin tidak mengatakan itu.." Chanyeol mengerutkan keningnya berpikir. Mengingat lagi tumpukan kata yang sempat ia dengar dari Jongin sebelum mereka keluar kelas.
Luhan menggeram kesal. Giginya bergemeretak dengan tangan mengepal.
"Awas saja kalau kau ketahuan main di game centre! Aku akan merajangmu Kim Jongin!" Pekik Luhan keras. Ia tak peduli bagaimana pasang mata lainnya memandang padanya.
Bahkan ia tak peduli pada Chanyeol yang sedikit menjauh. Bagaimanapun Chanyeol takut ada sesuatu yang tidak-tidak akan terjadi. Siapapun tahu, Luhan tidak sepenuhnya gadis lembut. Bisa saja Chanyeol jadi korban kemarahannya. Chanyeol bergidik ngeri dan menggeret Luhan pergi segera.
.
.
.
.
.
Bukan hal yang aneh jika Luhan selalu lebih sering berkutat dengan hal-hal pribadi miliknya daripada dengan Jongin. Sempat gadis cantik itu menyesal menerima pernyataan cinta Jongin. Ia pikir gamers adalah orang yang paling setia tak bermain dengan wanita lainnya. Benar, Jongin tak bermain dengan wanita lainnya. Tapi tangan dan pikiran tak pernah lepas dari game. Semuanya game dan game. Awalnya Luhan tak begitu bermasalah, tapi lama kelamaan ia jengah juga. Bagaimanapun Luhan juga seorang wanita biasa yang ingin diperhatikan. Bukan diabaikan.
Seperti saat ini, Luhan sibuk mendengarkan musik yang mengalun dari mp3-nya. Ia telah selesai belajar dan bosan membaca terus. Sejak tadi sore ia tak lagi saling berkirim pesan dengan Jongin. Pesan terakhir yang dikirimkan oleh Jongin mengatakan ia pamit ingin membantu hyung-nya dulu. Dan Luhan tak mempermasalahkan. Toh ia juga sibuk dengan tugasnya.
Sekitar sejam lebih Luhan bernyanyi mengikuti setiap alunan musik di earphone-nya. Satu dua lagi ia dengarkan lagi sebelum sebuah telepon menginterupsi kegiatannya.
"Oh Jongin?" Luhan berjingkat dan segera mengangkat sambungan telepon itu.
Luhan melepas earphone-nya. "Ya hallo? Jongin-ah.."
"Luhan... Kau sedang apa saat ini?"
"Oh~ ini aku selesai belajar.. Kau? Apa kau sudah mengerjakan tugasmu?" Luhan menyilakan kakinya. Mencari posisi nyaman saat akan mengobrol dengan Jongin lewat telepon.
Ada derai tawa yang terdengar sejenak. "Itu.. Aku sudah mengerjakannya.." Sahutnya tenang.
"Kau yakin?" Tanya Luhan skeptis. Pasalnya Jongin bukan orang yang suka mengerjakan tugas. Ia lebih memilih menyalin milik Tao ataupun Chanyeol.
"Iyaa.. Ah, Luhan! Aku menelponmu ada yang ingin aku katakan.."
Luhan mengernyitkan keningnya penasaran. "Apa?"
"Weekend nanti.." Luhan memasang telinga lebih peka lagi. Sepertinya ada hal buruk yang akan ia dengar. "Eung... Bisa kita batalkan?"
"Mwo? Batal? Kenapa?" Pekik Luhan tak terima. Padahal ini yang paling ditunggu Luhan. Setidaknya selama tiga bulan berkencan dengan Jongin, weekend nanti akan jadi kencan mereka yang kedua. Miris? Memang!
Jongin terdiam sejenak. "Eum.. Maafkan aku Lu.. Aku harus ikut pertandingan game yang diadakan di kafe Eunji noona.." Jawabnya pelan. Dari cara Jongin berbicara, sepertinya ia merasa sedikit bersalah.
Luhan limbung! Kepalanya bagaikan dilempar oleh batuan besar yang bisa membuat retak tak bersisa. Pikirannya kacau, Jongin-nya benar-benar. Bagaimana bisa Jongin lebih memilih pertandingan itu daripada Luhan? Ini sudah keberapa Luhan menjadi korban game-game itu?
"Jongin..."
"Maafkan aku Lu..."
"Jongin.."
"Sungguh! Nanti kalau aku menang aku-"
"Tutup saja teleponnyaa! Aku tidak mau berbicara denganmu..."
Dan detik selanjutnya, ponsel Luhan dibanting ke sembarang arah. Beruntung ponselnya masih jatuh di sekitar kasur empuk. Kalau tidak? Bisa-bisa ia merengek minta baba membelikan lagi.
Luhan mendesis kesal. Seenaknya saja Jongin membuat janji dan membatalkannya. Kalau memang ia ada pertandingan game sialan itu ya tak usah membuat janji. Bukankah Jongin sendiri yang memintanya menemani mencari buku dan sekalian kencan? Jongin memang berkeyakinan menguji kesabaran Luhan. Terkadang Luhan merasa aneh dengan dirinya sendiri. Ia sering diperlakukan seperti ini, tapi kenapa ia tak mengajukan perpisahan saja? Toh, hubungan keduanya masih berjalan tiga bulan. Alasannya? Mungkin Luhan terlalu cinta.
Menyebalkan.. Sebesar apapun ia mencintai Jongin akan tetap merasa kesal jika dipermainkan seperti ini. Sama halnya ia dan game itu tak ada bedanya. Ah, ada. Game-game itu lebih istimewa dari sosok Luhan. Hebatnya, Luhan sama sekali tak menangis menerima perlakuan itu. Yang ada ia terus saja mendumel kesal dan menggerutu disana sini. Tak jarang juga ia mengumpat. Asalkan Jongin tidak berselingkuh tak akan membuat Luhan menangis. Walaupun pada dasarnya, Jongin lebih memilih game lebih menyedihkan daripada Jongin berselingkuh. Entahlah, cinta memang aneh!
Daripada merasakan Jongin yang semakin menggerogoti hatinya, Luhan memilih membungkus tubuhnya dan pergi ke alam mimpi. Siapa tahu ia bisa membalaskan kelakuan Jongin disana. Benar-benar...
.
.
.
.
.
"Lu.. Apa kau baik-baik saja?" Kyungsoo tampak khawatir melihat wajah murung Luhan. Aura yang biasa menguar dari wajah cantiknya entah mengapa hari ini hilang ditelan bumi.
Luhan menampik tangan Kyungsoo yang menyingkirkan poni di wajahnya.
"Aku baik-baik saja Kyung..." Luhan menyembunyikan wajahnya di atas lipatan tangan. Menelungkup di atas meja tak peduli pasang wajah Kyungsoo yang terheran.
Kyungsoo meraba kening Luhan. "Kau tidak panas! Tapi penampilanmu sungguh!" Ungkap Kyungsoo.
Luhan tak menanggapi, ia masih membaringkan kepala yang terasa nyut-nyutan. Penyebabnya siapa lagi kalau bukan Jongin. Entah pemuda itu lupa atau bagaimana, hari ini Luhan terpaksa berangkat terlambat karena Jongin tak menjemputnya. Kesal 'kan? Ada apa sebenarnya dengan kekasihnya itu?
"Kyung aku! Oh, Luhaan! Kau sudah tiba? Kenapa bisa terlambat?" Oke, pertanyaan sama itu harus ia jawab lagi? Luhan malas membuka mulut, ia memalingkan wajahnya dari Baekhyun. Sosok yang baru saja masuk ke ruang kelas.
Baekhyun mengerutkan keningnya heran. "Kenapa dengan Luhan?" Kyungsoo menanggapinya dengan bahu mengendik kecil. Baekhyun mendesah, ia duduk di sebelah Luhan.
"Kau ada masalah?"
"Diamlah Baek!"
"Oh oke!" Baekhyun membalikkan tubuhnya ke arah depan. Ia tak ingin mengganggu singa betina yang baru saja kehilangan anak. Bisa jadi makanan anjing nanti. Kyungsoo menghela nafas dan mengusap lembut punggung Luhan.
Luhan mengangkat wajahnya dan menatap Kyungsoo yang masih dengan sabar menghadapinya.
"Jongin.." Suara lirih Luhan menarik kembali atensi Baekhyun agar menatap gadis bermata rusa itu.
Kyungsoo menaikkan sebelah alisnya.
"Dia keterlaluan! Setiap hari main game terus.. Dan dia membatalkan janjinya hanya demi pertandingan game.. What the fuck! Sungguh! Jongin gilaaa!" Pekik Luhan mengabaikan tatapan penuh larang.
Kyungsoo dan Baekhyun sama-sama memasang muka yang entah apa maksudnya. Antara ia bosan dan terkejut. Bosan karena alasan Luhan selalu sama –Jongin main game dan mengabaikan Luhan- terkejut karena Jongin keterlaluan lebih memilih pertandingan itu daripada janji yang sudah ia buat. Oh, Jongin!
"Lu.."
"Dia memang lelaki yang arghhhhh..."
"Lu.."
"Kalau aku bertemu dengannya hari ini akan ku bunuh!"
"Lu.."
"Awas saja kau Kim Jongin!"
"Lu.."
Tepukan keras dari Chanyeol membuat Luhan mengalihkan pandangannya dari tumpukan buku. Luhan mengernyit sebentar sebelum menyeringai aneh.
"Waahh.. Chanyeol! Aku butuh bantuanmu.."
.
.
.
TBC.
.
.
Yes FF baru yang aku bikin pas ada waktu wkkwkwkw..
Gatel rasanya pengen ngepost
Bagaimana? ada yang mau minta lanjut? Kalo ada yang review aku akan lanjutin..
Gak tau dah ini gimana rupa .. :D
Cuma tiga chapter kok ini nanti..
Reviewnya yaaa..
.
.
Terima Kasih
.
.
.
Best Regards
.
.
~Deer Luvian~
01 July 2015
