Blink of An Eye

Byun Baek Hyun – Park Chan Yeol

Warning: SINETRON, TYPO, MAINSTREAM


HOPELESS


Gagal.

Lagi.

Gagal.

Lagi.

Gagal.

Lagi dan lagi.

Baekhyun baru saja menginjak 19 tahun pada bulan Mei yang lalu dan ia pikir hidupnya sudah cukup sengsara menahan setiap tekanan hidupnya selama ini. Baekhyun merasa lelah dan beberapa pemikiran bodoh tak berujung miliknya kadang menghampiri.

Baekhyun ingin berhenti.

Dia ingin berhenti hidup. Mati.

5 tahun telah berlalu seperti itu. Masa remajanya terbuang begitu saja, sia-sia dengan kenangan melelahkan memerangkapi dirinya di setiap detik berlalu.

Tahun pertama terasa menyenangkan.

Tahun kedua ia masih ingin melanjutkan.

Tahun ketiga semangatnya masih tak terpatahkan.

Tahun keempat ia masih ingin bertahan.

Lalu pada tahun kelima… Baekhyun pikir… ia masih berkeinginan untuk… bertahan—lagi.

Debut… sekiranya hanya menjadi satu-satunya tujuan dan Baekhyun pikir ia masih ingin mendapatkan kesempatan itu.

Kesempatan?

Beberapa pelatihnya memuji kemampuan pas-pas-annya, beberapa menyindir, beberapa menghina dengan gerutuan yang acap kali terdengar di akhir.

"Kau takkan punya kesempatan untuk debut dengan kemampuan menari dibawah rata-rata seperti ini, trainee Byun!"

"Suaramu merdu sekali, jenis lagu apapun cocok dengan suaramu, tapi jika tak dibarengi dengan kemampuan lain… kau tetap takkan bisa meraih kesempatan untuk debut."

"Kau bilang kau ingin debut sebagai idol? Kau bercanda? Wajahmu pas-pas-an, tidak tampan, manis juga tidak. Kau juga pendek dan kau masih berpikir untuk debut? Orang gila mana yang akan menjadi penggemarmu nanti?!"

Baiklah… setidaknya ia tak menjadi satu-satunya trainee yang mendapatkan penghinaan seperti itu. Ada beberapa bahkan menjadi sebagian besar dari jumlah kelasnya yang mendapatkan penghinaan serupa. Huft, tidak apa-apa, anggap saja itu motivasi.

Tapi ada saat dimana Baekhyun mengesampingkan sisi positif dalam dirinya sedang pemikiran negatif ia biarkan menguasai begitu saja.

Mungkin memang benar, sampai kapanpun ia takkan bisa debut. Tidak akan pernah.

Dan hari ini, ia semakin membenarkan bisikan itu.

Ini menjadi kali ketiga namanya luput dalam daftar calon rookiee yang akan di debutkan. Tiga kali, bahkan namanya tak benar di selipkan dalam daftar apapun. Dalam pertimbangan apapun. Baekhyun bahkan berpikir jika namanya bahkan tak terdaftar dalam daftar trainee disini.

Menghela nafasnya berat, Baekhyun menatap sendu akan kertas yang dipajang pada bagian informasi. Ada 20 trainee yang akan di rekrut dan namanya lagi-lagi tak tertulis disana. Selama 3 kali berturut-turut.

Agensi telah merencanakan untuk debut rookie tahun ini. Boygroup dengan jumlah anggota yang masih di rencanakan. Beberapa yang memiliki predikat bagus di tiap kelas masing-masing, telah memiliki nama yang tertulis pada daftar.

Lalu apa daya dirinya yang bahkan telah digarisi tinta merah pada semua peringkat?

Langkah kakinya seperti tak bertulang meninggalkan papan pengumuman itu. Melangkah terseok dan Baekhyun memikirkan beberapa cemilan yang kiranya bisa mengurangi gundah gulana dalam dirinya.

Kyungsoo—teman sekelasnya dulu sampai 10 menit setelah kedatangannya di kedai jajanan ringan dekat dengan kantor agensinya. Laki-laki itu terlihat memanggul sebuah ransel dengan pakaian rapi khas mahasiswa baru yang taat akan aturan.

Baekhyun melambaikan tangan dan Kyungsoo menghampiri dirinya dengan cepat.

"Lihat raut wajah yang sama ini." Kyungsoo menyapa dengan sindiran. Seperti biasa.

Baekhyun menghiraukannya dan memilih untuk tetap menikmati kue berasnya.

"Kau baru pulang?"

Kyungsoo memberikan gelengan. "Aku memiliki kelas 2 jam lagi." Ia melirik jamnya sesaat. "Maka jika kau ingin curhat, cepatlah."

Baekhyun memutar bola matanya namun tetap buka suara dan memulai sesi curahan hatinya.

"Aku gagal."

"Lagi?!"

Kyungsoo itu punya mata sebesar bola pingpong dan jika melotot seperti itu, maka jangan tanyakan seperti apa konyolnya ia terlihat.

Baekhyun menganggukkan kepalanya tak bersemangat dan terisak tiba-tiba di antara kunyahan di dalam mulutnya.

"Ya Tuhan Baekhyun! Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Kyungsoo apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Kyungsoo memekik sedang Baekhyun semakin terisak. Helaan nafas Kyungsoo menjadi satu-satunya interupsi dari isakan itu dan berakhir dengan sebuah putaran mata dari si laki-laki bermarga Do.

"Ini sudah menjadi tahun ketigamu menjadi trainee—"

"Sebenarnya ini adalah tahun kelima." Baekhyun melarat cepat di tengah isakan.

"Kau bercanda?" Lagi, Kyungsoo memekik. "Baiklah, kau sudah lima tahun menjadi trainee dan kenyataannya kau masih tidak debut sampai sekarang. Apa yang akan kau lakukan untuk itu?"

Baekhyun menarik cairan ingusnya sesaat dan memberikan gelengan kepala dua kali. Ia terdiam untuk waktu yang lama dan itu membuat Kyungsoo lagi memekik di depannya.

"Baekhyun kau tidak berniat untuk terus disana bukan?!"

"Aku tidak tau."

"Kau harus tau! Ya Tuhan, kau benar-benar keras kepala ya." Kyungsoo mencibir.

"Aku hanya tak memiliki pilihan selain tetap berada disana dan kupikir satu atau dua tahun lagi tak begitu buruk. Aku sudah lima tahun menjadi trainee, semuanya akan menjadi sia-sia jika aku memilih keluar sekarang."

"Kau bisa menata hidupmu dari awal."

Baekhyun menatap temannya tak mengerti. Ia diam dan Kyungsoo melanjutkan.

"Kau masih 19. Kau baru saja lulus SMA tahun lalu dan mengapa kau tidak mencoba mendaftar di Universitas?"

Itu hanya akan menjadi beban masalah yang lain.

Pertama, Baekhyun tidak ingin kuliah atau memiliki aktivitas belajar apapun lagi dalam hidupnya. 12 tahun di sekolah dan Baekhyun merasa cukup untuk itu.

Selain malas, untuk masalah kedua dikarenakan… biaya.

Baekhyun sudah cukup untuk segala bentuk kerja part time untuk menutupi biaya sekolahnya dulu dan ia tak berkeinginan untuk lagi melakukan hal yang sama.

Ia telah memantapkan tujuannya sejak 5 tahun yang lalu. Ia ingin menjadi selebritis. Dan akan terfokus untuk mengapai keinginannya itu. Bahkan untuk riwayat pendidikan sebatas SMA pun, Baekhyun pikir tak jadi masalah jika pada akhirnya ia bisa memiliki banyak uang dengan pekerjaannya sebagai artis nanti.

Seharusnya…

Baekhyun meringis di akhir dan mengusap wajahnya yang basah oleh titik air mata miliknya.

"Aku tidak ingin kuliah, kau tau itu."

"Kuliah tak sesulit yang selalu berada dalam bayanganmu. Kau hanya perlu datang ke kampus saat memiliki kelas dan pulang setelah itu. Kuliah bahkan tidak memiliki kelas malam itu berarti kau memiliki banyak waktu untuk kerja part time—"

"Aku sudah kerja part time sejak SMP, Kyungsoo." Baekhyun mendengus. "Intinya kuliah takkan membantuku keluar dari masalah. Kuliah bahkan akan hanya akan menambah bebanku saja."

Kyungsoo merasakan dadanya sedikit berdenyut ketika mendengar penuturan itu. Kyungsoo tau betul seperti apa cacatnya Baekhyun akan finansial. Sejak ayahnya meninggal dan tinggal bersama bibinya, Baekhyun harus menghidupi dirinya sendiri. Kerja part time adalah kewajibannya.

Kyungsoo meringis pelan tanpa sadar ia lakukan dan berpikir untuk tak memperpanjang perdebatan itu.

"Oke, jadi kau akan kembali kesana lagi?" Ia menegaskan pernyataan Baekhyun beberapa saat yang lalu dan Baekhyun memberikan anggukan mantap hingga sekarang disinilah ia berada.

Ruang latihan menari kantor agensinya.

Hari baru telah di mulai kembali. Pagi baru saja di mulai dan Baekhyun telah berada di depan pintu ruang tari itu sejak 5 menit yang lalu. Suasana masih lenggang karena pada jadwal seharusnya latihan menari akan di lakukan saat malam hari.

Pagi sampai sore akan diisi dengan jadwal latihan bernyanyi, akting dan kelas bahasa. Namun Baekhyun ingat mengenai betapa buruknya ia akan bidang satu ini. Beberapa pelatihnya bahkan mengatakan cacatnya ia berada disana. Maka mulai hari ini, Baekhyun akan meningkatkan kemampuan menarinya dan berharap betul namanya akan di pertimbangakn untuk proyek debut selanjutnya.

Semoga.

"Apa yang kau lakukan disini?" Baekhyun tersentak ketika ketika pertanyaan itu melucur tiba-tiba tanpa ia sadari siapa pemiliknya.

Baekhyun berbalik badan dan matanya membola ketika menyadari siapa pemilik pertanyaan itu.

Direktur agensinya. Park Chanyeol.

"Di-direktur—" Baekhyun cepat-cepat membungkukkan badannya dan berubah gugup pada tempatnya. "Sa-saya ingin berlatih menari." Baekhyun tergagap menjawab pertanyaan itu.

Satu tikungan tercipta pada kening Chanyeol dan menampakkan air muka kebingungan disana. "Apakah jadwalnya telah diganti?" Ia berguman seorang diri. Matanya meneliti Baekhyun kemudian. "Apa kau trainee baru? Tahun berapa? Pertama?" retetan pertanyaannya menguar bersamaan.

Baekhyun menggeleng cepat. "Sa-saya tahun kelima." Ia menjawab.

Chanyeol berganti terkejut kini dan tanpa sadar meneliti Baekhyun dari puncak kepala sampai ujung sepatu. Ia memperhatikan banyak hal dalam diri trainee-nya itu dan tak butuh waktu yang lama untuk sebuah gumanan, "pecundang." pada belahan bibir tebalnya.

"Maaf?" Baekhyun berkerut kening ketika pendengarannya samar-samar menangkap gumanan itu. Baekhyun merasa tak yakin jika direktur muda itu tengah berbicara padanya barusan.

"Ah, tidak." Chanyeol mengayunkan tangannya di udara. "Well, berlatihlah lebih giat lagi jika begitu." Chanyeol berujar tak peduli. Kedua bahunya ia gidikkan tak acuh sedang langkahnya ia tarik pergi meninggalkan Baekhyun yang mematung

Baekhyun menatap kepergian laki-laki tinggi itu dalam sejuta pertimbangan dalam dirinya. Baekhyun pikir ia sudah tak waras dan sedikit tak tau diri ketika berlari pada tempatnya dan menyongsong Chanyeol pada persimpangan koridor.

"Direktur!" Baekhyun bahkan berteriak memanggil petinggi agensinya itu.

Chanyeol berhenti pada tempatnya dan berbalik badan. Tikungan lagi tercipta pada keningnya dan ia menatap Baekhyun dengan sisipan keterkejutan dalam dirinya. Berani sekali, pikirnya.

Baekhyun di depannya terlihat menelan ludah dan menggigit bibir bawahnya kemudian.

"Direktur bisakah saya berbicara dengan Anda?"

Baekhyun pasti sudah gila.

Baekhyun memang sudah gila. Bagaimana bisa dia memiliki keberanian seperti itu dan berakhir dengan berdiri gemetar di dalam ruangan direktur agensinya itu. Berdiri di depan satu-satunya meja kerja di dalam sana sedang si pemilik ruangan itu duduk tenang menanti dirinya berbicara.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

Baekhyun merasakan adanya sentakkan dalam dirinya dan ia semakin gugup saja pada tempatnya. Sudah terlanjur, batinnya menenangkan dirinya sendiri. Baekhyun berdehem sekali dan menatap penuh keyakinan pada salah satu petinggi agensinya itu.

"Me-mengenai debut—"

"Apa?"

Baekhyun menahan nafas tanpa sadar ia lakukan. Chanyeol menatapnya lama tanpa berkedip dan Baekhyun benar berharap lantai pijakannya menelan ia bulat-bulat. Ini bahkan 2 kali lebih menegangkan dibanding saat audisi pertamanya dulu.

"Apa kau hanya ingin berdiri saja tanpa mengatakan apa alasanmu disini?" pertanyaan itu membuat keadaannya semakin panas dingin.

Baekhyun merasa paru-parunya kosong tanpa adanya raupan oksigen yang ia lakukan. Ia membuka mulut dan benar-benar gila ketika membiarkan retetan kalimatnya menguar begitu saja.

"Tak bisakah Anda mempertimbangkan saya untuk menjadi bagian dalam proyek debut ini?"

"Apa?" Chanyeol menatapnya terkejut. Baekhyun sama terkejut akan dirinya sendiri. Bola matanya membesar dalam ukuran tak wajar dan Baekhyun cepat-cepat membungkukkan badannya dan mengguman permintaan maaf telalu banyak disana.

"Maafkan saya Direktur. Saya tidak bermaksud kurang ajar dan bersikap tak sopan… Mohon maafkan saya." Kepalanya sedikit pening ia paksakan terus membungkuk seperti itu.

"Siapa namamu?"

"Byun Baekhyun. Nama saya Byun Baekhyun, mohon maafkan saya Direktur."

Gesekan roda kursi yang Chanyeol duduki terdengar bergesekan dengan lantai. Baekhyun meliriknya dan ia dapati laki-laki itu memutari meja kemudian mendekati posisinya. Baekhyun tercekat dan seketika menyesali seluruh kebodohan yang baru saja ia lakukan.

"Tegakkan tubuhmu." Suara Chanyeol memenuhi inderanya bersamaan dengan tepukan pelan pada punggungnya. Kaku, perlahan Baekhyun tegakkan tubuhnya dan ia terlihat begitu kecil berhadapan seperti itu dengan Chanyeol.

"Jadi kau memohon agar aku mendebutkanmu?" Chanyeol menatapnya sejurus.

Baekhyun menganggukkan kepalanya takut-takut. "Y-ya, Direktur."

"Bahkan namamu tidak berada dalam daftar calon, bukankah itu berarti kau belum cukup pantas untuk debut?"

Baekhyun menahan nafas lagi sedang ia tak tau harus seperti apa menanggapi hal itu.

"Sa-saya telah menjadi trainee selama 5 tahun." Baekhyun mencicit seperti anak ayam mengujarkan kalimatnya. Pelan sedang kerutan pada kening Chanyeol semakin kentara terlihat.

"Berapa umurmu?"

"19 tahun."

Chanyeol menatapnya lama setelah itu. Bola matanya bergerak meneliti Baekhyun—lebih dalam dibandingkan di depan pintu ruangan tari tadi dan Baekhyun seolah merasakan laser yang menghujani tubuhnya.

Ia sedikit menggigil dan seolah semakin mengecil saja pada tempatnya. Matanya menatap lantai dengan gugup sedang jantung berpacu semakin tak terkendali dalam dirinya.

"Oh, sepertinya aku bisa mempertimbangkanmu."

Suara berat itu terdengar membelah dentuman jantungnya dan Baekhyun reflek mengangkat kepalanya. Ia menatap tak percaya pada Chanyeol dan mulutnya terbuka besar—didesak oleh kalimat yang hendak mengudara dalam dirinya.

"Benarkah itu? Ya Tuhan, Direktur terima kasih. Terima kasih!" Ingin rasanya Baekhyun berlutut dan menciumi lantai atas ungkapan rasa terima kasihnya untuk laki-laki itu. Ia tak pernah menyangka jika Direkturnya bisa sangat bermurah hati dan Baekhyun menyanjungnya dengan berlebihan.

Chanyeol menarik senyum geli melihat respon Baekhyun di depannya. Ia menduduki pinggiran meja kerjanya kemudian dan melipat kedua lengannya di dada sedang mata tak lepas barang sedikitpun pada Baekhyun.

"Tapi kau tau akan ada harga yang pantas untuk itu bukan?"

Gumanan terima kasih Baekhyun terhenti namun tak benar menghilangkan senyum pada bibirnya. "Maaf?"

"Kau harus membuatku terkesan sehingga aku bisa mempertimbangkanmu."

Ah, Baekhyun paham. "Tentu saja saya akan berlatih lebih giat lagi, Direktur. Saya takkan membuat Anda kecewa saat perekrutan nanti."

"Kau memang harus melakukan hal Itu. itu sudah menjadi kewajibanmu tentu saja."

Chanyeol melebarkan senyum.

Baekhyun menatap Chanyeol tak mengerti dan air wajahnya di selimuti kebingungan kini. Chanyeol menegakkan tubuhnya lagi dan mendekati posisi Baekhyun kembali. Ia melewati si trainee dan Baekhyun tak harus berbalik badan untuk memastikan dimana posisi laki-laki tinggi itu berada—

"Buka pahamu untukku, maka akan kuperkenalkan kau pada dunia."

—berdiri di belakangnya, berbisik panas dengan suara berat memenuhi lubang telinganya.

Apa?

Cocot: ini bakal jadi chapteran geas, huft… tbh I've so many oneshoot project akhir2 ini tapi gatau kenapa gaada satupun yang benar-benar kelar aku ketik. Semua stuck di tengah2 walopun aku udah punya ide untuk endingnya. Dunno, mungkin aku mengantuk :3

Aku lagi suka age gap dengan peceye yang dominant akhir2 ini. Dan ini akan jadi dominant!Chan dan submissive!Baek. kkk~

well, sampai ketemu di chap depan…