Legolas, atau Greenleaf arti namanya. Seorang pangeran dari Greenwood itu sedang berjalan di hutan sendirian, kala itu malam hari, banyak suara binatang malam disekitarnya.
Dia memanjat sebuah pohon dan duduk disitu sambil menikmati malam di bawah taburan bintang.
Sesaat kemudian, ia mendesah pelan, bagi seorang pangeran yg sudah seperti manusia berumur 15 tahun yg berperawakan tinggi tegap dan tampan itu, siapapun yang melihatnya pasti bak melihat Ibunya, Ratu Tapelerin.
Kakaknya, sang Pangeran Mahkota yang seperti manusia berusia 20 tahun itu seperti ayahnya dengan bahu tegap dan kuat, berambut emas dengan beberapa helai berwarna silver, tapi sifatnya sangat penyayang, terlebih kepada adik satu-satunya itu. Tapi ia sulit memperlihatkannya, biar demikian, Legolas tahu jika kakaknya sayang padanya. Tapi belakangan ini dia terlalu sibuk untuj diajak curhat.
Orang - orang bakal menyebutnya sebagai kopian hidup dari Ibunya itu, jika saja dia seorang Elleth (Peri perempuan), dan tidak terlalu kasar dan cepat kehilangan emosi.
Memang, sifatnya itu campuran dari Ayah dan Ibunya, tetapi Legolas tidak pernah memperlihatkan sifatnya itu pada orang lain, namun bagi orang - orang terdekatnya akan melihat dia sebagai Pangeran yang sempurna.
Biar demikian, ia tidak pernah lupa kejadian 120 tahun yang lalu, ketika kebahagiaannya direnggut paksa oleh kematian Ibunya ketika beliau sedang dalam perjalanan dari Lorien menuju Greenwood dan diserang oleh sekelompok Orc.
Orcs.. Makhluk yang begitu dibenci oleh Legolas itu semakin banyak di Greenwood ini, bahkan orang mulai menyebutmya dengan Mirkwood.
Tanpa sadar Legolas mengepalkan tangannya dengan tatapan yang bisa membuat seorang Nazgul berhenti tepat ditengah kecepatan mereka yang luar biasa itu.
Setelah menarik nafas beberapa kali, Legolas baru dapat mengendalikan emosinya.
Ia begitu kesal lantaran ayahnya, Raja Thranduil putra Oropher itu selalu bersikap dingin kepadanya, oke, menurut Legolas, sikap dingin ayahnya itu masih bisa di toleransi. Tapi kali ini dia sudah kelewat batas. Thranduil mempermalukannya dengan mengalahkan Legolas dalam pertandingan latihan di depan seluruh teman - temannya, itu membuat gurunya, Celenath, malu setengah mati.
Ia dihukum harus membersihkan kandang kuda hari itu juga dan menulis essay tentang sejarah Middle-Earth hari itu juga!
"Sialan!" Teriaknya seraya melempar ranting pohon yang tadi dia patahkan sejauh mungkin. Tapi dia lupa, dia sedang berada di atas pohon, sejurus kemudian, dia sudah mendarat di tanah dengan bunyi 'BRUGH!' yang kencang.
Dalam hati ia berterima kasih keoada Valar karena pohom yamg tadi ia panjat tidak terlalu tinggi
Legolas bangkit berdiri dan mendumal kesal.
'Habis sudah! Ayah akan memarahiku atau lebih parahnya menghajarku lagi jika dia tahu aku jatuh dari pohon!' Pikirnya.
Legolas mulai berjalan, tapi tiba -tiba pergelangan kakinya seperti terkilir, ia jatuh berguling kedepan lantaran tidak dapat menjaga keseimbangan.
Setelah dia sudah berhenti berguling, Legolas duduk bersandar pada pohon sambil mengutuki kebodohannya dengan berbagai macam bahasa.
Dia merasakan ada pergerakan di dalam hutan dan mengeluarkan panahnya untuk berjaga
'Sialan, disaat seperti ini malah ada sesuatu!' Rutuk Legolas
Ia tetap berjaga sampai tiba - tiba seorang Elleth seumurannya berambut coklat terang menghampirinya dengn senyum diwajahnya, ia memakai tunik berwarna hijau gelap dan celana legging berwarna coklat, ia menyandang panah di punggungnya dan 2 belati di sepatu bootnya.
Elleth itu memandangi Legolas dengan 2 alis terangkat, mungkin baginya, Legolas sebagain seorang Ellon yang tampak sangat bodoh hanya duduk disitu sambil menatap balik Elleth itu dengan mata yg menunjukkan kekesalan sekaligus malu.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Legolas sedikit kasar, dia agak sedikit terganggu dengan kehadirannyanyang tiba - tiba. Terlebih, dia tidak kenal siapa Elleth ini dan bagaimana asal - usulnya.
Elleth itu terlonjak kaget, kemudian menatapnya kesal "Yasudah, kau tidak mau kubantu. Aku pergi saja." Katanya seraya membalikkan badan
Legolas menyesal telah bersikap kasar kepadanya kemudian dengan kembali merutuki dirinya sendiri memanggilnya
"Tunggu!" Pangggilnya, Elleth itu berbalik dengan menyilangkan tangannya di depan dadanya sambil menaikkan sebelah alis
"Apa lagi? Kau tadi kasar padaku." Katanya kesal, tapi perlahan, dia berjalan kembali ke depan Legolas.
"Iya - iya, aku minta maaf. Tapi bisakah kau mengantarku pulang? Kakiku terkilir parah..." Kata Legolas lirih, dalam pikirannya, ia pikir si Elleth akan luluh dan membantunya
"Sebutkan dulu siapa namamu! Baru aku akan membantu!" Kata Elleth itu sedikit menaikkan nada suaranya.
"Baiklah! Aku Legolas putra Thranduil, kau siapa? Elleth aneh yang datang dan semakin membuatku kesal!" Kata Legolas menyamakan nada suaranya.
"Aku Rania, putri Seledar, kapten 2 di Greenwood ini! Aku mengenalmu, Pangeran Bodoh! Jangan harap aku menarik ucapanku kembali!" Katanya seraya berlutut dengan bertumpu pada lututnya "Berikan kakimu! Begini - begini Ibuku adalah kepala penyembuh di istanamu!"
Legolas mendesah pelan, tapi ia berterima kasih dalam hati karena si Rania ini mau membebat kakinya, ia terus mengamati Rania sambil tertawa pelan, pikirnya si Rania ini adalah Elleth biadab yang tidak tahu sopan santun.
"Selesai" kata Rania sambil tersenyum. "Ayo, kau akan kuantar pulang, sebentar lagi tengah malam, ayahku akan berceramah jika sampai pukul 9 aku belum kembali!"
Legolas menerima uluran tangannya dan berjalan dengan melingarkan lengannya di pundak Rania. Pikirannya tentang Elleth bodoh hilang ketika Rania memapahnya perlahan dan sangat berhati - hati.
Setengah jam kemudian, mereka sampai di gerbang istana, Rania menyerahkan Legolas kepada penjaga dan mengucapkan terima kasih sebelum berjalan pulang. Sebelumnya ia tersenyum kepada Legolas, dan memberitahu dia, kalau ibunya adalah seoran Noldor dan ayahnya campuran Silva-Sindar. Perlahan, tubuhnya hilang di balik malam.
Legolas sendiri berjalan dibantu sang penjaga ke kamarmya. Ia membuat pengingat otomatis dalam dirinya agar menemui ayahnya besok pagi dan meminta maaf, setidaknya, ia masih mengerti bahwa ayahnya sayang padanya.
