Lee harika present

.

.

.

.

.

.

.

.

LIFE IN MEXICO.

.

.

.

.

.

.

.

pair: jung yunho(39th)Xkim jaejoong(39th) and the others

genre: PG 16, romace, yaoi, angst, fluf, gaje-_-

rated:T

disclaimer: ini fic pertama saya di peryunjaean yang saya ketik ulang, fanfic ini terinspirasi dari fic di yunjae secret page yang judulnya alejandro, ff yang masih jadi nomor satu di hati saya sampai sekarang J, tapi sayang sekarang di protect(kecuali sequelnya) dan saya juga udah gak pernah nemuin alamat blog itu lagi hiks T_T

arghhh saya pingin kenal sama author itu i_i)*readers:malah curhat -_-*

warning: udahlah tau kan kelemahan gua di EYD? gua lagi belajar buat fic bukan ahli buat fic, bahasanya brantakan, jelek, ancur-ancuran, juga ini bukan mpreg(gua belum bisa bikin mpreg), okeh daripada bacot gua nambah banyak yang masih minat silakan dinikmati^^*anak autis*

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

mexico internasional city

tampak pria tampan berkebangsaan korea yang tengah menarik sosok pria androgini dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya ia pakai untuk menarik koper besarnya di tengah keramaian bandara, tak henti-hentinya dua pria itu tersenyum merasakan kebagian yang memenuhi hati mereka. Akhirnya impian mereka untuk bersama terwujud, menjadi sepasang suami istri? Yeah mungkin terlihat dan terdengar aneh, tapi memang begitulah adanya insan sesama jenis yang saling mencintai dan memulai kisah hidup mereka , menikah di jenewa, jauh dari keluarga, teman, harta sampai tempat asal mereka pun mereka tinggalkan, memulai semuannya dari nol di mexico,

.

.

.

.

.

.

.

.

"kau bahagia istriku? " Tanya pria tampan bernama jung yunho, memeluk pria androgini yang ia sebut sebagai istrinya itu, menghirup aroma maskulin yang menguar dari tubuh jaejoong.

"kau sudah tahu jawabannya yunho ahh, bukan bahagia lagi sangat bahagia malah, tapi jujur saja aku juga merasa se-dikit bersalah" jaejoong terdiam sebentar sambil menikmati suasana tempat tinggalnya bersama yunho yang baru dari balik jendela dapur, rumah sederhana yang terletak tak jauh dari peternakan milik Roberto, kakek tua baik hati yang menyambut kedatangan mereka berdua sebagai tetangga barunya.

"aku merasa bersalah kepada orang tuamu, yoochun,changmin, junsu, anakmu moonbin, jugaaaaammppphhht" ucapannya terpotong saat yunho membalikan tubuhnya dan memagut lembut bibir cherynya

'eughh….emmmpppphhht"jaejoong melenguh, tangan kirinya bergerak menekan tengkuk suaminya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menumpu berat badannya juga yunho

PLOP!

"hhhhaahh…hhhah…hh hahaha…hhh" yunho tertawa pelan menatap wajah jaejoong yang memerah setelah ia rasa nafasnya sudah teratur ia kecup lagi bibir jaejoong lalu berkata,

"hei! Bukannya kita kesini untuk memulai hidup kita dari awal? aku tak mau hidup diantara bayang mereka…*CUP* disini…hanya ada kita dan orang-orang baru, tidak ada me-re-ka" tekan yunho sambil menggesek-gesekan hidungnya di rahang jaejoong membuat jejoong terkikik geli juga errr sedikit terangsang?

"hhhmmm, baiklah suamiku" jaejoong makin terkekeh setelah berkata seperti itu.

""so?" Tanya yunho, bibir hatinya bergerak turun dan mengigit kancing kemeja yang jaejoong gunakan entah bagaimana kancing itu bisa ia buka hanya menggunakan mulutnya. Jaejoong mengerti maksud yunho dan tersenyum manis " do what you want honey… oughh~"

dan sore itu menjadi sore termanis untuk mereka….

*:YUNJAE:*.

3 tahun kemudian

"biarkan aku ikut bekerja di pabrik yunho ahh…haish aku ini pria!" rajuk jaejoong mempoutkan bibir cherynya, dengan balutan selimut untuk menutupi tubuh nakednya ia beranjak mendekati yunho yang baru selesai memakai baju kerjanya yeah setelah beberapa minggu tinggal di mexico keuangan mereka mulai menipis dan beruntunglah sebuah pabrik yang letaknnya lumayan jauh dari daerah itu membutuhkan tenaga kerja. yunho akhirnya melamar kerja dan diterima disana sebagai salah satu karyawannya sampai tiga tahun ini.

"tapi aku yang jadi kepala keluarga disini boo, tidak perlu ikut bekerja di sana…jadilah istri yang baik , pandai memasak,bersolek, dan diranjang itu sudah cukup" yunho mengedipkan sebelah matanya ke jaejoong yang berdiri di hadapannya kini, ia usap punggung istrinya itu dan mengecup keningnya

"cepatlah mandi dan buatkan aku sarapan dan bekal yang banyak hari ini, teman-temanku ingin menyicipi makananmu… mereka ketagihan boo"

"benarkah? Hahahaha tunggulah di meja makan" seru jaejoong senang , menuju ke kamar mandi dengan membawa sarung bantal guling, seprai dan selimut yang kotor akibat aktivitas malam mereka.

.*:YUNJAE:*.

Jaejoong tampak sibuk seperti biasa sepeninggal yunho ia akan bersih-bersih seperti ini, mencuci piring, mencuci baju dan menyiapkan makan siang untuk mereka berdua mengingat hari ini jadwal kerja yunho di pabrik hanya 8 jam. Ia sudah terbiasa, tak berbeda jauh saat ia masih menjadi kekasih gelap jung yunho, seorang direktur di perusahaan milik keluarga jung yang cukup terkenaldi korea selatan, jaejoong dan yunho sebenarnya sudah menjalin kasih sejak di bangku kuliah, hubungan mereka terusik akan kehadiran seorang wanita bernama yuri yang dijodohkan oleh yunho membuat mereka berpisah selama satu tahun, namun perasaan tak pernah bisa dibohongi bukan? Walaupun yuri telah memberinya keturunan yunho tetap mencintai jaejoong, tak ada yang berubah meski ia berusaha keras untuk merubahnya. bagi yunho sendiri ia dan jaejoong sudah seperti air dan api, dingin dan panas yang diciptakan berpasangan meskipun dalam konteks lain hubungan mereka tidaklah bisa disebut seperti itu dan normal.

Hari, minggu, bulan, tahun terlewati hingga yuri curiga dan melihat mereka berdua bercumbu di apartemen jajeoong memberikan ujian besar dalam hubungan yunho dan jejoong sampai pada akhirnya yunho dan yuri resmi bercerai dengan hak asuh moonbin jatuh kepada mantan istrinya, dicoret dari daftar keluarga jung , dan dihujat oleh banyak orang membuat mereka berdua memutuskan untuk menikah di jenewa dan tinggal disini,mexico, salah satu Negara yang menghormati adanya cinta mereka. dengan uang dan tabungan yang masih mereka miliki membeli hunian kecil yang cukup layak di tempati.

"ABUELO!" triak jaejoong melambaikan tangannya kearah Roberto yang tengah duduk di kursi malasnya, pria tua itu hanya tersenyum,mata tuanya sudah tak terlalu awas untuk mengenali jaejoong yang tengah mendekatinya, tapi beruntunglah pendengarannya masih sangat baik untuk mendengar suara merdu milik pria berkulit porselen yang selalu menghantarkan makanan untuknya selama tiga tahun ini.

"apa yang kau masak hari ini je?" Tanya Roberto setelah mempersilakan jaejoong duduk di kursi meja makan bersamanya, sambil membuka tempat makan yang diterimanya Roberto tak henti-hentinnya tersenyum kearah jaejoong, ia merasa begitu diperhatikan, anak cucunya tak pernah mengurusinya dan lebih memilih mengadu nasib jauh darinya yang memiliki kemampuan memasak yang sangatlah buruk jadilah ia hanya mengkomsumsi bubur gandum setiap hari, satu-satunya makanan yang bisa ia buat dan kedatangan jaejoong sebagai tetangga sudah seperti perbaikan gizi untuknya

"maaf abuelo, hari ini masakanku sepertinya agak asing di lidahmu" ucap jaejoong merasa bersalah melihat ekspresi Roberto setelah menyuapkan beberapa sendok ke mulutnya

"apa ini masakan korea?" Tanya Roberto kembali menyuapkan nasi beserta sup ikan dengan campuran kimchi yang jaejoong buat

"iya abuelo" jawab jaejoong harap-harap cemas menanti komentar dari pria tua itu

"kau tahu? Aku sangat suka rasanya lain kali akan ku potongkan sapiku untuk kau olah menjadi BBQ khas negaramu itu" Roberto tersenyum kecil sambil menepuk pelan bahu jaejoong yang tampak sangat senang

"gracias abuelo, ahh iya bolehkah aku membantumu untuk memerah susu sapi hari ini?" Tanya jaejoong lagi teringat akan sapi-sapi perah abuelo yang beberapa bulan kemarin melahirkan dan hari ini induk-induk sapi itu sudah siap untuk diperah

"tentu saja, tapi aku takut suamimu itu marah, bisa-bisa ladang gandum dan peternakanku di hancurkannya karna kau kelelahan membantuku" ujar Roberto mendramatisir membuat jaejoong tertawa kecil menanggapinya.

*:YUNJAE:*.

" aku pulang" teriak yunho membuat jaejoong yang baru saja masuk dari pintu belakang terkejut dan bubu-buru menghampirinya

"ahhh~ yunho ahh," dengan sigap jaejoong membawakan tas milik yunho dan meletakannya di rak.

"abuelo memberikan persediaan keju, gandum, susu, dan telur untuk kita" lapor jaejoong sambil mendudukan tubuhnya di sofa,disamping yunho.

"apa? Yah kakek tua itu baik sekali, aish aku jadi tak enak" yunho melebarkan matanya sedikit terkejut dengan perhatian Roberto kepada mereka.

"hhhh…dan kau tahu? Dia menyukai sup kimchi yang sengaja kubuat untuknya… hahaha aku jadi mengingat almarhum jung haraboji" jaejoong tertawa riang membuat yunho tersenyum dan mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal yang mungkin saja akan membuat pria yang dicintainya itu bersedih. Lama mereka saling bertatapan perlahan yunho mendekatkan wajahnya,mengecup kemudian memagut bibir chery itu terus melumatnya lembut sesekali terdengar lenguhan-lenguhan kecil hingga sepuluh menit kemudian ciuman hangat itu berakhir.

"saranghae" lirih yunho lalu menghela nafasnya pelan menerpa wajah jaejoong, mereka berdua tersenyum

"ini masih sore la-lagi pula aku belum mandi.." jaejoong menunduk, menghindari mata sipit yang menatapnya begitu intens, tatapan yang begitu ia mengerti artinya.

"aku tak menyangka fikiranmu ternyata kotor juga ya? heh aku hanya ingin menatap wajahmu bukan ingin bercinta ckckck ya tuhan" seru yunho mendramatisir , puas bisa menjahili istrinya, sedangkan jaejoong? Jangan ditanya bagaimana ekspresinya dengan mata doenya yang melebar juga wajah putihnya yang memerah parah seperti tomat matang di kebun kecilnya

"yahk! Salahkan saja tatapan mesum itu tuan jung! Ba-bagaimana aku tidak berfi—kiran ithu" pekik jaejoong dengan desisan diakhir ucapannya.

"berfikiran apa hmmm? Itu apa?" goda yunho menaik turunkan alisnya.

"sudahlah tak usah dibahas lagi apa kau mau jatah makan malammu dikurangi?"

"kita makan diluar hari ini" seru yunho santai sambil memainkan rambut almond jaejoong

"ehh?"

"aku ingin mengajakmu jalan-jalan malam ini, apa kau tak jenuh dirumah terus hmmm?... ahh aku mandi duluan ya? " yunho beranjak dari sofa masuk ke kamar mandi meninggalkan jaejoong yang tengah tersenyum senang, terbayang di kepala jaejoong tentang jalan-jalan malam mereka mengunjungi tempat-tempat romantis dan menyicipi makanan yang dijual oleh para pedagang kaki lima di city

coyoacan, mexico city

"hwoooaaa, lama kita tak kesini yun, bertambah indah!" mata jaejoong tak henti-hentinya berkedip-kedip antusias seperti anak kecil yang senang diajak ketempat berlibur. Yunho tersenyum sendu melihat tingkah jaejoong, merasa bersalah karna tak bisa membahagiakan jaejoong seperti dulu saat mereka masih di korea, tinggal di lingkungan yang hanya satu dua tetangga itupun jaraknya begitu jauh membuat interaksi social jaejoong sangatlah terbatas. Pernah terpikir olehnya untuk pindah ke lingkungan yang lebih ramai di pinggir kota, namun jaejoong tidak mau dengan alasan sudah cukup bahagia dan tidak tega jika harus meninggalkan aberto yang sudah ia anggap sebagai pengganti almarhum kakek yunho yang ia sayangi.

Sebenarnya dua hari lalu yunho sudah mempertimbangkan untuk memperbolekan istrinya bekerja dan mengajukan lamaran jaejoong di pabrik tempatnya bekerja tanpa sepengetahuan jaejoong, namun sayang lamaran itu ditolak dan lebih buruk daripada itu yaitu berita yang berhembus tentang pemutusan hubungan kerja(PHK) kepada beberapa karyawan warga Negara asing yang bekerja disana karna perusahaan itu mengalami yunho gundah.

"kau mau pesan apa?" yunho menatap jaejoong yang sibuk membaca daftar menu di tangannya

"aku mau..emmmh yun disini mahal semua ugh harusnya kita tak usah kemari" bisik jaejoong dengan bahasa korea yang tidak dimengerti pelayan wanita di depan mereka, ia takut kalau uang yang mereka bawa tak cukup wajar saja baru kali ini yunho mengajaknya makan di restoran. biasanya mereka akan mengunjungi kedai makanan khas mexico dipinggir jalan dengan taco atau quasadilla berporsi besar juga murah, bukan restoran seperti ini . kegelisahan jaejoong membuat yunho tersenyum kecil, mengerti.

"sudahlah tak perlu kau berkomentar, cepat pesan saja anggap saja sebagai kado ulang tahunmu bulan depan" ujar yunho yang dibalas kekehan getir jaejoong.

"arra, aku pesan ham steak dan coffelate, kau yun?"

"aku pesan espresso" ucap yunho kepada pelayan wanita itu, tak mengindahkan tatapan jaejoong kepadanya

"ham steak, coffelate,dan espresso. Pesanan tuan-tuan akan tersaji dalam lima belas menit," pelayan itu akhirnya meninggalkan mereka berdua.

"kenapa kau tak pesan makanan? "

"aku sedang tak berselera" bohong yunho yang dibalas anggukan pasrah jaejoong, jaejoong tau kalau yunho berbohong pasti karna uang mereka tak cukup tapi sudahlah ia tak mau memperpanjang masalah, diam dan nikmati perhatian yunho saat ini, begitu pikirnya.

"enak?" Tanya yunho melihat jaejoong yang tampak sangat menikmati ham steaknya, jaejoong tersenyum ditengah acara mengunyahnya, kemudian menyodorkan ham steak yang sudah ia iris ke yunho.

"makanlah, kau patut memakannya karna ini hasil kerja kerasmu eoh" ucap jaejoong saat yunho akan -ragu yunho menerima suapan jaejoong.

"olesan minyak zaitun dan rempah-rempah khas, ini sangat enak" jaejoong memberikan penjelasan sambil menyuapi yunho lagi.

"hhhhmmm, tapi bagiku lebih enak telur dadar penuh cinta yang dibuat oleh istriku, jung jaejoong"

"jangan menggombal di depan umum!"

"aku bicara kenyataan"

"tapi terdengar seperti gombalan!"

"tapi kau suka kan? Hei wajahmu merah hahaha"

"puas kau jung! Haish"

*:YUNJAE:*.

Kini yunho dan jaejoong menuju rumah mereka dengan berjalan kaki ditengah hamparan ilalang setelah sebelumnya menaiki bus. Yunho menggandeng tangan kanan jaejoong erat dan memasukannya di kantong mantelnya, tersenyum menatap jaejoong yang tengah mengadahkan kepalannya ke langit menatap taburan bintang yang berkelap-kelip dan bulan yang bersinar terang. Rasa gundahnya tentang berita yang beredar di pabrik kembali hadir, bagaimana kehidupan mereka disini jika ternyata itu benar dan yunho masuk ke daftar karyawan yang di PHK?.

"kau bahagia istriku?" Tanya yunho persis seperti pertanyaannya tiga tahun silam saat mereka baru tinggal di desa ini.

"tentu, aku bah-hagia" jawab jaejong terjeda saat yunho berhenti melangkah.

"benarkah?" Tanya yunho lagi sambil tersenyum remeh, senyum yang sangat jaejoong benci dari seorang jung yunho.

"kau meragukanku? Setelah apa yang kita lewati selama tiga belas tahun ini?" mata jaejoong membulat menatap wajah yunho yang samar disinari cahaya bulan, hatinya terluka juga kesal.

"hei! Kau kenapa?Apa salahku?!" triaknya bergema memecah keheningan saat yunho melepaskan genggaman tangannya, mengejar pria tampan yang telah kembali melanjutkan langkah kakinya itu, ia tarik kasar bahu pria yang lebih tingi darinya, membalas tatapan datar itu dengan tatapan marahnya .

"yunho!"

"kau bohong! Bagaimana kau masih bisa bilang kau bahagia denganku? Dengan jung yunho yang miskin! yang hanya seorang pekerja pabrik dengan gaji beberapa peso perjamnya! Bagaimana kau masih bisa bilang itu bahagia sayang, huh" yunho memeluk erat jaejoong, tak ia pedulikan belanjaan yang dipegangnnya terjatuh, menghirup aroma tubuh pria tercintanya berharap rasa gundah dihatinya jaejoong ikut membalas pelukan itu.

hening…. Hingga akhirnya jaejoong berucap,

"kekanakan sekali"

"maksudmu?"

"yah kau kekanakan! Jika itu alasanmu meragukanku karna itu, berarti selama tiga belas tahun ini kau anggap aku hanya mencintai materimu huh? Jahat sekali!" jaejoong terkekeh, menepuk dada bidang milik suaminya, tak menyangka alasan pria mata musang itu meragukannya hanya karna kehidupan mereka saat ini.

"maaf, aku miskin"yunho melepaskan pelukannya, menatap mata jernih jaejoong sendu.

"yahh, jangan bicara seperti itu! Aku benci mendengarnya!"

"maaf"

"ku maafkan,tapi ada syaratnya"

"apa?"

"gendong aku~" jaejoong merentangkan tangannya dengan aegyo yang sudah lama tak pernah yunho lihat, menggemaskan.

"hahahaha, baiklah pangeran tampan sekaligus cantik" yunho pun menggendong jaejoong.

"belanjaan kita!" pekik jaejoong mengingatkan akan plastic putih besar berisikan barang-barang yang mereka beli di minimarket sekitar museum tadi.

"ohhh iya hahaha"

"saranghae"

"I love you"

"mmmmhhh… te amo"

"daisuke~"

"yyaaahkk! Aku tak terima kata cinta seperti itu! kau tak serius denganku eoh?"

"nde"

"aishh…turun!"

"hahaha jangan! Baiklah haha aishteru~ muach"

mereka pun melanjutkan perjalanan mereka, melewati jalan gelap yang hanya diterangi cahaya bulan terasa romantis saat mereka saling mengatakan kata-kata cinta, berbagi kecupan hangat dan tawa manis disepanjang perjalanan hingga sampai di rumah kecil dengan perkarangan luas milik mereka.

_*YUNHO POV*_

"aku pergi ya? Jangan lupa tidur siang "ucapku dibalas anggukan dari jaejoong

"iya yun… kau juga hati-hati" jaejoong mengusap pundakku dan memijitnya pelan membuat otot-ototku yang tegang karna bekerja belum lagi menggendongnya tadi malam sedikit rilex,

CUPP~

"aku pergi" ucapku lagi menatap wajah istriku yang kutahu sedang tak sehat hari ini karna ia mengeluh perutnya sakit tadi pagi.

"iya, iya sudahlah cepat berangkat, perutku sudah baikan tak perlu khawatir" jaejoong mendorong tubuhku dan melambaikan tangannya yang kubalas dengan senyum manisku dan mulai berjalan kaki menuju pabrik tempatku bekerja yang jaraknya sekitar setengah kilometer dari tempat tinggalku.

Sesampainya di pabrik aku langsung disambut oleh rekan-rekanku saat berpapasan yang hanya kubalas dengan senyuman, kumasukan tas kerjaku kedalam loker,mengambil cangkir hangul bertuliskan nama jaejoong yang sengaja kutinggal disini kemudian aku pun ikut bergabung dikursi Antonio sambil membawa secangkir teh manis yang kubuat tadi.

Antonio, 40 tahun,pria berkebangsaan mexico yang menjadi teman yang begitu dekat denganku dibandingkan yang lain setelah mereka mengetahui aku menikah dengan jaejoong(pria) hanya Antoniolah yang tak berubah sikapnya sedikit pun bahkan ia memujiku atas kegigihan kami berdua sampai bisa hidup bersama seperti sekarang ini.

"yoo " sapa Antonio. sadar akan kehadiranku disebelahnya, ia menepuk bahuku lalu kembali melanjutkan acara sarapannya. Cara makannya yang menggunakan sendok ditangan kiri membuatku tersenyum mengingat moonbin hhhaah aku jadi merindukannya pasti ia sudah duduk dibangku kelas tiga sekolah dasar.

"hhhah dari mereka semua kurasa hanya kau yang masih bisa tersenyum"

"maksudmu?"

"tsk, apa kau belum tahu berita soal PHK beberapa karyawan WNA itu huh? "

" yaya, aku tahu, tapi itu belum pasti bukan?" ujarku santai sambil menyesap tehku tak mengindahkan tatapan menusuk dari pria disampingku ini

"itu sungguhan" Antonio mengela nafasnya lalu menutup kotak makannya.

"seusai makan siang nanti pihak perusahaan akan memberi daftar siapa saja yang di PHK" jelasnya lagi membuat tubuhku membeku.

"hei, santai saja bung. Aku yakin kau tidak akan masuk ke daftar kematian itu hahahaha. Ayo sudah saatnya bekerja" semangat Antonio sambil memakai masker juga kacamata pelindung,penyumbat telinga ,dan pelindung kepala.

"yyahh,ku harap begitu hahaha, tapi kalau sampai itu terjadi hhh kau tau kan?sangat sulit mencari pekerjaan ditambah umurku yang hampir kepala empat ini" akhirnya aku bisa mengeluarkan kegundahanku juga. Antonio terdiam menatapku yang tengah membenarkan posisi pelindung kepalaku.

"kau benar, sulit mencari pekerjaan di usia-usia kita ini" wajahnya berubah sendu

"haish, tapi yasudahlah seperti ucapanmu,santai saja hahaha" seruku sambil menepuk-nepuk dada pria yang setahun lebih tua dariku itu dan menyeretnya masuk ke pabrik dengan kayu-kayu yang sudah menanti untuk diolah menjadi plywood.

Aku benar-benar tak bisa fokus bekerja memikirkan bagaimana nasibku di pabrik setelah makan siang yang tinggal beberapa menit lagi yeah aku putuskan untuk langsung melanjutkan pekerjaanku saja meninggalkan rekan-rekanku yang masih beristirahat,menumggu pencernaan mereka selesai melakukan tuganya. Sendiri aku merekatkan lembar-lembar tipis plywood menjadi lama para suasana pabrik yang sepi kembali menjadi ramai dengan kembalinya para karyawan.

Dari kejauhan tampak Antonio berlari kearahku kemudian memelukku erat disusul dengan yang lain. samar aku melihat uriko menangis dipelukan jenny aku tak tahu kenapa wanita jepang bertubuh mungil itu menangis juga pelukan erat ini…aku membeku, apakah ini berarti..

"ada apa?"lirihku yang sepertinya terdengar oleh Antonio, ia lepaskan pelukannya kemudian menatapku dengan matanya yang memerah

"k-kau di PHK , aku sudah berusaha menemui mereka dan mempertahankanmu ta-tapi tidak bisa"

DEG!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC