Aku terjatuh, dan wanita itu memelukku, dan aku bertanya-tanya.
Jormungand © Keitarō Takahashi
"monster…
…written by otsukareen"
Suara tembakan beberapa kali (kira-kira dua kali, kudengar) mendesing tepat ke arahku, dan disusul oleh menghempasnya tubuhku bersama darah yang berceceran dan telinga yang memanas. Mataku tertutup merasakan metal yang memaksa masuk ke dalam tubuhku—sakit. Namun rasa sakit yang (untukmu, hei) kaurasakan jika terluka tak akan sebanding dengan rasa sakit ketika kau kehilangan; kuberitahu saja, sama sekali, SAMA SEKALI tak akan sebanding (karena kautahu, aku sudah begitu banyak kehilangan; orangtuaku terbunuh karenamu, Bapak Tua. Dan kau malah ikut mati, di hadapanku juga. Kenapa kau begitu bodoh, sehingga tak bisa mengerti perasaan gadis kecilmu ini? Kau punya anak, kan? Tidakkah kau sering mendengar celotehan anakmu yang sedih karena kau terlalu banyak pergi, dan pulang membawa darah? Jika tidak, selamat. Kau telah pergi dengan keadaan anakmu—bahkan istrimu—yang menahan beban batin).
Kemudian dua lengan menahan tubuhku yang terhuyung jatuh (menahan beban batinku yang jatuh karena tidak sanggup lagi untuk kupikul). Aku bahkan tidak menyangka bahwa aku dipeluk (kau tidak pernah memelukku, Bapak Tua! Tidak meskipun telah kaurenggut pelukan orangtuaku, Sialan). Kupikir, mungkin ada baiknya jika aku mengayukan tangan dan melingkarkan lenganku dan kemudian aku lepaskan seluruh tenagaku ketika lenganku sampai pada pinggulnya. Tetapi aku bertanya-tanya terlebih dahulu: Untuk apa wanita ini memelukku? Maksudku, beberapa menit yang lalu aku hendak membunuhnya (aku mengacungkan pistolku, untuk membalaskan dendammu, Idiot!), dan sangat tidak mungkin ia memberi simpati padaku. Tidak, karena aku pun tak ingin diberikan simpati olehnya … tidak setelah ia membunuh si Idiot itu.
Demi apa pun, aku tidak mengerti dan mataku memburam. Wanita itu menjatuhkan tubuhku, menyadari bahwa ia memelukku tak ada lagi gunanya—karena sebentar lagi beban, dan nyawaku sudah tak perlu dipikul, ataupun dibantu.
Dan ia tersenyum. Dan seterusnya aku hanya bisa berpikir mengada-ngada: Pelukan yang seperti memberikan sedikit afeksinya untukku adalah bohong, dan ia hanya ingin aku sadar, dengan pelukannya sebelum ajalku terenggut, kalau itu membuktikan bahwa ia seorang—
(Aku menutup mata, sebentar aku menghirup napas dengan teramat susah, lalu membuka mataku kembali dan aku sangat tidak bisa untuk tak terbelalak—dan aku, aku … aku sungguh tidak mengerti. Kenapa airmata ini tidak bisa berhenti mengalir? Kenapa, kenyataannya, aku hanya akan berakhir ditinggalkan, sedang aku tak pernah meninggalkan?)
"Bakemono…"
—ya, monster.
.
.
.
(Jika aku bertanya mengapa, bolehkah aku menjawab? Karena kupikir, semuanya adalah monster—orang-orang dewasa itu—dan aku hanyalah makhluk polos yang dipergunakan. Apakah aku salah?)
.
.
.
End.
A/N: oh nooo, susah banget buat cerita beginian ternyata QAQ ngebuat cerita yang deksripsi aslinya bertentang sama dalam kurung itu, tapi masih saling terikat. ;w; engg… jadi ada dua cerita di sini sebenarnya. :"33 jadi… coba dikunyah, dan dimengerti sendiri rasa cerita ini(?) ' ')/ makasih udah baca u.u itu juga kalo ada yang baca mueheheheh xD
btw ini kan drabble, adsfghjkdjdjskfklsjla... gomen saya ngga berpendirian, karena seharusnya ini dipublish di akunku yang khusus drabble ;w;/ tapitaapiiiii... karena aku emang udah kangen banget ngepub di akun ini... yah, nda papa kali ya? :3 /ngek
arigatchu gozaimasuuu... saya menghargai review dan concrit :3
