Konnichiwa, minna-san!
Yosh, fic baru lagi xD /plaked/
Gomen ne, Drabble series-nya belum dilanjut m(_'_)m FuMate hilang ide sama selera ngelanjutinnya ._.
Tapi tenang, bakal dilanjut kok '3')b
Hmm, rencananya ini juga bakal jadi multichap, tiap chapter bakal beda urban sama castnya '-'
Request? Monggo '-' Kalau ada vote cast, cast yang akan dipakai adalah yang paling banyak '-' Dan tolong ya, plis review ;-; Sekedar titik pun FuMate udah seneng, kritik apalagi ;-; tanpa kritik/saran FuMate jadi nggak tahu apa kelemahan/kesalahan yang ada di fic FuMate ;-;
Well, happy reading
Urban Legend
A Hetalia fanfiction by UltimateFujo
All the characters belong to Hidekaz Himaruya
I own this fic
this time,
Arabella
from America
'There's something wrong with the doll...'
Hetalia's Hungary
Elizaveta menghela nafas kesal.
Hari ini tak berbeda jauh dari hari-hari sebelumnya. Tetap membosankan. Ini liburan musim panas, seharusnya ia bersenang-senang. Tapi sayangnya, semua teman-temannya sedang berlibur ke daerah lain.
Ck, sungguh menyebalkan.
Sebenarnya ia ingin menonton sebuah film di salah satu bioskop dekat rumahnya. Film itu berkisah tentang seorang anak dengan kepolosannya berhasil mengalahkan seorang penyihir jahat. Klise memang, tapi film berjudul 'Feliciano dan lampu ajaib' itu berhasil menarik perhatiannya. Yang ia dengar, film itu menyuguhkan banyak sekali adegan-adegan lucu.
Sayangnya, dia tidak mempunyai uang. Ditambah lagi ibunya tidak mengizinkannya.
"ARGH!" teriaknya frustasi. Tanpa sadar ia melemparkan handphonenya.
Pluk.
Handphonenya mendarat diatas sebuah boneka.
Gadis itu mengernyit heran, ia belum pernah melihat boneka itu. Dengan penasaran ia bangkit dan berjalan menuju boneka itu. Tangannya meraih boneka tadi dan membawanya lebih dekat ke wajahnya. Matanya dengan teliti mengamati boneka tersebut.
Sebenarnya boneka itu biasa saja, justru terlihat lucu. Tapi ada sesuatu yang aneh di mata hitamnya. Sesuatu yang membuat Elizaveta bergidik.
Gadis berdarah Hungaria itu mencoba mengabaikan perasaan tadi dan berjalan menuju ibunya. Walau begitu, tubuhnya tetap gemetar.
"Bu, boneka ini punya siapa?" tanya Elizaveta sambil menunjukkan boneka tadi. Ibunya menoleh sebelum tersenyum kecil. "Itu punyamu sayang. Nenekmu membelikannya untukmu" jelas ibunya sembari menghampiri putrinya.
Elizaveta hanya terdiam tanpa mau memandang boneka aneh itu.
"Nenekmu memberikannya nama Arabella. Cantik bukan?" tanya ibunya. Elizaveta mengangguk walaupun ia masih takut terhadap boneka itu.
Elizaveta sebenarnya tidak menyukai boneka itu. Mata hitam kelam Arabella seakan terus mengawasi segala pergerakan remaja itu.
Malamnya, Elizaveta beranjak menuju kasurnya. Ia benar-benar lelah dan ketakutan hari ini. Berniat istirahat sejenak, gadis itu mulai menutup matanya. Elizaveta hampir terbuai dewi mimpi jika sebuah suara tidak menginterupsinya.
"Elizaveta, aku ada di tangga pertama"
Gadis itu terbangun terbangun. Seingatnya, Arabella ia letakkan di bawah.
Lantas suara apa tadi?
Eliza tak mau ambil pusing. Kantuk yang menguasainya mulai menggiringnya ke alam mimpi.
Ia menganggap suara tadi bagian dari mimpinya.
Esok malamnya, saat Elizaveta hendak tidur, suara itu terdengar lagi.
"Elizaveta, aku ada di tangga kelima"
Elizaveta mulai merasa gelisah. Ia benar-benar terganggu oleh suara tadi. Ibunya pasti sudah tertidur, dan ayahnya sedang keluar kota. Lalu siapa?
Paginya, Elizaveta memohon kepada ibunya agar Arabella dibuang. Tapi sayang, ibunya menolak mentah-mentah permintaannya tadi.
"Tidak boleh! Kau ini bagaimana, Arabella itu pemberian nenekmu!" bentak ibunya. Elizaveta memasang wajah memelasnya, berusaha merayu.
"Tapi bu-"
"Pokoknya tidak boleh!"
Dengan kecewa Elizaveta pergi ke ruang tamu untuk menonton TV. Pikirannya masih dibayang-bayangi suara-suara yang ia dengar. Perempuan itu hendak mengalihkan pikirannya, jadi ia berusaha menghibur diri dengan menonton tv. Saat hendak meraih remote, matanya tanpa sengaja melihat ke Arabella.
Boneka itu tengah menyeringai.
Elizaveta mengerjapkan matanya berkali-kali, bahkan sampai mengusapnya. Dan seringaian Arabella masih terpahat jelas di wajah porselennya.
Gadis itu tidak mengeluarkan suara apapun. Ia berdiri kemudian berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Ini bukan hanya sekedar imajinasinya. Ada sesuatu yang salah dengan boneka itu.
Elizaveta terus berfikir dalam ketakutan hingga tak menyadari hari sudah malam. Jantungnya berdebar kencang dan nafasnya terasa semakin sesak dari detik ke detik.
"Elizaveta, aku ada di tangga teratas"
Elizaveta bersembunyi dibawah selimut saat suara itu terdengar lagi. Detik-detik terasa sangat menegangkan baginya.
Keesokan harinya, ibunya menemukan Elizaveta.
Terjatuh dari tangga dan kepalanya pecah.
Disebelahnya Arabella tersenyum manis.
Who's next?
You decide it.
