A/N: Ide ini muncul saat Rei sedang main di game centre, terutama DDR. Dan, tidak ada sangkut pautnya dengan novel replace KuroBasu mereka yang sedang main DDR itu XD
Disclaimer:
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Story © Kurotori Rei
Warning:
AU, OOC, typo(s), hint-hint sho-ai (?), hint-hint crack-pair (?), brother!AkaKuro, humor garing, nama-nama permainan, et cetera
Main Characters:
Kuroko Tetsuya, Midorima Shintarou, Akashi Seijuurou, Takao Kazunari, Sakurai Ryou, Furihata Kouki
Hint pairing: MidoKuro, AkaFuri, TakaSaku, slight!AoKagaKi
.
.
.
Don't Like? Don't Read!
.
.
.
Happy Reading, minna-san…
.
.
.
Hari Sabtu yang cerah, hari malam minggu yang paling ditunggu-tunggu oleh para pasangan dan hari yang paling dihindari oleh para jomblo, termasuk laki-laki bersurai baby blue yang bernama Kuroko Tetsuya ini.
Seriusan, Kuroko masih jomblo sampai sekarang. Umurnya masih 15 tahun, belum punya pacar, hanya ada kakak sepupunya yang selalu menemaninya, Akashi Seijuurou. Seperti saat ini.
"Sei-nii, mau ngapain ke sini? Tidak bisakah kaulihat aku sedang bergalau ria?"
Laki-laki bersurai crimson itu tersenyum, iris heterochromianya menatap Kuroko dengan tatapan lekat. "Nah, justru itu aku datang, Tetsuya. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke suatu mall, boleh?"
Mendengar kata 'mall', wajah Kuroko sedikit lebih cerah. "Mau pergi ke mana, Sei-nii?" Akashi beranjak dari sofa rumah Kuroko lalu melangkah ke arah kulkas dan mengambil segelas kopi dingin. "Mall Central. Di dekat sini, mungkin dengan mengajakmu ke mall, kau tidak akan suntuk, Tetsuya."
"Baiklah, Sei-nii. Kapan kita akan pergi?"
"Setengah jam lagi," jawab Akashi sambil menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua. "kita akan bermain sampai malam. Aku juga mengajak Kouki."
"Ya sudah, aku ingin mandi dulu." ucap Kuroko dengan wajah datarnya, walaupun dalam hatinya senang setengah mati. Baguslah, hari ini nggak jadi malam minggu kelabu; bagi Kuroko Tetsuya.
Setelah 15 menit Kuroko mandi—shampoan sama luluran, makanya kulitnya putih—, Kuroko pun melangkah ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. 20 menit kemudian, ia turun dengan pakaian yang rapi, Akashi sudah menunggu sambil meminum kopinya tadi. "Ayo, Tetsuya. Kita akan jemput Kouki di rumahnya."
Kuroko mengangguk, kemudian ia dan Akashi melangkah ke garasi rumahnya untuk mengambil mobil Akashi. Dan setelah itu, mereka pun melesat ke rumah orang yang bernama Furihata Kouki yang tidak jauh dari rumahnya.
Kalian bertanya kenapa Akashi bisa menaiki mobil dan tidak ditangkap polisi? Well, karena Akashi itu absolut.
Setelah beberapa belokan tajam, Akashi dan Kuroko sampai di rumah Furihata. Akashi memencet klakson 3 kali, barulah Furihata keluar dengan tergesa-gesa. "Ah, maaf menunggu lama, Akashi-san, Kuroko!"
"Tidak apa-apa Furihata-kun. Cepat masuk ke dalam mobil." ucap Kuroko dan Furihata mengangguk. Furihata membuka pintu mobil bagian belakang dan kemudian mendudukinya.
Well, sepertinya perjalanan hari ini akan cukup melelahkan.
.
.
.
"Ternyata tidak buruk juga kita ke Mall Central ya, Shin-chan, Ryou-chan!"
"Berisik, Bakao. Sebenarnya aku ke sini juga terpaksa."
"Sudah-sudah, Midorima-san. Jangan bertengkar dengan Takao-san lagi."
Tiga orang bersurai raven, hijau, dan coklat sedang berjalan-jalan di lantai G Mall Central. Dua orang dari Shuutoku dan satu orang dari Touou. Takao Kazunari, Midorima Shintarou, dan Sakurai Ryou. Takao lumayan dekat dengan Sakurai, makanya ia tidak hanya mengajak Midorima saja.
"Hah, Shin-chan tidak seru!" kata Takao sambil memasang wajah masam. "Aku berharap di sini ketemu dengan Tecchan, atau Akashi, atau Furihata. Biar seru-seruan bareng gitu."
Sabarlah Takao, kalian pasti ketemu kok.
Pada waktu bersamaan, Akashi, Kuroko, dan Furihata baru memasuki Mall Central dari pintu utara. Akashi memasang wajah diam dengan tatapan yang menusuk, Kuroko dengan wajah datar, dan Furihata dengan wajah yang berbinar-binar.
Furihata baru pertama kali ke Mall Central, tempat ini kebanyakan didatangi oleh orang-orang kalangan atas karena harga barang-barang di sini sangatlah mahal. Akashi memegang tangan Furihata yang membuat laki-laki bersurai coklat tersebut tersentak kaget, "Aku tidak mau kau sampai terpisah dengan aku dan Tetsuya, Kouki."
Blush! Rasanya Furihata jadi malu sendiri saat menatap wajah Akashi. Menurutnya, Akashi itu benar-benar menjadi pahlawan bagi dirinya yang selalu menyelamatkannya. Furihata mengangguk pelan, "I-Iya, Akashi-san."
"Sei-nii, sadari tempat kalau mau berduaan dengan Furihata-kun." Oh, Akashi dan Furihata hampir melupakan keberadaan laki-laki bersurai baby blue yang hawa keberadaannya sangat tipis itu. Kuroko sedang menatap mereka berdua dengan tatapan tajam, bukannya Kuroko cemburu atau apa, malahan Kuroko sangat senang ternyata kakaknya yang mirip titisan iblis bisa ada yang suka. Hanya saja itu mengganggu Kuroko yang sampai sekarang belum ada pacar.
Harusnya kutolak saja ajakan dari Sei-nii... Kuroko pundung dalam hati. Di mana-mana ia selalu melihat teman-temannya berduaan, ambil contoh; Aomine dengan Kagami—cara mereka bermesraan selalu marah-marah, membuat Kuroko berpikir kalau mereka tidak akan pernah akur—, Murasakibara dengan Himuro—di sini Kuroko no comment—, dan berbagai pasangan lainnya.
"Tetsuya, kita mau ke ma—TETSUYA?! KAU KE MANA?!" Akashi histeris sendiri ketika menyadari bahwa adik sepupu kesayangannya itu sudah tidak berjalan di sampingnya lagi. Furihata pucat, kalau Akashi sudah berurusan dengan Kuroko yang hilang, pasti sifat Tetsuya-complexnya bakal kambuh lagi.
Kayaknya Kuroko ngambek gara-gara dari tadi dikacangin.
.
.
.
Midorima berjalan-jalan sendiri ke toko buku, nasib jadi jones membuatnya makin pundung. Hal inilah yang paling ia benci saat Takao mengajaknya jalan-jalan DITAMBAH Takao mengajak Sakurai juga. Ia tahu—sangat tahu malahan—kalau Takao mengajak Sakurai pergi bersama mereka pasti hasilnya Takao akan berduaan bersama Sakurai dan mengabaikan Midorima.
Di situ kadang ia merasa sedih.
"Aku sudah lelah," gumam Midorima sambil melangkah masuk ke dalam toko buku. Mungkin sebuah buku dapat menghilangkan kegalauannya akan dirinya yang jones. Saat ia tengah berjalan, samar-samar ia melihat laki-laki bersurai baby blue yang sedang membaca light novel dengan wajah yang serius dan terlihat … marah?
Midorima mengerjapkan matanya, itu Kuroko Tetsuya 'kan? "Itu Kuroko…?" Karena Midorima sangat penasaran, ia pun melangkah mendekatinya. "Kuroko…?"
Kuroko tersentak kaget dan menoleh ke arah Midorima dengan tatapan penuh pertanyaan. "Midorima-kun? Sedang apa kau di sini?" Tentu saja Kuroko bertanya dengan wajah datar, tapi ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Midorima menaikkan kacamatanya, "Aku ke sini dengan Takao dan Sakurai. Sebenarnya aku tidak mau ke sini, aku ke sini karena terpaksa. Dan, aku sekarang sendirian di sini. Mereka berjalan berdua mengabaikanku…"
"Oh," Kuroko menjawab dengan wajah teflon. "aku melarikan diri dari Sei-nii dan Furihata-kun yang asyik bermesraan. Aku ke sini diajak oleh Sei-nii, kalau tahu begini lebih baik aku di rumah saja."
"Kalau begitu kita sama." ucap Midorima, setelah itu keduanya terdiam dalam waktu yang cukup lama. Gengsi, nggak ada yang berani membuka pembicaraan duluan. Kuroko gugup sambil pura-pura membaca light novelnya, sementara Midorima sudah keringat dingin.
"Kuroko, er… kaumau ke game centre?"
Kuroko menutup buku yang sedang ia baca sambil menoleh ke arah Midorima. "Hm… boleh. Daripada di sini bosan…" Kuroko dan Midorima pun berjalan keluar dari toko buku tersebut.
Ada tanda-tanda nih kayaknya.
Sementara itu, Takao dan Sakurai sedang jalan-jalan berdua. "Ryou-chan, Shin-chan ke mana ya? Belum balik-balik dia dari toilet."
Midorima berbohong kepada Takao kalau ia ingin pergi ke toilet. Sakurai mengangguk, "Iya, Midorima-san belum balik-balik. Aku jadi khawatir kepadanya, apakah ia tersesat?"
"Tenang saja, Shin-chan nggak mungkin tersesat." sahut Takao sambil berpikir positif. "Shin-chan sudah sering ke sini." Sakurai mengangguk mendengar penuturan Takao. Yah, jujur saja, Sakurai belum pernah ke mall ini. Kalau saja ia tidak diajak Takao, mungkin Sakurai tidak akan pernah tahu isi dari mall yang didamba-dambakannya.
Saat Takao dan Sakurai sedang asyik-asyik berjalan, iris coklat Sakurai menatap dua orang laki-laki bersurai crimson dan coklat sedang jalan cepat dengan raut wajah panik. "Takao-san, itu bukannya Akashi-san dan Furihata-san?"
Takao menatap mengikuti arah tunjuk Sakurai, ia dapat melihat Akashi dan Furihata di sana. Dalam sekejap juga, pandangan Akashi bertemu dengan Takao dan mereka berdua langsung berlari ke arah laki-laki bersurai raven itu.
"Akashi! Furihata! Tidak kusangka bisa bertemu dengan kalian di sini!" Takao heboh sendiri, tapi setelah melihat raut wajah Akashi dan Furihata yang terlihat khawatir langsung Takao jadi serius. "Eh, Akashi, kau mencari apa?"
"Cari Haji L*lung!" Akashi jawab ngasal sambil emosi. "Cari Tetsuya lah! TETSUYA HILANG!"
Furihata dan Sakurai sweatdrop ketika melihat Akashi jadi OOC. Akashi memang seperti itu ketika menyangkut Tetsuya-nya, Takao hanya memasang wajah WTF. "Hah? Tecchan hilang? Pantas saja aku merasa ada yang kurang."
"Makanya itu. Kazunari, Ryou, bisa tolong bantu cari Tetsuya? Aku dan Kouki sudah cari ke mana-mana tapi tidak ketemu." ujar Akashi dengan penjelasannya yang terburu-buru. Takao manggut-manggut mengerti, laki-laki satu ini hanya mempedulikan tiga orang; Midorima, Kuroko, dan Sakurai. "Oke! Aku ikut!"
Akashi dan Takao berada di depan, sementara Furihata dan Sakurai mengekor di belakang. Sakurai menghela nafas lelah, "Furihata-san, sepertinya Akashi-san dan Takao-san sangat bersemangat sekali."
Furihata mengangkat bahunya. "Ya gitu deh. Aku juga kadang nggak ngerti jalan pikirannya Akashi-san." Sebenarnya Sakurai bukannya peduli atau apa, ia hanya ikut-ikutan saja. Sakurai lelah, nggak ngerti. Masa iya mereka nekad keliling-keliling mall seluas ini?
"Satu lagi, Akashi-san itu nekad. Jadi kita ikut-ikut aja." ucap Furihata tiba-tiba yang membuat Sakurai tersentak kaget. Kepala Sakurai sudah berkunang-kunang, sepertinya saat mereka semua sudah menemukan Kuroko, ia harus memijat kakinya sebaik mungkin.
Sekarang pukul 3.15 p.m. Sepertinya malam minggu kali ini akan sangat melelahkan.
Mungkin.
.
.
.
Di saat Akashi, Furihata, Takao, dan Sakurai sedang asyik mencari Kuroko, orang yang sedang dicari sedang bersama Midorima berjalan menuju game centre. Kuroko menggunakan misdirection untuk dirinya dan misdirection overflow untuk Midorima; mereka tidak ingin diganggu.
"K-Kuroko, t-tunggu sebentar ya di sini! Aku akan cepat balik kok." Kuroko menoleh ke arah Midorima yang sedang berjalan menuju ke sebuah stand minuman. Setelah itu, ia kembali dengan membawakan satu minuman yang sangat disukai Kuroko di tangannya. "Uh, l-lucky item Aquarius hari ini adalah vanilla milkshake."
Kuroko mengambil vanilla milkshake dari tangan Midorima sambil tersenyum tipis. Dasar Midorima-kun, tsunderenya sudah tahap akut… "Terima kasih, Midorima-kun." Ternyata jalan-jalan dengan Midorima tidak begitu buruk.
Midorima menyesap shiruko miliknya, sementara Kuroko masih menyesap vanilla milkshakenya. Entah kenapa mereka berdua ingin menikmati waktu berdua lebih lama lagi, sepertinya muncul perasaan dokidoki dalam hati mereka berdua. Saat sudah sampai game centre, mereka berdua langsung ke kasir untuk membeli kartu.
Maklum, mereka jarang bermain ke game centre. Hanya saat di mana mereka bosan saja. Setelah membeli kartu yang berisikan saldo 300.000—Midorima patungan sama Kuroko 150-150—, Midorima langsung bertanya kepada Kuroko, "Hem, Kuroko. Kau ingin bermain apa?"
"…Entahlah, terserah Midorima-kun saja." jawab Kuroko dengan wajah datarnya sampai-sampai Midorima ingin mencubit pipinya yang menurutnya kawaii itu.
Serius, kayaknya Midorima Shintarou mulai ada 'tanda-tanda' kepada Kuroko Tetsuya; udah pake kode-kode tadi. Semoga saja Kuroko lebih PEKA dikit.
Midorima langsung menarik pergelangan tangan Kuroko dan berhenti di sebuah game menshoot bola basket dan ring yang lumayan tinggi. "Aku memilih ini. Nah, Kuroko, aku ingin melihat berapa poin yang bisa kaudapatkan sekali permainan. Sekalian melatih shootmu, Kuroko."
Kuroko mengangguk sambil tersenyum tipis. "Ternyata Midorima-kun peduli kepadaku ya. Tak kusangka Midorima-kun begitu baik."
BLUSH! Wajah Midorima langsung memerah, sifat tsunderenya akut lagi. "A-Aku berkata seperti itu bukan berarti a-aku peduli kepadamu!"
"Dasar tsundere!"
"Aku tidak tsundere, Kuroko!"
Selagi Midorima dan Kuroko sedang asyik-asyik bermain, Akashi, Furihata, Takao, dan Sakurai sedang duduk-duduk di salah satu stand minuman. Mereka lupa membawa minuman saat pergi ke mall ini.
Takao menghela nafas sambil menundukkan kepalanya. "Tecchan belum ketemu, gimana ini? Lalu dari tadi Shin-chan sudah sudah pergi entah ke mana."
Iris heterochromia Akashi melotot ke arah Takao dengan tatapan kaget. "Ada Shintarou juga?!" Takao mengangguk, Akashi hampir tepar, untung saja ada Furihata yang dengan sigap menangkapnya. Sakurai sedari tadi duduk diam saja, tidak mempedulikan obrolan yang Takao dan Akashi bicarakan.
"Aku takutnya Tetsuya kenapa-napa… Apalagi akhir-akhir ini banyak penjahat berkeliaran di mana-mana…" gumam Akashi sambil memegang erat guntingnya yang sedari tadi ia bawa. Furihata mulai keringatan dingin sementara Takao menjauh dari Akashi dan mendekat ke arah Sakurai. "Ryou-chan, Akashi—Sei-chan seram—"
Syuut! Tiba-tiba Akashi sudah menaruh guntingnya tepat di leher Takao sambil menyeringai setan. "Kazunari, apa maksudmu mengataiku seram dan apa-apaan panggilan aneh ITU?!"
"Ehe—he, aku 'kan cuma bercanda Akashi… Jangan dibawa serius…" kata Takao yang mencoba mencairkan suasana dan mencari keselamatan diri sendiri. Akashi menaruh guntingnya dan Takao bernafas lega, untunglah ia tidak jadi mati muda.
"Akashi-san, Furihata-san, Takao-san, bagaimana kalau kita ke game centre sebentar? Firasatku berkata kalau mungkin Midorima-san dan Kuroko-san ada di sana. Gomen kalau menyusahkan…" Sakurai buka suara, Furihata langsung berwajah cerah. "Idemu bagus, Sakurai-san!"
"Tidak buruk, Ryou. Aku lupa kalau Tetsuya lumayan suka bermain…" Kemudian, ketiga laki-laki tersebut membuang minumannya ke tempat sampah dan sedang berjalan menuju game centre yang terletak di lantai 5; mereka baru di lantai 1.
Akashi tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arah Takao, Furihata, dan Sakurai yang mengikutinya dari belakang. "Kita naik pakai eskalator aja ya. Lift pasti penuh. Tenang, cuma naik 4 lantai saja kok."
Takao, Furihata, dan Sakurai tepar di tempat.
.
.
.
"Kuroko, kenapa skormu cuma 45?"
Midorima bisa melihat Kuroko yang sedang mewek karena skornya tidak bisa menembus angka 50. Iris aquamarine Kuroko dapat melihat skor Midorima yang mencapai angka 350 lebih, tentu saja, tembakan Midorima tidak ada yang pernah meleset.
Kuroko mengerucutkan bibirnya, "Aku tidak bisa menembak dengan akurat, Midorima-kun."
Uh, rasanya Midorima ingin segera memeluk laki-laki bersurai baby blue itu karena wajahnya yang semakin imut itu. Hanya saja sifat tsunderenya menahan kelakuannya tersebut. "Hmp, kalau kau begini terus kau tidak akan bisa shooting, hanya bisa passing. Aku akan mengajarimu, Kuroko. Sekali lagi, bukannya aku peduli kepadamu ya!"
"Haha, iya-iya—Midorima-kun, coba kaulihat ke arah sana." Kuroko menarik Midorima untuk bersembunyi di balik sebuah photobooth di sana. Mereka mengintip di balik photobooth tersebut, "Itu, ada Aomine-kun, Kagami-kun, dan Kise-kun."
"Uhuk," Midorima menutup mulutnya untuk tidak segera tertawa. "Bukannya Aomine sudah punya Kagami? Kenapa masih ada Kise?" Kuroko juga sedang menutup mulutnya untuk tidak segera OOC dan ngakak di tempat. Bisa dilihat Aomine sedang bertengkar dengan Kagami dan Kise sedang melerai mereka berdua.
"Mau threesome kali?" Kali ini Kuroko yang mengeluarkan opininya. "Midorima-kun tahu sendiri 'kan, Aomine-kun dulu memang sudah ada rasa sama Kise-kun, sekarang malah ia bersama Kagami-kun."
"Kita lihat saja, Kuroko. Kan jarang-jarang bisa melihat mereka bertiga threesome begitu…"
Di sisi Aomine, Kagami, dan Kise…
"Woi! Ahomine, kau yang mengajak kita ke sini tapi malah kau yang tidak mau ngapain!"
"Sabarlah, Bakagami! Aku juga sedang mikir untuk main apa kali!"
"Aominecchi, Kagamicchi, sudahlah jangan bertengkar. Kita dilihat banyak orang."
Aomine sedang bertengkar dengan Kagami, dan pastilah banyak orang yang melihatnya. Sebenarnya Kise sudah memakai penyamaran yang sempurna jadi ia tidak dikejar-kejar oleh para fans-fans fanatiknya.
Aomine balas meneriaki Kise. "Kau tidak usah ikut-ikutan! Ini masalahku dengan Bakagami itu! Memangnya kautahu apa, Kise?!" Kise pun terkejut dengan ucapan Aomine yang terdengar kasar dan marah itu. Sedetik kemudian, iris kuning madunya langsung berkaca-kaca. "M-Maaf, Aominecchi…"
Kagami langsung melotot ke arah Aomine sambil menunjuk ke arah Kise yang hampir menangis. "Ahomine! Kenapa kau membentak Kise? Dia tidak bersalah apa-apa tahu!"
Muncul lagi siku-siku perempatan di kepala Aomine; singkatnya, ia tidak senang dibicarakan Kagami seperti dia tukang membuat orang menangis. "Bakagami, dia terlalu berisik soalnya…"
"Tapi tidak usah membentaknya juga! Dan, hei … Kise, tidak usah menangis lagi…" Mereka sukses menjadi tontonan semua orang, kayak drama begitu. Kagami langsung menenangkan Kise, sementara Aomine terlihat tidak suka saat laki-laki bersurai merah gelap sedang menenangkan laki-laki bersurai kuning itu.
"A-Aku nggak bermaksud begitu—"
BUAGH!
Sebuah bola basket terlempar mengenai kepala Aomine langsung membuatnya terjatuh. Kagami dan Kise langsung melongo karena melihat bola basket nyasar. Tiba-tiba, laki-laki bersurai hijau langsung datang mengambil bola tersebut. "Maaf, tanganku licin jadinya bolanya mental ke luar."
"Apanya—"
DUAK!
Satu bola melesat dengan cepat ke arah perut Aomine lagi, langsung datang laki-laki bersurai baby blue kepada laki-laki bersurai navy blue itu. "Maaf, Aomine-kun. Tanganku licin."
"Apaan sih—Hah? Midorima? Tetsu?" Aomine langsung tercengang melihat Midorima dan Kuroko yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam nan menusuk. Kuroko langsung berbicara, "Sikap Aomine-kun itu sangat keterlaluan karena sampai membuat Kise-kun menangis. Lagipula, Kise-kun tidak salah apa-apa, ia hanya ingin melerai Aomine-kun yang sedang bertengkar dengan Kagami-kun. Tapi Aomine-kun malah membentaknya, berarti Aomine-kun yang lebih bersalah."
JLEB! Tepat di hati.
"Huweee, Kurokocchi penolongkuuuuu!" teriak Kise sambil memeluk Kuroko dengan erat yang membuat Kuroko sesak nafas, Kise ingin melanjutkan acara memeluk Kuroko lebih erat kalau saja Midorima tidak menjitaknya. "Jangan sentuh Kuroko, Kise! Kau 'kan sudah punya!"
(Midorima ingin berkata, "Kau 'kan sudah punya Aomine!" Tapi ia urungkan saat mengingat Aomine sudah punya Kagami, namun hatinya lain.)
"Kuroko…" Kagami menatap Kuroko dengan tatapan horror. "Kok kau bisa dekat dengan dia?!" Setelah itu Kagami menunjuk ke arah Midorima yang sedang melipat tangannya menatap ke arahnya (atau mungkin Aomine dan Kise) dengan Kuroko yang berada di sampingnya.
Aomine dan Kise yang baru 'ngeh' juga melotot horor ke arah Midorima. "Tetsu/Kurokocchi bisa dekat dengan Midorima/Midorimacchi?! Bukannya mereka berdua—"
"Terserah apa kata kalian, pokoknya aku dengan Kuroko sudah tidak seperti dulu lagi." ucap Midorima dengan gaya tsundere khasnya. "Kuroko milikku."
"HAH?!" Aomine, Kise, dan Kagami melotot berjamaah. Apa dia tidak salah dengar ucapan Midorima tadi? Dia ingin menjadikan Kuroko itu miliknya. Mereka menatap lagi ke arah Kuroko yang sedang memasang wajah teflon.
Midorimacchi bakal dihancurkan Akashicchi… —Kise.
Kalau Akashi tahu ini, mungkin nyawa Midorima bisa terancam. —Aomine.
Bisa-bisa Akashi marah… Sifat brother complexnya itu loh yang tidak nahan… —Kagami.
"Ah, Midorima. Semoga kau masih hidup. Kami mau pergi dulu! Biar nggak ganggu." ucap Aomine sambil nyengir pelan dan menyeret Kise dan Kagami menjauh dari sana, meninggalkan Midorima dan Kuroko yang saling berpandang-pandangan. "Midorima-kun, Aomine-kun aneh sekali…"
"Biarlah… Ah, Kuroko. Aku ingin mengajakmu bermain MT." kata Midorima sambil tersenyum meremehkan. Kuroko yang mendengar kata MT langsung tertarik. "Wah, Midorima-kun mengajakku bermain MT? Kebetulan aku membawa kartunya, aku kita adu."
"Siapa takut? Bersiap-siaplah untuk kalah, Kuroko!" seru Midorima dengan penuh semangat, termasuk Kuroko sendiri. Mereka berdua langsung melesat ke mesin permainan MT tersebut.
Sementara Midorima dan Kuroko sedang beradu MT, Akashi, Furihata, Takao, dan Sakurai baru memasuki game centre tersebut. "Harusnya Kuroko-san tidak jauh dari sini…" Sakurai bergumam pelan sambil menoleh ke arah kanan dan kiri.
"Dan pastinya Kuroko tidak menggunakan misdirectionnya." ucap Furihata. Saat mereka sedang mencari, tiba-tiba mereka melihat surai baby blue dan hijau yang sedang bermain MT. Akashi, Furihata, Takao, dan Sakurai melongo, itu Midorima dan Kuroko 'kan?
"Itu … Shintarou senyum?" Akashi ngucek-ngucek matanya. Takao meneguk ludah sulit, Sakurai dan Furihata hanya bisa terdiam. Takao angkat bicara, "Sulit dipercaya Shin-chan bisa tersenyum."
Kita kembali lagi ke Midorima dan Kuroko yang asyik-asyik main, Kuroko memilih jalan yang memiliki belokan yang tajam. PHnya semua udah naik, bahkan mereka sudah sampai story 50-60'an, mobil mereka juga sudah dimodifikasi, modenya juga manual dan bukan auto. Kecurangan sudah tidak terdeteksi. "Kuroko, jangan nge-body mobilku dong!"
"Biarin," Kuroko berkata dengan nada datar namun penuh ejekan. "aku ingin lewat dulu. Lagian Midorima-kun salah pengaturan…" Midorima mendecak kesal, ia membanting setirnya lagi, Kuroko masih memimpin di depannya. Tidak terlalu jauh, tetapi belokan tajam jalan tersebut yang membuat Midorima susah mengejar Kuroko.
Tidak terasa, sudah 40 menit mereka bermain, dengan poin 5-4 bagi Kuroko. Saat mereka berdiri dari tempat duduknya, iris hijau dan aquamarine mereka berdua menatap ke arah Akashi, Furihata, Takao, dan Sakurai yang sedang main tembak-tembakkan. Akashi menoleh ke arah Midorima dan Kuroko, "Oh, halo Tetsuya, Shintarou. Sudah puas mainnya?"
Kuroko dan Midorima bisa merasakan aura gelap yang keluar dari tubuh Akashi. Furihata dan Sakurai pura-pura tidak tahu, ia hanya melanjutkan mainnya. Takao memucat, berdoa semoga keselamatan Tecchan-nya dan Shin-chan-nya terselamatkan.
"Tetsuya, kenapa kau kabur, heh?" Akashi mendekati ke arah Kuroko dengan tatapan ekstra membunuh. "Aku takut kalau kau kenapa-napa tahu."
"Habisnya Sei-nii jahat! Meninggalkanku sendirian, Sei-nii malah sama Furihata-kun." jelas Kuroko sambil mengerucutkan bibirnya. "Lalu, aku bertemu dengan Midorima-kun di toko buku. Nasibnya sama denganku, makanya kami berdua ke game centre. Huh, lebih baik aku bersama dengan Midorima-kun daripada dengan Sei-nii yang mengabaikan adik sepupunya sendiri!"
Jleb! Kokoro Akashi Seijuurou terpecah-pecah akibat ucapan menusuk dari adik sepupunya sendiri.
Furihata langsung menepuk pundak Akashi. "A-Akashi-san…" Sebenarnya laki-laki bersurai coklat satu ini sangat takut untuk mengusik Akashi yang sedang bad mood. Takao dan Sakurai jadi sweatdrop, lalu mereka saling berpandangan, lalu melihat ke arah Akashi dan Furihata lagi.
"Er, ano… Daripada kita suram-suraman di sini, gimana kalau kita main DDR saja? Kebetulan aku lagi kepengen sama Ryou-chan." ajak Takao yang membuat seluruh tatapan mata menuju ke arahnya. Kuroko menyeringai senang, "Idemu bagus, Takao-kun. Sudah lama aku tidak bermain DDR."
"Kuroko ikut aku ikut." kata Midorima singkat dan cepat sehingga tidak ada yang menyadarinya. Akashi dan Furihata saling berpandangan, kemudian mereka mengangguk. Furihata mengeluarkan usulnya, "Bagaimana kalau kita battle DDR saja? Siapa yang nilainya paling bagus, dia yang akan memerintah orang yang kalah!"
"Boleh juga usulmu, Furihata-san." ucap Sakurai yang sedikit bersemangat. Sakurai menambahkan, "Bagaimana kalau kelompoknya dua orang? Itu bagus 'kan?"
"Benar. Dan aku mau sama Tetsu—"
"Sakurai-kun, aku dengan Midorima-kun ya. Sei-nii biar sama Furihata-kun saja."
Oh, ternyata Kuroko masih ngambek. Akashi menepuk jidatnya.
Apakah kelompok mereka masing-masing bisa menang? Bagaimana cara mereka bermain?
.
.
.
TBC!
.
.
.
A/N: Akhirnya :v Wuhuhu, XD Rei senang. Fic multi-chap pertama Rei di fandom ini.
Krisar diterima, flame diterima. Pair-war? Jangan di sini. Karena ini dibuat untuk have-fun saja.
Mind to review?
