Cast: All EXO Member

Desclaimer : EXO member kepunyaan Orang tua mereka.

Summary – 'Kim Jongdae. Aku ingin kau keluar dari EXO dan bersolo karir'/ Chen yang merasa kebingungan antara 2 pilihan malah terperangkap dalam masalah baru dan menemukan sosoknya berubah wujud menjadi seekor… kucing?

.

.

ORANGE TROUBLE

.

Chapter 1. The beginning…

Gedung SM Entertainment. 09.00 pm. CEO room.

Alunan melodi lagu Breath Chinese version yang dinyanyikan Exo Chen dan Zang Liyin terdengar dari dalam ruangan CEO SM Entertainment. Dalam ruangan tersebut sang CEO agensi ternama Korea Selatan itu tengah duduk di balik kursi putarnya, menatap lekat layar monitor yang menampilkan rekaman video penampilan Breath Chinese Version yang diambil saat konser S.M the Ballad joint Recital sambil memegang sebuah remote di tangan.

Sang CEO lalu memencet remote tersebut hingga layar kini memutar MV Miracle in December tepat di bagian chorus. Lagi ia memencet remote dan kali ini yang terputar adalah penampilan EXO di Immortal Song. Suara nyayian merdu terdengar silih berganti hingga selang beberapa saat sang CEO menekan tombol Pause. Ia lalu memutar kursinya kembali ke depan meja kerjanya dan mengetuk-ngetuk meja itu dengan telunjuk. Berpikir keras.

Cukup lama ia berpikir sang CEO lalu menggeser tangannya menuju telepon dan menekan salah satu tombol yang langsung terhubung pada sang sekretaris.

"Nona Park. Sampaikan pada Kim Jongdae untuk menemuiku di ruangan. Segera!"

.

.

SM Practice Room. 09.00 pm.

Para member EXO tengah tergeletak lelah di lantai sehabis berlatih choreo. Cuma Jongin yang masih ayik nge-dance di depan cermin sementara para member lain sudah pada K.O. Kris kini malah mulai menarik kaki Tao ke arahnya dan menjadikan kaki maknae EXO-M itu sebagai bantal.

"Bagus Jongin!" Ujar sang Kris hyung sambil bertepuk tangan ria. Kim Jongin menghentikan tariannya dan menggeleng-geleng pasrah.

"Hyung! Kau juga ikut latihan dong! Kau harus bisa nge-freestyle!"

"Aey! Dance Freestyle sih gampang!"

"Ah Geurae? Kalau begitu coba tunjukkan. Sexy dance! Sexy dance!"

"… Emm… Aku lagi nggak mood…"

Serempak para member langsung protes pada si Galaxy hyung.

"Kenapa sih dengan hyung yang satu ini!" Keluh Chen dengan suara melengking khasnya.

"Ya! Kalau begitu coba kau lakukan sana! Kau 'kan Dansheen Masheen!"

"Ha? Nggak masalah!"

Segera Chen bangkit dari posisi berbaringnya dan mulai menggoyangkan pinggulnya. Gerakan yang terkesan asal memang tapi para member langsung memberinya tepuk tangan meriah dan memujinya habis-habisan, sampai-sampai Jongin memberinya 2 jempol. Kontan Kris jadi sewot sendiri dibuatnya.

"Kemarin aku lihat Jongdae-hyung melatih gerakan itu selama berjam-jam… " Ungkap Sehun seraya berdiri dan mengikuti gerakan jongin yang masih asyik menari. "Aku jadi kasihan makanya kasih tepuk tangan."

Para member lain langsung tertawa terbahak-bahak sementara Chen yang semula tersenyum lebar kini malah gantian protes.

"AAAAHHH! JJINJJJAA~!"

"Kau ngelatih dance itu berjam-jam?" Kris yang semula sewot kini udah bisa kembali ketawa girang karena merasa menang.

"Aku ingin meningkatkan kemampuan danceku. Di comeback selanjutnya aku pasti akan ngedance di barisan paling depan!"

"Kalau dipikir benar juga ya? Jongdae Cuma dapat posisi paling depan kalau sedang nyayi nada tinggi aja…"

Pintu ruangan terbuka. Manajer hyung memasuki ruangan latihan dan memanggil salah satu member untuk berbicara padanya. Member tersebut tak lain adalah Kim Jongdae alias Chen, sang main vocal.

"Aku? Dipanggil CEO?"

Serempak pandangan para member tertuju pada Chen yang segera bergegas meninggalkan ruangan sampai-sampai tak sempat menutup pintu. Luhan yang berada paling dekat dengan pintu langsung merangkak menuju pintu untuk menutupnya kembali.

"Jongdae dipanggil Kim Youngmin-Songsaengnim? Ada apa tuh?" Ujar Luhan sembari merangkak kembali ke posisi semula. Para member saling berpandangan satu sama lain dengan wajah heran.

"Mungkin ada lagu baru..." Jawab Sehun ngasal.

"Kalau ada lagu baru kenapa yang dipanggil Cuma dia sendiri?"

"Mungkin dia kena tegur karena kebanyakan ngomong dan bikin ribut. Dasar… Dia kalau udah masuk ruangan ributnya minta ampun!" Ujar Baekhyun.

"Yaa Baekhyun-ah! Kau sama sekali bukan orang yang pantas untuk ngomong itu." Sela Chanyeol.

"Kau juga sama sekali nggak pantas buat negur orang tahu! Bukannya kalian bertiga sama aja? Dasar beagle…" Komen Suho yang cuma bisa geleng-geleng kepala.

.

Chen membuka pintu ruangan CEO dengan wajah bukan main cemas. Segera ia duduk di depan meja sang CEO sambil merapikan T-shirt yang dikenakannya dengan gerak canggung. CEO Kim Youngmin menatapnya tajam yang sukses membuat si pemilik suara melengking itu makin keringatan.

"Kim Jongdae-ssi… "

"N, nae songsaengnim."

"Apa posisimu di EXO?"

"…? Main vocal…"

Sang CEO lalu membalik-balik helaian kertas yang semenjak tadi dipegangnya sambil mengangguk-angguk pelan.

"Diantara semua member EXO kau satu-satu-nya yang melakukan promosi secara non-stop semenjak Wolf. Kau ikut dalam promosi album, Wolf, Growl, Promosi Miracle in December, Christmas day dan terakhir kau juga ambil bagian dalam SM the Ballad… Jujur saja aku sedikit cemas karena tenagamu mungkin bakal terkuras habis tapi ternyata kau melakukan semua itu dengan sangat baik. Lebih baik dari yang kuperkirakan malah."

" Kamsahamnida…" Wajah tegang Chen mulai mencair dihiasi senyum tenang. Sang CEO tiba-tiba mencondongkan tubuhnya mendekat pada pemuda itu.

"Kau punya kemampuan yang hebat… karena itu aku punya rencana untuk karirmu ke depan. Kim Jongdae-ssi… Aku ingin kau keluar dari EXO dan melakukan solo karir."

.

.

"Chanyeol! Cepatlah!"

"Kau duluan saja Kris-hyung! Aku ketinggalan gitar di ruang latihan!"

Park Chanyeol berlari kecil menuju lift meninggalkan Kris di depan pintu masuk gedung SM. Para member lain telah lebih dulu menuju dorm beberapa saat yang lalu, meninggalkan duo tiang listrik yang sempat ketiduran di ruang latihan.

Lift mulai bergerak naik menuju lantai 5. Sang rapper menengok ke arah jam tangannya. Jam 10 malam. Nampaknya latihan kali ini berjalan lebih cepat dari biasanya.

Mencapai lantai 5 pintu lift mulai terbuka. Sambil bersenandung kecil Chanyeol lalu melangkah keluar dari dalam lift sambil memutar-mutar gantungan kunci kamarnya dorm yang semenjak tadi dipegangnya. Terlalu asyik bersenandung, tanpa sadar ia menabrak sesosok tubuh yang berjalan menuju ke dalam lift.

"Ah, mian-… oh! Kau rupanya Kim Jongdae… "

Chen tak menjawab. Hanya tersenyum tipis lalu berjalan pelan memasuki lift dengan mata sayu. Kontan sikap Chen yang cukup ganjil itu membuat sebelah alis Chanyeol terangkat.

"Yah... gwecana? Ada apa denganmu?"

Chen masih tak menjawab. Malah memalingkan wajahnya ke arah lain dengan mata terpejam sementara pintu lift kembali menutup secara perlahan.

"Jongdae!" Panggil Chanyeol dengan nada cemas. Sayang pintu lift telah menutup sepenuhnya hingga Chanyeol hanya bisa terdiam heran melihat sahabatnya yang selalu ceria itu mendadak terlihat begitu tertekan.

"Kenapa dengannya?" gumamnya heran.

.

.

Pemandangan malam kota Seoul dipenuhi kerlap-kerlip. Lalu lintas masih begitu ramai meskipun malam telah berangsur larut. Suasana jalananpun masih semarak dengan dihiasi cahaya lampu berbagai toko di pinggir jalan.

Chen mengarahkan langkahnya menyusuri jalanan malam kota yang masih cukup ramai itu dengan langkah sedang. Ia lalu berhenti di sebuah stan Dukboki dan membeli sebungkus dukboki hangat pada seorang ahjussi berwajah ramah. Sebagai seorang idol terkenal sebenarnya bukan hal yang mudah untuk berjalan-jalan di tengah kota seperti ini. Ditambah lagi dengan kepungan para sasaeng fans yang siap menyergapnya kapan saja. Terbukti, padahal ia sudah berusaha menutupi dirinya dengan jaket tebal lengkap dengan syal dan kacamata bahkan sampai berkamuflase dengan menyipit-nyipitkan mata supaya wajahnya tak dikenali beberapa sasaeng fans ternyata tetap berhasil mengikutinya. Beberapa gadis belia berkacamata tebal dengan kamera Nikon berkualitas tinggi di tangan.

Kebingungan, akhirnya Chen mempercepat langkahnya dan melintas di lampu merah yang kebetulan sedang ramai dengan tergesa-gesa. Segera ia berlari kencang tanpa tahu arah cukup jauh lalu masuk ke sebuah gang sempit di sisi sebuah gedung usang hingga ia berakhir di balik gedung tua tersebut. Daerah yang cukup sempit dengan coretan-coretan cat semprot di dinding. Tak ada seorangpun di sana. Hanya ada seekor kucing hitam yang tertidur lemas disudut gang. Chen memutuskan untuk duduk berdiam di daerah sempit dengan penerangan seadanya itu.

"Ahh… Kenapa gelap sekali? Kalau tahu gini aku masuk ke kafe saja!"

Chen mengeluarkan Dukboki dari dalam bungkusan dan melahapnya dengan rakus. Kunyahannya berangsur pelan begitu ia teringat kembali percakapannya dengan CEO beberapa saat yang lalu. Pembicaraan yang kini membuatnya kembali terlamun.

"Meong…"

Si kucing hitam yang semenjak tadi tertidur lemas tiba-tiba telah duduk di depannya. Lamunan Chen buyar. Kucing kurus itu terus mengeong dengan suara sedikit parau hingga akhirnya Chen yang merasa iba menaruh sebagian Dukbokinya di hadapan kucing itu.

"Aku Cuma punya Dukboki. Kalau tidak suka jangan protes ya!"

Sang kucing mulai mengendus makanan itu dan melahapnya dengan senang. Chen tersenyum melihat pemandangan itu. Ia mencoba mengelus puncak kepala sang kucing dengan sebelah tangannya.

"Solo karir dan meninggalkan EXO… Yah! Aku sudah pasti harus menolaknya 'kan? Mana bisa aku meninggalkan EXO begitu saja? Ahhh Jjinja!"

.

1 jam sebelumnya di CEO room…

"Solo karir?"

"Ya… Saat ini Exo sudah mencapai kondisi stabil karena itu kupikir melakukan hal seperti ini tidak akan terlalu merugikan."

"Ma, maaf Songsaengnim… tapi aku sama sekali tidak punya keinginan untuk…"

"Kau tidak ingin bersolo karir?"

"…"

Chen kehabisan kata-kata hingga akhirnya memilih bungkam. Sang CEO berdiri dari kursinya dan berjalan pelan mengitari ruangan dengan kedua tangan dibalik punggung.

"Kim Jongdae-ssi… Sungguh di luar dugaan. Setiap penyanyi yang berada dalam grup pasti punya keinginan untuk bersolo karir agar bisa berekspresi lebih bebas. Kau benar-benar ingin menolak?"

"Bukan begitu, Songsaengnim… Saya pikir… saya masih belum siap untuk meninggalkan EXO…"

"Kau sudah siap. Kau hanya belum menyadarinya… "

Chen kembali terdiam. Ia mulai merasa gelisah dan mencengkeram ujung T-shirtnya untuk meredam kegelisahan. Ujung matanya melirik ke arah salah satu monitor komputer yang ada di ruangan itu. Foto ke 12 member EXO yang saling berpelukan ketika memperoleh award terpajang di sana.

Meninggalkan EXO?

Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam pikirannya. Ia harus menolak tawaran ini!

Ya! Harus!

Tapi kenapa tak ada satu kalimatpun yang keluar dari mulutnya? Kenapa?

"Ada produser terkenal yang tertarik padamu. Dengan lagu buatannya maka solo karirmu bisa terjamin akan sukses. Namun jika kau menolak ia tidak akan memberimu kesempatan lagi. Pikirkan baik-baik, Kim Jongdae-ssi. Ini kesempatan emas bagimu."

Flashback end.

.

.

Chen menyandarkan punggungnya pada dinding dan menengadah jauh ke angkasa. Pikirannya melayang jauh pada hari-hari yang telah dilaluinya sebagai seorang member EXO. Sangat menyenangkan! Bernyanyi dan menari bersama para member di atas panggung. Menerima berbagai penghargaan dan menangis bersama setelahnya… sungguh masa-masa yang indah. Ia menikmati semua itu.

Namun ada satu hal yang mengganjal di batinnya. Dan itu adalah perasaan yang sangat dibencinya selama ini.

Perasaan takut…

Ia adalah main vocal. Ia juga telah berusaha sebaik mungkin di bidang apapun walau pada akhirnya ia selalu berdiri di posisi belakang dalam sebagian besar performance. Namun kenapa setiap kali ia menatap dirinya bersama member di depan layar dirinya hanya terlihat seperti sebuah bayangan? Kenapa ia selalu merasa tak ada seorangpun yang menatap ke arahnya? Semua member begitu popular dan memiliki penggemar yang jauh lebih banyak dari yang ia miliki. Ia mulai merasa takut… Apakah keberadaannya di tengah-tengah EXO akan menghilang secara perlahan?

Jujur saja. Setiap kali ia memikirkan hal itu keinginan untuk bersolo karir akan muncul di hatinya. Apakah ia terlalu egois jika ia menginginkan itu? Tapi jauh di lubuk hatinya ia sama sekali tidak ingin meninggalkan para member yang telah berjuang keras bersamanya.

Chen lalu menatap kucing hitam yang masih belum menghabiskan Dukbokinya itu. Ia mengelus lembut kepala kucing itu dengan wajah yang masih terlihat murung. "Yah… Apa aku harus meninggalkan EXO? Kalau kau jadi aku mana yang akan kau pilih?"

"…"

"…"

"…"

"…?"

"… meong..."

"Kok aku malah nanya ke kucing? Aish! Pabo-ya!" Chen mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kesal. Selang beberapa saat matanya mulai terkantuk-kantuk. Yah… latihan choreo seharian tadi benar-benar sukses menguras tenaganya. Dan akhirnya pandangannya mulai gelap hingga tubuhnya ambruk ke tanah. Tertidur lelap.

.

.

"Ng? Dimana ini? Kok aku nggak di dorm?"

Malam yang gelap telah berubah menjadi pagi hari yang cerah. Chen yang baru saja terjaga dari tidurnya mulai mengucek-ucek mata begitu menyadari keanehan lokasi tempat ia terbangun. Jalan sempit dengan coretan graffiti di dinding… Ah! Ini lokasi semalam! Jadi ia tertidur di sini semalaman?

"Aku harus segera ke dorm. Jongin pasti sudah pesan ayam buat sarapan! Ah… ngantuk nih! Lho? Kok aku jalan ngerangkak?"

Chen menatap ke arah kakinya. Ya, kaki. Kaki itu berbulu lebat berwarna oranye terang dengan cakar di bagian ujungnya. Kesadaran Chen mulai kembali perlahan-lahan. Kok kondisinya malah makin aneh? Ada apa sih? Apa para member ada disekitar sini dan memasangkannya kostum? Itu pasti ulah Park Chanyeol atau Byun Baekhyun! Ya! Nggak salah lagi!

Pandangan Chen tiba-tiba tersita begitu melihat pantulan wajahnya di sebuah pecahan cermin yang tersandar di dinding gedung.

"… hah!"

Yang tepat berdiri di depan cermin itu adalah dirinya namun… yang terlihat di cermin adalah sesosok makhluk berbulu oranye berwajah imut dengan telinga tegak, berkumis dan mata bulat.

"KENAPA AKU JADI KUCIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNGGGGGG!"

Bersambung ke Chapter 2. The Cat Meet the Beagles.