My study
.
.
Disclaimer © Tite Kubo
Rated :: T
Chapter 1:
Disebuah stasiun kota Karakura, pukul 7 malam. Keluarlah seorang wanita dari gerbong kereta sambil membawa tas-nya menuju ke pintu keluar. Wanita itu datang dari kota Seireitei untuk melanjutkan study-nya. Dia kelihatannya sangat asing dengan kota ini. Dia keluar dari gerbong sambil tengok kiri-kanan, mencari seseorang. Dia rogoh ponsel di kantong jaketnya dan melakukan sesuatu dengan ponselnya.
"Aneh. Benarkah orang yang dikatakan Renji itu bakal menjemputku?" tanyanya pelan sambil melihat ponsel dan melihat keluar, mencari orang yang dikatakan Renji sambil tetap jalan.
P.O.V
Namaku Kuchiki Rukia, lulusan dari SMA 1 Seireitei. SMA yang paling ternama disana. Sekarang, aku akan melanjutkan study-ku disebuah universitas negri di Karakura ini. Aku mengambil jurusan kesehatan dan sejak dulu aku memang bercita-cita menjadi ahli medis. Apakah ahli medis dan dokter itu sama? Aku saja enggak tahu. Sekarang, aku sedang berjalan keluar stasiun sekaligus mencari orang yang kata Renji akan menjemputku disini. Orang yang akan menjemputku itu adalah teman Renji dan teman kakakku. Saat kubilang aku ingin melanjutkan study-ku di Karakura, kakakku menentangnya karena kakakku berfikir aku masih belum mandiri dan belum bisa tinggal sendirian. Lagipula, kata kakakku, kota Karakura itu berbahaya bagi wanita yang belum kenal betul dengan kota tersebut. Tapi, berkat aktingku yang top, aku berhasil membuat kakakku mengizinkanku untuk tinggal di Karakura sendirian tanpa sanak keluarga sama sekali. Berbohong demi masa depan, kan enggak masalah.
End P.O.V
"Lalu dimana orang yang dikatakan Renji itu? Haduuh!" gerutu Rukia menggaruk kecil kepalanya.
"Em? Siapa, ya nama teman yang dikatakan Renji itu? Kuso…kuri…ku…kuma? Bukan. Itu, sih pacifista. Kumi…ku…ku…ku tak tahuuu! Aakh, mau nelphone Renji juga enggak bisa! Pulsanya abis!" kesal Rukia berhenti berjalan sejenak.
Flashback sesaat sebelum Rukia berangkat…
"Akan ada yang menjemputku?" heran Rukia.
"Iya. Pokoknya kalo udah nyampe disana, kau tunggu aja didepan stasiun. Nanti temanku bakal jemput kau disana. Dia yang akan membantumu selama kau di Karakura…" jelas Renji.
"Dia…siapa?"
"Teman SMP-ku. Dia pernah sekolah disini juga. Saat SMA kelas 2, dia balik lagi ke Karakura. Byakuya juga kenal sama dia, kok. Pokoknya kau tenang aja disana…" ujar Renji mengacungkan jempol.
End Flashback…
"Huuh, Renji udah bilang kayak gitu…mau gimana lagi? Tunggu didepan stasiun aja, deh…" ucap Rukia yang melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya didepan stasiun, begitu banyak orang yang sedang menunggu didepan sana. Dia yang tidak tahu rupa teman Renji itu diam saja bingung harus ngapain. Kemudian, dia bersender ditembok depan stasiun sambil melihat jam tangannya.
"Dasar! Kalo sampai satu jam aku enggak dijemput juga…aku akan langsung pergi ke apartement yang udah aku pesen…" ucap Rukia memutuskan.
Kemudian, dia melihat seorang pria sedang bersandar ditembok yang sama dengannya sedang memainkan ponselnya. Pria itu terlihat tampan, gagah, dan gaya-nya cool. Itu pun didukung dengan tinggi tubuhnya yang membuat Rukia sedikit kagum. Tanpa sadar, Rukia terus melihat pria itu hingga pria itu melihat balik kearah Rukia.
"Teman Renji dari Seireitei, ya?" tanya pria itu tiba-tiba. Hal itu membuat Rukia kaget.
"E…Eh?"
"Sesuai dengan yang dikatakan Renji. Wanita pendek dengan muka sok diimutin…" jelas pria itu datar sambil menutup ponselnya. Tentu hal itu membuat Rukia yang temperamental kesal. Tanpa dia sadari, dia langsung memukul pria itu hingga terjatuh.
"Tidak sopan! Kau baru bertemu denganku sekarang dan itu komentar pertamamu setelah melihatku! Pria macam apa kau!" omel Rukia sambil tolak pinggang dengan gigi berubah menjadi runcing. Sementara pria itu memegangi kepalanya.
"Sakit, dasar kau wanita cebol! Kau baru pertama kali bertemu denganku dan langsung memukulku? Kasar sekali kau!" bentak pria itu berdiri sambil menatap tajam Rukia.
"Cerewet! Kau duluan yang ngajak ribut!" balas Rukia tidak kalah galak. Rukia dan pria itu saling adu death-glare untuk beberapa saat hingga membuat pejalan kaki yang lewat heran.
"Huh, sudahlah!" kesal Rukia membuang muka dari pria itu.
"Cih, aku Kurosaki Ichigo. Renji sudah cerita tentangmu padaku. Hanya ini barangmu? Ayo berangkat!" ajak pria bernama Kurosaki Ichigo itu.
"Enak banget kau ngomongnya! Abis mengejekku, kau langsung bertingkah seperti enggak punya salah dan enggak terjadi apa-apa tadi!" komentar Rukia kesal.
"Jangan cerewet! Hujan bentar lagi turun. Kau mau keujanan dan seluruh barang bawaanmu ini basah!" Ichigo pun berjalan sambil memanggul barang bawaan Rukia.
"Cowok sialan! Ah, itu barang bawaanku! Mau kau apakan?" tanya Rukia.
"Kubantu kau untuk membawa barangmu. Ada keluhan?"
"U…Uukh! Ah, hei! Tunggu! Ini, Renji memberikan titipan untukmu…" kata Rukia memberikan sebuah bingkisan pada Ichigo. Ichigo melihat bungkusan itu dengan tatapan dingin bahkan sedikit kesal.
"Aku enggak butuh. Ayo jalan!" cetus Ichigo dingin dan mengacuhkan bingkisan itu.
"Apa? Hei! Aku belum selesai bicara!" seru Rukia.
"Kubilang gak butuh!" balas Ichigo.
"A…Apaan, sih! Kok dingin banget jadi cowok!" umpat Rukia sedikit shock dan berhenti.
"Hei, buruan! Kutinggalin, lho…" seru Ichigo. "Iya!" Rukia dengan nada sedikit kesal berlari kecil kearah Ichigo yang memanggul tas-nya.
.
Mereka pun berjalan keluar stasiun. Rukia jalan sedikit jaga jarak dengan Ichigo. Dia agak segan dekat dengan Ichigo mengingat apa yang tadi dia lakukan pada pria itu saat pertama kali bertemu. Benar-benar pertemuan pertama yang menyebalkan. Sementara itu, Ichigo jalan tetap santai, tenang dan dengan mulut mengunyah permen karet dan sesekali membuat balon dengan permen itu.
"Hei, Kurosaki…" panggil Rukia memecahkan keheningan.
"Apa? Panggil Ichigo saja. Formal sekali kau…" kata Ichigo yang tidak menoleh dan tetap jalan agak didepan Rukia. Terlihat sekali bahwa ternyata sifat pria itu dingin.
"Bagaimana kalau kita langsung ke mansion yang sudah kupesan? Aku udah janji sama pemilik mansion itu…" ujar Rukia.
"Mansion?" heran Ichigo menoleh pada Rukia.
.
.
"Ini…mansionnya?" heran Ichigo saat sampai didepan mansion itu. Dia benar-benar heran melihat bangunan yang ada didepannya. Dalam pandangannya, mansion itu begitu buruk, tidak teratur dan rasanya tidak aman jika membiarkan wanita seperti Rukia tinggal ditempat seperti ini.
"Kau yakin ini tempatnya? Salah alamat kali kau…" ucap Ichigo mencoba memastikan.
"Apa? Enggak, kok! Aku yakin ini alamatnya…" tegas Rukia sedikit shock juga mendengar ucapan Ichigo.
"Em, jujur saja, ya. Menurutku, tempat ini enggak cocok ditempati olehmu. Kau milih tempat enggak liat-liat dulu, ya?" tanya Ichigo.
"Berisik! Aku hanya memintamu mengantariku kemari, bukan untuk mengomentari mansion ini! Berikan tas-ku!" kesal Rukia yang mengambil tas-nya dari genggaman Ichigo dan masuk kedalam mansion dengan wajah cemberut.
"O…Oi, kalo ada apa-apa, hubungi aku saja…" kata Ichigo sesaat sebelum Rukia masuk.
"Gak punya pulsa!" singkat Rukia tanpa menoleh dengan berapi-api.
Didalam mansion yang berlantai dua itu, sejauh mata Rukia memandang, kondisinya memang seperti yang dikatakan Ichigo. Dipojok-pojok lorong Rukia melihat banyak wanita berpakaian terbuka sedang berduaan dengan pria-pria yang dalam kondisi mabuk.
"Oi, kayak-nya ada barang baru, nih…" ucap seorang pria saat Rukia menaiki tangga. Rukia mengacuhkannya dan tetap menaiki tangga dengan tenang.
"Suit, suit, cewek cakep, nih. Main-main sama kita, yuuk…" goda teman pria itu.
"Menjijikkan…" umpat Rukia.
"Jangan lewat saja, dong. Main sama kita disini…" pria itu menghadang jalan Rukia.
"Tolong minggir! Aku mau pergi kekamarku…" kata Rukia tegas. "Uuh, galaknya~…"
Saat pria itu hendak menyentuh Rukia, Rukia langsung mengambil tongkat yang tersembunyi dibalik jaketnya.
(A/N: Penjelasan bagi tongkat Rukia:
Tongkat ini terbagi menjadi tiga bagian dan jika disatukan akan jadi tongkat yang panjang. Hampir mirip dengan Houzukimaru Ikkaku tapi tidak digabungkan dengan rantai hingga mudah disimpan diberbagai tempat. Rukia menyimpan tongkat itu dibalik jaketnya sebagai alat perlindungan. Biasanya, dia sembunyikan dibalik rok-nya. Untuk lebih detail, sama seperti tongkat Nami dari One piece)
Tongkat itu pun diayunkan dengan kuat untuk memukul pria yang menggoda Rukia. Pria itu terkena telak hingga dia tersungkur dibawah tangga dengan 7 gigi patah.
"Kosu-chan!" seru teman pria itu dengan mata putih, kaget lihat temannya dikalahkan dengan mudah oleh seorang wanita bertubuh mungil.
"Jangan sentuh aku, kau pria brengsek!" bentak Rukia memegangi tongkatnya dengan sangar.
"Kau! Kau apakan temanku, wanita!" kesal teman pria itu yang menyerang Rukia. Tidak terpancar rasa takut sedikit pun dimata Rukia. Dia bersiap dengan tongkatnya dan beberapa saat kemudian, 3 pria bertubuh kekar itu sudah dikalahkan Rukia yang bermodalkan tongkat itu.
Tidak sampai 2 menit…
Rukia mengetuk tongkat pada lantainya. "Heh! Kalian terlalu meremehkan wanita. Beginilah rasanya jika kalian meremehkan wanita!" ucap Rukia melihat 3 pria itu dengan muka babak belur saling bertimpaan dibawah tangga. Dia pun menyimpan kembali tongkatnya itu dan pergi menuju kamarnya. Belum dia sampai di lantai 2, seorang pria kembali menyerangnya saat dia lengah.
"Apa?" Rukia terkejut saat kedua tangannya dipegang hingga dia tidak dapat mengambil tongkatnya.
"Sial!"
"Khukhukhu, kau malang, ya, wanita? Kau kuat juga, ya…"
"Tch!"
Duak, tiba-tiba pria yang memegangi Rukia itu dipukul seseorang hingga menghantam tembok. Rukia pun terkejut.
"Kogo-chin!" kaget teman pria yang menyusul pria pertama.
"A…Apa?"
"Sudah kubilang tempat ini berbahaya, kau tetap ngotot mau disini…" kata pria yang menolong Rukia sambil mengepalkan tinju-nya. Bersiap-siap jika harus melayangkan tinjunya kembali.
"Ichigo!"
"Kau baik-baik saja?" tanya Ichigo melihat Rukia.
"Ya. Kau…kenapa disini? Tadi kau sudah pergi, kan?" tanya Rukia balik. Ichigo terdiam, bingung mau jawab apa.
"Kau enggak mau menolongku, kan?" tebak Rukia.
Mata Ichigo langsung membulat kaget saat mendengar ucapan Rukia. Dia langsung melihat Rukia yang senyum-senyum gaje.
"Jangan salah sangka, ya. Aku enggak bermaksud untuk menolongmu. Aku bahkan enggak peduli apa yang terjadi padamu…" jawab Ichigo terdengar berbohong sambil menunjuk-nunjuk Rukia.
"Hee, kau bohong, kan?"
"Aah! Anggap saja kau ini ada dibawah pengawasanku atas perintah Byakuya. Jika sesuatu terjadi padamu, aku akan habis dimakan Byakuya. Sudah cukup, gak usah nanya lagi! Ayo cepat pergi dari tempat ini!" seru Ichigo.
Mereka pun segera pergi dari mansion itu. Saat melewati 3 orang pria yang tadi dikalahkan oleh Rukia, kaki Rukia tiba-tiba dipegang.
"Jangan lari setelah apa yang kau lakukan ini, wanita!" ucap pria itu mencengkram kaki Rukia.
"Ruki-…"
Saat Ichigo ingin menolong Rukia, Rukia…
"Jangan sentuh kakiku dengan tangan kotor-mu itu, kau rendahaaan!" Rukia langsung menginjak-injak barang terpenting bagi seorang pria tanpa merasa bersalah sama sekali. Dia menginjaknya seperti mematikan rokok dengan kakinya.
"Uakaaha!"
"Gyaaa! Hentikan Rukia! Kau bisa merubahnya jadi wanita!" ucap Ichigo mengingatkan. Karena dia seorang pria, tentu dia tahu bagaimana rasanya saat barang itu diinjak-injak sampai seperti itu. Pasti sakit sekali.
"Uakahahahak!" rintih pria itu terdengar miris.
"U…Uuukh…" Ichigo mengapitkan kakinya, merasakan penderitaan pria itu.
"Huh! Jangan pernah meremehkan wanita kubilang…" singkat Rukia berjalan duluan, meninggalkan Ichigo yang masih prihatin pada pria itu.
"Hei, kau. Sabar, ya jika alat-mu itu tak berfungsi lagi…" kata Ichigo sedih melihat pria itu klepek-klepek dengan mulut berbusa.
"Hei, kau juga ayo pergi!" Rukia langsung menarik tangan Ichigo untuk pergi dari mansion ini.
.
.
Setelah cukup jauh dari mansion itu, Rukia dan Ichigo duduk dibangku sebelah mesin penjual minuman. Ichigo membeli dua kaleng minuman setelah lelah karena lari tadi.
"Nih minum!" kata Ichigo melemparkan sekaleng jus jeruk pada Rukia. "Makasih…"
"Sekarang, aku enggak peduli apa alasanmu. Aku akan menelphone Renji atau Byakuya untuk menyuruhmu pulang setelah yang terjadi tadi…" kata Ichigo sambil meneguk minumannya. Mata Rukia langsung membulat saat mendengar ucapan Ichigo.
"Jangan!" seru Rukia hingga membuat Ichigo terkejut.
"A…Apa, sih!"
"Jangan katakan apapun pada Nii-sama tentang kejadian ini. Aku enggak mau balik lagi ke Seireitei! Jika mereka tahu, aku pasti akan dipaksa untuk balik kesana" jelas Rukia.
"Memang itu niatku. Kau takkan aman berada disini sendirian! Kau mau kejadian tadi terulang kembali?"
"Tentu tidak! Tapi, aku juga enggak mau balik ke Seireitei. Aku mohon, apapun yang terjadi jangan beritahu Nii-sama atau Renji!" mohon Rukia serius. Matanya menatap tajam mata coklat Ichigo. Ichigo terdiam sejenak mendengar ucapan Rukia yang bersungguh-sungguh itu. Suasana hening sejenak, Ichigo atau Rukia tidak ada yang mau bicara. Ichigo kemudian menghela nafas dalam-dalam.
"Haah, lalu sekarang kau mau tinggal dimana? Baiklah, aku enggak akan telephone Byakuya atau Renji. Tapi, takkan kuizinkan kau jika kau balik ke mansion itu lagi…" ujar Ichigo melihat Rukia dengan wajah malas.
Rukia menunduk, mengerutkan alisnya, melihat kaleng jus-nya.
"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau kembali ke Seireitei. Aku juga tidak mau kembali ke mansion yang tadi…" pikirnya.
"Hei!"
"Benar juga! Ichigo, aku…izinkan aku tinggal bersama-mu untuk sementara!" ucap Rukia blak-blakan saat Ichigo sedang meneguk jus-nya. Tentu hal itu membuat Ichigo kaget dan menyemburkan minumannya.
"Ti…Ti…Ti…Tinggal bersama denganku? Ka…ka…kau gila?" tanya Ichigo terdengar panik bercampur kaget.
"Kumohon! Aku enggak mau balik ke Seireitei ataupun mansion yang tadi. Aku…aku ingin tinggal bersamamu sampai aku bisa menemukan tempat tinggal yang layak untukku!" tegas Rukia sambil memegangi tangan Ichigo. Benar-benar meminta bahkan memohon.
"Byakuya bisa membunuhku jika tahu aku tinggal satu atap denganmu!" lanjut Ichigo.
"Kau yang dibunuh ini, bukan aku. Aku mohon!"
"Enak di elu, rugi di gue!" umpat Ichigo.
"Ayolah, aku mohon!"
Ichigo kembali terdiam melihat keteguhan hati Rukia. Dia tidak tahu harus mengatakan Rukia keras kepala atau bersungguh-sungguh hanya untuk mempertahankan melanjutkan study-nya. Lagi-lagi dia menghela nafas dalam-dalam.
"Haah, baiklah. Kau boleh tinggal ditempatku…" kata Ichigo menyetujui rencana Rukia.
"Benarkah! Hyaah, kau baik sekali, Ichigo!" senang Rukia sampai-sampai dirinya memeluk Ichigo.
Blush, muka Ichigo langsung memerah karena ini pertama kalinya dia dipeluk oleh wanita.
"O-Oi! Jangan memelukku ditempat sepi seperti ini!" komentar Ichigo yang merasakan jantungnya berdetak kencang saat Rukia memeluknya erat.
"Ah, ini kebiasaan burukku. Kalo senang dengan tindakan orang yang menolongku, aku langsung memeluknya. Tapi, kau sungguh baik, Ichigo. Terima kasih banyak…" ujar Rukia terlihat sangat senang dan bahkan rasa senangnya itu seperti anak kecil baru dibelikan permen kesukaannya.
"Tapi, jangan bikin repot dirumahku…" kata Ichigo berwajah sedikit merah.
"Pasti! Aku akan merepotkan-…maksudku, aku takkan merepotkanmu!" Rukia langsung hormat.
"Kau ini kalo bertindak atau ngomong gak pernah mikir dulu, ya? Dasar!" keluh Ichigo. Rukia hanya senyum atau nyengir. Ichigo pun membalasnya dengan senyum walau hanya senyum kecil.
"Ampun, deh. Kok jadi kayak begini?" tanya Ichigo mengelus rambut belakangnya dan menutup matanya.
To be continued
Minna-sama! RnR please!
