Besok sebenarnya ada remed ujian laboratorium, tapi gak tau ada angin apa, kok saya terinfeksi virus KakaIru ya? Kemarin cuma coba-coba iseng baca fanficnya, bahasa inggris, cari yang bagus dan angst, eh… taunya bagus banget, aku keterusan baca dari jam 10 malem sampai jam 4 pagi.

Yah, aku emang lumayan suka pasangan KakaIru, meski kurang laku di sini. Coba nulis ah (padahal fic lain udah numpuk), gak tau apa bakal ada yang suka atau gak.

Fanfic ini sedikit terinspirasi dari fanfic inggris The Heart of A Ninja, coba baca, itu baguuusss banget.

Warning: Angst, Sho-ai (mungkin?), miss typo, agak OOC, lebay… oh ya, settingnya pas sebelum Shippuden, pas Sasuke baru pergi dan Naruto latihan sama Jiraiya.

Disclaimer: Saya cuma minjem charanya Kishimoto-sensei aja kok


Patching and Healing

Seseorang dulu bilang, ninja seharusnya tidak memiliki hati. Entah itu emosi, perasaan atau simpati, semuanya tidak berguna dalam misi. Tapi, menurut Kakashi, bukan karena tidak berguna dalam misi maka ninja tidak boleh memakai perasaannya. Tapi, karena luka yang datang terus menerus, karena kehilangan yang silih berganti, maka hati itu lama kelamaan menjadi semakin tumpul.

Membunuh, kematian, terluka, rasanya sudah menjadi keseharian seorang ninja, terutama Anbu dan Jounin yang merupakan lini depan dari bagian penyerang Konoha.

Kakashi pernah menjadi Anbu, dan sekarang adalah Jounin. Ada kalanya ia masih menerima tugas Anbu. Karena itu, ia tahu betul bagaimana beratnya menjalani misi berat yang selalu mengikis hati serta melukai tubuh.

Jujur saja, ia pun merasa lelah. Ia sudah kehilangan banyak orang yang ia sayangi, hingga hanya tersisa ia seorang diri. Mulai dari ayahnya, Obito, Rin, Minato-sensei, kemudian kepergian Sasuke. Naruto yang akhirnya berlatih bersama Jiraiya dan Sakura berada dibawah ajaran Tsunade.

Hanya tersisa ia seorang diri dengan setumpuk misi berbahaya yang siap merenggut nyawanya setiap saat.

Ia sudah capek terluka terus menerus, setiap ia menyelesaikan misi ia selalu berakhir di rumah sakit. Ia juga lelah terus menerus kehilangan orang-orang terdekatnya, hingga ia tidak mau dekat dengan orang lain kembali.

Lelah, namun ia tidak bisa mati.

Inikah yang disebut dengan 'hidup segan mati pun tak mau'?

Meski hingga sekarang ia bertanya-tanya kenapa ia masih hidup sampai sekarang. Apakah demi dirinya sendiri? Atau demi orang-orang yang sudah mati demi dirinya?

Kakashi tidak tahu lagi. Ia hanya terus terbangun di pagi hari dengan perasaan hampa. Setiap pagi ia mengunjungi nama-nama orang-orang yang ia sayangi, yang terukir pada sebuah batu. Berjam-jam ia habiskan untuk mengingat semua kesalahan yang perbuat, semua kesalahan yang ia lakukan.

Semua rasa itu selalu ia pendam, di balik topengnya, di balik buku pornonya.

Ia tidak pernah tahu harus bagaimana. Bagaimana agar ia bisa terus hidup tanpa merasa hampa.

Juga kesepian.

IoI

Langit membentang di atas bumi, menampakan perubahan warnanya menjadi oranye tanda hari akan mulai gelap. Seorang guru akademi ninja hanya mendesah, ia lelah dan ingin segera pulang. Namun sayangnya, meski ia sudah banting tulang mengajari anak-anak pre-genin yang sangat hiperaktif, ia masih harus menjalankan tugasnya di bagian pembagian misi di gedung Hokage.

Ingin rasanya ia mengambil libur, namun kemudian guru itu hanya tersenyum. Guru yang bernama Iruka itu tahu betul dirinya sendiri yang merupakan workaholic. Jika tidak bekerja, ia justru akan merasa tersiksa. Karena itu, ia lebih memiliki kelelahan daripada tidak ada kegiatan apa-apa.

Ia segera mempercepat langkahnya saat matahari mulai tenggelam di barat, hanya tersisa separuh di langit.

Namun, perhatiannya terbentur pada seorang ninja yang ada di depannya. Berjarak beberapa meter di depannya, dengan punggung menghadap ke arahnya.

Dari rambutnya saja, Iruka segera mengenalinya sebagai Kakashi. Guru tim tujuh yang sekarang sudah di non-aktifkan. Orang yang terkenal seperti sebuah legenda. Orang yang memiliki kehidupan sangat jauh berbeda dengan Iruka.

Pendapat Iruka tentang Kakashi sendiri agak kompleks, ia tidak benar-benar kenal dengan orang itu, hanya sebatas tahu. Mereka dulu pernah sedikit berdebat, karena Iruka khawatir dengan Naruto, namun Kakashi dengan jelas menegaskan bahwa Naruto dan teman-teman setimnya adalah bawahannya, bukan muridnya lagi.

Selain dari itu, Iruka tidak pernah benar-benar bicara dengan Kakashi.

Saat langkah kaki Kakashi di depannya terhenti, Iruka juga terhenti. Bukan maksudnya ia hendak menguntit jounin itu, tapi ia ingin tahu kenapa ninja terkenal itu berhenti.

Iruka segera melihat apa yang menghentikan Kakashi.

Sekelompok anak kecil yang tengah mempermainkan seekor anjing jalanan.

Iruka hanya mampu termangu melihat hewan malang itu dilempar ke sana kemari seperti sebuah bola. Hingga akhirnya jatuh dan anjing itu menggogong kesakitan. Anak-anak kemudian pergi, mungkin bosan, meninggalkan anjing yang hanya terbaring di jalan.

Iruka tersadar setelah beberapa lama ia termangu di sana, ketika tetesan hujan mulai turun membasahi badannya.

Ia melihat Kakashi tidak bergerak, Iruka pun hanya diam.

Ah, apa yang ia pikirkan? Ia harus menolong anjing itu, membawanya ke dokter hewan dan ia pasti akan sehat kembali. Meski ia tidak bisa memeliharanya karena ia tinggal di apartemen, tapi mungkin ia bisa menyerahkan anjing itu ke keluarga Inuzuka untuk diurus.

Pikirannya buyar saat ia melihat Kakashi menghampiri anjing itu di bawah terpaan hujan. Hatinya sedikit menghangat saat Kakashi membelai anjing itu, yang hanya terkapar tak bisa bergerak.

Namun, wajahnya menjadi horror saat jounin itu menarik sebuah kunai dari sakunya dan dengan sekali tancap, kunai itu menembus dada anjing itu, yang hanya mampu mengeluarkan gonggongan lemah sebelum tubuhnya bersimbah darah.

Kenapa…?

"Apa yang kau lakukan Kakashi-sensei!?" pekik Iruka, marah juga histeris. Ia bersyukur jalanan sekarang sepi karena hujan lebat, bagaimana reaksi orang-orang bila melihat seorang ninja membunuh anjing yang tidak berdaya seperti itu?

Kakashi menoleh padanya, matanya yang hanya terlihat satu sekilas tampak hampa. Namun, Iruka terlalu marah untuk menyadarinya.

"Aku hanya mengakhiri penderitaannya saja," jawab Kakashi ringan, seakan apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang sangat wajar.

"Kau bisa membawanya ke dokter hewan terlebih dahulu, daripada dibunuh seperti ini!" pekik Iruka, ia tidak peduli apakah Kakashi itu jounin yang mampu mematahkan lehernya sebelum ia bisa menghindar. Yang jelas, apa yang Kakashi lakukan itu sangat tidak manusiawi dan ia tidak bisa menerimanya.

"Ia terluka karena dilempar, sepertinya kakinya patah dan tubuhnya juga terluka. Meskipun sembuh, ia akan cacat. Memangnya ada orang yang mau memelihara anjing cacat?" tanya Kakashi, membuat Iruka bungkam.

Namun, Iruka tetap merasa merah. Ia tahu, mungkin pada akhirnya anjing itu akan mati juga, entah karena tidak tertolong atau tidak terurus, tapi tetap saja…

"Tetap saja, kau tidak berhak melakukan itu, anjing itu mungkin masih ingin hidup," balas Iruka, menatap tajam Kakashi yang tampak tidak berekspresi.

Ada sesuatu yang lain pada jounin itu hari ini, namun Iruka tidak mau memikirkannya.

"Untuk apa hidup bila hidup itu tidak memiliki arti?" tanya Kakashi lagi, kali ini membuat Iruka kehilangan kata-kata.

Kenapa ia bicara begitu?

"Tapi, meski hidup itu tidak berarti, bila tetap hidup pasti akan terjadi sesuatu yang baik," kata Iruka lagi, dengan nada suara yang lebih rendah. Ia bisa melihat mata Kakashi membelalak sejenak sebelum akhirnya ia kembali normal.

Kakashi menundukkan kepalanya sebelum akhirnya ia menatap kembali Iruka dan tersenyum. "Maafkan aku Iruka-sensei, aku membuatmu kesal," katanya.

Namun, Iruka merasa permintaan maaf itu tidak sepenuhnya tulus.

Iruka hanya diam, mencoba meredam sisa api kemarahan yang masih tersisa di dadanya. Ia terkejut saat Kakashi memungut jasad anjing itu, kemudian berbalik lagi ke arahnya.

"Aku akan menguburnya, sebagai permintaan maaf," katanya lagi. Iruka tidak bicara apa-apa, hanya mengangguk pelan.

"Sampai nanti, Iruka-sensei," kata Kakashi dengan santai sebelum menghilang di antara kepulan asap.

Tinggalah Iruka sendiri di bawah hujan, masih sedikit syok dengan apa yang terjadi barusan.

Sikap Kakashi terlihat aneh untuknya, meski logis, tapi tetap saja terlalu kejam. Lalu, gerak-gerik jounin itu agak janggal. Sudah lama Iruka tidak melihat Kakashi secara jelas, biasanya hanya sekilas saat ninja itu melaporkan misi atau menerima misi. Namun, dulu saat ia masih menjadi guru Naruto, Sasuke dan Sakura, Kakashi terlihat lebih… ceria? Bukan, ia terlihat lebih hidup. Namun sekarang, sepertinya sinar kehidupan itu meredup dari matanya, menyisakan kehampaan.

Iruka mendesah, apa ia terlalu banyak berpikir? Mungkin ini cuma perasaannya saja.

Lagipula, yang sedang ia pikirkan ini adalah Hatake Kakashi, jounin tangguh yang kuat dan pemberani.

Rasanya orang seperti Kakashi adalah orang yang akan berakhir di medan perang, bukan mati sendirian seperti anjing itu barusan.

Benar kan?

IoI

"Bos, apa kau tidak apa-apa?"

Kakashi menoleh pada Pakkun, namun pandangannya seperti tidak fokus. Dadanya terasa sesak dan napasnya menjadi pendek. Tubuhnya berkeringat meski ia tidak kepanasan. Tubuh dan bajunya masih basah karena kehujanan tadi. Tapi, ia tidak peduli. Ia hanya bingung dengan perdebatannya dengan Iruka tadi.

Ia tidak mengerti dan kepalanya menjadi sakit. Apakah tindakannya salah? Atau memang ia sudah terlalu terbiasa membunuh orang hingga ia tidak tahu lagi rasa bersalah?

Ia hanya tidak mau anjing itu menderita lebih lama, terluka dan kesepian tanpa ada yang peduli, hanya menjalani hidup tidak berarti sebelum akhirnya mati perlahan-lahan dan menjadi bangkai.

Menyakitkan, terlalu mirip dengan dirinya hingga rasanya sangat menyakitkan.

Untuk apa terus menjalani hidup seperti ini? Setiap tindakan yang ia lakukan hanyalah mencabut nyawa orang, atau gagal menyelamatkan orang yang ia sayangi.

Tangannya berlumuran darah, tubuh dan hatinya penuh dengan luka.

Kakashi menggeretakkan giginya dan meninju dinding kamar mandi dimana ia berada, membuat Pakkun kaget dan dengan panik berusaha menghentikan pemiliknya.

Kakashi tidak mengerti perkataan Iruka, "tapi, meski hidup itu tidak berarti, bila tetap hidup pasti akan terjadi sesuatu yang baik" saat itu rasanya ia ingin berteriak ke depan wajah guru akademi itu, memberikan bukti bahwa hidup tanpa arti itu hanya menyiksa, yang terus terjadi adalah kejadian-kejadian buruk.

Kepalan tangannya mulai berdarah, namun rasa sakitnya tak sebanding dengan rasa sakit yang menyerang dadanya sekarang.

Tidak mungkin Iruka mengerti rasa sakit yang ia derita. Derita karena menjadi pembunuh dan pengecut yang kehilangan banyak orang. Iruka disukai banyak orang, dicintai semua muridnya. Hari-hari yang ia jalani penuh kebahagiaan, tidak seperti Kakashi.

Ia lelah sekali hidup seperti ini, sangat lelah…

Seandainya seperti anjing itu, ada orang yang bersedia membunuh dirinya, ia ingin sekali dibunuh. Tapi, ia memang pengecut karena pada detik-detik terakhir, ia pasti menghindar dan akhirnya balik membunuh orang itu.

Menyedihkan…

Sangat menyedihkan…

End?


Tergantung review, kalau banyak lanjut, kalau gak ya gak usah. Kakashi OOC banget ya? Yah, namanya juga orang stress, dia kan lagi depresi di sini. Ok…

Review! Review!