Ibu Tiri VS Anak Tiri
Pair . Naruto . OC . Sasuke
Genre . Family . Komedi
Disclaimer . Masashi Kishimoto
Summary . Karena tidak bisa membayar hutang ayahnya, terpaksa Naruto menikah dengan seorang Duren beranak tujuh dan melepaskan jabatannya sebagai agen lapangan. Disisi lain Daisuke bersaudara membuat 1001 cara untuk menyikirkan Naruto, namun bagaimana kalau Naruto mendidik mereka ala militer?
.
.
.
.
Story by Mitsuki HimeChan
.
.
.
Prolog
...
"Jadi berapa sisa hutang ayah ku kepada tuan?" tanya Naruto harap cemas menatap pria tua yang duduk dengan tenang di hadapannya.
"Kamu yakin mau dengar?" tanya Fugaku santai.
Naruto meneguk ludahnya dengan susah payah mendengar pertanyaan balik Fugaku yang berkesan bahwa hutang ayahnya benar-benar sangat banyak. Yah itu sangat wajar karena perusahaan ayahnya bangkrut satu tahun yang lalu dan UC Group sudah berusaha dengan maksimal untuk menolong perusahaan ayahnya dengan meminjamkan dana namun persaingan dunia bisnis memang kejam membuat perusahaan ayahnya akhirnya jatuh ke tangan pengusaha lain dan ia baru tahu kalau ayahnya hanya membayar separuh dari hutang yang dia pinjam kepada UC Group sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya beberapa bulan yang lalu.
Selama ini ayahnya tidak bilang kalau dia punya hutang, Minato selalu tersenyum hangat kepadanya seolah tanpa beban yang dipikul, oh andai saja ia tahu lebih awal pasti Naruto akan berkerja lebih giat lagi untuk membantu ayahnya tapi apa daya jika ayah tidak pernah berkata kepadanya.
Pantas saja ayahnya sebelum meninggal menjual semua aset yang dia punya lalu meninggalkan sebuah bangunan cafe berlantai dua, dimana lantai satu tempat cafe dan lantai dua adalah rumah, tidak terlalu besar namun nyaman untuk di tinggali dan itulah warisan yang dia dapat.
"Bagaimana?" tanya Fugaku menyadarkan Naruto dari lamunannya.
"Eh? Ah... I..iya." Naruto menganggukkan kepalanya pelan.
"Sisa hutang ayah mu adalah lima miliar." jawab Fugaku membuat Naruto tersedak ludahnya dan menatap kearahnya dengan ekspresi tidak percaya.
"Se..se..sebanyak..i..itu?" tanya tergagap.
Fugaku mengangguk.
Naruto mendengus dan menepuk dahinya pelan karena bingung harus bagaimana membayarnya apalagi dia sangat yakin kalau setiap ada hutang pasti ada bunga di belakang. Benar-benar menyebalkan. Bagaimana dia mau bayar kalau gajinya perbulan saja hanya beberapa juta kalaupun mau pinjam ke bank, memang ada bank mau meminjamkan uang sebanyak itu? Apalagi kepada gadis miskin sepertinya.
"Kalau kau tidak bisa membayarnya dengan uang maka bisa dengan cara lain." kata Fugaku sambil berdehem pelan.
'Oh tidak jangan bilang kalau aku harus menikah dengannya seperti di film-film.' pikir Naruto was-was.
"Cara apa?" tanya Naruto setenang mungkin.
"Menikah dengan putra ku." jawab Fugaku membuat Naruto bernapas lega, kalau dengan anaknya sih gak masalah karena di lihat-lihat Fugaku sepertinya beberapa tahun lebih tua dari ayahnya berarti anaknya seusia dengan Naruto atau lebih tua beberapa tahun dari Naruto.
Tapi bagaimana kalau anaknya tidak mencintai Naruto? Yah bodoh amat yang penting hutangnya lunas dan lagipula Naruto bukan gadis lemah yang manja-manja dan bakal nangis kalau tidak diberi cinta oleh suaminya hanya karena menikah atas dasar bayar hutang. Naruto gadis kuat dan tidak baperan, tahu gak baperan apaan?
"Baiklah aku terima." Naruto mengangguk pasrah.
"Tapi putra ku seorang duda beranak tujuh." kata Fugaku memberitahukan status anaknya membuat Naruto ingin gantung diri dihadapan pria itu sekarang juga.
'Astaga tu orang hobi banget ya bikin anak nanti kalau gue juga beranak bisa bikin tim kesebelasan kali ya.' pikir Naruto frustasi.
...
Dan disinilah Naruto berada, ia sedang berdiri di hadapan seoang pendeta dan seorang pria tampan dan gagah tengah berdiri disampingnya.
Pendeta itu terus berbicara yang membuat Naruto bosan mendengarnya lalu ia pun melirik kearah dua orang anak perempuan yang mungkin berusia belasan tahun sedang berdiri tidak jauh darinya sambil memandang dirinya tajam seolah mengatakan 'welcome to hell' seraya menyeringai mengerikan tapi bagi Naruto itu hanyalah seringai biasa karena dia sudah sering melihat seringai yang lebih mengerikan lagi dan bisa membunuh dari pada seringai yang dua gadis kecil itu tunjukkan kepadanya.
"Bersedia." jawab Naruto saat pendeta itu bertanya kepadanya lalu di lanjutkan dengan sesi berciuman tapi Sasuke hanya mencium dahi Naruto dan bukan bibirnya.
Suara tepuk tangan yang meriah terdengar dari segala penjuru bahkan ada yang bersiul ria menatap kedua pengantin yang terlihat bahagia setelah sesi cium selesai.
Naruto tersenyum semanis mungkin kepada semua tamu undangan lalu kedua manik indahnya beralih menatap ketujuh anak tirinya yang duduk rapi sesuai urutan mereka dan Naruto sudah mengenal mereka melalui data dari internet tapi dia tidak tahu seperti apa watak mereka masing-masing.
Pertama ada Daisuke sebagai anak tertua dan merupakan anak dari istri pertama Sasuke yang bernama Haruno Sakura. Mereka cerai saat anak kembarnya lahir yaitu Sarada dan Saraya. Dari pernikahan pertamanya Sasuke memiliki empat orang anak yaitu Daisuke, Reyga, Sarada dan Saraya.
Lalu dari pernikahan keduanya dengan gadis Hyuuga yang terkenal lembut dan anggun seantero Jepang. Sasuke memiliki tiga orang anak yaitu Sai, Tobi dan Inari. Hinata meninggal dikarenkan kecelakaan satu tahun yang lalu.
Dan sekarang di istri ketiga Uchiha Sasuke.
"Lihat wanita itu dia terlihat seperti serigala berbulu domba." kata Sarada pedas menatap Naruto tak suka.
"Kita lihat saja berapa lama dia akan bertahan dengan kita." sahut Reyga dengan seringai meremehkan.
"Di lihat dari penampilannya, dia berbeda dari mama Hinata yang baik hati." komentar Saraya.
"Tentu saja mama ku itu orang baik." kata Sai menimpali perkataan Saraya sambil tersenyum lebar.
"Tentu saja." sahut Saraya sambil mengelus kepala Sai lembut.
"Apakah dia akan berbuat jahat kepada kita seperti di film?" tanya Tobi kepada kakak-kakaknya.
"Kitalah yang akan berbuat jahat kepadanya Tobi." sahut Daisuke, kakak tertua.
"Belbuat jahat itu gak baik kak." timpal Inari dengan wajah polosnya.
Daisuke tersenyum tipis lalu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Inari kemudian di gendongnya tubuh kecil Inari.
"Iya sayang." katanya lalu mencium pipi gembil Inari dengan gemas.
"Aku yakin dia pasti hanya mencintai uang ayah buktinya dia mau menikah dengan seorang duda beranak tujuh demi hutang ayahnya agar lunas." kata Reyga sambil berdecih tak suka.
"Bahkan usianya dengan usia ayah sangat beda jauh." sahut Daisuke.
"Usia ayah kita 38 kan? Lalu wanita itu?" tanya Sarada sambil membenarkan kaca matanya.
"Sepertinya 23 tahun." jawab Daisuke.
"Whats? Kakak yakin? Kok wajahnya kayak anak SMA seperti kakak." sahut Sarada tidak percaya dan kembali melihat kearah Naruto yang sedang duduk di plaminan bersama ayahnya.
"Pernah mendengar babyface?" tanya Reyga dan Sadara mengangguk.
"Itulah jawabanya." kata Reyga.
"Kau membuang masa depan mu dengan menikah dengan ku." kata Sasuke setelah cukup lama mereka duduk di pelaminan dan membiarkan MC mengisi acara.
"Memangnya seperti apa masa depan ku?" tanya Naruto sambil melihat kearah Sasuke.
"Menikah dengan pria yang kau cintai misalnya." jawab Sasuke membuat Naruto tertawa pelan, "Aku tidak punya kekasih atau pria yang ku cintai. Kau tahu aku ini seorang gadis yang banyak hutang, siapa yang mau hm?" sahut Naruto geli.
Sasuke menatap kedua sapphire Naruto dalam, sepertinya istri barunya ini terlihat baik dan juga tegar tapi kita tidak tahukan seperti apa Naruto sebenarnya lalu bagimana nanti sikap Naruto kepada anak-anaknya.
"Aku memiliki anak-anak yang manja, apa kau bisa merawat mereka dengan baik seperti Hinata?" tanya Sasuke memastikan.
"Aku tidak mempunyai saudara jadi aku tidak tahu bagaimana caranya mengurus orang lain atau anak-anak tapi akan aku usahakan agar bisa merawat dan mendidik mereka dengan baik." jawab Naruto dengan penuh keyakinan.
"Ku dengar kau berkerja di NPA. Bisa kau berhenti dari perkerjaan mu itu? Karena perkerjaan itu sangat berbahaya apalagi kau seorang wanita." pinta Sasuke.
Naruto terdiam sejenak kemudian menjawab, "Tidak bisa Sas, maksudku bukannya tidak bisa tapi aku sangat menyukainya saja dan aku sudah mengatakan hal ini kepada atasan ku dan dia bilang aku boleh tidak berkerja tapi jika ada sebuah masalah khusus dimana hanya aku yang bisa menyelesaikannya maka aku harus turun tangan."
Sasuke mengangguk paham.
"Lalu bagaimana kau akan merawat anak ku jika kau berkerja, aku tahu aku mempunyai banyak pelayan di rumah tapi mereka butuh perhatian juga dari seorang ibu terutama Inari dia masih kecil."
Naruto mengangguk mengerti, "Kau tenang saja aku bisa merawat mereka, aku hanya di tugaskan jika ada masalah serius dan tidak bisa dikerjakan oleh orang lain karena aku adalah anggota tim khusus. Dan tadi kau bilang anak mu semuanya manja bukan?" Sasuke mengangguk.
"Aku akan mendidik mereka menjadi anak yang mandiri tapi caraku berbeda dengan cara ibu pada umumnya, aku tidak akan menyiksa mereka seperti yang kau pikirkan atau ibu tiri yang jahat diluar sana." Sasuke berdehem pelan setelah Naruto tahu apa yang dia pikirkan tentang bagaimana Naruto akan mendidik anak-anaknya.
"Aku bukan orang seperti itu, kau tenang saja." kata Naruto lagi dengan senyum tulusnya membuat Sasuke tertegun melihatnya lalu keduanya berbicara banyak hal tentang kebiasaan buruk anak-anak Sasuke dari yang suka pilih makanan, bangun kesiangan, suka membentak para pelayan yang di anggap lelet, gak suka ngerjain tugas sekolah, dan masih banyak yang lainnya dan Naruto pun memberitahu Sasuke apa saja yang akan dia lakukan untuk mendidik mereka dan Sasuke setuju akan hal itu.
Setelah pembicaraan mereka selesai, Naruto menatap ketujuh anak-anak tirinya yang juga sedang menatap dirinya dengan tajam, Naruto menyeringai melihatnya sambil menaik-turunkan alisnya.
"Aku yakin dia juga punya rencana." kata Daisuke pelan.
Lanjut?
Maaf kalau fanfic ini tidak sesuai dengan apa yang kalian harapkan dan juga gaje, ada karakter lain alias OC. Dilarang judge karena ini murni karyaku dan aku tidak suka dengan orang yang menjudge karya ku seolah dirinyalah yang paling bagus dalam berkarya padahal gak ada karya dan untuk karya aku yang lain, tunggu aja, pasti aku tamatkan semua terutama Arigatou yang memang sedang memasuki konflik dan sedang mendekati ending, bagi yang gak suka karya ku mohon jangan di baca dan jangan menjudge kalau tidak SUKA dan mengatakan kalau aku ini tidak mengerti tentang dunia sastra, aku ini sangat mengerti tentang sastra bahkan sudah empat tahun bergelut dengan namanya sastra tapi bukankah setiap author punya ide yang berbeda-beda tentang bagimana caranya agar karya mereka menarik bukan? Begitu juga dengan ku, kan ada juga karya yang alurnya naik turun, dari damai, konflik, damai, konflik bukankah di kehidupan real juga seperti itu? So, ini karya ku sesuai dengan apa yang aku pikirkan. Dari pada NGEJUDGE dan mengKRITIK gak jelas ada baiknya memberi saran yang BERMUTU bukan? Dan thanks bagi yang sudah mau baca :)
Baturaja, 18 November 2016 Sumatera Selatan
(Yang tinggal di kota yang sama dengan Mitsuki, Mitsuki sekolah di SMA 4 bagi yang mau tahu dan mau bertemu dengan Mitsuki khehehehe... Tapi tahun depan Mitsuki OTW keluar kota mau kuliah.)
