Ch. 1 – Beginning of Love-
Oke minna.. Ini fic ShikaTema kedua saya..
Kisahnya berusaha aku bikin menyentuh #namanya usaha, maaf kalau gagal
Ada sedikit yang aku ambil dari kisah hidupku.
Kekekekeke..
Disclaimer : naruto © Masashi Kishimoto
Pairing : ShikaTema
Genre : Romance/Hurt
Rate : bisa K+ bisa T
Summary : Baca aja ya..
TEMARI POV
REVIEW JANGAN LUPA.
REVIEW !
Apa aku masih nampak seperti seorang anak kecil? Yah, aku pikir si begitu. 17 tahun sudah aku hidup dan bertahan di dunia ini, dunia yang 'katanya' penuh cinta. Tapi, aku masih bodoh soal itu. Soal hal yang namanya cinta itu. Pff, aku memang pernah tahu apa itu cinta. Tapi aku seperti amnesia sekarang. Dulu aku sempat bahagia karena cinta. Sekarang aku sakit. Setelah sempat mencampakkannya dan malah menyepelekan pernyataan cinta yang ia ungkapkan padaku. Sakit rasanya. Seperti tusukan pedang-lebih malah.
Dia pelakunya. Dia, hanya dia yang mampu membuat jantungku berdetak sangat kencang. Hanya dia. Hanya dia yang mampu membuat hatiku berhenti mencintai siapapun, kecuali dirinya. Dia, dan hanya dia orang yang membuat otakku beku karena memikirkannya terus.
Dia, hanya dia orangnya.
Cintanya-yang belum pernah aku miliki telah mengubah hidupku. Dia, dan hanya dia.
Kau! Kau lah dirinya!
Ingat saat kita bersama dulu? Kau ingat?
Ingat kebersamaan kita? Ya, saat itu. Saat kau hanya mencintaiku, bukan orang lain. Ya, saat kau benar-benar menginginkanku.
Tapi itu dulu, kan? Sekarang aku sakit. Aah, oke.. Semua memang salahku.
Kau ingat kenapa?
Kalau kau melupakannya, aku akan mengingatkanmu lagi, Shikamaru.
Ingat tidak? Ketika kita masih kelas 6 SD? Siapa guru kita? Siapa guru yang menjadi awal dari tumbuhnya rasa ini? Apa kau ingat, Shikamaru?
K-U-R-E-N-A-I S-E-N-S-E-I!
Kau ingat sekarang?
"Kelas 6.A. Hm.. Oke, saya akan membacakan daftar pasangan satu meja yang baru. Ketentuan ini mutlak. Dan jangan ada yang membantah. Anak laki-laki akan duduk bersama anak perempuan," begitu katanya beberapa tahun lampau. Ketentuan macam apa, itu? Masa anak laki-laki duduk dengan anak perempuan? Sial.
Aku belum begitu peduli padamu. Sama sekali belum. Ada satu alasan yang membuatku malas dekat-dekat denganmu.
Kau itu pemalas dan tukang tidur. Tapi, aku suka sifatmu yang unik. Kau pintar dan..umm.. Tampan!
Kurenai sensei mulai membaca kertas itu.
"Sakura Haruno, kau kebagian duduk dengan Sasuke Uchiha," keputusan itu kan benar-benar membuat sahabat berambut softpink ku itu beruntung sekali, kau tahu? Ahh.. Aku ingat. Kau mana mau peduli dengan hal seperti itu. Itu kan terlalu 'mendokusai'.
Yah, kau juga pasti tahu Sakura, kan? Dia itu cinta mati pada Sasuke. Tapi Sasuke yang sangat dingin itu benar-benar membuat cinta Sakura bertepuk sebelah tangan. Aku kasihan padanya. Aah, bukannya aku yang lebih kasihan?
"Sasuke-kun, aku denganmu loh. Bagaimana menurutmu?" umbar Sakura pada Sasuke yang waktu itu duduk di belakangnya.
"Apanya yang bagaimana? Jangan terlalu berlebihan. Kau piker apa tujuan guru-guru itu melakukan itu? Dasar gadis cerewet," Sasuke memang kadang membuat Sakura kecewa. Tapi, namanya cinta kan tak mengenal sifat. Ah, aku sedikit ingat tentang cinta sekarang.
"Naruto Uzumaki dengan Hyuga Hinata," senang sekali gadis Hyuga itu! Dia kebagian dengan Naruto, anak yang sangat ia cintai. Aaah. Kurenai-sensei sebenarnya sengaja ya, memasang-masangkan siswanya dengan anak yang mereka cintai.
"Na..Naruto-kun.. Yokatta. A..aku dengan N..Naruto-k..kun," ucap Hinata waktu itu. Gadis berambut mirip ubur-ubur itu benar-benar blushing ketika anak laki-laki itu bersorak gembira karena ia juga bilang kalau ia senang bisa duduk dengan Hinata.
"Tenten, kau dengan Hyuga neji," pff.. Sinting benar, ya.. Semua kebagian dengan anak yang mereka cintai.
"Ino Yamanaka, kau dengan Sai," aarghh.. Cukup. Sensei, bacakan saja pasanganku. Titik.
"Umm.. Sabaku Temari, kau dengan.. Ah, sebentar. Ada ralat," dia gila waktu itu. Haha, apa kau juga berpikir seperti itu, Shikamaru?
Sensei, ayo cepat bacakan! Ayooo..
"Ah, baiklah. Sampai mana tadi? Oh iya. Sabaku Temari dengan Nara Shikamaru," degh. Aku benci mengingatnya. Tapi dulu aku denganmu, Shikamaru!
"Aaah, Temari. Kau beruntung, ya dapat deskmate seperti Shika," sial. Ino menggodaku waktu itu. Wajahnya benar-benar meledek. Arrgh. Memangnya kenapa, sih? Repot benar kau mengurusi urusanku. Apa karena kau sahabat kecil Shikamaru?
"Beruntung apanya? Karena bisa nina-boboin si tukang tidur itu?" hei, jangan menghina orang sembarangan dong. Ah, oke. Aku akui. Aku tidak terima jika kau dihina. Karena apa ya? Aku juga bingung.
"Anak, anak. Sekarang kalian duduk dengan pasangan masing-masing. Ibu mau ke kelas 4.C dulu. Sekarang pelajaran apa?" itu tanda Kurenai-sensei, wali kelas kita yang juga guru Seni hendak mengajar kelas lain.
"IPA," teriak anak-anak bebarengan. Aku sih tidak ikut. Pf, oke. Dulu aku masih sibuk memikirkan bagaimana hari-hariku kedepannya denganmu.
Kau tahu siapa guru IPA SD Konohagakure? Tahu, kan? Iya, itu guru yang paling sayang sama kamu. Asuma Sarutobi-sensei. Bagaimana tidak? Kau pintar, sangat pintar malah. Mana pernah kau nilai IPA dapat dibawah 99? Sadar tidak? Itulah yang membuat aku tertarik padamu.
Aku melangkah dari bangku awalku ke bangku baruku. Bangku yang akan jadi saksi tumbuhnya perasaan itu. Kau sudah berada di bangku paling depan waktu itu. Aku mencoba tenang dan pelan-pelan duduk di sampingmu. Seperit biasa, kau tertidur pulas. Ah, tampannnya kau saat tidur.
Ah, aku ingat saat itu. Jam-jam pertama kita duduk di bangku yang sama.
"Kau tidur? Tidak takut dimarahi Asuma-sensei?" begitu tegurku padamu yang mulai menutup mata indahmu itu.
"Mendokusai. Dia itu baik sekali padaku. Mana mungkin dia marah," ketusmu singkat. Aku hanya menggembungkan pipiku tanda sebal. Kau itu sok sekali waktu kelas 6!
Aku masih tak peduli denganmu. Biarkan saja Asuma-sensei marah padamu dan menghukummu. Habis, kau itu sangat menyebalkan.
"Ohayou, minna. Buka buku kalian halaman 34 yaa.. Kerjakan latihan 5 dan kumpulkan setelah bel makan siang nanti," perintah sensei yang sangat membanggakanmu itu. Aku memperhatikan perintahnya dengan cermat. Sungguh tak mau aku melalaikannya. Aku ingin pintar loh. Pintar sepertimu.
"Kau tidak mengerjakannya? Kalau ketahuan sensei bagaimana?" tegurku sambil mengeluarkan buku tulisku. Kau malah menguap lebar.
"Kau perhatian sekali? Kalau mau, kerjakan saja punyaku," geram sekali aku padamu. Ingin rasanya aku memukulmu keras-keras. Huuh.
"Enak saja kau," ketusku padamu. Kau hanya menyeringai kecil.
"Mendokusai," aku benci kalau kau mengucapkan kata itu, sungguh benci, Shikamaru.
Sungguh, saking geramnya aku padamu, selama dua jam pelajaran itu aku sama sekali tidak melirik ke arahmu. Tak peduli apa yang kau lakukan. Mau tidur, atau apalah, aku tak peduli dengan pemalas sepertimu.
Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang berdiri di depan meja kita yang memang ada di barisan terdepan.
"Shikamaru," panggil orang itu. Aah, Asuma-sensei. Aku yakin dia akan memarahimu saat itu.
"Hn?" kau hanya mendengus singkat. Sedangkan mataku sudah mulai aktif melirik ke arahmu dan berharap kau akan dimarahi habis-habisan karena molor saat pelajaran.
"Shikamaru, bangun!" ucap sensei keras. Harapanku saat itu hampir menjadi kenyataan.
"Apa?" uuh. Betapa menyebalkannya kau dulu. Sudah jelas-jelas salah, masih memasang wajah tanpa dosamu.
"Ah, tidak. Apa kau begadang semalam? Tampaknya ngantuk sekali. Kalau kurang nyaman, di UKS saja tidurnya," ucap sensei lembut. Aku meremas kertas coret-coretan yang aku pegang. Bisa-bisanya sensei membela orang sepertimu dengan sangat berlebihan? Sudah tahu salah, masih saja disayang. Menyebalkan!
"Ah, tidak usah. Aku kerjakan saja tugasmu yang mendokusai," hei, sejak kapan kau jadi anak rajin?
Aku tak mau repot. Melanjutkan tugas Asuma-sensei adalah pekerjaan utamaku. Agar lebih nyaman, aku sedikit-sedikit melempar pandanganku padamu yang sedang sibuk menulis. Kalau kau sih tanpa berpikirpun sudah pasti menemukan jawaban yang paling tepat. Kau kan sangat pintar.
Sensei menyuruh kita mengumpulkannya segera. Aku tak peduli dengan waktu yang dipercepat. Toh, aku juga sudah selesai. Nah, ingat tidak kejadian itu? Kita disuruh mengumpulkan lembar jawab kita sesuai urutan absen. Dan apa kau tahu? Nomor absen ku itu persis dibawahmu. Shikamaru Nara, Temari Sabaku. Hebat ya? Jadi, kalau ada tugas berdua, kita selalu bersama. Ah, pikir apa aku ini?
Ingat waktu itu? Saat kau sedang melangkah ke meja guru untuk mengumpulkan lembar jawabmu. Kau berhenti sebentar untuk menguap. Dan kau ingat tidak? Aku juga berjalan ke meja guru dan berpapasan denganmu. Saat itu, perhatian mataku hanya tertuju pada lembar jawab yang aku pegang, sehingga aku tak memperhatikan langkahku. Aku sempat berpikir, apa aku akan tersandung kabel, atau kaki meja. tapi dugaanku salah. Aku malah menabrakmu yang sedang menguap lebar. Dan tanpa sadar, aku jatuh ke pelukanmu.
Aku kaget sekali saat itu. Kejadian itu memalukan sekali. Sungguh! Bagaimana tidak? Kita masih kelas 6, dan pose kita seperti orang pacaran. Hiih, aku memang sangat sebal saat itu. Tapi jujur, berada di pelukanmu membuatku sangat nyaman.
"Ah, gomen, Shika. Aku tak sengaja," pekikku padamu sambil bergegas menyingkir dari pelukan nyamanmu itu. Kau hanya tersenyum meledekku.
"Mendokusai. Tapi, sebenarnya kau senang, kan?", cih. Aku benci ledekkanmu itu. Sungguh. Aku kembali menggembungkan pipiku. Pipi yang menggembung dan memerah itu tampak lucu sekali.
Aku tak membalas ledekanmu itu, langsung saja aku menumpuk pekerjaanku tadi di meja guru. Asuma sensei terlihat tertawa geli melihat murid kesayangannya memeluk seorang murid biasa sepertiku ini. Peduli sekali aku ini. Biarkan saja apa kata orang. Huuh!
"Baiklah anak-anak. Sekarang PR. Kerjakan halaman 39 di rumah. Besok dikumpulkan. Oh iya, ada pemberitahuan. Hari ini pulang lebih awal, karena kami ada rapat mendadak. Baiklah, sepuluh menit untuk membersihkan kelas. Bagi regu piket hari ini, tugas kalian membersihkan kebun sekolah, ya. Pesan Tsunade-sama, jangan sampai ada sampah sekecilpun. Katanya mau ada tamu penting," ucap Asuma-sensei sambil pergi keluar kelas. Huh, pelajaran hari itu akhirnya selesai. Sepuluh menit terakhir di sekolah untuk membersihkan kebun. Kau ingat? Waktu kelas 6, kita satu regu piket. Kita punya waktu untuk bersama-sama sepulang sekolah.
Gunting rumput dan sapu sudah aku pegang. Rencananya, gunting rumput itu akan aku berikan padamu. Tapi, kau malah tidur. Yah, tambahan 10 menit untuk membersihkan kebun sekolah, itu adalah paling merepotkan menurutmu, iya kan? Aku mengurungkan niatku. Aku kerjakan saja tugas yang tadinya ingin aku bebankan padamu. Aku melangkah menuju kebun. Uggh. Rumput liarnya panjang-panjang sekali. Aku mendekatkan diriku ke gumpalan rumput itu dan mulai memotongnya—lalu menyapu. Potong—sapu. Potong—sapu. Menyusahkan sekali.
Aku kerepotan setengah mati waktu itu. Potong—sapu—potong—sapu. Belum lagi harus membuang sampah itu. Apa tidak ada yang bisa membantuku?
Saat itulah kau datang, Shika. Apa kau ingat?
"Kau butuh bantuan, gadis berkuncir empat?" begitu katamu waktu itu. Aku tersenyum dalam hati. Ya Tuhan. Kau melongku, Shikamaru.
"Ah, tidak usah. Kau tidur saja, sana. Atau pulang," ketusku pura-pura tak butuh. Aku ingin memancingmu.
Bukannya pergi, kau malah meraih gunting rumput di tanganku dan mulai menggunting rumput sialan itu.
"Kau sapu saja sampahnya," Ya Tuhan, malaikat apa yang merasukimu waktu itu? Aku tak bisa menolak. Setidaknya bebanku berkurang. Sambil menyapu, aku terus memperhatikan wajahmu. Kau sangat tampan, Shikamaru. Aku bahkan ragu, Sasuke lebih tampan darimu. Saat itulah aku mulai menyukaimu.
Kau tampak sangat lelah waktu itu. Aku yang melihatmu langsung berlari menuju kantin dan membelikanmu sebotol air mineral dan memberikannya padamu. Sungguh bahagia melihatmu tersenyum menerima pemberianku.
"Temari, aku mau bilang satu hal," ucapmu di bawah pohon depan sekolah. Ketika itu kita sangat lelah sehabis kebersihan. Yah, kita ini kan yang paling lama bersih-bersih. Diberi 10 menit, kita malah 30 menit bersih-bersihnya. Hahaha, benar-benar tak menyangka kau bisa melakukan itu, Shika.
"Um.. Apa?" Tanya ku dengan anda datar. Kau memandang awan. Seperti kebiasaanmu itu.
"Kau, apa kau suka pada seseorang?" benar-benar sinting kau. Bisa-bisanya melontarkan pertanyaan macam itu padaku?
"A..Aku.. Umm.. Iya sih. Tapi, kau bisa jaga rahasia tidak?" ucap ku harap-harap cemas. Kau hanya mengangguk mantap saat itu.
"Pff… Itachi," matamu membelalak lebar kala itu. Kau pasti kaget. Kau memang tak terlalu dekat dengan kakak sepupu Sasuke yang seumuran dengan kita itu, kan? Makanya kau kaget. Yah, aku memang sedikit menyukainya. Dia hebat, baik, tampan. Tapi perlahan aku melupakannya. Itu karena kau, Shika.
"Oh," hanya itu jawaban yang aku dengar. Apa kau marah? Apa kau menyukaiku, jadi kau marah karena aku menyukai orang lain, Shika? Apa iya?
"Kalau kau?" aku tak berharap kau jawab Ino. Karena jujur. Aku sedikit sebal padanya dan aku pun tak rela orang yang sedang aku sukai, yah walau sedikit, suka apda orang yang aku sebal.
"Um, yang jelas rambutnya pirang," tuh kan. Kau suka pada Ino. Memang siapa lagi cewek berambut pirang selain Ino? Um.. Ah, aku kan juga pirang.
"Ino ya?", Tanya ku memberanikan diri. Kau hanya mendengus dan berkata 'mendokusai' seperti biasa lalu segera pergi meninggalkanku sendirian di bangku itu. Aku masih sangat bingung. Apa kau benar-benar menyukai Ino? Hatiku galau. Yah, daripada aku pusing memikirkan hal aneh itu, bukankah lebih baik aku pulang? Perutku sudah mulai keroncongan.
Aku mengayuh sepedaku dengan cepat agar segera sampai di rumah. 5 menit cukup untuk sampai ke kediaman ku yang sederhana. Dari depan rumah, aku lihat adik bungsuku, Gaara sedang melambaikan tangannya padaku. Sangat jarang kulihat dia yang sangat dingin itu tersenyum.
"Neechan.. Neechan!" panggilnya padaku. Aku langsung berlari menuju anak laki-laki berambut merah itu dan menyambut panggilannya.
"Apa?" ucapku singkat sambil ngos-ngosan.
"Kankuro Niichan besok pulang," waw. Tidak biasanya Gaara senang. Aku hanya ikut mengangguk kegirangan.
"Ayo masuk dan siapkan pesta kedatangan Kurou," ucpku semangat dan langsung mengajak Gaara masuk.
Di dalam, ibu dan ayah juga tengah sibuk menyiapkan pesta kedatangan Kurou. Ya, adikku yang satu itu ikut nenek ke Sunagakure dan tinggal dengannya. Kata Kurou si, dia ingin mencoba suasana yang lain. Yah, whatever. Saat itu, Kurou pulang!
"Temari, bantu ibu memasak," kata ibu dari belakang, aku yang hendak melangkah dikagetkan oleh bunyi handphone ku yang menandakan bahwa ada SMS.
From: Shikamaru-kun
Subject : None
Time receive: 1:12 P.M
Besok, pulang sekolah kita ngobrol sebentar di kelas. Ini masalah lomba antar sekolahan. Tapi, ada lagi yang ingin aku bicarakan. Maaf mengganggu.
Shikamaru, ingat apa yang akan kau bicarakan? Semoga saja kau mengangguk.
TO BE CONTINUED ..
Chapter satu finnish..
Maaf kalau aneh.. yaa, bikinnya sore-sore, abis kena problem kecil di sekolah.
Suka? REVIEW dong..
Penasaran kelanjutan kisahnya? Review akan membangkitkan semangat saya!
Kekekekekekekekeke
Summary next chapter: Pokoknya Itachi nongol XP
